Anda di halaman 1dari 44

DENTAL SITE TEACHING

SCALING ROOT PLANING MANUAL

Oleh
Elga Handayani
1711411017

Dosen Pembimbing :
drg. Gunawan , Sp, R.K.G

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
BAB I

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal adalah suatu penyakit inflamasi pada jaringan periodontal

yang terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak yang mengelilingi gigi, meliputi

gingiva, ligamen periodontal, tulang alveolar dan sementum. Penyakit periodontal

diklasifikasikan berdasarkan kondisi keparahan inflamasi, dari peradangan ringan yang

disebut gingivitis dan inflamasi kronis selanjutnya yaitu periodontitis yang

menyebabkan kerusakan progresif pada tulang dan struktur pendukung gigi disertai

dengan pembentukan saku periodontal, resesi atau keduanya yang akhirnya dapat

menyebabkan kehilangan gigi. Penyakit periodontal sering diderita oleh masyarakat

yang tidak peduli terhadap kebersihan mulutnya sehingga hal ini merupakan salah satu

faktor yang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal.

Tahapan pada perkembangan penyakit periodontal:

a. Gingiva sehat, yang normal memiliki sejumlah sel inflamasi dalam junctional epithelium

dan jaringan ikat. Meskipun gingivitis pada tahap ini tidak dapat dideteksi secara klinis,

perubahan inflamasi dapat dideteksi secara mikroskopik

Gambar 1. Gingiva sehat


b. Early gingivitis, nampak setelah 10-20 hari setelah akumulasi plak. Terdapat peningkatan

sel inflamasi di dalam jaringan dan meningkatnya migrasi neutrofil ke dalam gingiva

crevice. Epithelium gingiva menjadi lebih tebal. Jaringan ikat gingival telah banyak

mengandung sel inflamasi dan terjadi dilatasi pada pembuluh darah.

Gambar 2. Early gingivitis

c. Established gingivitis, memiliki jaringan ikat yang lebih banyak didominasi oleh sel

plasma (10-30%).

Gambar 3. Established gingivitis

d. Periodontitis, ditandai dengan migrasi ke arah apical dari junctional epithelium tahap

pertama dari hilangnya perlekatan. Infiltrasi yang sama dari sel inflamasi dapat dilihat,

namun lebih dominan (>50 %). Kehilangan tulang mulai terjadi.


Gambar 4. Periodontitis

1.1.1 Gingivitis

Gingivitis adalah kondisi tahap awal penyakit jaringan periodontal yaitu berupa inflamasi

pada gingiva tanpa penghancuran lebih lanjut dari komponen pendukung gigi dan tulang alveolar

disebabkan akumulasi biofilm plak disepanjang margin gingival.

Gingivitis bersifat reversibel setelah menghilangkan faktor penyebabnya.

Perubahan warna gingiva, pendarahan, hilangnya kontur gingiva karena edema,

peningkatan temperatur sulkus dan peningkatan eksudat gingiva merupakan

gambaran klinis inflamasi. Munculnya warna kemerahan pada margin gingiva dikarenakan

adanya dilatasi pembuluh darah di jaringan ikat subepitel dan hilangnya keratinisasi permukaan

gingiva, terjadinya pembengkakan dan hilangnya tekstur gingiva bebas mengindikasikan

hilangnya jaringan ikat fibrosa.

Berdasarkan American Academy of Periodontology 1999 (International Workshop

Classification of Periodontal disease), penyakit gingival dikelompokkan menjadi 2 bentuk yaitu

Plaque-induced gingivitis dan non-induced gingivitis. Plaque induced gingivitis merupakan jenis

penyakit periodontal terbanyak kedua setelah karies gigi yang terjadi disemua kalangan usia.

Gingivitis ini disebabkan oleh bakteri plak gigi dan didukung oleh faktor lokal seperti oral

hygiene yang buruk, crowding gigi, karies, overhanging restoration, resesi gingiva, pemakaian
piranti ortodonti dan protesa gigi . Faktor predisposisi lain seperti hormonal, pubertas,

menstruasi, kehamilan, merokok, penyakit sistemik, pengaruh obat tertentu yang menyebabkan

pembesaran gingiva dan peradangan seperti obat calcium channel blocking, phenytoin,

siklosporin serta faktor malnutrisi. Studi menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas

juga dikaitkan dengan kalkulus gigi dan peradangan gingiva pada orang dewasa muda yang

mempengaruhi kondisi periodontal selama. Perubahan warna gingiva (eritema), perubahan

kontur, adanya plak dan kalkulus, serta perdarahan merupakan karakteristik penyakit ini. Acute

necrotizing gingivitis (ANUG) juga termasuk jenis gingivitis karena bakteri plak.

Berdasarkan derajat keparahannya plaque-induced gingivitis dikelompokkan menjadi:

1. Gingivitis stase 1 : Initial Lesions

Inflamasi akut gingiva dimulai 2-4 hari setelah akumulasi plak, ditandai dengan adanya

perubahan vaskularisasi yang terdiri dari dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah,

eksudasi cairan dari sulkus gingiva. Secara mikroskopik terlihat migrasi leukosit terutama

Polimorfonukleat (PMN) dari pembuluh kapiler menuju epitel junctional dan sulkus gingiva

yang terjadi sebagai respon inflamasi terhadap aktivasi mikroba

2. Gingivitis stase 2 : Early Lesions

Dikenal sebagai early gingivitis yang merupakan lanjutan lesi initial terjadi dalam

waktu sekitar 1 minggu setelah dimulainya akumulasi plak. Early lesion dikarakteristikan

dengan infiltrasi dominan sel limfosit T sekitar 75% di dalam jaringan ikat dibawah epitel

junctional dan serta migrasi beberapa neutrofil, makrofag, sel plasma, dan sel mast, dan

mulai terjadi aktivitas penghancuran kolagen hingga 70%. Tanda klinis seperti eritema,

perdarahan saat probing juga terjadi pada tahap ini dan jika plak segera dihilangkan

inflamasi segera berkurang dan jaringan yang rusak akan regenerasi dengan cepat.
3. Gingivitis stase 3 : Established lesions

Inflamasi gingiva terlihat semakin parah dan mulai terlihat adanya

pembentukan poket gingiva kecil, terjadi sekitar 2-3 minggu setelah

akumulasi plak, dan dikenal sebagai gingivitis kronis. Pembuluh darah

mengalami dilatasi dan tersumbat, aliran balik vena terganggu, dan aliran

darah menjadi lambat akibatnya gingivitis kekurangan oksigen, gingiva

berubah kemerahan, terjadi ekstravasasi eritrosit ke dalam jaringan ikat dan

pemecahan hemoglobin menjadi pigmen komponennya mengakibatkan

gingiva berubah warna. Infiltrasi sel plasma yang dominan, kehilangan

kolagen semakin banyak serta peningkatan level enzim seperti asam, alkalin fosfatase yang

meningkatkan keparahan inflamasi gingival.

