Anda di halaman 1dari 20

REFERAT CANDIDIASIS

ORAL PADA PASIEN


HIV
Pembimbing:
drg. Nurhaerani, Sp. KGA, PhD

Disusun Oleh:
Naulia Kusuma Wardani

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT GIGI & MULUT


RSD K. M. R. T WONGSONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WAHID HASYIM
DEFINISI CANDIDIASIS ORAL

Candidiasis oral adalah salah satu infeksi


oportunistik di rongga mulut, umumnya
merupakan kondisi sekunder akibat
imunokompresi. Candidiasis oral terjadi
pada 95% pasien terinfeksi HIV selama
perjalanan penyakit mereka.
EPIDEMIOLOGI

Kandidiasis oral paling sering disebabkan oleh Candida albicans, diikuti C.


glabrata.
Menurut sebuah studi di Brazil, C. albicans menyumbang 40,9% dari kasus diikuti
oleh C. tropicalis (20,9%), C. parapsilosis (20,5%) dan  C. glabrata (4,9%).
Prevalensi candidiasis oral pada HIV di Asia berkisar dari 8% (India: 50 pasien
terinfeksi HIV di bawah anti-retroviral terapi aktif: ART) sehingga 98,3% (Kamboja:
121 pasien terinfeksi HIV yang tidak diterapi antimycotics), sementara di Afrika
berkisar antara 34,9% di Kamerun sampai 80% di Kenya.
Prevalensi candidiasis oral di Latin dan Amerika Selatan bervariasi dari 28,6%
(Brazil: 161 pasien yang terinfeksi HIV, 70,8% dari mereka memiliki pengobatan
anti- retroviral: ARVT).
ETIOLOGI CANDIDIASIS ORAL

Terdapat lima tipe spesies kandida di kavitas oral,


diantaranya adalah:
• Candida albicans
• Candida tropicalis
• Candida krusei
• Candida parapsilosis
• Candida guilliermondi
FAKTOR RISIKO

FAKTOR LOKAL:

 Disfungsi saliva  pengurangan produksi saliva.


 Kebersihan gigi tiruan yang buruk dan penggunaan berkepanjangan.
 Terapi kortikosteroid topikal  pada steroid gel topikal untuk pengelolaan
penyakit mukosa mulut, inhaler steroid.

FAKTOR SISTEMIK:

 Immunosenescence terkait usia (pada bayi dan lanjut usia)


 Penggunaan antibiotik spektrum luas (perubahan flora normal mulut)
 Terapi imunosupresif ( kortikosteroid sistemuk, agen imunomodulasi biologis)
FAKTOR RISIKO

FAKTOR SISTEMIK:

 Kemoradiasi (pada kanker kepala dan leher)


 Kondisi imunokompresi  sindrom kandidiasis mukokutan kronis, pasien
HIV/AIDS
 Defisiensi nutrisi (zat besi, seng, magnesium, selenium, asam folat, vit A, B6, B12,
dan C)
PATOFISIOLOGI

Stage I ( Colonization) : Stage II ( Superficial Infection ) :


Sel Yeast membawa adhesi dan
menempel pada permukaan sel host Perubahan bentuk hifa kemudian
kemudian yeast akan berubah menjadi melakukan penetrasi epitel dan
bentuk hifa dan tidak dikenali oleh mengeluarkan enzim.
imun.

Stage III (Deep Seated Infection) : Stage IV ( Disseminated Infection)

Penetrasi kedalam jaringan, dimana Masuk kedalam pembuluh darah dan


enzim berhasil merusak epitel sebagai menginfeksi jaringan kemudian
bries dari vascular invasion dan imuno mengaktivasi koagulasi dan pembuluh
evasion. darah.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

• Lesi berwarna putih kekuningan dengan bentuk sentrifugal dan dapat terjadi
dimana saja seperti di mukosa bukal, lidah dan palatum ( durum dan mole),
• Dapat dikerok dan meninggalkan bekas kemarahan atau berdarah.
• Pasien biasanya mengeluhkan rasa perih terbakar serta sensitive terhadap
makanan.
KLASIFIKASI CANDIDIASIS ORAL

CANDIDIASIS PSEUDOMEMBRAN AKUT:

• Sering disebut sebagai “trush”, biasanya muncul


sebagai plak kuning multifokal di seluruh mukosa
mulut.
• Gambaran lesi ditandai adanya plak, terdiri dari sel
epitel dan sel imun yang terkelupas bersama
dengan yeast dan hifa.
• Plak dapat dibersihkan, meninggalkan dasar erosif
merah.
KLASIFIKASI CANDIDIASIS ORAL

CANDIDIASIS ERITEMATOSA ATROFI KRONIK:

• Sering dijumpai pada individu dengan HIV+.


