Oleh
Elga Handayani
1711411017
Dosen Pembimbing :
drg. Gunawan , Sp, R.K.G
KAJIAN PUSTAKA
yang terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak yang mengelilingi gigi, meliputi
menyebabkan kerusakan progresif pada tulang dan struktur pendukung gigi disertai
dengan pembentukan saku periodontal, resesi atau keduanya yang akhirnya dapat
yang tidak peduli terhadap kebersihan mulutnya sehingga hal ini merupakan salah satu
a. Gingiva sehat, yang normal memiliki sejumlah sel inflamasi dalam junctional epithelium
dan jaringan ikat. Meskipun gingivitis pada tahap ini tidak dapat dideteksi secara klinis,
sel inflamasi di dalam jaringan dan meningkatnya migrasi neutrofil ke dalam gingiva
crevice. Epithelium gingiva menjadi lebih tebal. Jaringan ikat gingival telah banyak
c. Established gingivitis, memiliki jaringan ikat yang lebih banyak didominasi oleh sel
plasma (10-30%).
d. Periodontitis, ditandai dengan migrasi ke arah apical dari junctional epithelium tahap
pertama dari hilangnya perlekatan. Infiltrasi yang sama dari sel inflamasi dapat dilihat,
1.1.1 Gingivitis
Gingivitis adalah kondisi tahap awal penyakit jaringan periodontal yaitu berupa inflamasi
pada gingiva tanpa penghancuran lebih lanjut dari komponen pendukung gigi dan tulang alveolar
gambaran klinis inflamasi. Munculnya warna kemerahan pada margin gingiva dikarenakan
adanya dilatasi pembuluh darah di jaringan ikat subepitel dan hilangnya keratinisasi permukaan
Plaque-induced gingivitis dan non-induced gingivitis. Plaque induced gingivitis merupakan jenis
penyakit periodontal terbanyak kedua setelah karies gigi yang terjadi disemua kalangan usia.
Gingivitis ini disebabkan oleh bakteri plak gigi dan didukung oleh faktor lokal seperti oral
hygiene yang buruk, crowding gigi, karies, overhanging restoration, resesi gingiva, pemakaian
piranti ortodonti dan protesa gigi . Faktor predisposisi lain seperti hormonal, pubertas,
menstruasi, kehamilan, merokok, penyakit sistemik, pengaruh obat tertentu yang menyebabkan
pembesaran gingiva dan peradangan seperti obat calcium channel blocking, phenytoin,
siklosporin serta faktor malnutrisi. Studi menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas
juga dikaitkan dengan kalkulus gigi dan peradangan gingiva pada orang dewasa muda yang
kontur, adanya plak dan kalkulus, serta perdarahan merupakan karakteristik penyakit ini. Acute
necrotizing gingivitis (ANUG) juga termasuk jenis gingivitis karena bakteri plak.
Inflamasi akut gingiva dimulai 2-4 hari setelah akumulasi plak, ditandai dengan adanya
perubahan vaskularisasi yang terdiri dari dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah,
eksudasi cairan dari sulkus gingiva. Secara mikroskopik terlihat migrasi leukosit terutama
Polimorfonukleat (PMN) dari pembuluh kapiler menuju epitel junctional dan sulkus gingiva
Dikenal sebagai early gingivitis yang merupakan lanjutan lesi initial terjadi dalam
waktu sekitar 1 minggu setelah dimulainya akumulasi plak. Early lesion dikarakteristikan
dengan infiltrasi dominan sel limfosit T sekitar 75% di dalam jaringan ikat dibawah epitel
junctional dan serta migrasi beberapa neutrofil, makrofag, sel plasma, dan sel mast, dan
mulai terjadi aktivitas penghancuran kolagen hingga 70%. Tanda klinis seperti eritema,
perdarahan saat probing juga terjadi pada tahap ini dan jika plak segera dihilangkan
inflamasi segera berkurang dan jaringan yang rusak akan regenerasi dengan cepat.
3. Gingivitis stase 3 : Established lesions
mengalami dilatasi dan tersumbat, aliran balik vena terganggu, dan aliran
kolagen semakin banyak serta peningkatan level enzim seperti asam, alkalin fosfatase yang
meradang.
oleh non plak dan lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan kasus gingivitis dikarenakan
plak. Manifestasi oral akibat penyakit sistemik menghasilkan lesi pada jaringan periodonsium,
hal ini mencakup lesi autoimun atau etiologi idiopatik yang dapat bermanifestasi pada gingival.