4. Stage 4 gingivitis : Advanced lesions

Inflamasi meluas ke ligamen periodontal hingga tulang alveolar, dan

gingivitis akan berkembang menjadi periodontitis awal. Pasien gingivitis memiliki

akumulasi plak yang banyak, perdarahan yang

konsisten, kehilangan perlekatan sekitar 70% dan secara mikroskopik kadar

interleukin-1β yang lebih tinggi dibandingkan dengan area yang tidak

meradang.

Non–plaque induced gingival lesions merupakan Penyakit gingivia yang diakibatkan

oleh non plak dan lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan kasus gingivitis dikarenakan

plak. Manifestasi oral akibat penyakit sistemik menghasilkan lesi pada jaringan periodonsium,

hal ini mencakup lesi autoimun atau etiologi idiopatik yang dapat bermanifestasi pada gingival.
Gingivitis berdasarkan lokasi dan distribusi di rongga mulut terbagi menjadi gingivitis

lokalisata, generalisata, marginalis, papilary dan difus. Gingivitis terlokalisir terbatas pada

gingiva dari satu atau beberapa gigi, sedangkan gingivitis general melibatkan seluruh rongga

mulut. Gingivitis marginalis melibatkan margin gingiva dan dapat melibatkan sebagian dari

gingiva yang berdekatan. Gingivitis papilaris melibatkan papila interdental dan seringkali meluas

ke bagian tepi gingiva yang berdekatan. Gingivitis difus mempengaruhi margin gingiva, attached

gingiva, dan papilla interdental. Gingivitis pada kasus individu dijelaskan dengan

menggabungkan istilah-istilah sebelumnya.

Keterangan Gambar
a. Gingivitis marginalislokalisata terbatas pada satu

atau lebih daerah margin gingiva (gambar 5)

b. Gingivitis difus lokalisata meluas dari margin ke

mucobuccal fold dalam area terbatas (gambar 6)

c. Gingivitis papilaris lokalisata terbatas pada satu

atau lebih daerah interdental dalam area yang

terbatas (gambar 7)

d. Gingivitis marginalis generalisata melibatkan

margin gingiva dalam hubungan seluruh gigi.

Papilla interdental biasanya ikut terpengaruh

(gambar 8)
e. Gingivitis difus generalisata melibatkan seluruh

gingiva. Mukosa alveolar dan attached gingiva

juga terpengaruh, sehingga mucogingival

junction terkadang hilang. Kondisi sistemik dapat

menjadi penyebabnya (gambar 9)

1.1.2 Periodontitis

Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan

pembentukan poket serta diikuti oleh kehilangan tulang. Periodontitis adalah peradangan dari

jaringan periodontal yang disebabkan oleh plak mikrobial yang resisten. Periodontitis ditandai

oleh hilangnya perlekatan epitel yang progresif dan kerusakan ligamen periodontal serta tulang

alveolar. Keadaan ini didahului oleh gingivitis dan plak gigi yang mengandung beberapa spesies

anaerob. Selama masa eksaserbasi, kedalaman poket periodontal meningkat (lebih dari 3 mm),

cairan crevikular gingiva meningkat, terjadi kehilangan tulang alveolar dan perlekatan jaringan

ikat.

Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan periodontitis agresif.

Periodontitis kronis merupakan penyakit periodontitis yang paling umum terjadi dan paling

sering menyerang orang dewasa. Penyebab utama dari periodontitis kronis adalah akumulasi plak

dan kalkulus. Peningkatan laju perkembangan penyakit dapat disebabkan oleh faktor lokal

(akumulasi plak), penyakit sistemik (DM, HIV), dan faktor host (merokok, stress). Penyakit ini

memiliki progresif yang lambat hingga sedang, namun memiliki tingkat destruksi yang lebih

cepat. Periodontitis kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan luas dan keparahannya. Tingkat

keparahannya dimulai dari ringan (1-2 mm), sedang (3-4 mm), dan berat (>5 mm).
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan umumnya

memiliki waktu lambat tetapi periode kehancuran lebih cepat. Peningkatan laju perkembangan

penyakit dapat disebabkan oleh dampak dari faktor-faktor lokal, sistemik atau lingkungan yang

dapat mempengaruhi interaksi host-bakteri normal. Spesies yang dominan pada penyakit

periodontitis kronis adalah Actinomyces naeslundii, Tannerella forsythus, Campylobacter rectus,

Eikenella corrodens, Eubacterium sp., Fusobacterium nucleatum, Peptostreptococcus micros,

Provotella intermedia, Porphyromonas gingivalis, Selenomonas sputigena, Streptococcus

intermedius dan Treponema denticola.

Periodontitis kronis dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan keparahan dan dapat bersifat lokal

atau menyeluruh :

a. Periodontitis Ringan

Periodontitis ringan ditandai dengan kerusakan kecil pada poket epitelium, migrasi neutrofil,

meningkatnya populasi sel plasma, migrasi pertautan epitel ke apikal, kerusakan kecil pada

perlekatan jaringan ikat dan resorbsi tulang alveolar setempat. Tahap ini ditentukan oleh

hilangnya perlekatan klinis 1-2 mm, kedalaman poket periodontal 4-5 mm, kerusakan furkasi

kelas I dan hilangnya puncak tulang alveolar sebanyak 2 mm atau kurang. Furkasi kelas I adalah

kerusakan tulang yang terbatas di antara aspek superior akar dan mahkota gigi yang dideteksi

dengan masuknya sonde atau eksplorer sedalam 1 mm.

b. Periodontitis Sedang

Periodontitis sedang adalah tahap kedua periodontitis kronis. Pemeriksaan mikroskopis

menunjukkan adanya ulserasi pada poket epitelium, infiltrasi populasi sel plasma dan sel T,

migrasi pertautan epitel ke arah apikal yang cukup signifikan dan kerusakan perlekatan jaringan

ikat dan tulang alveolar. Kondisi ini ditentukan berdasarkan hilangnya perlekatan klinis sebesar
3-4 mm, kedalaman poket periodontal 4-6 mm, kerusakan tulang alveolar 3-4 mm, eksudat

gingiva dan perdarahan. Kerusakan tulang horizontal, kerusakan tulang vertikal, cacat tulang

(kawah atau cekungan), gigi goyang, dan kerusakan furkasi kelas II adalah ciri radiografi dan

klinis dari penyakit ini. Kerusakan furkasi kelas II berupa cacat tulang kortikal dan alveolar

sedalam 2-4 mm yang terletak di atas akar.

c. Periodontitis Lanjut

Periodontitis lanjut ditandai secara mikroskopis oleh kerusakan yang besar dari poket

epitelium, perlekatan jaringan ikat, dan tulang alveolar serta sejumlah besar populasi sel plasma

dan sel T. Periodontitis lanjut didefinisikan sebagai hilangnya perlekatan klinis, sebanyak

minimal 5 mm. Terlihat adanya kedalaman poket periodontal lebih dari 6 mm, kerusakan tulang

alveolar lebih dari 4 mm, resesi gingiva, goyangnya gigi secara signifikan dan kerusakan furkasi

kelas III.

