Anda di halaman 1dari 27

JOURNAL READING

Oral Hairy Leukoplakia (OHL) pada Pasien Negatif HIV

Oleh:
Elga Handayani
2141412047

Pembimbing:
drg. Revi Nelonda, Sp. PM

DEPARTEMEN PENYAKIT MULUT


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................5
LAPORAN PENELITIAN ........................................................................................5
2.1 Journal 1: Oral hairy leukoplakia in an HIV negative patient…................5
2.1.1 Laporan Kasus.............................................................................................5
2.1.2 Pembahasan.................................................................................................7
2.2 Journal 2: Oral Hairy Leukoplakia in Patients With No Evidence of
Immunosuppression: A Case Series and Review of the
Literature……………………………………………………………………...…11
2.2.2 Laporan Kasus...........................................................................................11
2.2.2 Pembahasan...............................................................................................14
BAB III.......................................................................................................................18
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................18
3.1 Oral Hairy Leukoplakia..................................................................................19
3.1.1 Epidemiologi Oral Hairy Leukoplakia........................................................19
3.1.2 Etiopatogenesis Oral Hairy Leukoplakia.....................................................20
3.1.3 Gambaran Klinis Oral Hairy Leukoplakia...................................................21
3.1.4 Diagnosis Banding Oral Hairy Leukoplakia...............................................22
3.1.5 Diagnosis Oral Hairy Leukoplakia..............................................................22
3.1.6 Penatalaksanaan Oral Hairy Leukoplakia....................................................25
BAB IV.......................................................................................................................24
PEMBAHASAN ........................................................................................................24
BAB V.........................................................................................................................26
KESIMPULAN..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................27

2
BAB I
PENDAHULUAN

Oral hairy leukoplakia (OHL) merupakan kelainan hyperplasia sel epitel

mukokutaneus yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV), dan merupakan

manifestasi patologis pertama yang dihubungkan dengan infeksi EBV. Manifestasi

klinis OHL berupa lesi asimtomatik putih, berombak, tidak nyeri, plak yang tidak

bisa dihilangkan dengan menggosok, dan sering kali terletak bilateral pada batas

lateral dari lidah.

OHL adalah infeksi oportunistik virus yang disebabkan oleh EBV dan sering

dihubungkan dengan infeksi HIV. EBV adalah virus herpes yang menginfeksi hampir

90% dewasa muda di seluruh dunia. Kebanyakan infeksi EBV terjadi asimtomatik

selama masa kanak-kanak, tetapi merupakan pathogen oportunistik pada pasien

immunosupresi, terkait dengan penyakit lymphoproliferative dan OHL. Infeksi EBV

menyebar dari orang ke orang melalui kontak dengan cairan terinfeksi. Kontak

dengan saliva yang terinfeksi adalah rute penularan yang paling umum, tetapi infeksi

EBV juga dapat menyebar melalui hubungan seksual dan ASI. Seperti virus herpes

lainnya, EBV membentuk infeksi persisten sepanjang hidup pada inangnya. Akuisisi

infeksi HIV merangsang reaktivasi infeksi EBV yang laten. EBV menginfeksi hampir

90% dari pasien terinfeksi HIV bahkan sebelum manifestasi klinis immunodefisiensi

terlihat jelas. Meskipun tidak semua pasien terinfeksi HIV juga terinfeksi EBV tetapi

kombinasi dari kedua infeksi tersebut akan menghasilkan OHL.

3
OHL tidak hanya terlihat pada pasien dengan HIV/AIDS tetapi juga terlihat

pada pasien dengan immunosupresi. Pertama kali dilaporkan pada tahun 1999 pada

pasien berumur 56 tahun dengan limfositik leukemia akut dan kasus-kasus berikutnya

dilaporkan juga OHL terlihat pada pasien yang menjalani transplantasi organ, dan

pasien dengan malignansi hematologi.

Meskipun sebagian besar dijelaskan pada individu dengan Infeksi HIV, OHL

juga telah dilaporkan pada individu dengan spektrum gangguan imunosupresif. Paling

banyak dari kasus-kasus ini, OHL dikaitkan dengan imunodefisiensi yang biasa

dijelaskan pada pasien penerima transplantasi organ padat. OHL dilaporkan lebih

sedikit terjadi pada pasien dengan keganasan hematologi, penyakit autoimun, dan

kondisi inflamasi sistemik lainnya. Namun, OHL juga telah dilaporkan terjadi pada

individu imunokompeten. Penggunaan inhalasi steroid, topikal, dan sistemik jangka

panjang telah diidentifikasi sebagai faktor risiko dalam pengembangan OHL.

Hipogamaglobulinemia sekunder untuk jangka panjang pengobatan antikonvulsan

menggunakan lamotrigin juga telah dihubungkan dengan OHL.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas Oral Hairy Leukoplakia

(OHL) pada pasien negatif HIV.