Gingivitis berdasarkan lokasi dan distribusi di rongga mulut terbagi menjadi gingivitis
lokalisata, generalisata, marginalis, papilary dan difus. Gingivitis terlokalisir terbatas pada
gingiva dari satu atau beberapa gigi, sedangkan gingivitis general melibatkan seluruh rongga
mulut. Gingivitis marginalis melibatkan margin gingiva dan dapat melibatkan sebagian dari
gingiva yang berdekatan. Gingivitis papilaris melibatkan papila interdental dan seringkali meluas
ke bagian tepi gingiva yang berdekatan. Gingivitis difus mempengaruhi margin gingiva, attached
gingiva, dan papilla interdental. Gingivitis pada kasus individu dijelaskan dengan
Keterangan Gambar
a. Gingivitis marginalislokalisata terbatas pada satu
terbatas (gambar 7)
(gambar 8)
e. Gingivitis difus generalisata melibatkan seluruh
1.1.2 Periodontitis
pembentukan poket serta diikuti oleh kehilangan tulang. Periodontitis adalah peradangan dari
jaringan periodontal yang disebabkan oleh plak mikrobial yang resisten. Periodontitis ditandai
oleh hilangnya perlekatan epitel yang progresif dan kerusakan ligamen periodontal serta tulang
alveolar. Keadaan ini didahului oleh gingivitis dan plak gigi yang mengandung beberapa spesies
anaerob. Selama masa eksaserbasi, kedalaman poket periodontal meningkat (lebih dari 3 mm),
cairan crevikular gingiva meningkat, terjadi kehilangan tulang alveolar dan perlekatan jaringan
ikat.
Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan periodontitis agresif.
Periodontitis kronis merupakan penyakit periodontitis yang paling umum terjadi dan paling
sering menyerang orang dewasa. Penyebab utama dari periodontitis kronis adalah akumulasi plak
dan kalkulus. Peningkatan laju perkembangan penyakit dapat disebabkan oleh faktor lokal
(akumulasi plak), penyakit sistemik (DM, HIV), dan faktor host (merokok, stress). Penyakit ini
memiliki progresif yang lambat hingga sedang, namun memiliki tingkat destruksi yang lebih
cepat. Periodontitis kronis dapat diklasifikasikan berdasarkan luas dan keparahannya. Tingkat
keparahannya dimulai dari ringan (1-2 mm), sedang (3-4 mm), dan berat (>5 mm).
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan umumnya
memiliki waktu lambat tetapi periode kehancuran lebih cepat. Peningkatan laju perkembangan
penyakit dapat disebabkan oleh dampak dari faktor-faktor lokal, sistemik atau lingkungan yang
dapat mempengaruhi interaksi host-bakteri normal. Spesies yang dominan pada penyakit
Periodontitis kronis dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan keparahan dan dapat bersifat lokal
atau menyeluruh :
a. Periodontitis Ringan
Periodontitis ringan ditandai dengan kerusakan kecil pada poket epitelium, migrasi neutrofil,
meningkatnya populasi sel plasma, migrasi pertautan epitel ke apikal, kerusakan kecil pada
perlekatan jaringan ikat dan resorbsi tulang alveolar setempat. Tahap ini ditentukan oleh
hilangnya perlekatan klinis 1-2 mm, kedalaman poket periodontal 4-5 mm, kerusakan furkasi
kelas I dan hilangnya puncak tulang alveolar sebanyak 2 mm atau kurang. Furkasi kelas I adalah
kerusakan tulang yang terbatas di antara aspek superior akar dan mahkota gigi yang dideteksi
b. Periodontitis Sedang
menunjukkan adanya ulserasi pada poket epitelium, infiltrasi populasi sel plasma dan sel T,
migrasi pertautan epitel ke arah apikal yang cukup signifikan dan kerusakan perlekatan jaringan
ikat dan tulang alveolar. Kondisi ini ditentukan berdasarkan hilangnya perlekatan klinis sebesar
3-4 mm, kedalaman poket periodontal 4-6 mm, kerusakan tulang alveolar 3-4 mm, eksudat
gingiva dan perdarahan. Kerusakan tulang horizontal, kerusakan tulang vertikal, cacat tulang
(kawah atau cekungan), gigi goyang, dan kerusakan furkasi kelas II adalah ciri radiografi dan
klinis dari penyakit ini. Kerusakan furkasi kelas II berupa cacat tulang kortikal dan alveolar
c. Periodontitis Lanjut
Periodontitis lanjut ditandai secara mikroskopis oleh kerusakan yang besar dari poket
epitelium, perlekatan jaringan ikat, dan tulang alveolar serta sejumlah besar populasi sel plasma
dan sel T. Periodontitis lanjut didefinisikan sebagai hilangnya perlekatan klinis, sebanyak
minimal 5 mm. Terlihat adanya kedalaman poket periodontal lebih dari 6 mm, kerusakan tulang
alveolar lebih dari 4 mm, resesi gingiva, goyangnya gigi secara signifikan dan kerusakan furkasi
kelas III.