1.2 Fase Perawatan Periodontal

Setelah melakukan diagnosis dan prognosis dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan rencana perawatan. Rencana perawatan harus mencakup immediate, intermediate,

dan long-term goals. Immediate goals adalah menghilangkan semua proses infeksi dan inflamasi

yang menyebabkan penyakit periodontal dan masalah kesehatan rongga mulut lainnya yang

dapat mengganggu kesehatan umum pasien, diantaranya edukasi mengenai penyakit mulut,

kontrol karies, endodontik, dan prosedur periodontal. Intermediate goals adalah rekonstruksi gigi

yang sehat dan menjaga estetika gigi selama bertahun tahun, diantaranya perawatan orthodontik,

prosthodontik, dan periodontal. Long-term goals adalah pemeliharaan kesehatan melalui

pencegahan dan terapi suportif diantaranya, edukasi pasien, perawatan kesehatan rutin, dan

kepatuhan pasien terhadap perawatan.


Perawatan periodontal meliputi beberapa fase yang saling berhubungan yaitu fase

preliminary, fase 1, evaluasi respon fase 1, fase 2, fase 3, evaluasi respon fase 3, dan fase 4. Fase

preliminary terdiri dari perawatan kasus darurat periodontal dan pencabutan gigi dengan

prognosis tidak ada harapan untuk dipertahankan. Terapi fase I (fase etiotropik) merupakan

perawatan periodontal yang tidak melibatkan bedah, terdiri dari DHE, scalling, root planning,

korekasi restorasi dan protesa yang mengiritasi, terapi antimikrobial (lokal atau sistemik), dan

terapi oklusal (penyelarasan oklusi). Evaluasi respon fase I terdiri dari pengecekan kembali

kedalaman saku dan inflamasi gingival, plak, kalkulus dan karies. Terapi fase II (fase bedah)

terdiri dari bedah periodontal dan perawatan saluran akar. Terapi fase III (fase restoratif) terdiri

dari restorasi final, gigi tiruan cekat dan lepasan. Evaluasi respon terhadap fase 3 terdiri dari

pemeriksaan periodontal. Terapi fase IV (fase pemeliharaan/terapi periodontal suportif) terdiri

dari kunjungan berkala, pengontrolan plak dan kalkulus.

1.3 Scaling and Root Planing (SRP)

Scalling and Root Planning termasuk dalam perawatan tahap awal untuk

memperbaiki kesehatan gingiva dan jaringan periodontal yaitu dengan cara

menghilangkan deposit plak pada supra dan subgingiva. Tujuan dilakukan Scalling dan Root

Planning adalah menghilangkan plak, kalkulus, stain pada mahkota, permukaan sementum atau

dentin yang tidak rata, permukaan akar gigi yang berisi kalkulus dan terkontaminasi oleh toksin

mikroorganisme. Scalling dan Root Planning merupakan “gold standar” dan sangat efektif dalam

penanganan penyakit periodontal secara non bedah. Scalling dan root planing mempengaruhi

hasil parameter klinis kondisi jaringan periodontal, diketahui Scalling dan Root Planning

meningkatkan perlekatan klinis (CAL) sebesar 0,5 mm. Berbagai bukti klinis lainnya
menunjukkan adanya penurunan kedalaman poket dan peningkatan perlekatan klinis pasca

Scalling dan Root Planning.

Scaling manual merupakan suatu tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus,

dan stain pada permukaan mahkota (supragingival) dan akar gigi (subgingiva) menggunakan alat

khusus. Scaling manual merupakan perawatan utama untuk mengurangi kolonisasi bakteri dalam

sulkus gingiva. Keterbatasan scaling manual adalah tidak dapat mencapai daerah poket dengan

kedalaman lebih dari 3 mm dan tidak dapat mencapai daerah bifurkasi. Ada beberapa gerakan

yang digunakan dalam teknik scaling yaitu gerakan eksplorasi, gerakan scaling, dan gerakan root

planning.

 Gerakan eksplorasi, gerakan ini dilakukan dengan perasaan, menggunakan exsplorer atau

probe untuk menentukan dimensi poket, mendapatkan kalkulus dan bentuk

ketidakteraturan lain pada permukaan gigi. Explorasi dilakukan dengan gerakan menarik

atau tekan – tarik.

 Gerakan Scaling, gerakan scaling adalah pendek, bertenaga, dan overlap menarik

instrumen untuk memindahkan baik kalkulus supragingiva maupun subgingiva.

 Gerakan root planing, gerakan root planing adalah dari sedang sampai ringan dengan

gerakan tarik atau tekan-tarik yang gunanya untuk menghaluskan akar.

Gambar 10. Gerakan scalling and root planning


Indikasi dan kontraindikasi scaling manual

Indikasi :

 Kalkulus supragingival dan subgingiva

 Adanya poket gingival

Kontraindikasi :

 Adanya infeksi seperti abses

 Kalkulus yang meluas ke apikal

 Adanya penyakit sistemik

1.3.1 Instrumen SRP

1) Probe periodontal

Probe periodontal merupakan instrumen dalam kedokteran gigi yang digunakan

untuk melokalisir, mengukur, dan menanadai kedalaman pocket di sekitar gigi.

Penggunaan yang tepat dari probe diperlukan untuk menjaga akurasi. Ujung instrument

ditempatkan dengan tekanan ringan ke dalam sulkus gingiva, yang merupakan area antara

gigi dan jaringan sekitarnya. Probe di insersikan kedalam poket dengan posisi sejajar

dengan akar gigi. Ada berbagai jenis probe dan masing-masing memiliki cara sendiri

untuk menunjukkan pengukuran di ujung instrument diantaranya yaitu probe marquis,

probe UNC-15, probe michigan “O”, probe Williams , dan probe WHO.
Gambar 11. Tipe probe periodontal

2) Explorers
Explorers digunakan untuk menemukan deposit subgingiva dan area karies serta

untuk memeriksa kehalusan permukaan akar setelah root planing.

3) Sickle scaler adalah scaler kasar untuk menyingkirkan kalkulus supragingival.

Permukaan sickle scaler adalah datar dengan dua cutting edge yang menyatu membentuk

ujung yang runcing. Penampang melintangnya berbentuk segitiga dan sisi pemotong pada

kedua sisi. Karena desainnya, alat ini hanya digunakan untuk penyingkiran kalkulus

supragingival. Apabila digunakan untuk instrumentasi subgingival akan mencederai

jaringan gingiva.

Gambar 12. Sickle scaler


Banyak sekali jenis sickle scaler. Ada scaler yang khusus untuk regio anterior dan

ada yang khusus untuk regio posterior. Masing-masing jenis scaler ada yang lurus dan

ada yang melengkung lehernya. Pada scaler sabit untuk region anterior, baik yang lurus

maupun yang melengkung, mata pisau, leher dan gagangnya berada dalam satu bidang.

Sebaliknya mata pisau, leher dan gagang untuk regio posterior tidak berada dalam satu

bidang, karena tangkainya membengkok agar mudah diadaptasikan pada gigi posterior.

4) Curette adalah alat periodontal halus yang digunakan untuk scaling dan root planning.