4
BAB II

LAPORAN PENELITIAN

2.1 Journal I : Oral hairy leukoplakia in an HIV negative patient

2.1.1 Laporan Kasus

Seorang wanita berusia 31 tahun dengan riwayat SLE dirujuk ke klinik

otolaringologi untuk evaluasi lesi di sisi kanan lidahnya. Dia pertama kali

menyadarinya 9 bulan yang lalu saat menyikat gigi. Ukuran dan bentuk lesi sama

dengan yang dilihat pertama kali. Pasien tidak merasakan ada bagian yang lembut di

lidah, perdarahan dari lesi, disfagia, odinofagia, hemoptisis, penurunan berat badan,

perubahan suaranya, atau massa leher. Pasien menyangkal adanya faktor risiko HIV

dan melaporkan beberapa tes skrining negatif di masa lalu. Obatnya yang dikonsumsi

saat ini prednison 20 mg setiap hari, asam mikofenolat 750 mg dua kali sehari, dan

hidroksiklorokuin 200 mg dua kali sehari.

Pemeriksaan rongga mulut menunjukkan lesi berbulu putih berukuran 1 ×2

cm pada bagian lateral kanan lidah (gambar 1). Tidak ada peradangan atau edema di

sekitarnya. Palpasi daerah mengungkapkan lesi non tender dan tidak dalam.

Kemudian pemeriksaan kepala dan leher tidak ada kelainan.

5
Gambar 1. lesi berbulu putih berukuran 1 ×2 cm pada bagian lateral kanan

lidah

Kemudian dilakukan biopsi punch 4-mm pada lesi. Analisis mikroskopis dari

spesimen biopsi menunjukkan epitel skuamosa hiper dan parakeratosis tanpa bukti

displasia atau keganasan (gambar 2). Karena kecurigaan klinis OHL, hibridisasi in

situ untuk RNA yang disandikan EBV (EBER) dilakukan. Ditemukan hasil positif,

terutama pada sel dengan sitoplasma bervakuol (gambar 3). Berdasarkan temuan ini

kemudian pasien didiagnosis OHL. Hasil uji imunosorben terkait-enzim serum untuk

HIV-1 dan-2 adalah negatif.

6
.Gambar 2. Analisis mikroskopis dari spesimen biopsi.

Diagnosis didiskusikan dengan pasien, kemudian meninjau perawatan

potensial. Pilihannya termasuk observasi, terapi antivirus medis, dan eksisi bedah.

Setelah pertimbangan yang cermat, pasien memilih observasi lesi. Setelah 4 bulan

masa tindak lanjut, lesi tetap stabil dalam penampilan dan tanpa gejala.

2.1.2 Pembahasan

OHL adalah lesi oral terkait EBV yang paling sering ditemukan pada pasien

imunosupresi, terutama mereka yang terinfeksi HIV. Pasien biasanya datang dengan

lesi putih datar, bergelombang, atau berbulu di tepi lateral lidah oral. Tempat yang

lebih jarang terkena termasuk dorsum lingual, mukosa bukal, dan dasar mulut.

Penampilan karakteristik OHL disebabkan oleh hipertrofi papila lingual yang terlibat.

Umumnya, lesi tidak menimbulkan rasa sakit dan refrakter terhadap upaya

pengangkatan dengan manipulasi tumpul. Tidak seperti bentuk leukoplakia lainnya,

lesi ini tidak membawa risiko transformasi ganas.

Diagnosis banding OHL termasuk kanker atau karsinoma in situ, kandidiasis

hipertrofik, lichenplanus, dan leukoplakia hiperkeratosis. Biopsi lesi yang

mencurigakan direkomendasikan di hampir semua kasus histopatologi, OHL

menunjukkan hiperplasia epitel; hiper dan parakeratosis; dan sel epitel koilositik yang

menggelembung, bervakuola, dengan peradangan minimal atau tanpa peradangan di

sekitarnya. Inti yang memiliki tampilan ground-glass dan nuclear beading dapat

terlihat. Analisis mikroskopis biasanya cukup untuk membuat diagnosis, tetapi

hibridisasi in situ untuk EBER dapat membantu jika diagnosis masih belum jelas.

7
Meskipun ada hubungan yang pasti antara EBV dan OHL, mekanisme pasti

dan sifat hubungan dengan imunosupresi masih kurang dipahami. Penelitian awal

oleh Greenspan et al pada tahun 1985 menunjukkan replikasi EBV yang produktif

dalam sel epitel oral pada pasien dengan OHL. Pada tahun 2003, Walling dkk

menunjukkan bahwa pengobatan dengan valasiklovir menghentikan replikasi EBV in

vivo dan menghasilkan resolusi OHL. Penelitian ini menegaskan bahwa replikasi

EBV diperlukan untuk pengembangan OHL dan menyarankan bahwa obat yang

ditujukan untuk memodulasi aktivitas virus EBV mungkin terbukti menjadi

pengobatan yang efektif. Namun, bukti replikasi EBV dalam sel epitel mulut normal

pada pasien ini menunjukkan bahwa replikasi EBV saja tidak cukup untuk

menyebabkan OHL.

Sementara kebanyakan pasien yang menderita OHL adalah

immunocompromised, tetapi tidak semua pasien immunocompromised dengan

infeksi EBV menderita OHL. Beberapa data menunjukkan bahwa heterogenitas

dalam imunitas humoral di antara individu, atau ekspresi variabel faktor virologi

EBV, mungkin bertanggung jawab untuk menentukan apakah pasien

immunocompromised yang terinfeksi EBV menyebabkan OHL.