Setelah melakukan diagnosis dan prognosis dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah
dan long-term goals. Immediate goals adalah menghilangkan semua proses infeksi dan inflamasi
yang menyebabkan penyakit periodontal dan masalah kesehatan rongga mulut lainnya yang
dapat mengganggu kesehatan umum pasien, diantaranya edukasi mengenai penyakit mulut,
kontrol karies, endodontik, dan prosedur periodontal. Intermediate goals adalah rekonstruksi gigi
yang sehat dan menjaga estetika gigi selama bertahun tahun, diantaranya perawatan orthodontik,
pencegahan dan terapi suportif diantaranya, edukasi pasien, perawatan kesehatan rutin, dan
preliminary, fase 1, evaluasi respon fase 1, fase 2, fase 3, evaluasi respon fase 3, dan fase 4. Fase
preliminary terdiri dari perawatan kasus darurat periodontal dan pencabutan gigi dengan
prognosis tidak ada harapan untuk dipertahankan. Terapi fase I (fase etiotropik) merupakan
perawatan periodontal yang tidak melibatkan bedah, terdiri dari DHE, scalling, root planning,
korekasi restorasi dan protesa yang mengiritasi, terapi antimikrobial (lokal atau sistemik), dan
terapi oklusal (penyelarasan oklusi). Evaluasi respon fase I terdiri dari pengecekan kembali
kedalaman saku dan inflamasi gingival, plak, kalkulus dan karies. Terapi fase II (fase bedah)
terdiri dari bedah periodontal dan perawatan saluran akar. Terapi fase III (fase restoratif) terdiri
dari restorasi final, gigi tiruan cekat dan lepasan. Evaluasi respon terhadap fase 3 terdiri dari
Scalling and Root Planning termasuk dalam perawatan tahap awal untuk
menghilangkan deposit plak pada supra dan subgingiva. Tujuan dilakukan Scalling dan Root
Planning adalah menghilangkan plak, kalkulus, stain pada mahkota, permukaan sementum atau
dentin yang tidak rata, permukaan akar gigi yang berisi kalkulus dan terkontaminasi oleh toksin
mikroorganisme. Scalling dan Root Planning merupakan “gold standar” dan sangat efektif dalam
penanganan penyakit periodontal secara non bedah. Scalling dan root planing mempengaruhi
hasil parameter klinis kondisi jaringan periodontal, diketahui Scalling dan Root Planning
meningkatkan perlekatan klinis (CAL) sebesar 0,5 mm. Berbagai bukti klinis lainnya
menunjukkan adanya penurunan kedalaman poket dan peningkatan perlekatan klinis pasca
Scaling manual merupakan suatu tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus,
dan stain pada permukaan mahkota (supragingival) dan akar gigi (subgingiva) menggunakan alat
khusus. Scaling manual merupakan perawatan utama untuk mengurangi kolonisasi bakteri dalam
sulkus gingiva. Keterbatasan scaling manual adalah tidak dapat mencapai daerah poket dengan
kedalaman lebih dari 3 mm dan tidak dapat mencapai daerah bifurkasi. Ada beberapa gerakan
yang digunakan dalam teknik scaling yaitu gerakan eksplorasi, gerakan scaling, dan gerakan root
planning.
Gerakan eksplorasi, gerakan ini dilakukan dengan perasaan, menggunakan exsplorer atau
ketidakteraturan lain pada permukaan gigi. Explorasi dilakukan dengan gerakan menarik
Gerakan Scaling, gerakan scaling adalah pendek, bertenaga, dan overlap menarik
Gerakan root planing, gerakan root planing adalah dari sedang sampai ringan dengan
Indikasi :
Kontraindikasi :
1) Probe periodontal
Penggunaan yang tepat dari probe diperlukan untuk menjaga akurasi. Ujung instrument
ditempatkan dengan tekanan ringan ke dalam sulkus gingiva, yang merupakan area antara
gigi dan jaringan sekitarnya. Probe di insersikan kedalam poket dengan posisi sejajar
dengan akar gigi. Ada berbagai jenis probe dan masing-masing memiliki cara sendiri
probe UNC-15, probe michigan “O”, probe Williams , dan probe WHO.
Gambar 11. Tipe probe periodontal
2) Explorers
Explorers digunakan untuk menemukan deposit subgingiva dan area karies serta
Permukaan sickle scaler adalah datar dengan dua cutting edge yang menyatu membentuk
ujung yang runcing. Penampang melintangnya berbentuk segitiga dan sisi pemotong pada
kedua sisi. Karena desainnya, alat ini hanya digunakan untuk penyingkiran kalkulus
jaringan gingiva.
ada yang khusus untuk regio posterior. Masing-masing jenis scaler ada yang lurus dan
ada yang melengkung lehernya. Pada scaler sabit untuk region anterior, baik yang lurus
maupun yang melengkung, mata pisau, leher dan gagangnya berada dalam satu bidang.
Sebaliknya mata pisau, leher dan gagang untuk regio posterior tidak berada dalam satu
bidang, karena tangkainya membengkok agar mudah diadaptasikan pada gigi posterior.