Kuret dibedakan atas dua tipe: kuret universal dan kuret khusus (area-specific/Gracey

curette).

Ciri khas kuret adalah: bentuk penampang melintang seperti sendok, ujungnya

membulat/tumpul. Sisi pemotongnya adalah ganda pada kuret universal dan tunggal pada

kuret khusus. Ukurannya lebih halus dibandingkan dengan sickle scaler. Oleh sebab itu

alat ini mudah dimasukkan dan diadaptasikan pada pocket yang dalam tanpa

menimbulkan cedera pada jaringan. Kuret yang dipasarkan ada yang bermata pisau

tunggal (pada salah satu ujung gagang saja), tetapi ada juga yang bermata pisau ganda

(mata pisau pada masing-masing ujung gagang).

Gambar 13. Kuret

Perbedaan antara kuret universal dengan kuret khusus/Gracey adalah:


a) Kuret universal dapat digunakan pada semua daerah dan sisi/permukaan sedangkan

kuret khusus hanya pada daerah dan sisi tertentu

b) Sisi pemotong pada kuret universal ganda, sedangkan pada kuret khusus tunggal 10

c) Kuret universal melengkung kearah atas saja, sedangkan kuret khusus melengkung

kearah atas dan kesamping

d) Permukaan mata pisau kuret universal tegak lurus terhadap leher alat, sedangkan mata

pisau kuret khusus membentuk sudut 60° terhadap leher alat.

Gracey Curette memiliki 14 ukuran yang digunakan spesifik untuk tiap gigi dan

permukaannya. Kuret nomor 1-4 digunakan untuk gigi anterior, kuret nomor 5-6

digunakan untuk gigi anterior dan premolar, kuret nomor 7-10 digunakan untuk bagian

fasial dan lingual gigi posterior, kuret nomor 11-12 digunakan untuk bagian mesial gigi

posterior, serta kuret nomor 13-14 digunakan untuk bagian distal gigi posterior.

5) Hoe scaler
Mata hoe scaler membengkok membentuk sudut 99°-100° terhadap leher alat.

Alat ini didesain untuk setiap permukaan gigi, artinya pada setiap permukaan gigi

digunakan satu jenis hoe scaler.

Gambar 14. Hoe scaler

6) File scaler
File merupakan alat scaling yang berbentuk kikir. File digunakan untuk

menghancurkan deposit besar kalkulus yang keras atau lapisan kalkulus yang mengkilap.

Alat ini jarang digunakan karena dapat membuat permukaan gigi menjadi kasar.

Gambar 15. File scaler

7) Chisel scaler

Chisel scaler didesain khusus untuk permukaan proksimal gigi anterior yang

terlalu rapat ruang interproksimalnya. Lehernya bisa lurus atau membengkok, dengan sisi

pemotong membentuk sudut 45°.

Gambar 16. Chisel scaler

8) Scaler ultrasonic

Digunakan untuk membuang plak, scalling, mabuang stain, dan kuretase. Ada 2

tipe gerakan pada scaler ultrasonic ini, yaitu (1) magnetostrictive, pergerakannya ellips ;

dan (2) piezoelectric, pergerakannya linear.


Gambar 17. Scaler ultrasonic

9) Instrumen pembersihan dan Poles

 Rubber cups

Rubber cups digunakan dalam handpiece dengan ujung khusus. Handpiece, ujung

khusus, dan rubber cups harus disterilkan setiap setelah digunakan oleh pasien, atau

ujung khusus plastik sekali pakai dan rubber cups dapat digunakan dan kemudian

dibuang.

 Bristle brushes

Sikat yang digunakan pada ujung khusus dengan pasta pemoles. Penggunaan sikat

dibatasi pada mahkota untuk menghindari cedera pada sementum dan gingiva karena

bulunya kaku.

Gambar 18. Rubber cups dan bristle brushes

1.3.2 Prinsip Umum Instrumentasi

1) Aksesibilitas (posisi pasien dan operator)


Posisi operator dan pasien harus mampu memberikan aksesibilitas yang maksimal.

Aksesibilitas yang tidak memadai menghambat instrumentasi, melelahkan operator, dan

mengurangi keefektifan perawatan. Dokter harus dapat mengamati bidang operasi sambil

menjaga punggung tetap lurus dan kepala tegak. Pasien harus dalam posisi terlentang dan

ditempatkan sedemikian rupa sehingga mulut dekat dengan siku dokter yang beristirahat.

2) Visibilitas, iluminasi dan retraksi


Penglihatan langsung dengan penerangan yang baik sangat diperlukan. Jika tidak

memungkinkan dapat menggunakan bantuan kaca mulut untuk memantulkan cahaya ke

tempat yang dibutuhkan. Kaca mulut juga dapat digunakan untuk meretraksi bibir atau pipi.

Visibilitas dan iluminasi yang dapat digunakan operator dapat berupa direct vision with

direct illumination (dengan cahaya langsung), indirect vision (dengan kaca mulut) dan

indirect illumination (dengan refleksi cahaya dari kaca mulut).

Gambar 19. Aplikasi dari visibilitas dan penerangan direct dan indirect

Retraksi memberikan visibilitas, aksesibilitas, dan penerangan.Tergantung pada lokasi

area operasi, jari ataucermin, atau keduanya yang dapat digunakan untuk retraksi. Kaca

digunakan untuk meretraksi pipi atau lidah, jari telunjuk untuk meretraksi bibir atau pipi.

Apabila bibir dan kulit kering, gunakan petroleum jelly untuk melembabkannya sebelum

instrumentasi. Metode retraksi yang efektif dapat dengan :

(1) Menggunakan cermin untuk mendefleksikan pipi sementara jari tangan yang tidak

beroperasi mertraksi bibir dan melindungi sudut mulut dari iritasi oleh pegangan cermin
(2) Gunakan cermin saja untuk meretraksi bibir dan pipi

(3) Gunakan jari-jari yang tidak beroperasi untuk meretraksi bibir

(4) Gunakan kaca untuk mertraksi lidah

(5) Kombinasi dari metode sebelumnya

Gambar 20. Metode retraksi

3) Kondisi intrumen

Semua instrumen harus diperiksa dan dipastikan dalam keadaan bersih, steril, dan dalam

kondisi baik sebelum melakukan perawatan. Ketajaman instrumen mampu meningkatkan

sensitivitas taktil, memungkinkan dokter untuk bekerja lebih tepat dan efisien, serta

mengurangi trauma.

4) Menjaga kebersihan daerah kerja

Daerah kerja harus bersih dari saliva, darah, ataupun debris. Daerah kerja dapat sesekali

dapat dibersihkan dengan air atau dengan kompresor udara.

5) Stabilisasi instrumen

Stabilitas dan kontrol instrumen yang efektif sangat penting untuk menghindari cedera

pada pasien atau dokter. Stabilisasi instrumen terdiri dari instrument grasp dan finger rest.