OHL merupakan penyakit morbiditas minimal yang tidak selalu memerlukan

intervensi. Indikasi untuk pengobatan termasuk gejala yang disebabkan oleh lesi,

seperti disfagia, nyeri, atau masalah kosmetik. Berbagai pilihan pengobatan ada.

Namun, ada sedikit bukti yang mendukung keunggulan dari salah satu terapi.

Beberapa laporan kasus telah menyarankan bahwa pengobatan dengan podofilin,

cytostatic plant toxin, mungkin berkhasiat. Laporan ini menunjukkan bahwa efek

8
samping minimal pada dosis yang digunakan, tetapi ada laporan efek samping

sistemik dan kematian baik dari dosis topikal yang lebih besar atau konsumsi

podofilin.

Sebuah uji klinis acak tahun 2007 terhadap 46 pasien dengan OHL

membandingkan aplikasi topical resin podofilin 25% dengan terapi kombinasi dengan

podofilin 25% dan krim asiklovir 5%. Para penulis menemukan bahwa terapi

kombinasi menghasilkan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam perbaikan

klinis jangka pendek, dengan semua 24 kasus pada kelompok kombinasi

menunjukkan resolusi lengkap, dibandingkan hanya 18 dari 22 pada kelompok

podofilin saja. Namun, kedua perawatan tidak berbeda dalam respon klinis pada

kunjungan tindak lanjut 12 bulan. Sebuah laporan kasus tahun 2008 juga telah

menunjukkan resolusi klinis lengkap dari OHL setelah tiga perawatan dengan larutan

gentian violet topikal.

Sejumlah besar literatur ada tentang penggunaan terapi antivirus untuk

mengobati OHL. Sebuah uji coba nonrandomized, open,non-placebo-controlled oleh

Herbst et al membandingkan eksisi bedah, asiklovir oral (800 mg setiap 6 jam

selama20 hari), dan observasi saja. Dari 14 pasien bedah menunjukkan resolusi klinis

OHL tanpa kekambuhan di lokasi eksisi dalam 3 bulan. Namun, 10 dari mereka

(71%) mengembangkan fokus baru OHL dalam waktu 3 bulan. Pada kelompok

asiklovir, 12 dari 16 (75%)pasien mengalami regresi OHL, tetapi 100% mengalami

kekambuhan dalam 3 bulan. Tidak ada perubahan klinis yang terlihat pada 15 pasien

yang diamati.

9
Sebuah penelitian yang membandingkan asiklovir (800 mg setiap 6

jamselama 20 hari) dengan plasebo menunjukkan perbaikan klinis pada 83% pasien

yang menerima asiklovir,tetapi ada tingkat kekambuhan 100% dalam waktu 18 hari

setelahpenghentian obat; lengan plasebo tidak memiliki perubahan dalampenampilan

lesi OHL. Sebuah penelitian serupa menunjukkanbahwa valasiklovir, prodrug

asiklovir denganbioavailabilitas oral tiga sampai empat kali lipat lebih tinggi,

menghasilkanresolusi klinis pada 16 dari 18 (89%) pasien, dengantingkat

kekambuhan 17% (2/12)replikasi EBV dengantingkat kekambuhan 31% (4/13).

Sebuah uji klinis acak, terkontrol plasebo, double-blind dari prodrug

desciclovir asiklovir (250mg 3 kali sehari selama 14 hari) menemukan penurunan

ukuran lesi >60% pada minggu 1, 2, dan 4; ini dibandingkan dengan penurunan

<20% pada kelompok plasebo.

Sementara beberapa terapi antivirus telah menunjukkan beberapa

keberhasilan, data di atas menunjukkan kurangnya konsensus tentang terapi medis

yang optimal untuk mengobati OHL. Insiden OHL yang relatif rendah membuat studi

acak skala besar sulit dilakukan.

Kami tidak dapat menemukan laporan yang merekomendasikan memulai atau

mengubah terapi antiretroviral(ART) yang sangat aktif sebagai cara untuk mengelola

OHL pada pasien HIV. Sebaliknya, ada laporan eksaserbasi OHL sebagai bagian dari

sindrom inflamasi pemulihan kekebalan yang mungkin diakibatkan oleh ART.

Demikian pula, tidak ada bukti yang mendukung penurunan rejimen imunosupresif

medis untuk mempercepat resolusi OHL pada pasien non-HIV yang dirawat karena

10
beberapa kondisi kronis lainnya. Meskipun pembedahan dikaitkan dengan tingkat

kekambuhan yang sangat rendah, risiko eksisi harus dipertimbangkan dengan sifat

lamban penyakit ini.

Sebagai kesimpulan, kami telah menyajikan kasus OHL pada pasien HIV-

negatif yang secara kronis mengalami imunosupresi sekunder akibat pengobatan

SLE. Sejauh pengetahuan kami, ini adalah kasus pertama OHL pada pasien HIV-

negatif yang dilaporkan dalam literatur THT. Faktanya, ini hanya merupakan kasus

kedua OHL pada pasien SLE yang dilaporkan dalam publikasi berbahasa Inggris.

Kasus kami menambah daftar pasien HIV-negatif dengan OHL yang terus bertambah.

Ini harus menjadipengingat bagi dokter yang merawat penyakit rongga mulut untuk

tetap waspada terhadap OHL padapasien imunosupresi.

