Anda di halaman 1dari 29

SINDROMA EKSTRAPIRAMIDAL

AKIBAT PENGGUNAAN OBAT


ANTIPSIKOTIK

AVIZENA M. ZAMZAM
NADIA FITRISIA
SYABRINA PRATIWI N. DHAMALIA

PEMBIMBING :
DR. ERI ACHMAD ACHDIAR, SP.KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


RSUD Arjawinangun
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
2016
DEFINISI

 Extrapyramidal Syndrome (EPS)


suatu gejala atau reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan
jangka pendek atau jangka panjang dari medikasi antipsikotik
golongan tipikal
ANAMNESIS
Pada anamnesis pasien dengan ekstrapiramidal syndrome perlu
dilihat :
 Identitas pasien
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Apakah terdapat tremor, gerakan involunter, kekakuan otot?

 Dimana lokasinya terjadi hal tersebut?

 Kapan terjadinya serangan?

 Berapa kali terjadinya serangan?

 Berapa lama waktu pada tiap episode dan waktu diantara episode?

 Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat penyalahgunaan obat
 Riwayat pengobatan
 Medis

 Psikofarmakotika

 Lama pengobatan
 Kepatuhanberobat
 Efek samping
ANAMNESIS (Cont..)

 Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan lebih lanjut


dengan menggunakan Abnormal Involuntary
Movement Scale (AIMS) dan Simpson Angus Scale
PEMERIKSAAN FISIK

Gejala yang timbul pada sindrom ekstra piramidal dibagi


menjadi dua :
 Gejala negatif
Gejala negatif terjadi akibat kekurangn jumlah dopamin karena
produksinya yang berkurang

1. Bradikinesia
 Gerakan volunter yang bertambah lambat atau menghilang sama sekali.
Gejala utama  parkinsonism berkurangnya ekspresi wajah,
berkurangnya kedipan mata dan mengurangi perubahan postur pada saat
duduk.
2. Gangguan postural
 Hilangnya refleks postural normal  sering ditemukan pada
parkinsonism  penderita tidak dapat mempertahankan keseimbangan
secara cepat akan terjatuh bila berputar dan didorong.
PEMERIKSAAN FISIK (Cont..)

 Gejala Positif
Gejala positif timbul oleh karena terjadi perubahan
pelepasan ataupun disinhibisi dari dopamin, tetapi tidak
ditemukan kerusakan struktur.
1. Gerakan involunter
 Tremor, athetosis, chorea, distonia, hemibalismus
2. Rigiditas
 Kekakuan yang dirasakan oleh pemeriksa ketika menggerakkan
ekstremitas secara pasif
PEMERIKSAAN FISIK (Cont..)
 Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS) Examination
Procedure

Abnorm
KRITERIA DIAGNOSIS

I. Kriteria Diagnostik dan Riset untuk Akathisia Akut Akibat


Neuroleptik
 Keluhan subjektif berupa kegelisahan yang disertai oleh gerakan yang
terlihat (misalnya, gerakan tungkai yang resah, bergoyang dari kaki ke
kaki, bolak balik, atau tidak dapat duduk atau berdiri diam) yang
berkembang dalam beberapa minggu setelah memulai atau menurunkan
dosis medikasi neuroleptik (atau menurunkan medikasi yang digunakan
untuk mengobati gejala ekstrapiramidal).
a. Perkembangan keluhan subjektif kegelisahan setelah pemaparan
dengan medikasi neuroleptik.
b. Sekurang-kurangnya terlihat satu dari berikut ini:
1. Menggerakkan kaki atau mengayunkan kaki yang resah
2. Menggoyangkan kaki saat berdiri
3. Berjalan bolak balik untuk menghilangkan kegelisahan
4. Tidak dapat duduk atau berdiri selama sekurangnya beberapa menit.
KRITERIA DIAGNOSIS (Cont..)