I. Instrument grasp

Ada 3 cara instrument grasp, yaitu: modified pen grasp, standard pen grasp dan palm

and thumb grasp. Instrumentasi yang paling efektif dan stabil adalah modified pen grasp.
Cara ini memungkinkan kepekaan untuk mendeteksi kondisi permukaan gigi terutama

subgingiva. Dengan modified pen grasp maupun standard pen grasp dapat mencegah

perputaran alat di luar kontrol ketika digunakan. standard pen grasp adalah teknik

memegang instrumen yang memastikan adanya kontrol besar dalam melakukan prosedur

intraoral. palm and thumb grasp adalah teknik memegang instrumen yang dapat

menstabilkan instrumen selama pengesahan namun tidak digunakan untuk instrumen

periodontal. Teknik ini umumnya digunakan untuk membentuk gigi palsu di luar rongga

mulut.

Gambar 21. Modified pen grasp, standard pen grasp dan palm and thumb grasp

II. Finger rest

Finger rest berfungsi untuk menstabilkan tangan dan instrumen dengan cara

memberikan tumpuan yang kuat pada saat memulai gerakan instrumentasi. finger rest

umumnya diperankan jari manis dengan jari manis seharusnya secara keseluruhan menempel

pada jari tengah. finger rest diklasifikasikan sebagai finger rest ekstraoral dan intraoral.

Finger rest idealnya berada di dekat daerah kerja. Beberapa jenis finger rest intraoral

diantaranya konvensional (tumpuan pada gigi dalam 1 rahang sisi yang sama), cross arch

(tumpuan pada gigi dalam 1 rahang sisi yang berlawanan), opposite arch (tumpuan pada gigi
pada rahang yang berlawanan), finger on finger (tumpuan pada jari telunjuk/ibu jari tangan

yang lain yang diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan area perawatan pada rahang

yang sama).

Finger rest ekstra oral digunakan untuk scaling gigi posterior rahang atas. Caranya

dengan menempelkan jari tangan sisi telapak tangan maupun punggung tangan pada

pipi/bibir. Metode yang paling sering digunakan adalah palm-up (dengan meletakkan

punggung jari tengah dan jari manis pada sisi lateral kanan mandibula, digunakan untuk

scaling regio posterior atas kanan) dan palm-down (dengan meletakkan jari tengah dan jari

manis sisi telapak pada lateral kiri mandibula, digunakan untuk scaling regio posterior atas

kiri).
Gambar 21. Macam-macam posisi Finger rest

6) Aktivasi instrumen

a. Adaptasi merupakan bagaimana ujung kerja instrumen diletakkan pada permukaan gigi.

Tujuannya adalah untuk membuat ujung keja instrumen berada sesuai pada kontur gigi.

Adaptasi yang baik mampu menghindari trauma dan meningkatkan keefektifan

instrumentasi yang maksimal.

b. Angulasi merupakan sudut yang dibentuk antara alat dengan permukaan gigi, sering

diistilahkan dengan tooth-blade relationship. Angulasi yang benar dapat membantu

membersihkan kalkulus dengan baik. Sudut yang disarankan adalah sebesar 45 - 90 . Dan
untuk scaling subgingiva sudut angulasi ketika blade dimasukkan kedalam sulkus adalah 0

agar tidak melukai gingiva.

c. Tekanan lateral merupakan kekuatan yang diaplikasikan pada permukaan gigi selama

tindakan scaling dan root planning. Jumlah tekanan yang diberikan bervariasi tergantung

kepada sifat kalkulus tindakan yang akan dilakukan, apakah perawatan awal atau tindakan

root planing.

d. Gerakan alat. Perawatan scaling dan root planning meliputi 3 gerakan mendasar, yaitu

exploratory stroke, scaling stroke dan root planning stroke. • Exploratory stroke merupakan

gerakan ringan yang digunakan pada probe atau eksplorer untuk mengevaluasi dimensi

poket, mendeteksi kalkulus, dan iregularitas permukaan gigi.

• Scaling stroke merupakan gerakan pendek dan kuat yang digunakan pada instrumen

blade untuk menghilangkan kalkulus supragingiva dan subgingiva. 3 tipe gerakan

selama scaling adalah vertikal (arah koronal), oblique dan horizontal.

• Root planning stroke merupakan gerakan sedang hingga ringan yang digunakan untuk

penghalusan pada permukaan akar. Kuret adalah instrumen yang paling efektif untuk

prosedur ini.

1.3.3 Teknik SRP Manual

 Teknik scaling kalkulus supragingiva

Kalkulus supragingiva tidak sekeras kalkulus subgingiva. Keuntungan lain adalah

pada kalkulus subgingiva tidak dibatasi oleh jaringan yang mengelilinginya. Hal ini

merupakan kemudahan dalam aplikasi dan penggunaan alat. Sickle lebih umum digunakan

untuk scaling supragingiva, sedangkan hoe dan chisel lebih jarang digunakan.
Tata cara scaling supragingiva diawali dengan penempatan alat pada apikal dari

kalkulus supragingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area permukaan gigi yang akan

dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal (koronal),

horisontal maupun oblique mendorong maupun mengungkit kalkulus sampai terlepas dari

gigi. Scaling dilakukan sampai permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual

maupun perabaan dengan bantuan alat (misalnya: sonde). Scaling dikatakan bersih jika

tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat

dengan ujung yang tajam (sickle) hendaknya digunakan secara hati-hati karena lebih

mudah melukai jaringan lunak di bawahnya.

 Teknik scaling dan root planing kalkulus subgingiva

Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling supragingiva.

Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras daripada supragingiva, selain itu kalkulus

subgingiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit dijangkau (misalnya daerah

bifurkasi). Jaringan lunak yang membatasi kalkulus subgingiva juga merupakan masalah,

karena pandangan operator menjadi terhalang, terutama jika saat tindakan scaling, darah

yang keluar cukup banyak maka pandangan menjadi semakin tidak jelas. Oleh karena itu

operator dituntut menggunakan kepekaan perasaan dengan bantuan scaler untuk

mengetahui keberadaan dan posisi kalkulus subgingiva.

Pada scaling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi sangat terbatas dengan adanya

dinding poket yang mengelilinginya. Oleh karena itu untuk mencegah trauma dan

kerusakan jaringan yang lebih besar, maka alat scaler harus diaplikasikan dan digunakan

secara hati-hati serta yang lebih penting lagi adalah pemilihan alat dengan penampang

yang tipis agar mudah masuk ke dalam subgingiva. Selain itu operator dituntut untuk
menguasai morfologi gigi per gigi dengan berbagai kemungkinan variasinya. Hal ini

penting untuk membedakan antara adanya kalkulus atau karena adanya bentukan yang

variatif dari permukaan akar.

Daerah lain yang sulit dijangkau adalah kalkulus di bawah titik kontak antara 2 gigi,

yaitu daerah batas sementum dan enamel (cemento-enamel junction / CEJ) karena pada

daerah ini terdapat cekungan yang lebih dalam dibanding CEJ pada permukaan fasial

maupun lingual/palatal. Kalkulus pada daerah ini umumnya melekat erat pada cekungan,

sehingga diperlukan berbagai variasi gerakan scaler secara vertikal, oblique maupun

horisontal agar kalkulus dapat terlepas.