4) Curette adalah alat periodontal halus yang digunakan untuk scaling dan root planning.
Kuret dibedakan atas dua tipe: kuret universal dan kuret khusus (area-specific/Gracey
curette).
Ciri khas kuret adalah: bentuk penampang melintang seperti sendok, ujungnya
membulat/tumpul. Sisi pemotongnya adalah ganda pada kuret universal dan tunggal pada
kuret khusus. Ukurannya lebih halus dibandingkan dengan sickle scaler. Oleh sebab itu
alat ini mudah dimasukkan dan diadaptasikan pada pocket yang dalam tanpa
menimbulkan cedera pada jaringan. Kuret yang dipasarkan ada yang bermata pisau
tunggal (pada salah satu ujung gagang saja), tetapi ada juga yang bermata pisau ganda
b) Sisi pemotong pada kuret universal ganda, sedangkan pada kuret khusus tunggal 10
c) Kuret universal melengkung kearah atas saja, sedangkan kuret khusus melengkung
d) Permukaan mata pisau kuret universal tegak lurus terhadap leher alat, sedangkan mata
Gracey Curette memiliki 14 ukuran yang digunakan spesifik untuk tiap gigi dan
permukaannya. Kuret nomor 1-4 digunakan untuk gigi anterior, kuret nomor 5-6
digunakan untuk gigi anterior dan premolar, kuret nomor 7-10 digunakan untuk bagian
fasial dan lingual gigi posterior, kuret nomor 11-12 digunakan untuk bagian mesial gigi
posterior, serta kuret nomor 13-14 digunakan untuk bagian distal gigi posterior.
5) Hoe scaler
Mata hoe scaler membengkok membentuk sudut 99°-100° terhadap leher alat.
Alat ini didesain untuk setiap permukaan gigi, artinya pada setiap permukaan gigi
6) File scaler
File merupakan alat scaling yang berbentuk kikir. File digunakan untuk
menghancurkan deposit besar kalkulus yang keras atau lapisan kalkulus yang mengkilap.
Alat ini jarang digunakan karena dapat membuat permukaan gigi menjadi kasar.
7) Chisel scaler
Chisel scaler didesain khusus untuk permukaan proksimal gigi anterior yang
terlalu rapat ruang interproksimalnya. Lehernya bisa lurus atau membengkok, dengan sisi
8) Scaler ultrasonic
Digunakan untuk membuang plak, scalling, mabuang stain, dan kuretase. Ada 2
tipe gerakan pada scaler ultrasonic ini, yaitu (1) magnetostrictive, pergerakannya ellips ;
Rubber cups
Rubber cups digunakan dalam handpiece dengan ujung khusus. Handpiece, ujung
khusus, dan rubber cups harus disterilkan setiap setelah digunakan oleh pasien, atau
ujung khusus plastik sekali pakai dan rubber cups dapat digunakan dan kemudian
dibuang.
Bristle brushes
Sikat yang digunakan pada ujung khusus dengan pasta pemoles. Penggunaan sikat
dibatasi pada mahkota untuk menghindari cedera pada sementum dan gingiva karena
bulunya kaku.
mengurangi keefektifan perawatan. Dokter harus dapat mengamati bidang operasi sambil
menjaga punggung tetap lurus dan kepala tegak. Pasien harus dalam posisi terlentang dan
ditempatkan sedemikian rupa sehingga mulut dekat dengan siku dokter yang beristirahat.
tempat yang dibutuhkan. Kaca mulut juga dapat digunakan untuk meretraksi bibir atau pipi.
Visibilitas dan iluminasi yang dapat digunakan operator dapat berupa direct vision with
direct illumination (dengan cahaya langsung), indirect vision (dengan kaca mulut) dan
Gambar 19. Aplikasi dari visibilitas dan penerangan direct dan indirect
area operasi, jari ataucermin, atau keduanya yang dapat digunakan untuk retraksi. Kaca
digunakan untuk meretraksi pipi atau lidah, jari telunjuk untuk meretraksi bibir atau pipi.
Apabila bibir dan kulit kering, gunakan petroleum jelly untuk melembabkannya sebelum
(1) Menggunakan cermin untuk mendefleksikan pipi sementara jari tangan yang tidak
beroperasi mertraksi bibir dan melindungi sudut mulut dari iritasi oleh pegangan cermin
(2) Gunakan cermin saja untuk meretraksi bibir dan pipi
3) Kondisi intrumen
Semua instrumen harus diperiksa dan dipastikan dalam keadaan bersih, steril, dan dalam
sensitivitas taktil, memungkinkan dokter untuk bekerja lebih tepat dan efisien, serta
mengurangi trauma.
Daerah kerja harus bersih dari saliva, darah, ataupun debris. Daerah kerja dapat sesekali
5) Stabilisasi instrumen
Stabilitas dan kontrol instrumen yang efektif sangat penting untuk menghindari cedera
pada pasien atau dokter. Stabilisasi instrumen terdiri dari instrument grasp dan finger rest.
