Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan mayor yang parah, dengan lokasi yang

terbanyak dilaporkan pada palatum molle,


Ulserasi pada pasien dengan infeksi
tonsil, dan lidah. Meskipun ada banyak
HIV cenderung lebih parah dan lebih lama
pasien dengan riwayat SAR dari sejak kecil,
penyembuhannya serta rasa sakit yang
yang menjadi lebih parah setelah infeksi
mengganggu fungsi berbicara, mengunyah,
HIV. Pasien yang sebelumnya tidak
dan menelan, yang pada akhirnya dapat
memiliki riwayat SAR, kemudian setelah
terjadi kekurangan gizi, dan penurunan berat
terkena infeksi HIV baru muncul SAR,
badan, kesulitan dalam menelan obat-obatan
dikarenakan kurangnya jumlah limfosit
(Caputo, 2012). Pada pasien non-HIV/AIDS
dianggap sebagai etiologi dari hipotesis
ulserasi oral berulang dapat menyembuh
terjadinya lesi. Berdasarkan penelitian SAR
tanpa pengobatan. Pada infeksi HIV/AIDS,
pada HIV berhubungan dengan menurunnya
ulserasi biasanya disertai infeksi sekunder
CD4 dan meningkatnya viral load (Miziara,
dan mengandung jaringan nekrotik, dengan
2005). Ulserasi yang parah berupa mayor
tepi ulserasi tidak teratur dikelilingi halo
aftosa biasanya terjadi pada pasien dengan
eritema dan rasa nyeri yang parah, serta 3
CD4 < 100 sel/mm (Chapple, 2000) Pada
membutuhkan waktu lama untuk proses
penyakit infeksi HIV terjadi perubahan
penyembuhan (Brocklehurst et al., 2012).
sistem kekebalan tubuh yang ditandai
Penegakkan diagnosis SAR perubahan rasio CD4 dan CD8, dengan
berdasarkan anamnesis pasien tentang penurunan jumlah CD4. Peningkatan
riwayat ulserasi dan gambaran klinis. molekul adhesi dan sitokin (ICAM-I dan
Klasifikasi dari SAR berdasarkan gambaran Elam) dan produksi TNFα dalam limfosit di
klinis terdiri dari aftosa minor, aftosa mayor peredaran darah perifer, juga berperan dalam
dan aftosa herpetiform (Woo et al., 2015; patogenesis SAR (Woo et al., 2015; Phail,
Hudson, 2014; Caputo, 2012). 1992).

Manifestasi oral SAR pada seseorang Oral Candidiasis merupakan kondisi


dengan infeksi HIV memiliki prevalensi patologis dari lidah yang ditandai dengan
sekitar 2-3% (Gnanasundaram, 2010). adanya lesi berupa plak putih menutupi
Gambaran klinis dari SAR pada pasien dorsum lidah yang dapat dikerok dan tidak
dengan infeksi HIV biasanya berupa aftosa sakit. Kondisi ini disebabkan karen adanya
infeksi jamur yang merupakan lansia karena produksi imunoglobulin
mikroorganisme dalam rongga mulut. menurun. Orang-orang tua yang umumnya
Terdapat beberapa macam jamur dalam menderita kekurangan gizi makro dan mikro
rongga mulut, tetapi sebagian besar akan memiliki respons sistem dan fungsi
merupakan jenis candida albicans yang imun yang rendah
bersifat komensal oportunistik patogen. Jika
Oral hairy leukoplakia merupakan
keadaan rongga mulut tidak seimbang,
suatu lesi spesifik pada infeksi HIV yang
seperti saat terjadi penurunan imun,
disebabkan oleh virus Epstein Barr, OHL
penggunaan obat tertentu, adanya penyakit
secara klinis tampak sebagai plak putih atau
sistemik dapat mengakibatkan sifat jamur
putih keabuan berbatas tegas dengan tekstur
menjadi pathogen (Sixbey, JW, 2008).
berombak yang asimtomatis. Permukaan
Pada kasus ini, didapatkan diagnosa
“hairy” berukuran bermacam-macam mulai
oral candidiasis ditegakkan dengan melihat
dari beberapa milimeter hingga keterlibatan
gambaran klinis dari lesi yang terdapat pada
luas dari lidah hingga mukosa kavum oris.
dorsum lidah pasien dan dari hasil
Lesi ini biasanya terjadi pada lateral lidah,
pemeriksaan penunjang mikologi yang
tetapi dapat pula pada permukaan ventral,
dilakukan di laboratorium mikrobiologi
dorsal lidah, dan mukosa pipi (Murtiastutik,
FKG UNEJ. Etiologi dari penyakit tersebut
2008).
yaitu jamur Candida albicans. Pada kasus ini
pasien sudah berusia 45 tahun sehingga
Pada kasus ini, pasien didapatkan
pasien termasuk dalam kelompok lanjut
keluhan subjektif pada lidah. Pasien
usia. Pada kelompok lanjut usia,
diberikan terapi dengan nystatin oral
kemampuan imunitasnya menurun sesuai
suspension 12 ml oleh dokter gigi untuk lesi
peningkatan usia termasuk kecepatan
putih pada bagian ventral lidah. Lesi pada
respons imun melawan infeksi penyakit. Hal
samping lidah menetap setelah pemberian
itu berarti bahwa kelompok lansia beresiko
terapi selama 8 hari. Keluhan nyeri atau
tinggi terserang penyakit seperti infeksi,
bengkak tidak didapatkan.
kanker, jantung koroner, kelainan
autoimmun atau penyakit kronik lainnya. OHL adalah lesi jinak dengan ciri
Seluruh penyakit ini mudah terjadi pada khas berupa replikasi produktif EBV dalam
jumlah banyak. EBV (atau disebut juga jumlah sel Langerhans pada lesi OHL
human herpesvirus) berasal dari dibandingkan mukosa oral tanpa lesi.