Tata cara scaling kalkulus subgingiva mirip dengan scaling kalkulus supragingiva,

hanya ada batasan-batasan tertentu seperti yang tersebut di atas. Scaling subgingiva diawali

dengan penempatan scaler sedapat mungkin pada apikal dari kalkulus subgingiva,

membentuk sudut 450 - 900 terhadap area permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan

gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal (koronal), maupun oblique

mengungkit dan menarik kalkulus terlepas dari gigi.

 Scaling dengan ultrasonic scaler

Scaling dengan alat ultrasonic scaler lebih mudah untuk menghilangkan kalkulus pada

permukaan gigi dibanding scaling dengan alat manual. Alat ini mempunyai ujung (tip)

yang dapat bergetar sehingga dapat melepaskan kalkulus dari permukaan gigi. Alat ini

dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan menjadi lebih bersih karena

permukaan gigi langsung dicuci dengan air yang keluar dari alat ini.

Gerakan alat sama dengan gerakan dengan scaler manual tetapi tidak boleh ada

gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya digunakkan untuk memecah kalkulus yang
besar dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan ringan sampai

kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan permukaan gigi dari sisa kalkulus,

maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan pada permukaan gigi kemudian digerakkan

dalam arah lateral (vertikal, horisontal dan oblique) ke seluruh permukaan sampai

diperkirakan halus. Kepekaan alat ini untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus manual

scaler, sehingga umumnya setelah dilakukan scaling dengan ultrasonic, maka tetap

disarankan scaling dan root planing dengan manual scaler. Perlu ketrampilan khusus dalam

penggunaanya, karena alat ini dijalankan dengan mesin yang kadang sulit kita kontrol

gerakannya.

 Pemolesan

Agar permukaan gigi menjadi halus licin dan mengkilat, maka tindakan akhir yang

merupakan rangkaian scaling dan root planing adalah pemolesan. Pada tahap awal

pemolesan disarankan untuk memoles gigi dengan bantuan brush yang dijalankan dengan

bur dengan diberi pasta gigi untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan nekrotik. Selanjutnya

dapat digunakan rubber yang juga dijalankan dengan bur agar gigi menjadi licin dan

mengkilap. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari mudahnya perlekatan kembali plak

dan kalkulus dalam waktu yang singkat jika permukaan gigi kasar.

Plak dan kalkulus pada permukaan gigi mutlak harus dibersihkan karena bersifat

patologis dan mengganggu estetik. Tindakan scaling dan root planing dapat menghilangkan

plak dan kalkulus jika dilakukan dengan pemilihan alat dan dilakukan dengan teknik yang

benar.

1.4 Pemeriksaan Klinis Periodontal

1.4.1 Oral Hygiene Index (OHI)


OHI merupakan hasil penjumlahan dari indeks debris dan indeks kalkulus, setiap indeks

menggunakan skala nilai dari 0-3. Pada penilaian ini semua gigi diperiksa, setelah semua

gigi diperiksa, pilih gigi yang paling kotor dari setiap segmen. Setiap rahang dibagi menjadi

tiga segmen, yaitu: (1) Segmen pertama, mulai dari distal kaninus sampai molar ketiga

kanan rahang atas, (2) Segmen kedua, diantara kaninus kanan dan kiri dan (3) Segmen

ketiga, mulai dari mesial kaninus sampai molar ketiga kiri.

Gambar 22. Debris indeks dan kalkulus indeks

1.4.2 Gingival Index (GI)

Pada tahun 1963 Loe dan Silness membuat gingival index untuk mengukur derajat inflamasi

gingiva dengan memberi skor sebagai berikut:

Skor 0 : Gingiva normal

Skor 1 : Inflamasi ringan; sedikit perubahan warna dan sedikit edema, tidak ada bleeding on

probing

Skor 2 : Inflamasi sedang; gingiva merah, edema dan bleeding on probing

Skor 3 : Inflamasi berat; merah, edema, ulserasi dan perdarahan spontan

Gingival indeks diukur pada 4 sisi gingiva yaitu bukal, disto-bukal, mesio-bukal dan

lingual untuk setiap gigi. Skor dari 4 sisi gigi dijumlahkan lalu dibagi empat untuk
memberikan hasil gingival indeks satu gigi. Gingival indeks individu diperoleh dari jumlah

nilai indeks gigi yang diperiksa lalu membagikannya dengan jumlah gigi yang diperiksa.

Hasil gingival indeks individu dengan skor 0,1 - 1,0 menunjukkan adanya inflamasi ringan,

skor 1,1 - 2,0 menunjukkan inflamasi sedang, skor 2,1 - 3,0 menunjukkan inflamasi gingiva

berat

1.4.3 Rekam Kontrol Plak (RKP)

Dilakukan dengan menggunakandisclosing solution atau tablet serta periksasetiap

permukaan gigi (kecuali permukaan oklusal) untuk keberadaan noda biofilm di

dentogingival junction.Biofilm plak dicatat pada kotak yang sesuai dalam diagram untuk

empat permukaan pada setiap gigi.Setelah semua gigi diskorkan, indeksjumlah dihitung

untuk mengetahui persentase permukaan dengan biofilm dengan cara membagi jumlah

permukaan dengan biofilm plak mikroba denganjumlah total permukaan yang dicetak dan

kemudian dikalikan dengan 100 persen. RKP digolongkan baik jika memiliki persentase

dibawah 10%.

1.4.4 Probing Depth (PD) and Clinical Attachment Loss (CAL)

PD yang dalam dikaitkan dengan peningkatan prevalensi dan level patogen periodontal

serta peningkatan risiko perkembangan penyakit.PD didefinisikan sebagai jarak dari margin

gingiva ke dasar sulkus. PD harus diukur di enam (atau lebih) area pergigi. Prob dimasukkan

sejajar dengan sumbu panjang gigidan berjalan melingkar di sekitar setiap permukaan gigi

untukmendeteksi lokasi terdalam. Di area interproksimal, probe diletakkan pada kontak dan

sedikit miring untuk memungkinkan ujung probe mencapai area terdalam di bawah titik

kontak. Kedalaman 1 hingga 3 mm dianggap dangkal dan berada dalam batas normal,
kedalaman 4 hingga 6mm dianggap sebagai poket yang moderate, dan jika lebih dari 6 mm

maka dianggap sebagai poket yang dalam.

Gambar 23. Pemeriksaan PD pada gigi

CAL memberikan perkiraan keseluruhan dari jumlah kerusakan periodonsium. CAL

adalah jarak dari cementoenamel junction (CEJ) kedasar sulkus. Secara klinis, jarak dari

CEJ kemargin gingiva diukur.Posisi margin gingiva dicatat sebagai angka positif ketika

berada di apikal CEJ dan sebagai angka negatif ketika berada di koronal CEJ.CAL

dihitung sebagai PD ditambah pengukuran margin gingivakeCEJ. Tingkat keparahan

periodontitis diklasifikasikan sebagai ringan, sedangdan berat berdasarkan CAL 1 sampai

2 mm,3 sampai 4 mm, dan ≥5 mm.