I. Instrument grasp
Ada 3 cara instrument grasp, yaitu: modified pen grasp, standard pen grasp dan palm
and thumb grasp. Instrumentasi yang paling efektif dan stabil adalah modified pen grasp.
Cara ini memungkinkan kepekaan untuk mendeteksi kondisi permukaan gigi terutama
subgingiva. Dengan modified pen grasp maupun standard pen grasp dapat mencegah
perputaran alat di luar kontrol ketika digunakan. standard pen grasp adalah teknik
memegang instrumen yang memastikan adanya kontrol besar dalam melakukan prosedur
intraoral. palm and thumb grasp adalah teknik memegang instrumen yang dapat
periodontal. Teknik ini umumnya digunakan untuk membentuk gigi palsu di luar rongga
mulut.
Gambar 21. Modified pen grasp, standard pen grasp dan palm and thumb grasp
Finger rest berfungsi untuk menstabilkan tangan dan instrumen dengan cara
memberikan tumpuan yang kuat pada saat memulai gerakan instrumentasi. finger rest
umumnya diperankan jari manis dengan jari manis seharusnya secara keseluruhan menempel
pada jari tengah. finger rest diklasifikasikan sebagai finger rest ekstraoral dan intraoral.
Finger rest idealnya berada di dekat daerah kerja. Beberapa jenis finger rest intraoral
diantaranya konvensional (tumpuan pada gigi dalam 1 rahang sisi yang sama), cross arch
(tumpuan pada gigi dalam 1 rahang sisi yang berlawanan), opposite arch (tumpuan pada gigi
pada rahang yang berlawanan), finger on finger (tumpuan pada jari telunjuk/ibu jari tangan
yang lain yang diletakkan pada gigi yang berdekatan dengan area perawatan pada rahang
yang sama).
Finger rest ekstra oral digunakan untuk scaling gigi posterior rahang atas. Caranya
dengan menempelkan jari tangan sisi telapak tangan maupun punggung tangan pada
pipi/bibir. Metode yang paling sering digunakan adalah palm-up (dengan meletakkan
punggung jari tengah dan jari manis pada sisi lateral kanan mandibula, digunakan untuk
scaling regio posterior atas kanan) dan palm-down (dengan meletakkan jari tengah dan jari
manis sisi telapak pada lateral kiri mandibula, digunakan untuk scaling regio posterior atas
kiri).
Gambar 21. Macam-macam posisi Finger rest
6) Aktivasi instrumen
a. Adaptasi merupakan bagaimana ujung kerja instrumen diletakkan pada permukaan gigi.
Tujuannya adalah untuk membuat ujung keja instrumen berada sesuai pada kontur gigi.
b. Angulasi merupakan sudut yang dibentuk antara alat dengan permukaan gigi, sering
membersihkan kalkulus dengan baik. Sudut yang disarankan adalah sebesar 45 - 90 . Dan
untuk scaling subgingiva sudut angulasi ketika blade dimasukkan kedalam sulkus adalah 0
c. Tekanan lateral merupakan kekuatan yang diaplikasikan pada permukaan gigi selama
tindakan scaling dan root planning. Jumlah tekanan yang diberikan bervariasi tergantung
kepada sifat kalkulus tindakan yang akan dilakukan, apakah perawatan awal atau tindakan
root planing.
d. Gerakan alat. Perawatan scaling dan root planning meliputi 3 gerakan mendasar, yaitu
exploratory stroke, scaling stroke dan root planning stroke. • Exploratory stroke merupakan
gerakan ringan yang digunakan pada probe atau eksplorer untuk mengevaluasi dimensi
• Scaling stroke merupakan gerakan pendek dan kuat yang digunakan pada instrumen
• Root planning stroke merupakan gerakan sedang hingga ringan yang digunakan untuk
penghalusan pada permukaan akar. Kuret adalah instrumen yang paling efektif untuk
prosedur ini.
pada kalkulus subgingiva tidak dibatasi oleh jaringan yang mengelilinginya. Hal ini
merupakan kemudahan dalam aplikasi dan penggunaan alat. Sickle lebih umum digunakan
untuk scaling supragingiva, sedangkan hoe dan chisel lebih jarang digunakan.
Tata cara scaling supragingiva diawali dengan penempatan alat pada apikal dari
kalkulus supragingiva, membentuk sudut 450 - 900 terhadap area permukaan gigi yang akan
dibersihkan. Dengan gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal (koronal),
horisontal maupun oblique mendorong maupun mengungkit kalkulus sampai terlepas dari
gigi. Scaling dilakukan sampai permukaan gigi terbebas dari kalkulus baik secara visual
maupun perabaan dengan bantuan alat (misalnya: sonde). Scaling dikatakan bersih jika
tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan permukaan gigi tidak ada yang kasar. Alat
dengan ujung yang tajam (sickle) hendaknya digunakan secara hati-hati karena lebih
Scaling subgingiva jauh lebih kompleks dan rumit dibandingkan scaling supragingiva.