I. Kriteria Diagnostik dan Riset untuk Akathisia Akut Akibat


Neuroleptik
c. Onset gejala dalam kriteria A dan B terjadi dalam empat minggu setelah memulai atau
menaikkan dosis neuroleptik, atau menurunkan medikasi yang digunakan untuk
mengobati (atau mencegah) gejala ekstrapiramidalis (misalnya, obat antikolinergik)
d. Gejala dalam kriteria A tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
(misalnya skizofrenia, putus zat, agitasi dari episode depresif berat atau manik,
hiperaktivitas pada gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas). Tanda-tanda ahwa gejala
adalah berupa berikut ini: onset gejala mendahului pemaparan dengan medikasi
neuroleptik, tidak adanya peningkatan kegelisahan dengan peningkatan dosis
neuroleptik, dan tidak hilang dengan intervensi farmakologis (misalnya, tidak mengalami
perbaikan setelah menurunkan dosis neuroleptik atau terapi dengan medikasi yang
ditujukan untuk mengobati akathisia).
e. Gejala dalam kriteria A bukan karena zat nonneuroleptik atau kondisi neurologis atau
medis umum lainnya. Tanda-tanda bahwa gejala adalah karena kondisi medis umum
adalah bahwa onset gejala mendahului pemaparan medikasi neuroleptik atau
berkembangnya gejala tanpa adanya perubahan medikasi.
KRITERIA DIAGNOSIS (Cont..)

II. Kriteria Diagnostik dan Riset untuk Distonia Akut Akibat


Neuroleptik
 Posisi abnormal atau spasme otot kepala, leher, anggota gerak, atau batang tubuh
yang berkembang dalam beberapa hari setelah memulai atau menaikkan dosis
medikasi neuroleptik (atau setelah menurunkan medikasi yang digunakan untuk
mengobati gejala ekstrapiramidal).
a. Satu (atau lebih) tanda atau gejala berikut yang berkembang berhubungan dengan
pemakaian medikasi neuroleptik:
1. Posisi abnormal kepala dan leher dalam hubungannya dengan tubuh (misalnya retrokolis,
tortikolis)
2. Spasme otot rahang (trismus, menganga, seringai)
3. Gangguan menelan (disfagia), bicara, atau bernapas (spasme laring-faring, disfonia)
4. Penebalan atau bicara cadel karena lidah hipertonik atau membesar (disartria, makroglosia)
5. Penonjolan lidah atau disfungsi lidah
6. Mata deviasi ke atas, ke bawah, kearah samping (krisis okulorigik)
7. Posisi abnormal anggota gerak distal atau batang tubuh.
b. Tanda atau gejala dalam kriteria A berkembang dalam tujuh hari setelah memulai
atau dengan cepat menaikkan dosis medikasi neuroleptik, atau menurunkan
medikasi yang digunakan untuk mengobati (atau mencegah) gejala ekstrapiramidal
akut (misalnya obat antikolinergik)
KRITERIA DIAGNOSIS (Cont..)

II. Kriteria Diagnostik dan Riset untuk Distonia Akut Akibat


Neuroleptik
c. Gejala dalam kriteria A tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental
(misalnya gejala katatonik pada skizofrenia). Tanda-tanda bahwa gejala
lebih baik diterangkan oleh gangguan mental dapat berupa berikut: gejala
mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik atau tidak sesuai
dengan pola intervensi farmakologis (misalnya tidak ada perb aikan
setelah menurunkan neuroleptik atau pemberian antikolinergik).
d. Gejala dalam kriteria A bukan karena zat nonneuroleptik atau kondisi
neurologis atau medis umum. Tanda-tanda bahwa gejala adalah karena
kondisi medis umum dapat berupa berikut: gejala mendahului pemaparan
dengan medikasi neuroleptik, terdapat tanda neurologis fokal yang tidak
dapat diterangkan, atau gejala berkembang tanpa adanya perubahan
medikasi.
KRITERIA DIAGNOSIS (Cont..)

III. Kriteria Diagnostik dan Riset untuk Parkinsonisme Akibat


Neuroleptik
 Tremor parkinsonisme, kekakuan (rigiditas) otot atau akinesia yang timbul dalam
beberapa minggu setelah memulai atau menaikkan dosis medikasi neuroleptik (atau
setelah menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati gejala
ekstrapiramidal).
a. Satu (atau lebih) tanda atau gejala berikut ini timbul berhubungan dengan
pemakaian medikasi neuroleptik:Perkembangan keluhan subjektif kegelisahan
setelah pemaparan dengan medikasi neuroleptik.
1. Tremor parkinsonisme (yaitu tremor kasar, ritmik, dan saat istirahat dengan frekuensi antara
3 dan 6 siklus per detik, yang mengenai anggota gerak, kepala, mulut, atau lidah)
2. Rigiditas otot parkinsonisme (yaitu rigiditas gigi gergaji atau rigiditas “pipa besi” kontinu)
3. Akinesia (yaitu penurunan ekspresi wajah, gerak-gerik, bicara, atau gerakkan tubuh spontan)
b. Gejala dalam kriteria A berkembang dalam beberapa minggu setelah memulai atau
menaikkan dosis medikasi neuroleptik, atau menurunkan medikasi yang digunakan
untuk mengobati (atau mencegah) gejala ekstrapiramidalis (misalnya, obat
antikolinergik)
KRITERIA DIAGNOSIS (Cont..)