Gambar 24. PD dan CAL

1.4.5 Bleeding On Probing (BOP)

Bleeding on probing merupakan tanda klinis berupa perdarahan saat probing yang

digunakan sebagai indikator terjadinya inflamasi gingival. Papillary bleeding index


merupakan indeks perdarahan gingiva yang diperkenalkan oleh Saxer dan Muhleman pada

tahun 1977. Intensitas perdarahan pada indeks ini dicatat dengan skor sebagai berikut:

Skor 0 : Tidak ada perdarahan

Skor 1 : Perdarahan berupa satu titik

Skor 2 : Perdarahan beberapa titik terisolasi atau berupa garis

Skor 3 : Darah tergenang di papila interdental

Skor 4 : Darah mengalir di sepanjang sulkus gingival

Papillary bleeding index diukur dengan cara memasukkan ujung probe

periodontal ke dasar sulkus gingiva tepat di dasar sisi mesial papila, kemudian

dijalankan secara koronal ke dasar sisi distal papila

1.4.6 Kegoyangan Gigi (Tooth Mobility)

Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya

dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakanmenunjukkan kondisi

periodonsium, makin besar gerakannya, makin buruk status periodontalnya. Hasil tes

mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat 1, jika gerakan mahkota

dalam jarak 1 mm secara horizontal. Derajat 2, jika gerakan mahkota lebih dari 1 mm secara

horizontal. Derajat 3, jika gigi bergerak secara horizontal dan vertikal karena tekanan pipi

atau lidah serta terdapat gangguan fungsi yang parah.

Gambar 25. Pemeriksaan mobility gigi


BAB II

TELAAH KASUS

Skenario Scaling and Root Planing

Shafa umur 29 tahun datang ke RSGM UNAND karena merasa khawatir akan gusinya
yang mudah berdarah saat menggosok gigi. Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan
pasien merasa semakin tidak nyaman dengan kondisi mulutnya. Pasien tidak merasakan sakit
pada gusinya dan tidak ada pendarahan spontan. Pasien terakhir ke dokter gigi 7 tahun yang lalu
untuk melakukan scalling. Sejak setahun yang lalu pasien sudah merasakan tidak nyaman dengan
gigi yang terasa kasar dan napas yang sering berbau. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari pada pagi
dan sore dengan gerakan memutar, tidak pernah menggunakan obat kumur dan dental floss.
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan, belum pernah dirawat
dirumah sakit dan tidak mimilki riwayat penyakit sistemik baik yang dialaminya ataupun
keluarganya. Pasien sudah menikah dan merupakan seorang guru. Pasien memiliki kebiasaan
begadang dan suka ngemil dimalam hari, minum air putih kurang dari 8 gelas sehari, serta
mengonsumsi buah dan sayur yang cukup.

Pemeriksaan umum pasien didapatkan tekanan darah 110/70mmHg, denyut nadi


75x/menit, pernafasan 15x/menit, suhu tubuh 36,5o. Pada pemeriksaan ekstraoral tidak ada
kelainan dan pemeriksaan intraoral didapatkan karies superficial pada gigi 37, 46 dan gigi
berjejal pada gigi 32,31,41,42. Kalkulus supragingiva pada permukaan bukal dan palatal gigi
16,17,18,27,28 bagian lingual gigi 35,36,37, dan bagian bukal dan lingual gigi 32,31,41,42.
Gingiva yang terdapat kalkulus berwarna sedikit kemerahan dan sedikit membengkak. Nilai OHI
pasien adalah 2,8 (sedang) dan nilai GI pasien adalah 1 (peradangan ringan).
1.1 Identitas Pasien

Nama Pasien : Shafa

Tempat/tgl lahir : Padang/ 17 Juli 1992

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Aur duri, Padang

Golongan darah : A

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

2.2 Pemeriksaan Subjektif

Chief Complaint

Pasien datang ke RSGM Unand dengan keluhan merasa kuatir akan gusinya yang mudah

berdarah saat menggosok gigi

Present Ilness

Pasien merasa tidak nyaman dengan perdarahan saat pasien menyikat giginya sejak 3 bulan

yang lalu, perdarahan tidak terjadi secara spontan dan gusi tidak sakit. Pasien sudah

merasakan tidak nyaman dengan gigi yang terasa kasar serta napas yang berbau.

Past Dental History

Pasien terakhir kali datang ke dokter gigi 7 tahun yang lalu untuk melakukan perawatan

pembersihan karang gigi. Pasien menggosok gigi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan

gerakan memutar, belum pernah menggunakan obat kumur maupun dental floss.
Past Medical History

Pasien tidak memiliki penyakit sistemik, tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun

makanan dan belum pernah dirawat dirumah sakit.

Family History

Keluarga pasien tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik.

Social History

Pasien sudah berumahtangga dan merupakan seorang guru. Pasien sering begadang, ngemil

malam hari, minum air kurang dari 8 gelas sehari, cukup mengkonsumsi sayur dan buah.

2.3 Pemeriksaan Objektif

2.3.1 Pemeriksaan Umum

a) Tekanan darah : 110/70 mmHg

b) Denyut nadi : 75x/menit

c) Pernafasan : 15x/menit

d) Suhu tubuh : 36,5 ºC

2.3.2 Pemeriksaan Ekstraoral

a) Mata : Pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik


b) Leher : TAK (tidak teraba, tidak sakit)
c) Bibir : TAK (simetris, tidak pucat, tidak ada lesi)
d) TMJ : TAK

2.3.2 Pemeriksaan Intraoral


a) Mukosa : TAK
b) Gingiva
- Bentuk : Sedikit bengkak pada gigi yang terdapat kalkulus
- Warna : Sedikit kemerahan pada gigi yang terdapat kalkulus
- Konsistensi : Kenyal dan melekat erat pada struktur di bawahnya
- Pitting test :-
- Stippling : (+)
- Permukaan : bergerigi
- Resesi : (-)
- Interdental papil : runcing
- Stillman’s cleft :-
- MC.Call’s festoon : -
- Frenulum : sedang
- Perkusi :-
- Mobility :-
c) Oklusi
- Kontak prematur : -
- Permukaan gigi
o Atrisi :-
o Abrasi :-
o Erosi :-
- Gigi geligi tidak beraturan : 32,31,41,42
- Karies superficialis gigi : 37, 46
- Missing teeth : -
d) Evaluasi oral hygiene
- Nilai plak : Sedang
- Nilai OHI : Sedang (2,9)
- Nilai Gingiva Indeks : Ringan (1)
- Kalkulus : Kalkulus supragingiva pada permukaan bukal dan palatal
gigi 16,17,18,27,28 bagian lingual gigi 35,36,37, dan bagian bukal dan lingual gigi
32,31,41,42
e) Evaluasi pra perawatan
- Diagnosis : Gingivitis Marginalis Kronis Lokalisata
- Etiologi : Dental plak dan Kalkulus
- Sikap pasien : Kooperatif
- Prognosa : Baik
f) Tahapan perawatan gigi (menyeluruh)
1) Fase initial : SRP manual + DHE
Evaluasi fase initial : kontrol 1 minggu pasca scaling
kontrol 1 bulan pasca scaling
2) Fase bedah :-
3) Fase restoratif : RK klas I pada gigi 37 dan 46
4) Fase pemeliharaan : kontrol periodik 6 bulan sekali
2.3.2.1 Catatan Keadaan Intraoral
A. Nilai Plak