Kalkulus subgingiva umumnya lebih keras daripada supragingiva, selain itu kalkulus
subgingiva kadang melekat pada permukaan akar yang sulit dijangkau (misalnya daerah
bifurkasi). Jaringan lunak yang membatasi kalkulus subgingiva juga merupakan masalah,
karena pandangan operator menjadi terhalang, terutama jika saat tindakan scaling, darah
yang keluar cukup banyak maka pandangan menjadi semakin tidak jelas. Oleh karena itu
Pada scaling subgingiva, arah dan keleluasaan menjadi sangat terbatas dengan adanya
dinding poket yang mengelilinginya. Oleh karena itu untuk mencegah trauma dan
kerusakan jaringan yang lebih besar, maka alat scaler harus diaplikasikan dan digunakan
secara hati-hati serta yang lebih penting lagi adalah pemilihan alat dengan penampang
yang tipis agar mudah masuk ke dalam subgingiva. Selain itu operator dituntut untuk
menguasai morfologi gigi per gigi dengan berbagai kemungkinan variasinya. Hal ini
penting untuk membedakan antara adanya kalkulus atau karena adanya bentukan yang
Daerah lain yang sulit dijangkau adalah kalkulus di bawah titik kontak antara 2 gigi,
yaitu daerah batas sementum dan enamel (cemento-enamel junction / CEJ) karena pada
daerah ini terdapat cekungan yang lebih dalam dibanding CEJ pada permukaan fasial
maupun lingual/palatal. Kalkulus pada daerah ini umumnya melekat erat pada cekungan,
sehingga diperlukan berbagai variasi gerakan scaler secara vertikal, oblique maupun
Tata cara scaling kalkulus subgingiva mirip dengan scaling kalkulus supragingiva,
hanya ada batasan-batasan tertentu seperti yang tersebut di atas. Scaling subgingiva diawali
dengan penempatan scaler sedapat mungkin pada apikal dari kalkulus subgingiva,
membentuk sudut 450 - 900 terhadap area permukaan gigi yang akan dibersihkan. Dengan
gerakan yang kuat dan dalam jarak pendek arah vertikal (koronal), maupun oblique
Scaling dengan alat ultrasonic scaler lebih mudah untuk menghilangkan kalkulus pada
permukaan gigi dibanding scaling dengan alat manual. Alat ini mempunyai ujung (tip)
yang dapat bergetar sehingga dapat melepaskan kalkulus dari permukaan gigi. Alat ini
dapat mengeluarkan air sehingga daerah perawatan menjadi lebih bersih karena
permukaan gigi langsung dicuci dengan air yang keluar dari alat ini.
Gerakan alat sama dengan gerakan dengan scaler manual tetapi tidak boleh ada
gerakan mengungkit. Ujung scaler hanya digunakkan untuk memecah kalkulus yang
besar dengan cara ditempelkan pada permukaan kalkulus dengan tekanan ringan sampai
kalkulus terlepas. Selanjutnya untuk menghaluskan permukaan gigi dari sisa kalkulus,
maka tepi blade ultrasonic scaler ditempelkan pada permukaan gigi kemudian digerakkan
dalam arah lateral (vertikal, horisontal dan oblique) ke seluruh permukaan sampai
diperkirakan halus. Kepekaan alat ini untuk mendeteksi sisa kalkulus tidak sebagus manual
scaler, sehingga umumnya setelah dilakukan scaling dengan ultrasonic, maka tetap
disarankan scaling dan root planing dengan manual scaler. Perlu ketrampilan khusus dalam
penggunaanya, karena alat ini dijalankan dengan mesin yang kadang sulit kita kontrol
gerakannya.
Pemolesan
Agar permukaan gigi menjadi halus licin dan mengkilat, maka tindakan akhir yang
merupakan rangkaian scaling dan root planing adalah pemolesan. Pada tahap awal
pemolesan disarankan untuk memoles gigi dengan bantuan brush yang dijalankan dengan
bur dengan diberi pasta gigi untuk menghilangkan sisa-sisa jaringan nekrotik. Selanjutnya
dapat digunakan rubber yang juga dijalankan dengan bur agar gigi menjadi licin dan
mengkilap. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari mudahnya perlekatan kembali plak
dan kalkulus dalam waktu yang singkat jika permukaan gigi kasar.