Meskipun mekanisme yang tepat masih belum jelas, hubungan antara EBV

dan OHL pada pasien imunosupresi sudah pasti dan kemungkinan akan berfungsi

sebagai dasar untuk penelitian masa depan dan pengembangan terapi. Meskipun OHL

sering kali tidak memerlukan perawatan, OHL harus dibedakan dari entitas lain yang

menuntut intervensi

2.2 Journal 2 : Oral Hairy Leukoplakia in Patients With No Evidence of


Immunosuppression: A Case Series and Review of the Literature

2.2.1 Laporan Kasus

7 pasien semuanya adalah laki-laki, usia rata-rata 51 tahun (kisaran 26-69

tahun), dan semua lesi nampak sebagai bercak putih di lidah, yang semuanya sembuh

dengan baik. Ringkasan dari temuan klinis disajikan pada Tabel 1. Semua pasien

11
memiliki riwayat merokok atau kondisi medis lainnya, seperti diabetes, hipertensi,

hiperlipidemia, dan asam urat (Tabel 1). Pasien menerima obat yang semuanya

terkendali , tetapi durasi dan dosis tidak diungkapkan.

Tabel 1 : Gambaran klinis dari pasien negative HIV dengan oral hairy leukoplakia
Pasien Lokasi lesi Deskripsi Kondisi Riwayat Jenis biopsi candi Tindak
klinis medis merokok da lanjut
1 Ventral Leukoplakia - Perokok - + 12 tahun
lidah kiri
2 Lateral Leukoplakia - Berhenti Incisional - 5 tahun
kanan/vent 40 tahun
ral lidah yang lalu
3 Lateral White patch - Perokok - + 4 tahun
kanan
lidah
4 Lidah kiri Leukoplakia Osteoartrit - - - 4 tahun
is
5 Lateral Leukoplakia Diabetes - - - 1,5 tahun
kanan/vent tipe II,
ral lidah hipertensi,
hiperlipide
mia
6 Lateral White patch Diabetes - Incisional + 7 bulan
lidah kiri tipe II,
hipertensi,
7 Lateral 2 lesi putih Diabetes - - - Tidak
lidah tipe II, melanjutkan
kanan hipertensi,
asam urat

Semua pasien menunjukkan temuan histopatologi yang serupa (Gbr. 2A), HIV

negatif dan positif untuk EBV yang dideteksi dengan hibridisasi in-situ (Gbr. 2C).

Setelah diagnosis OHL, pasien dites HIV. Karena OHL dianggap sebagai

patognomonik untuk status imunodefisiensi, khususnya untuk infeksi HIV, dan lesi

terkait AIDS, dapat menjadi indikator awal infeksi HIV dan juga menjadi faktor

12
logistik, karena pasien terlihat berasal dari berbagai kantor di daerah provinsi sekitar,

tes kedua untuk HIV tidak selesai dilakukan. Dalam semua kasus, dokter melaporkan

bahwa lesi sembuh tanpa kekambuhan atau kekambuhan dan tanpa pengobatan

tambahan.

13
2.2.2 Pembahasan

Beberapa kasus OHL telah dilaporkan pada pasien yg memiliki imun

kompeten. Empat pasien dalam rangkaian kasus ini memiliki kondisi medis yang

sudah ada sebelumnya, yang dikendalikan. Untuk 3 pasien yang dilaporkan di sini,

hanya kemungkinan penggunaan tembakau dan mungkin faktor lain yang tidak

diketahui yang menginduksi imunosupresi lokal yang dapat dianggap berperan

sebagai apa yang disebut sebagai “imunopresi samar.” Ada laporan kasus OHL yang

tidak terkait dengan imunosupresi, tetapi tidak jelas apakah imunosupresi lokal benar-

benar dikesampingkan yang kemungkinan imunosupresi samar disarankan oleh

Greenspan et al. harus dipertimbangkan dan mungkin diselidiki lebih teliti pada

pasien ini. Penyelidikan tersebut akan mencakup apakah pasien yang menggunakan

steroid inhalasi, obat modulasi imun, seperti siklosporin ataua zathioprin, menderita

diabetes atau memiliki beberapa faktor yang menyebabkan imunosupresi lokal.

Chambers et al. menyatakan bahwa "kondisi sistemik yang menyebabkan

menurunnya system fungsi kekebalan dan faktor lokal bersama-sama memfasilitasi

pengembangan OHL."

EBV terjadi di seluruh dunia, dan sebanyak 90-95% orang dewasa di Amerika

Serikat usia antara 35-40 tahun telah terinfeksi. Penularan EBV biasanya terjadi

melalui kontak intim dengan air liur orang yang terinfeksi dan biasanya tidak menular

melalui udara atau darah. Setelah infeksi awa lteratasi, virus dapat tetap laten disel B

dan dapat menyebabkan infeksi litik di orofaring. Penumpukan kembali infeksi virus

14
disebabkan oleh imunosupresi dan reaktivasi virus dari keadaan latennya. Mekanisme

bagaimana EBV menyebabkan OHL belum sepenuhnya ditentukan, meskipun ada

beberapa kemungkinan: infeksi oleh virus yang ada dalam air liur, reaktivasi virus

laten dalam sel epitel lidah, atau transmisi EBV dari limfosit ke sel epitel selama

periode imunosupresi relatif atau aktif.