= 57/(32x4)= 0,4453 x100%= 44,53%

B. Probing depth

Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

Kunjungan 212 112 122 122 212 111 111 111 211 121 112 111 211 221 222 112

Kunjungan
Facial
II

Kunjungan

III

Kunjungan 212 112 222 221 212 121 111 111 211 112 111 111 112 222 221 112

Kunjungan
Palatal
II

Kunjungan

III

Mobility - - - - - - - - - - - - - - - -

BOP - + - - - - - - - - - - - + + -
Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Kunjungan 112 111 221 222 111 211 212 122 122 222 111 211 121 222 211 112

Kunjungan
Facial
II

Kunjungan

III

Kunjungan 112 111 122 221 112 211 222 122 122 221 111 112 112 222 111 112

Kunjungan
Palatal
II

Kunjungan

III

Mobility - - - - - - - - - - - - - - - -

BOP - + - - - - - + + - - - - + - -

C. Oral Hygiene Index

Debris R ANT L

Maksila B 0 0 1

P 1 0 1

Mandibula B 1 0 1

L 1 1 1

Kalkulus R ANT L

Maksila B 1 0 1
P 1 0 1

Mandibula B 1 0 1

L 1 1 1

Skor Debris Indeks : 8/6= 1,3

Skor Calculus Indeks : 9/6= 1,5

Skor OHI pasien : 2,8 (sedang)


BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

ALAT BAHAN

Diagnostic set APD (masker, handscoen, faceshield,

gown, headcap)

Probe UNC 15 Polibib

Nierbeken/ Tray Gelas kumur

Scaler Manual Suction

Low speed handpiece Disclosing Solution

Brush Povidone iodine 3%

Rubber Polishing Bur Cotton rol

Cotton pellet

Pasta Gigi

3.2 Tahap Pekerjaan

1. Mempersiapkan alat perlindungan diri (menggunakan masker, mencuci tangan 6

langkah WHO, menggunakan handscoen)

2. Lakukan pemeriksaan subjektif dan objektif pada pasien

3. Mempersiapkan alat dan bahan steril pada dental unit

4. Beritahukan pasien tentang assessment dan rencana perawatan yang akan dilakukan.

5. Melakukan persiapan pasien (menggunakan polibib, suction dan gelas kumur)

6. Lakukan pemeriksaan Oral Hygine Indeks (OHI)


7. Lakukan pemeriksaan kedalaman poket dengan menggunakan probe UNC 15

8. Lakukan pemeriksaan Rekam Kontrol Plak (RKP) menggunakan disclosing solution

dan hitung skor RKP.

9. Lakukan asepsis terlebih dahulu dengan povidone iodine 3% pada seluruh permukaan

gigi atau meminta pasien untuk berkumur chlorhexidine 0,12% selama 1 menit untuk

mencegah infeksi.

10. Lakukan SRP menggunakan scaler manual

Pegang alat degan modified pen grasp dengan finger rest yang stabil. Extraoral hand

rest harus digunakan pada gigi maksila dan pada mandibula bisa digunakan intraoral

ataupun ekstraoral fulcrum. Scaler manual harus berkontak dengan permukaan

kalkulus agar kalkulus bisa terlepas dari permukaan gigi, scaler manual juga harus

berkontak dengan semua permukaan gigi yang terdapat deposit yang terwarnai oleh

disclosing solution setelah di RKP untuk menghilangkan lapisan plak biofilm.

Instrumentasi dilakukan dengan tekanan ringan sampai sedang. Scaler manual

digerakkan secara konstan dan sejajar dengan permukaan gigi. Selama instrumentasi

permukaan gigi diperiksa dengan sonde untuk mengevaluasi hasil debridement. Cek

kembali kalkulus dengan eksplorer apakah masih ada bagian yang masih terasa kasar

atau instruksikan pasien menyentuh bagian lingual gigi dengan lidah.

11. Scaling dikatakan bersih jika seluruh seluruh permukaan gigi telah halus dan bersih

dari kalkulus, bersihkan permukaan gigi menggunakan brush yang diolesi pasta gigi.

12. Instruksikan pasien untuk berkumur dengan air yang telah ditetesi povidone iodine.

13. Selanjutnya dapat menggunakan rubber/ polishing bur sampai gigi menjadi licin dan

mengkilap.
14. Berikan instruksi kepada pasien :

a. Jangan menyentuh daerah yang telah dirawat dengan lidah

b. Jangan sering meludah terlalu keras dan menghisap daerah-daerah yang telah

dirawat

c. Instruksikan pasien untuk tidak terlalu keras saat menyikat gigi dan gunakan

bulu sikat yang halus

d. Jangan meminum minuman yang panas

e. Jangan memakan makanan yang kasar, keras, dan pedas

f. Beritahukan kepada pasien jika ada keluhan pasca perawatan segera hubungi

dokter yang telah merawat

g. Kontrol kembali setelah 1 minggu perawatan dan melakukan perawatan

scaling root planing setiap 6 bulan.

15. Berikan DHE kepada pasien :

a. Instruksi kontrol plak, seperti:

– Secara mekanis, pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2× sehari pagi

setelah sarapan dan malam sebelum tidur dan menerapkan teknik menyikat

gigi yang benar. Menggunakan dental floss untuk menghilangkan plak yang

tidak terjangkau. Berkumur dengan air setelah makan.

– Secara kimiawi, dengan menggunakan obat kumur.

– Penyuluhan diet, mengendalikan frekuensi makanan karbohidrat dan lebih

memilih makanan yang berserat (buah dan sayur).

b. Pasien diinstruksikan untuk tidak meminum air secara berlebihan


c. Pasien dianjurkan untuk dapat beristirahat secara teratur (mengurangi

frekuensi begadang).

16. Kontrol 1 minggu

a. Tanyakan keluhan pasien

b. Cek warna, kontur, tekstur, dan konsistensi gingiva

c. RKP

d. Evaluasi kasus (jika ada)

17. Kontrol 1 bulan

a. Tanyakan keluhan pasien

b. Cek warna, kontur, tekstur dan konsistensi gingiva

c. RKP

d. Probing depth
DAFTAR PUSTAKA

Caranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2018, Carranza’s Clinical
Periodontology, 13th ed, Saunders Elsevier, China.
Caranza, F.A., Newman, M.G., Klokkevold, P.R., Takei, H.H. 2015. Carranza’s Clinical
Periodontology. 12 th edition. Saunders: Elsevier
Hughes, F., 2013. Clinical problem solving in periodontology & implantology. Edinburgh:
Churchill Livingstone Elsevier.
Reddy Shantipriya.2011. Essentials Of Clinical Periodontology And Periodontics, 3rd ed. Jaypee
Brothers Co. India.

Anda mungkin juga menyukai