III. Kriteria Diagnostik dan Riset untuk Parkinsonisme


Akibat Neuroleptik
c. Gejala dalam kriteria A tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
mental (misalnya gejala katatonik atau negative dari skizofrenia, retardasi
psikomotor pada episode depresif berat). Tanda-tanda bahwa gejala adalah
lebih baik diterangkan oleh gangguan mental adalah berupa berikut ini: gejala
mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik atau tidak sesuai dengan
pola intervensi farmakologis (misalnya tidak mengalami perbaikan setelah
menurunkan dosis neuroleptik atau memberikan medikasi antikolinergik).
d. Gejala dalam kriteria A bukan karena zat nonneuroleptik atau kondisi
neurologis atau medis umum lainnya (misalnya penyakit Parkinson, penyakit
Wilson). Tanda-tanda bahwa gejala adalah karena kondisi medis umum adalah
bahwa gejala mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik, terdapat
tanda neurologis fokal yang tidak dapat diterangkan, atau gejala berkembang
walaupun ada regimen medikasi yang stabil.
DIAGNOSIS BANDING

 Distonia Akut
 Spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot skelet 
timbul beberapa menit dan dapat pula berlangsung lama 
menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal
 Terjadi pada awal pengobatan atau ketika dosis dinaikan
 Otot yang dapat terlibat :
 Wajah
 Rahang  trismus
 Leher
 Lidah
 Seluruh otot tubuh  opistotonus
 Ekstraokuler
 Diagfragmatika  kesulitan bernapas
DIAGNOSIS BANDING (Cont..)

 Akatisia
 Keadaan subjektif kegelisahan (restlessness) yang panjang,
gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak .
 Ditandai dengan perasaan subjektif gelisah dan tanda objektif
gelisah, atau keduanya.
DIAGNOSIS BANDING (Cont..)

 Parkinsonisme
 Dicetuskan neuroleptik terutama ditandai oleh trias:
 Tremor saat beristirahat
 Rigiditas
 Bradikinesia/ akinesia
Parkinsonism (Cont..)

 Manifestasi dapat berupa :


 Akinesia  wajah topeng, kejedaan dari gerakan spontan,
penurunan ayunan lengan pada saat berjalan, penurunan kedipan,
dan penurunan mengunyah yang dapat menimbulkan
hipersalivasi.
 Tremor  mengenai lidah dan otot perioral yang kadang-kadang
disebut sebagai “sindrom kelinci”.
 Gaya berjalan membungkuk
 Hipertonia  cogwheel rigidity
Parkinsonism (Cont..)

 Gambaran parkinsonisme lain 


 berpikir lambat, perburukan gejala negative, ludah
berlebihan, berliur, mikrografia, seborea, dan
disforia.
DIAGNOSIS BANDING (Cont..)

 Tardive Dyskinesia
 Bentuk gerakan koreoatetoid abnormal, gerakan otot
abnormal, involunter yang muncul lambat
 Prevalensi bervariasi  diperkirakan terjadi 20-40% pada
pasien yang berobat lama
 Gerakan yang paling sering berupa :
 Regio orofasial
 Jari tangan dan kaki
DIAGNOSIS BANDING (Cont..)

 Chorea
 Gerakan involunter pada anggota gerak (lengan/tangan)
yang eksplosif. cepat berganti sifat dan arah gerakan
secara tidak teratur  hanya berhenti waktu tidur
 Dibagi menjadi 3 :
 Chorea Huntington (Huntington Disease)
 Chorea Sydenham
 Chorea Gravidarum
DIAGNOSIS BANDING (Cont..)

 Sindrom Maligna Neuroleptik


 Suatu komplikasi terapi antipsikotik yang mengancam nyawa
dan dapat terjadi kapanpun selama masa terapi.
 Gejala mencakup : rigiditas, distonia, akinesia, mutisme,
obtundasi dan agitasi
 Gejala otonom : demam tinggi, berkeringat, TD meningkat,
Takikardia
DIAGNOSIS BANDING (Cont..)