Tiga dari pasien yang dilaporkan di sini memiliki diabetes tipe II, yang

dikendalikan dalam semua kasus. Ketika diabetes tidak terkontrol, imunosupresi

kronis, penyembuhan yang tertunda dan/atau hipofungsi saliva dapat menyebabkan

penyakit mukosa mulut. Setidaknya dua penelitian telah menemukan peningkatan

DNA EBV dan OHL pada orang dengan diabetes. Milagres et al.30 menyimpulkan

bahwa Infeksi EBV pada batas lateral lidah orang dengan defisiensi imun minor

(misalnya,wanita hamil dan penderita diabetes) jauh lebih tinggi daripada orang

sehat.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap perkembangan OHL mungkin adalah

penggunaan obat steroid jangka panjang. Dalam penelitian terbaru, Chambers et al.

menyimpulkan bahwa 28 pasien yang menggunakan steroid inhalasi untuk asma atau

penyakit paru obstruktif kronik berisiko mengalami OHL. Rushinget al. melaporkan

terjadinya OHL pada 2 pasien yang sedang menjalani terapi imunosupresif,

menyimpulkan bahwa itu mungkin disebabkan oleh infeksi baru atau persisten

dengan EBV. Mekanisme kemunculan merupakan efek imunosupresif lokal.

Perkembangan OHL sebelumnya terlihathanya muncul pada pasien dengan

defisiensi imun. Dalam penelitian terbaru, Chambers et al. mencatat lesi OHL pada

15
beberapa pasiendengan jumlah darah lengkap normal yang tidak menggunakan obat

imunosupresif. Meskipun pasien ini tidak memiliki faktor risiko yang diketahui untuk

OHL dan dianggap HIV negatif, mereka belum dites HIV. Pada pasien ini, faktor lain

dianggap berkontribusi terhadap perkembangan OHL, dengan 1 kasus disimpulkan

sebagai gangguan sementara idiopatik setelah regresi spontan lesi.

Pada pasien OHL HIV-positif, jumlah sel Langerhans di epitel umumnya

menurun. Walling etal. menunjukkan bahwa replikasi EBV secara langsung

bertanggung jawab atas penurunan jumlah sel Langerhans di epitel mulut dalam kasus

OHL. Pada pasien HIV-negatif kami, jumlahsel Langerhans menurun pada pasien

dengan lesi OHL dibandingkan dengan pasien kontrol. Walling dkk. menemukan

bahwa replikasi EBV menurunkan jumlah sel Langerhans oral terlepas dari infeksi

HIV, yang konsisten dengan temuan kami pada pasien HIV-negatif. Pasien kami 6

memiliki jumlah sel Langerhans yang lebih tinggi di area epitel dimana hibridisasi in-

situ negatif untuk EBV, tetapi jelas lebih rendah diarea epitel di mana EBV hadir.

Dalam hal ini Candida hyphae juga ditemukan.

Umumnya, OHL tidak memerlukan pengobatan apa pun, karena cenderung

sembuh secara spontan, seperti pada pasien yang dijelaskan disini, yang OHL-nya

sembuh setelah biopsi. Namun, kekambuhan sering terjadi pada pasien yang

mengalami penurunan kekebalan.

Berbagai pilihan pengobatan untuk lesi yang tidak sembuh telah diperiksa

atau disarankan dalam literatur. Misalnya, podofilin, cytostatic plant toxin, telah

disarankan, meskipun beberapa efek samping telah dilaporkan. Kombinasi 25%

podofilin dan krim asiklovir 5% telah dilaporkan efektif. Sebuah laporan kasus

16
tunggal telah merekomendasikan gentian violet topikal. Terapi antivirus mungkin

paling berguna untuk mengobati OHL, meskipun tidak ada konsensus tentang rejimen

pengobatan yang paling bagus. Resolusi ditemukan terjadi pada kebanyakan kasus

yang diobati dengan asiklovir oral (800 mg setiap 6 jam selama20 hari), valasiklovir

(1000 mg per oral setiap 8 jam selama 28 hari)dan desiklovir (250 mg setiap 8 jam

selama 14 hari). Pengobatan medis mungkin sangat berguna pada pasien yang tidak

mengalami penurunan kekebalan dan yang memiliki lesi persisten, berulang atau

rekuren.

Dalam makalah ini, kami menjelaskan 7 kasus OHL pada pasien yangHIV-

negatif dan tidak menggunakan obat imunosupresif. Penting bagi dokter gigi untuk

menyadari bahwa OHLdapat berkembang pada mereka yang tidak mengalami

defisiensi imun dan mungkin memiliki imunosupresi "samar" (misalnya,imunosupresi

lokal akibat steroid inhalasi), seperti yang dinyatakan oleh Greenspan et al. Ini

penting, karena OHL umumnya berkembang di situs yang berisiko tinggi untuk

displasia epitel dan karsinoma sel skuamosa oral, membuat diagnosis yang akurat

penting untuk menghindari pengobatan yang berlebihan.

17
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Oral Hairy Leukoplakia

Oral Hairy Leukoplakia (OHL) merupakan kelainan hyperplasia sel epitel

mukokutaneus yang disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV), dan merupakan

manifestasi patologis pertama yang dihubungkan dengan infeksi EBV. Manifestasi

klinis OHL berupa lesi asimtomatik putih, berombak, tidak nyeri, plak yang tidak

bisa dihilangkan dengan menggosok, dan sering kali terletak bilateral pada batas

lateral dari lidah.