Herpesviridae subfamily gamma. Virus ini Pemeriksaan fisik menunjukkan plak


laten seumur hidup dengan bertempat pada putih bilateral gambaran berombak berbatas
sel memori limfosit B di darah perifer, dan jelas pada lidah yang tidak nyeri. Penelitian
berfungsi sebagai reservoir seluler infeksi observasional dari beberapa penulis
laten persisten EBV. Virus ini ditularkan menunjukkan pasien OHL berkembang
melalui ekskresi mukosa, saliva, dan sel menjadi AIDS dalam jangka waktu singkat.
orofaring yang terinfeksi EBV saat terjadi Hal tersebut menekankan pentingnya OHL
reaktivasi virus. EBV diduga bisa berasal sebagai indikator imunosupresi saat pertama
dari reaktivasi strain laten epitel lidah, kali didiagnosis. European Economic
melalui kontak dengan saliva yang terinfeksi Community tahun 1992 mempublikasikan
EBV, atau melalui limfosit B yang klasifikasi lesi oral terkait infeksi HIV pada
bersirkulasi dengan positif EBV (Sixbey, dewasa. OHL merupakan lesi yang sangat
JW, 2008). kuat terkait dengan infeksi HIV.

Imunosupresi berat dapat Diagnosis OHL pada pasien yang


menyebabkan reaktivasi replikasi EBV pada positif HIV dapat memberikan prediksi
orofaring dari pasien dengan positif EBV. kondisi sistem imunitas dan progresivitas
Replikasi EBV juga didapatkan pada epitel infeksi, karena berhubungan dengan jumlah
oral normal. Hal itu menunjukkan bahwa sel T CD4+.
patogenesis OHL tidak hanya replikasi
sendiri, namun juga diperlukan kofaktor Pasien dirujuk untuk dilakukan tes
lainnya (Sixbey, JW, 2008). HIV setelah didiagnosis awal OHL, dengan
hasil yaitu antibodi HIV positif. Penegakkan
Bagian lateral lidah merupakan
kondisi imunokompromais pada pasien ini
lokasi tersering OHL. Perkembangan OHL
dapat menjelaskan penyebab munculnya
pada lidah dapat dikaitkan dengan akumulasi
OHL.
saliva pada dasar mulut dan posisi istirahat
lidah pada genangan saliva yang terinfeksi Daftar Pustaka

EBV. Penjelasan lain adalah penurunan


Brocklehurs,t P., Tickle, M., Glenny, A.,M., Woo, S.B., Greenberg, M.S. 2015. Burket’s
Lewis, M., Pemberton, M.N., Taylor, J., Oral Medicine. 12th ed. Glick M, editor.
2012. Systemic interventions for recurrent Connecticut: People’s Medical Publishing
aphthous stomatitis (mouth ulcers). House—USA.173-182.
Cochrane database Syst Rev. 9(9):1–7.
Hudson. J. 2014. Recurrent Aphthous
Caputo, B.V., Noro, Filho, G.A., Dos Stomatitis : Diagnosis and Management in
Santos, C.C., Okida, Y., Giovani, E.M. Primary Care Recurrent Aphthous Stomatitis
2012. Laser Therapy of Recurrent Aphthous : Diagnosis and Management in. J Patient-
Ulcer in Patient with HIV Infection. Case Centered Res Rev. 1(4):197–200.
Rep Med.:1–3.
Chapple, I.L., Hamburger, J. 2000. The
Cutler, JE. Putative virulence factors of significance of oral health in HIV disease.
Candida albicans. Annual Rev. Microbiol. Sex Transm Infect. 76(4):236–43.
1991; 45:187–218.
Gnanasundaram, N. Key to Diagnose HIV /
Murtiastutik D. Kelainan kulit pada pasien AIDS Clinically through its Oral
HIV/AIDS. Dalam: Barakbah J, Lumintang Manifestations. J Indian Acad Oral Med
H, Martodihardjo S, editor. Infeksi Menular Radiol.2010;22:119–25.
Seksual. Surabaya AUP; 2008. h. 258-59.
Sixbey JW. Epstein-barr virus infection. In:
Gravina, HG, de Morán, EG, Zambrano, O, Holmes KK, Sparling PF, Stamm WE, Piot
Chourio, ML, de Valero, SR, Robertis, S, P, Wasserheit JN, Corey L, et al., editors.
Mesa L. Oral Candidiasis in children and Sexually Transmitted Disease. 4th ed. New
adolescents with cancer. Identification of York: McGraw Hill; 2008. p. 453-9.
Candida.spp Med Oral Patol Oral Cir Bucal.
2007; 12: E419-23.

Lehmann PF. Fungal structure and


morphology. Medical Mycology.
1998;4:57–8.

Peterson DE. Oral candidiasis. Clin Geriatr


Med. 1992; 8:513–27.

Garber GE. Treatment of oral candida


mucositis infections. Drugs. 1994; 47: 734–
40.

Epstein JB. Antifungal therapy in


oropharyngeal mycotic infections. Oral Surg
Oral Med Oral Pathol 1990; 69: 32–41.

Epstein JB, Truelove EL, Izutzu KL. Oral


candidiasis: pathogenesis and host defense.
Rev Infect Dis. 1984; 6: 96–106.

Anda mungkin juga menyukai