 Selain itu diagnosis yang perlu diperhitungkan


seperti :
 Sindrom putus obat
 Tetanus
 Anxietas
 Gejala psikotik yang memburuk
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Tergantung tampilan klinis


 Distonia simpleks  tidak membutuhkan tes

 Pemeriksaan rutin elektrolit, pemeriksaan potassium, asam


urat, keratin kinase-MM , nitrogen dan urea darah, kreatinin
darah, glukosa darah, mioglobin dan bikarbonat  menilai
status hidrasi, fungsi ginjal, asam basa, kerusakan otot, dan
hipoglikemi sebagai penyebab kelainan sensorium
 Kontraksi otot terus menerus  kerusakan otot  terlihat dari
peningkatan potassium, asam urat, dan keratin kinase-MM
TATALAKSANA

 Non-farmakologis
 Menurunkan dosis antipsikotik hingga mencapai dosis minimal yang efektif 
mengurangi gejala yang timbul

 Farmakologis
 Pasien > 60 tahun  L-dopa 3-4 kali sehari (dosis maksimal 600 mg/ hari)  30
menit sebelum makan.
 Pasien muda  Dopamine Antagonist (DA)
• Ergot DA
 Bromocriptin dimulai dengan dosis 1,25 mg ditingkatkan sampai total maksimal
40mg/ hari terbagi dalam 3-5 dosis.
 Pergolide mesylate dimulai dari 0,05 mg 0,05 mg tiap 4-7 hari sampai 2-4 mg /
hari untuk 3x beri
 Piribedil 50 mg terbagi 5x/ hari
 Cabergoline , dostinex 0,5 mg setiap 2 hari
• Non-Ergot DA
 Pramipexole, sifrol 1 mg dimulai dari 0,125 mg. Dosis umumnya 3-4,5 mg / hari
 Ropinirole, requip 2 mg, dimulai dari 0,25 mg. Dosis umumnya 3-9 mg/ hari
TATALAKSANA (Cont..)

 Pemberian antihistamin  difenhidramine


 Pemberian antikolinergik
 Trihexyphenidil (THP) 4-6mg per hari selama 4-6 minggu  dosis
diturunkan secara perlahan-lahan, 2 mg setiap minggu  untuk melihat
ada atau tidak suatu toleransi terhadap efek samping sindrom
ekstrapiramidal
 n-Methyl-D-Aspartate Receptor Inhibitor: amantadine dimulai dari 100
mg. Dosis umumnya 300-400 mg/ hari terbagi dalam 3-4 dosis
 Enzyme inhibitor: Monoamine Oxidase Type B inhibitor MAO –B
contoh selegiline, selegos 5 mg, rasagiline sebagai neuroprotektor.
 COMT –I (Cathechol o Methyl Transferase Inhibitors) : entacapone,
comtan 200mg dosis maksimal 1600 mg, tolcapone untuk menurunkan
degradasi dopamine otak dan meningkatkan efek L-dopa.
TATALAKSANA (Cont..)

 Pemberian epinefrin dan norepinefrin  menurunkan


konsentrasi antipsikotik dalam plasma sehingga absorbsi
reseptor dopamin berkurang dan efek gejala
ekstrapiramidal dari antipsikotik dapat berkurang.
 Bila reaksi distonia akut berat  penanganan cepat dan
agresif  difenhidramin 50 mg IM atau benztropin 2 mg
IM.
 Penatalaksanaan akatisia  anti kolinergik dan
amanditin, dan pemberian proanolol dan benzodiazepine
seperti klonazepam dan lorazepam.
PROGNOSIS

 Sindrom ekstrapiramidal yang akut akan lebih baik


bila gejala langsung dikenali dan ditanggulangi.
 Pasien dengan tardive distonia hingga distonia laring
dapat menyebabkan kematian bila tidak diatasi
dengan cepat.
 Kondisi dapat menetap pada pasien yang mendapat
pengobatan neuroleptik selama lebih dari 10 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

1) Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri:ilmu pengetahuan perilaku
psikiatri klinis.Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara; 2010.
2) Arozal W, Gan S. Psikotropik, dalam Farmakologi dan terapi. Edisi 6. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2012.
3) Owens DGC. A guide to the extrapyramidal side-effects of antipsychotic drugs.
England: Cambridge University Press; 2004.
4) Ješić MP, Ješić A, Filipović JB, Živanović O. Extrapyramidal syndrome caused
by antipsychotic. Pubmed article 2012 November-December; LXV (11-12): p.521-
526
5) United Kingdom Psychiatric Pharmasi Group. Antipsychotics.[online] May 2013.
[Cited] Oktober 2010. Avaible from www.ukppg.org,uk
6) Katzung, Bertram G. Farmakologi dasar dan klinik. 6. Jakarta : EGC, 1997.
7) Gan Sulistia, Arozal Wawaimuli. Antipsikosis. Buku Ajar Farmakologi dan Terapi.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p.161-5
- THANK YOU -

Anda mungkin juga menyukai