3.1.1 Epidemiologi Oral Hairy Leukoplakia

Prevalensi OHL dilaporkan menjadi 20% pada infeksi HIV tanpa gejala di

Amerika Serikat menjadi 36% dengan Acquired Immunodeficiency Syndrome

(AIDS). Seluruh dunia 2006, prevalensi OHL di Brazil adalah 28,8%. Studi lain

melaporkan prevalensi 38,8% di Thailand. Prevalensi yang dilaporkan tingkat OHL

sangat bervariasi sesuai dengan kriteria klinis digunakan dan karakteristik populasi

penelitian, seperti jenisnya imunosupresi dan stadium klinis pasien. Epstein-Virus

Barr adalah virus herpes yang berhubungan dengan penyakit lain, termasuk sindrom

mononukleosis menular, limfoma ganas, dan karsinoma nasofaring.

Oral hairy leukoplakia (OHL) lebih umum terjadi pada orang dewasa yang

terinfeksi HIV daripada anak yang terinfeksi HIV. Prevalensi OHL pada orang

dewasa adalah sekitar 20% -25%, meningkat dengan CD4 + menurun jumlah

18
limfosit, sedangkan pada anak prevalensinya sekitar 2% -3%. Kehadiran OHL adalah

tanda imunosupresi berat

3.1.2 Etiopatogenesis Oral Hairy Leukoplakia

OHL pertama kali ditemukan di lidah pada laki-laki homoseksual. OHL

disebabkan oleh autoinokulasi Epstein-Barr Virus (EBV) melalui saliva dan ada

hubungannya dengan kondisi imunosupresi yang dapat disebabkan oleh infeksi HIV.

EBV yang telah menginfeksi epitel akan menetap secara laten dan secara periodik

menjadi aktif. Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu, bahwa pada OHL

ditemukan partikel EBV hampir 100%. Genom EBV yang berada pada sel inang

umumnya dalam bentuk laten episom. Penelitian membuktikan bahwa replikasi EBV

didalam sel lidah hanya dijumpai pada penderita dengan keadaan imunosupresi berat

EBV merupakan herpes virus gamma yang termasuk dalam herpesviridae.

Biasanya infeksi primer EBV terjadi awal kehidupan atau selama usia belasan tahun

dan umumnya berbentuk infeksi subklinis, dan 50% di antaranya menunjukkan

gejala infeksi mononukleosis. Transmisi EBV terjadi melalui kontak person to

person melalui cairan tubuh. Transmisi yang paling sering adalah melalui saliva

ketika berciuman sehingga EBV dikenal sebagai kissing disease. Transmisi EBV

dapat juga ditularkan melalui kontak seksual dan air susu ibu.

Selama infeksi primer, EBV menginfeksi orofaring khususnya kelenjar saliva

dan membran mukosa rongga mulut yaitu pada jaringan epitel nasofaringeal yang

mejadi tempat replikasi virus. Setelah menginfeksi orofaring dan jaringan epitel

nasofaringeal, EBV menginfeksi sel B. Sel B ini juga merupakan tempat bereplikasi

EBV. EBV dapat menjadi laten dalam sel B dan memungkinkan untuk tetap hidup di

19
dalam host selama seumur hidup. Pada tubuh yang sehat ada keseimbangan antara

replikasi EBV dengan penghancuran EBV oleh sel sistem imun seperti limfosit-T

sehingga tidak menimbulkan gejala. Pada pasien AIDS, keseimbangan ini tidak

mungkin tercapai sehungga EBV berubah sifat dari organisme komensal menjadi

patogen. Hilangnya kemampuan sel-T karena infeksi HIV, menyebabkan EBV

mendapat kemampuan untuk menghadapi fase produktif dan siklus kehidupan yang

tidak terkendali

OHL biasa terjadi pada orang yang immunosupresif. Hal ini terjadi pada 50%

pasien tanpa dilakukan pengobatan HIV, terutama pada jumlah CD4+ kurang dari

200 sel/mm3. Kondisi ini memiliki nilai prognostik yang jelas untuk pengembangan

selanjutnya menjadi AIDS dan diklasifikasikan oleh Centers for Disease Control and

Prevention kategori B sebagai penanda klinis penyakit HIV. OHL juga ditemukan

pada kondisi keganasan hematologi, transplantasi sumsum tulang dan pasien yang

menggunakan steroid sistemik. Hal tersebut jarang dilaporkan dalam keadaan tidak

adanya kondisi imunosupresi

3.1.3 Gambaran Klinis Oral Hairy Leukoplakia

OHL dapat ditemukan di berbagai tempat di rongga mulut, seperti mukosa

bukal, palatum dan dasar mulut. Gambaran klinis OHL tampak sebagai lesi berwarna

putih mengarah vertikal yang sering terjadi pada lateral lidah, tidak dapat dikerok dan

asimtomatis. Lesi biasanya bilateral terutama pada tepi lateral lidah dan bentuk lesi

seperti rambut. Bentuk lesi seperti rambut disebabkan oleh hiperplasia epitel yang

padat sepanjang 1 cm pada permukaan parakeratotik yang terbukti ada secara

histologist.