• Bentuk paling umum adalah stomatitis akibat gigi
tiruan  eritema pada mukosa palatal bantalan
gigi tiruan.
• Kebersihan gigi tiruan yang tidak memadai, gigi
tiruan yang pas, atau pemakaian gigi tiruan yang
terus-menerus  lingkungan yang ideal untuk
pertumbuhan candida.
KLASIFIKASI CANDIDIASIS ORAL

SINDROM CANDIDIASIS MUKOKUTAN KRONIS:

• Merupakan gangguan imunologi heterogen yang


ditandai dengan defisiensi imun yang
mendasarinya.
• Gejala yang timbul berupa rasa terbakar, sensasi
rasa yang berubah, terdapat plak putih pada
mukosa bukal, gusi, dan lidah, mukosa eritem.
PENEGAKAN DIAGNOSA

• Anamnesa dan pemeriksaan fisik berdasarkan manifestasi dan diagnosis klinis


pada pasien.
• Pemeriksaan kultur dan sensitivitas dapat dilakukan apabila penggunaan
antifungal tidak efektif. Diagnosis laboratorium dapat dilakukan melalui
pemeriksaan spesimen mikroskopis, biakan, dan serologi.
• Bahan pemeriksaan: swab mulut ditemukan pseudohifa
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN DENGAN LARUTAN KOH:

• Pemeriksaan langsung dengan Larutan KOH dapat


berhasil bila jumlah jamur cukup banyak.
• Keuntungan pemeriksaan ini dapat dilakukan
dengan cara sederhana, dan terlihat hubungan
antara jumlah dan bentuk jamur dengan reaksi
jaringan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN KULTUR:

• Media kultur yang dipakai untuk biakan C. albicans


adalah Sabouraud dextrose agar/SDA dengan atau
tanpa antibiotic

• Pertumbuhan pada SDA plate terlihat jamur yang


menunjukkan tipikal kumpulan mikroorganisme
yang tampak seperti krim putih dan licin disertai
bau khas/yeast.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN SEROLOGI DAN BIOLOGI MOLEKULER:

• Pemeriksaan PNA FISH adalah hibridisasi asam


nukleat untuk identifikasi Candida albicans dan
Candida glabrata.
• Sampel yang dipakai adalah kultur darah.
• Pemeriksaan ini menggunakan label fluoresen
untuk melapisi ribosomal RNA/rRNA Candida
albicans.
PENATALAKSANAAN
EDUKASI

 Menjaga kebersihan mulut.


 Ganti sikat gigi sesering mungkin saat kandidiasis oral aktif.
 Membersihkan gigi tiruan setiap hari dengan preparat antijamur dan hindari
memakainya di malam hari.
 Hindari mengonsumsi kafein dan alkohol, keduanya dapat meningkatkan
kekeringan rongga mulut.
 Meningkatkan kelembapan mulut dengan sering minum air dan berkumur jika
tidak bisa menyikat gigi.
PROGNOSIS

Prognosis baik apabila cepat dan tepat dilakukan tatalaksana

Ad Vitam : Dubia ad bonam


Ad Fuctionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA

1. Lu SY. Oral candidosis: pathophysiology and best practice for diagnosis, classification,
and successful management. J Fungi (Basel) 2021;7:555.
2. Kumar M. Thrush Follow-up. Medscape. 2019. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/969147-followup
3. Scully C, el - Kabir M, Samaranayake LP. Candida and oral candidosis: a review. Crit Rev
Oral Biol Med.1994; 5 (2): 125 - 57. doi: 10.1177/10454411940050020101. PMID:
7858080. [2]
4. Collins, C. D., Sarah. C.and Jenina. S. 2011.Management Of Oropharyngeal Kandidiasis
With Localized Oral Mikonazole Therapy: Efficacy, Safety And Patient Acceptability,
patient preference adherence.Patient Preference and Adherence . (5): 369 – 374.
5. Giannini, M. J. S., 2013, Candida Species: Current Epidemiology, Pathogenicity, Biofilm
Formation, Natural Antifungal Products And New Therapeutic Options, Journal of
Medical Microbiology, 62, hal 10–24.

Anda mungkin juga menyukai