04031381520044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Jurnal I:
ABSTRAK
Kandidiasis oral adalah istilah luas yang mendeskripsikan infeksi jamur terutama
yang disebabkan oleh ragi yang dimiliki oleh genus kandida. Pada negara berkembang,
kandidiasis adalah komplikasi nomor tiga yang paling sering muncul pada pasien HIV.
Insidensi yang bervariasi telah diamati tergantung pada umur dan faktor predisposisi.
Kandidiasi orofaringeal dan disphonia adalah salah satu dari banyak efek samping
lokal penggunaan beberapa steroid topikal untuk pengobatan asma. Penggunaan
inhaler steroid jangka panjang membuat mukosa orofaringeal menjadi rentan terhadap
infeksi jamur oportunistik karena aksi immunosupresif lokalnya. Disini kami
melaporkan kasus seorang pasien laki-laki berusia 55 tahun penderita asma kronis
yang menggunakan inhaler steroid dan menderita kandidiasis oral.
Pendahuluan
Laporan Kasus
periodik acid-schiff).
Pembahasan
Infeksi jamur pada manusia disebabkan oleh berbagai jenis spesies kandida yang
bervariasi dari kondisi inkonsekuensial tertentu seperti kandidiasi oral atau genital ke
super infeksi pada pasien dengan kondisi sistemik immunocompromised. Tingkat
keberadaan spesies kandida pada populasi secara umum telah dilaporkan bervariasi
dari 20% hingga 75% tanpa gejala apapun. Nilai insidensi C. albican dalam rongga
mulut neonatal, anak-anak yang sehat dan dewasa yang sehat telah dilaporkan berada
diantara 45-65% dan 30-45%, secara berurutan. 50-65% pada orang yang
menggunakan gigi tiruan lepasan, 65-88% pada pasien rawat inap akut dan jangka
panjang di fasilitas kesehatan, 90% pada pasien dengan leukimia akut yang menjalani
kemoterapi dan 95% pada pasien dengan HIV. Spesies kandida dipertimbangkan ada
diantara komensal normal mulut. Faktor tertentu yang mempredisposisikan host
kepada kandidiasis oral adalah fisiologis, seperti usia tua, infansi dan kehamilan
dengan imunitas yang berubah, trauma lokal, kebersihan gig tiruan yang buruk,
malnutrisi, penggunaan antibiotik spektrum luas, kortikosteroid, defek imun seperti
infeksi HIV, aplasia thymic, kelainan endokrin, keganasan seperti keukimia,
agranulositosis, hiposalivasi karena penyakit autoimun atau radiasi kepala dan leher,
serta medikasi sitotoksik tertentu. Pertumbuhan kandida yang berlebihan karena
faktor predisposisi dapat mengakibatkan ketidaknyamanan lokal, sensasi rasa yang
berubah, dan disfagia dari pertumbuhan kandida di esofageal yang berlebihan. Hal ini
dapat menyebabkan malnutrisi, penyembuhan yang terhambat, dan rawat inap jangka
panjang di rumah sakit. Kandidiasis sistemik diasosiasikan dengan tingkat mortalitas
71% hingga 79%.
Asma bronkus adalah penyakit inflamasi kronis pada sistem pernapasan yang
ditandai dengan dyspnea, napas pendek, batuk, dan wheezing karena jalur udara
bronkus yang menyempit yang disebabkan spasme otot, pembengkakan mukosa atau
sekresi nasal dan bronkus. Reaksi alergi kompleks imun diduga sebagai faktor
etiologinya.
Asma bronkus sendiri tidak akan menghasilkan lesi oral apapun namun efek tidak
langsung asma berupa terapi obat asma dapat menginduksi lesi klinis. Pasien paling
rentan untuk muncul manifestasi oral adalah pasien asma kronis yang menggunakan
inhaler kortikosteroid karena obat ini adalah agen terapetik utama dalam perawatan
asma bronkus. Kontak yang berulang dengan inhaler steroid pada mukosa oral dapat
menyebabkan berkembangnya kandidiasis pseudomembran akut (oral thrush) karena
pertumbuhan jamur yang berlebihan pada area dengan supresi imun lokal. Menurut
Salzman et al., meningkatnya konsentrasi glukosa pada saliva yang disebabkan oleh
efek kortikosteroud yang terdeposit dapat menjadi penyebab kandidiasis oral.