20
Pada awalnya OHL mempunyai lipatan berlekuk-lekuk merah muda agak

putih. Lekukan tersebut akhirnya bergabung membentuk plak putih yang khas atau

bercak putih tebal yang luas, sedangkan lesi yang lama dapat menutup seluruh lateral

dan permukaan dorsal lidah dan meluas ke mukosa pipi dan palatum.

Gambar 1. Gambaran klinis khas OHL berupa bercak putih bergelombang di


tepi lidah

Gambar 2. OHL ringan dibatas lateral lidah

21
3.1.4 Diagnosis Banding Oral Hairy Leukoplakia

1. Candidiasis atau thrush biasanya berupa lesi putih yang datar, dapat dikerok

dan dasar lesi berupa erythematous. Lesi hyperplastic candidiasis tidak dapat

dikerok dan adherent, sehingga sulit untuk membedakan dengan OHL.

Solusinya yaitu diberikan antifungal therapy pada Candidiasis. Biasanya lesi

OHL seringkali bercampurdengan Candida , sehingga sering bingung untuk

membedakannya.

2. Frictional keratosis biasanya akibat gigitan berupa lateral borders pada lidah

yang disebabkan molar ketiga atau sesuatu yang menyebabkan iritasi. Lesi ini

cepat sembuh setelah faktor iritan dihilangkan.

3. Leukoplakia biasanya sering terjadi pada perokok dan pada individu yang

menggunakan tembakau. Lesi ini tidak seperti OHL yang berambut dan dapat

terjadi dimana saja di rongga mulut. Leukoplakia biasanya premalignant dan

harus dievaluasi dengan cara biopsi dan histologic examination.

4. Lichen planus merupakan penyakit autoimun atau reaksi alergi yang tidak

diketahui penyebabnya. Pada pasien HIV, Lichen planus sering terjadi pada

mukosa bukal, dan sering bergabung dengan lesi kutaneus.

3.1.5 Diagnosis Oral Hairy Leukoplakia

Diagnosis OHL dapat dibuat dengan cara pemeriksaan histologi atau sitologi

yaitu menggunakan biopsi eksisi pada jaringan atau exfoliated epithelial cells. Dalam

kebanyakan kasus, OHL dapat didiagnosis secara klinis tanpa perlu dibiopsi. Hal ini

tidak membutuhkan perawatan khusus dan sembuh dengan penggunaan HAART.

22
Definitive diagnosis OHL memerlukan pemeriksaan histologi maupun sitologi

dan demonstrasi EBV DNA, RNA atau protein dalam sel epitel lesi. Beberapa

pemeriksaan immunohistochemistry dan hibridisasi in situ dapat dilakukan untuk

pemeriksaan pada bidang patologi untuk mendiagnosis infeksi EBV. Definitive

diagnosis OHL diperlukan bila dilakukan suatu studi penelitian jarang digunakan

untuk pemeriksaan klinis.

3.1.6 Penatalaksaan Oral Hairy Leukoplakia

Karena OHL biasanya asimtomatik, dapat sembuh dengan sendirinya, dan

diketahui tidak memiliki potensi premaligna, pengobatan jarang diperlukan. Retinoid

topikal (misalnya, 0,1% vitamin A) dapat memperbaiki penampilan permukaan mulut

yang terpengaruh OHL melalui efek dekeratinizing dan efek imunomodulasi namun,

harganya mahal dan, bila digunakan dalam waktu lama, menyebabkan sensasi

terbakar pada area yang dirawat.

Podofilin topikal juga telah dilaporkan merangsang penurunan ketegasan

OHL. Eksisi bedah dan cryotherapy juga bisa digunakan, tetapi lesi dapat kambuh.

Terapi antijamur dapat menyebabkan beberapa pengurangan luasnya lesi tetapi tidak

menghilangkan infeksi. Agen antivirus seperti asiklovir, zidovudine, desciclovir,

gansiklovir, dan foscarnet dapat menyebabkan perbaikan OHL yang nyata, meskipun

lesi kambuh segera setelah penghentian terapi. Namun demikian, terapi sistemik

dengan obat antivirus umumnya tidak diindikasikan, mengingat efek samping

antivirus dan perkembangan resistensi terhadap antivirus setelah penggunaan jangka

panjang.

23
BAB IV

PEMBAHASAN

OHL merupakan lesi kedua setelah Oral Candidiasis yang sering muncul

pada pasien HIV/AIDS disertai lesi rongga mulut yang lain. Meskipun sebagian besar

dijelaskan pada individu dengan Infeksi HIV, OHL juga telah dilaporkan pada

individu dengan spektrum gangguan imunosupresif. Selain itu, OHL juga telah

dilaporkan terjadi pada individu imunokompeten. Penggunaan inhalasi steroid,

topikal, dan sistemik jangka panjang telah diidentifikasi sebagai faktor risiko dalam

pengembangan OHL.

