Indonesia merupakan negara kepulauan dengan angka kejadian bencana alam
cukup tinggi di dunia. Secara geografi Indonesia terletak pada wilayah yang rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung api, tsunami, banjir, dan lain-lain. Menurut Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tercatat angka kejadian bencana di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebanyak 456 kejadian, terdiri dari 227 bencana alam (49%), 197 bencana non alam (44%) dan 32 bencana sosial (7%) (Depkes,2015). Angka kejadian bencana yang cukup tinggi di Indonesia mengakibatkan komponen-komponen sistem kesehatan dibutuhkan dan diikutsertakan dalam bantuan bencana terutama profesi dokter.
Komponen profesi kesehatan yang ikut berpatisipasi dalam bantuan bencana
terdiri dari ahli bedah, ahli bedah orthopedi,dokter umum, dokter spesialis anak, paramedis dan mahasiswa kedokteran tingkat akhir. Namun mahasiswa kedokteran tingkat akhir terkadang hanya bisa melakukan observasi dan menolong dokter di bangsal dan di ruang gawat darurat, karena mahasiswa kedokteran tidak sepenuhnya siap untuk mengobati korban kejadian bencana karena mahasiswa kedokteran dalam pendidikan kedokteran tidak mendapatkan perawatan bencana yang ada dalam bidang disiplin kedokteran bencana. (Sabri,A et al,2006)
Manajemen bencana merupakan serangkaian upaya yang meliputi penetapan
kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi (UU,2007). Para ahli kesehatan dan mahasiswa kedokteran tingkat akhir ikut berpartisipasi dalam upaya penyelamatan korban bencana, meskipun para mahasiswa kedokteran secara teoritis dan praktis belum berpengalaman dan belum mempunyai bekal dalam manajemen bencana yang memadai. Setelah kejadian serangan teroris ‘9,11’ banyak negara menempatkan fokus pelatihan kedokteran bencana dan mendanai berbagai penelitian yang berfokus pada kedokteran bencana dalam rangka meningkatkan efisiensi upaya penyelamatan bencana (Tong su et al, 2013). Pemerintah dan masyarakat berharap adanya peningkatan kualitas perawatan medis yang tersedia saat tanggap bencana karena adanya peningkatan frekuensi dan intensitas bencana dalam beberapa dekade terakhir. Pendidikan dan lembaga pelatihan menjadi faktor kunci persiapan dalam menghadapi situasi bencana dan pulih dari hal itu (Issam et al,2016). Kedokteran Bencana mulai dimasukkan dalam blok perkuliahan pada kurikulum pendidikan dokter. Salah satunya Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada telah memasukkan kedokteran bencana ke dalam blok perkuliahan pada kurikulum S1 (Bencana kesehatan, (n.d.) Namun masih ada beberapa Fakultas Kedokteran di Indonesia yang belum memasukkan Kedokteran Bencana dalam kurikulum Pendidikan Kedokteran. Pada survei di semua fakultas kedokteran di Saudi Arabia menunjukan bahwa pengajaran kedokteran bencana langka (Bajow et al,2016). Pelatihan dan pengajaran kedokteran bencana merupakan bagian terpadu untuk persiapan yang efisien dan sangat penting untuk suatu komunitas dan meningkatkan waktu penyelamatan serta mengembangkan keterampilan secara komprehensif (Tong su et al,2013) Kedokteran bencana sangat relevan dan diterima dalam kurikulum pendidikan kedokteran oleh mahasiswa maupun ahli (Issam et al,2016)
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) menjelaskan dalam bagian
pengelolaan masalah diharapkan lulusan dokter mampu melakukan tatalaksana pada keadaan wabah dan bencana mulai dari identifikasi masalah hingga rehabilitasi komunitas. Bantuan hidup dasar,ventilasi masker,transpor pasien, manuver Heimlich, dan Resusitasi cairan masuk ke dalam bagian Kegawatdaruratan dalam standar kompetensi dokter Indonesia dengan tingkat keterampilan 4A yaitu keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter. (KKI,2012). 91,4% mahasiswa dari 639 responden menyatakan bahwa dasar pengetahuan kedokteran bencana penting bagi pendidikan kedokteran dan 94,1% mahasiswa menyatakan kedokteran bencana dijadikan kuliah wajib dalam kurikulum akademik (Ragazzoni, L et.al, 2013).
1.2 Perumusan Masalah
Indonesia merupakan negara yang cukup sering mengalami bencana alam. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan peningkatan kualitas akan tanggap bencana dari komponen kesehatan termasuk mahasiswa kedokteran yang merupakan calon generasi komponen kesehatan yang akan mendatang. Permasalahan yang timbul dikarenakan beberapa fakultas kedokteran di Indonesia belum memasukkan kedokteran bencana dalam kurikulum pendidikan. Penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi,sikap mahasiswa dan penerapan kedokteran bencana pada fakultas kedokteran di Indonesia.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana sikap dan persepsi mahasiswa terhadap penerapan kedokteran bencana dalam kurikulum kedokteran? 2. Bagaimana perbedaan sikap dan persepsi mahasiswa fakultas kedokteran yang mendapatkan kedokteran bencana dengan yang tidak mendapatkan kedokteran bencana terhadap sikap tanggap bencana di Indonesia? 3. Bagaimana penerapan kedokteran bencana pada fakultas kedokteran di Indonesia?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui sikap dan persepsi mahasiswa dan penerapan kedokteran bencana dalam kurikulum kedokteran. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran kedokteran bencana di fakultas kedokteran di Indonesia. 2. Mengetahui perbedaan sikap dan persepsi mahasiswa yang mendapatkan kedokteran bencana dengan yang tidak mendapatkan kedokteran bencana dalam kurikulumnya terhadap tanggap bencana di Indonesia. 3. Mengetahui bagaimana penerapan kedokteran bencana pada fakultas kedokteran di Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritik 1. Hasil penelitian dapat menjadi bahan rujukan dan pembanding untuk penelitian yang akan datang 2. Hasil penelitian dapat menjadi tambahan sumber rujukan dalam bidang pendidikan kedokteran
1.5.2 Manfaat Aplikatif
1. Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan pembelajaran dalam menunjang keilmuan mahasiswa kedokteran 2. Institusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kurikulum pendidikan kedokteran. 3. Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan mendapatkan sumber informasi terbaru dan berguna untuk menunjang penuli san ilmiah lainnya.