Plak dan kalkulus pada permukaan gigi mutlak harus dibersihkan karena bersifat
patologis dan mengganggu estetik. Tindakan scaling dan root planing dapat menghilangkan
plak dan kalkulus jika dilakukan dengan pemilihan alat dan dilakukan dengan teknik yang
benar.
menggunakan skala nilai dari 0-3. Pada penilaian ini semua gigi diperiksa, setelah semua
gigi diperiksa, pilih gigi yang paling kotor dari setiap segmen. Setiap rahang dibagi menjadi
tiga segmen, yaitu: (1) Segmen pertama, mulai dari distal kaninus sampai molar ketiga
kanan rahang atas, (2) Segmen kedua, diantara kaninus kanan dan kiri dan (3) Segmen
Pada tahun 1963 Loe dan Silness membuat gingival index untuk mengukur derajat inflamasi
Skor 1 : Inflamasi ringan; sedikit perubahan warna dan sedikit edema, tidak ada bleeding on
probing
Gingival indeks diukur pada 4 sisi gingiva yaitu bukal, disto-bukal, mesio-bukal dan
lingual untuk setiap gigi. Skor dari 4 sisi gigi dijumlahkan lalu dibagi empat untuk
memberikan hasil gingival indeks satu gigi. Gingival indeks individu diperoleh dari jumlah
nilai indeks gigi yang diperiksa lalu membagikannya dengan jumlah gigi yang diperiksa.
Hasil gingival indeks individu dengan skor 0,1 - 1,0 menunjukkan adanya inflamasi ringan,
skor 1,1 - 2,0 menunjukkan inflamasi sedang, skor 2,1 - 3,0 menunjukkan inflamasi gingiva
berat
dentogingival junction.Biofilm plak dicatat pada kotak yang sesuai dalam diagram untuk
empat permukaan pada setiap gigi.Setelah semua gigi diskorkan, indeksjumlah dihitung
untuk mengetahui persentase permukaan dengan biofilm dengan cara membagi jumlah
permukaan dengan biofilm plak mikroba denganjumlah total permukaan yang dicetak dan
kemudian dikalikan dengan 100 persen. RKP digolongkan baik jika memiliki persentase
dibawah 10%.
PD yang dalam dikaitkan dengan peningkatan prevalensi dan level patogen periodontal
serta peningkatan risiko perkembangan penyakit.PD didefinisikan sebagai jarak dari margin
gingiva ke dasar sulkus. PD harus diukur di enam (atau lebih) area pergigi. Prob dimasukkan
sejajar dengan sumbu panjang gigidan berjalan melingkar di sekitar setiap permukaan gigi
untukmendeteksi lokasi terdalam. Di area interproksimal, probe diletakkan pada kontak dan
sedikit miring untuk memungkinkan ujung probe mencapai area terdalam di bawah titik
kontak. Kedalaman 1 hingga 3 mm dianggap dangkal dan berada dalam batas normal,
kedalaman 4 hingga 6mm dianggap sebagai poket yang moderate, dan jika lebih dari 6 mm
adalah jarak dari cementoenamel junction (CEJ) kedasar sulkus. Secara klinis, jarak dari
CEJ kemargin gingiva diukur.Posisi margin gingiva dicatat sebagai angka positif ketika
berada di apikal CEJ dan sebagai angka negatif ketika berada di koronal CEJ.CAL
Bleeding on probing merupakan tanda klinis berupa perdarahan saat probing yang
tahun 1977. Intensitas perdarahan pada indeks ini dicatat dengan skor sebagai berikut:
periodontal ke dasar sulkus gingiva tepat di dasar sisi mesial papila, kemudian
Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral dalam soketnya
dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah gerakanmenunjukkan kondisi
periodonsium, makin besar gerakannya, makin buruk status periodontalnya. Hasil tes
mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi derajat kegoyangan. Derajat 1, jika gerakan mahkota
dalam jarak 1 mm secara horizontal. Derajat 2, jika gerakan mahkota lebih dari 1 mm secara
horizontal. Derajat 3, jika gigi bergerak secara horizontal dan vertikal karena tekanan pipi
TELAAH KASUS
Shafa umur 29 tahun datang ke RSGM UNAND karena merasa khawatir akan gusinya
yang mudah berdarah saat menggosok gigi. Keluhan ini dirasakan sejak 3 bulan yang lalu dan
pasien merasa semakin tidak nyaman dengan kondisi mulutnya. Pasien tidak merasakan sakit
pada gusinya dan tidak ada pendarahan spontan. Pasien terakhir ke dokter gigi 7 tahun yang lalu
untuk melakukan scalling. Sejak setahun yang lalu pasien sudah merasakan tidak nyaman dengan
gigi yang terasa kasar dan napas yang sering berbau. Pasien menyikat gigi 2 kali sehari pada pagi
dan sore dengan gerakan memutar, tidak pernah menggunakan obat kumur dan dental floss.
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan, belum pernah dirawat
dirumah sakit dan tidak mimilki riwayat penyakit sistemik baik yang dialaminya ataupun
keluarganya. Pasien sudah menikah dan merupakan seorang guru. Pasien memiliki kebiasaan
begadang dan suka ngemil dimalam hari, minum air putih kurang dari 8 gelas sehari, serta
mengonsumsi buah dan sayur yang cukup.