Studi kasus yang dilakukan Almayzad dkk 2021 kepada 45 orang yang

menderita OHL dengan 23 pasien laki-laki (51,1%) dan usia rata-rata 64 (kisaran, 24-

100 tahun). 41 kasus (91,1%) terdapat pada lateral/ventral lidah , dan 5 kasus terdapat

secara bilateral. Tinjauan riwayat medis dan pengobatan menunjukkan kondisi yang

paling umum adalah hipertensi (53,3%), hiperlipidemia (42,2%), dan kondisi

pernapasan kronis (33,3%), 8 pasien (17,8%) menderita diabetes mellitus, dan 1

menderita rheumatoid arthritis. Sebelas kasus (24,4%) melaporkan tidak ada kondisi

medis yang mendasari atau riwayat pengobatan. Obat yang paling sering dilaporkan

termasuk obat antihipertensi (21,0%), inhaler steroid (14,6%), dan obat penurun

kolesterol (11,0%).

Hasil penelitian menunjukkan OHL tidak secara eksklusif terlihat pada

pasien immunocompromised yang parah. Imunosupresi lokal (dari steroid inhaler)

dan immunosenescence (penuaan) adalah faktor yang mungkin berkontribusi.

24
Prasad dkk 2017 juga melakukan studi 2 kasus dimana OHL didiagnosis pada

dua orang HIV-negatif. Kedua pasien menggunakan steroid inhalasi untuk gangguan

paru dan keduanya ditemukan memiliki kadar IgM yang rendah. Selain itu, 76 kasus

diidentifikasi dalam literatur. Kondisi tersebut terjadi terkait dengan berbagai kondisi

medis, dengan mayoritas pasien menggunakan obat imunosupresan (67/76). Obat

sistemik paling sering terlibat. Kondisi ini juga telah dilaporkan pada individu yang

sehat (6/76).

Hasil penelitinnya menunjukkan ada korelasi kuat antara penggunaan

imunosupresan dan perkembangan OHL pada pasien. Meskipun dianggap sebagai

kondisi terkait HIV/AIDS, OHL dapat berkembang pada pasien non-HIV, termasuk

orang sehat..

25
BAB V

KESIMPULAN

Perkembangan OHL pada pasien non-HIV dipengaruhi oleh terapi obat

imunosupresan. Penggunaan obat imunosupresif, seperti steroid, membuat pengguna

rentan terhadap infeksi oportunistik dan juga dikaitkan dengan peningkatan ekskresi

orofaringeal dan tingkat reaktivasi EBV. Dalam kondisi ini, kemungkinan

kemungkinan untuk pengembangan OHL adalah infeksi ulang sel epitel lidah oleh

virus yang ditemukan dalam air liur.

OHL sekarang semakin terlihat pada pasien yang lebih tua tanpa predileksi

jenis kelamin, terutama pada mereka yang menggunakan inhaler steroid dan yang

tidak secara khusus menderita immunocompromised. Dengan demikian, penyakit ini

tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang hanya terlihat pada pasien dengan

imunosupresi berat. Penyakit ini dapat berkembang sebagai akibat dari imunosupresi

ringan dan lokal dari inhaler steroid topikal atau imunosenesens dari penuaan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Almazyad, A., Alabdulaaly, L., Noonan, V., & Woo, S. B. (2021). Oral hairy
leukoplakia: a series of 45 cases in immunocompetent patients. Oral Surgery,
Oral Medicine, Oral Pathology and Oral Radiology, 132(2), 210-216.

Almeida, L. Y., de Almeida, O. P., City, G., Rakesh, N., Reddy, S. S., Jatti, D., ... &
Ross, E. ORAL SURGERY ORAL MEDICINE ORAL PATHOLOGY
ORAL Radiology.

Brasileiro, C. B., Abreu, M. H. N., & Mesquita, R. A. (2014). Critical review of


topical management of oral hairy leukoplakia. World Journal of Clinical
Cases: WJCC, 2(7), 253.

Greenspan, J. S., Greenspan, D., & Webster‐Cyriaque, J. (2016). Hairy leukoplakia;


lessons learned: 30‐plus years. Oral diseases, 22, 120-127.

Kreuter, A., & Wieland, U. (2011). Oral hairy leukoplakia: a clinical indicator of
immunosuppression. CMAJ, 183(8), 932-932.

Martins, L. L., Rosseto, J. H. F., Andrade, N. S., Franco, J. B., Braz-Silva, P. H., &
Ortega, K. L. (2017). Diagnosis of oral hairy leukoplakia: the importance of
EBV in situ hybridization. International journal of dentistry, 2017.

Moura, M. D. G., Haddad, J. P. A., Senna, M. I. B., e Ferreira, E. F., & Mesquita, R.
A. (2010). A new topical treatment protocol for oral hairy leukoplakia. Oral
Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and
Endodontology, 110(5), 611-617.

Prasad, J. L., & Bilodeau, E. A. (2014). Oral hairy leukoplakia in patients without
HIV: presentation of 2 new cases. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral
Pathology and Oral Radiology, 118(5), e151-e160.

Shanahan, D., Cowie, R., Rogers, H., & Staines, K. (2018). Oral hairy leukoplakia in
healthy immunocompetent patients: a small case series. Oral and
maxillofacial surgery, 22(3), 335-339.

Vale, D. A. D., SILVA, P. H. B. D., & ORTEGA, K. L. (2016). Retrospective


analysis of the clinical behavior of oral hairy leukoplakia in 215 HIV-
seropositive patients. Brazilian oral research, 30.

27

Anda mungkin juga menyukai