Golongan darah : A
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Chief Complaint
Pasien datang ke RSGM Unand dengan keluhan merasa kuatir akan gusinya yang mudah
Present Ilness
Pasien merasa tidak nyaman dengan perdarahan saat pasien menyikat giginya sejak 3 bulan
yang lalu, perdarahan tidak terjadi secara spontan dan gusi tidak sakit. Pasien sudah
merasakan tidak nyaman dengan gigi yang terasa kasar serta napas yang berbau.
Pasien terakhir kali datang ke dokter gigi 7 tahun yang lalu untuk melakukan perawatan
pembersihan karang gigi. Pasien menggosok gigi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan
gerakan memutar, belum pernah menggunakan obat kumur maupun dental floss.
Past Medical History
Pasien tidak memiliki penyakit sistemik, tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun
Family History
Social History
Pasien sudah berumahtangga dan merupakan seorang guru. Pasien sering begadang, ngemil
malam hari, minum air kurang dari 8 gelas sehari, cukup mengkonsumsi sayur dan buah.
c) Pernafasan : 15x/menit
B. Probing depth
Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Kunjungan 212 112 122 122 212 111 111 111 211 121 112 111 211 221 222 112
Kunjungan
Facial
II
Kunjungan
III
Kunjungan 212 112 222 221 212 121 111 111 211 112 111 111 112 222 221 112
Kunjungan
Palatal
II
Kunjungan
III
Mobility - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - + - - - - - - - - - - - + + -
Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Kunjungan 112 111 221 222 111 211 212 122 122 222 111 211 121 222 211 112
Kunjungan
Facial
II
Kunjungan
III
Kunjungan 112 111 122 221 112 211 222 122 122 221 111 112 112 222 111 112
Kunjungan
Palatal
II
Kunjungan
III
Mobility - - - - - - - - - - - - - - - -
BOP - + - - - - - + + - - - - + - -
Debris R ANT L
Maksila B 0 0 1
P 1 0 1
Mandibula B 1 0 1
L 1 1 1
Kalkulus R ANT L
Maksila B 1 0 1
P 1 0 1
Mandibula B 1 0 1
L 1 1 1
PROSEDUR KERJA
ALAT BAHAN
gown, headcap)
Cotton pellet
Pasta Gigi
4. Beritahukan pasien tentang assessment dan rencana perawatan yang akan dilakukan.
9. Lakukan asepsis terlebih dahulu dengan povidone iodine 3% pada seluruh permukaan
gigi atau meminta pasien untuk berkumur chlorhexidine 0,12% selama 1 menit untuk
mencegah infeksi.
Pegang alat degan modified pen grasp dengan finger rest yang stabil. Extraoral hand
rest harus digunakan pada gigi maksila dan pada mandibula bisa digunakan intraoral
kalkulus agar kalkulus bisa terlepas dari permukaan gigi, scaler manual juga harus
berkontak dengan semua permukaan gigi yang terdapat deposit yang terwarnai oleh
digerakkan secara konstan dan sejajar dengan permukaan gigi. Selama instrumentasi
permukaan gigi diperiksa dengan sonde untuk mengevaluasi hasil debridement. Cek
kembali kalkulus dengan eksplorer apakah masih ada bagian yang masih terasa kasar
11. Scaling dikatakan bersih jika seluruh seluruh permukaan gigi telah halus dan bersih
dari kalkulus, bersihkan permukaan gigi menggunakan brush yang diolesi pasta gigi.
12. Instruksikan pasien untuk berkumur dengan air yang telah ditetesi povidone iodine.
13. Selanjutnya dapat menggunakan rubber/ polishing bur sampai gigi menjadi licin dan
mengkilap.
14. Berikan instruksi kepada pasien :
b. Jangan sering meludah terlalu keras dan menghisap daerah-daerah yang telah
dirawat
c. Instruksikan pasien untuk tidak terlalu keras saat menyikat gigi dan gunakan
f. Beritahukan kepada pasien jika ada keluhan pasca perawatan segera hubungi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur dan menerapkan teknik menyikat
gigi yang benar. Menggunakan dental floss untuk menghilangkan plak yang
frekuensi begadang).
c. RKP
c. RKP
d. Probing depth
DAFTAR PUSTAKA
Caranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2018, Carranza’s Clinical
Periodontology, 13th ed, Saunders Elsevier, China.
Caranza, F.A., Newman, M.G., Klokkevold, P.R., Takei, H.H. 2015. Carranza’s Clinical
Periodontology. 12 th edition. Saunders: Elsevier
Hughes, F., 2013. Clinical problem solving in periodontology & implantology. Edinburgh:
Churchill Livingstone Elsevier.
Reddy Shantipriya.2011. Essentials Of Clinical Periodontology And Periodontics, 3rd ed. Jaypee
Brothers Co. India.