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan resiko relatif paling tinggi
pada 3 bulan pertama penggunaan ICS, namun tetap meningkat hingga setidaknya 1
tahun setelah penggunaan ICS dimulai. Infeksi yang diinduksi steroid ini terdiri dari
koloni C. albican yang muncul sebagai lesi putih lunak yang umumnya berada di
palatum lunak dan orofaring. Akhirnya, lesi putih tersebut dikelupas meninggalkan
daerah kemerahan yang intens dan raw-looking.
Pada kasus ini, bersama dengan riwayat dan evaluasi klinis, pasien juga dianalisa
untuk penyebab sistemiknya. Ketika diagnosis final telah ditentukan, perawatan yang
baik dilakukan dengan menggunakan spacer bersama dengan inhaler steroid metered
dose dan aplikasi topikal agen antijamur clotrimazole 1% selama 2 minggu.
Perawatan tersebut cukup efektif untuk menyembuhkan lesi. Berkumur dengan air
setelah penggunaan MDI juga dapat mencegah terjadinya kandidiasis oral. Ketika
pasien di reevaluasi selama kunjungan follow up, pasien menunjukkan remisi lengkap
dari pada lesi.
Kesimpulan
Mendiagnosis lesi jamur oral bersamaan dengan perawatan yang tepat adalah
tanggung jawab utama dokter gigi. Merekam riwayat kesehatan dengan hati-hati
adalah penting dalam mengidentifikasi masalah klinis ini. Faktor predisposisi harus
dirawat atau dieliminasi jika memungkinkan. Karena terapi anti-kandida topikal
efektif dalam perawatan kandidiasis orofaringeal, penggunaan anti-kandida sendiri
tidak sufisien pada pasien asma yang terus menggunakan inhaler steroid. Perawatan
yang efektif adalah dengan merubah medikasi menjadi inhaler nonsteroid setelah
konsultasi dengan dokter yang menangani pasien atau menggunakan spacer
bersamaan dengan MDI sehingga obat yang digunakan pasien dapat berkurang
depositnya di mulut atau kerongkongan dan secara konkomitan menggunakan terapi
anti-kandida. Prognosis baik pada kandidiasis oral dengan perawatan yang tepat dan
efektif.
Referensi
4. McCullough MJ, Savage NW. Oral candidosis and the therapeutic use of
antifungal agents in dentistry. Aust Dent J 2005;50:S36-9.
9. van Boven JF, de Jong-van den Berg LT, Vegter S. Inhaled corticosteroids and
the occurrence of oral candidiasis: A prescription sequence symmetry analysis.
Drug Saf 2013;36:231-6.
10. Toogood JH, Jennings B, Greenway RW, Chuang L. Candidiasis and dysphonia
complicating beclomethasone treatment of asthma. J Allergy Clin Immunol
1980;65:145-53.
Jurnal II:
ABSTRAK
Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh yeast dari genus Candida.
Umumnya dikenal sebagai kandidiasis oral atau thrush ketika menginfeksi mulut.
Kandidiasis adalah salah satu dari efek samping yang umum sehubungan dengan
penggunaan inhaler steroid jangka panjang. Terapi nebulizing dengan kortikosteroid
dipakai secara luas sebagai perawatan pada pasien dengan eksaserbasi akut penyakit
pernapasan obstruktif kronis. Efek samping lainnya dari inhaler steroid termasuk
suara serak dan dysphonia, yang biasanya dapat tidak dihiraukan. Kami meloprkan
kasus pasien laki-laki berusia 74 tahuna yang menggunakan metered dosage inhaler
dan terapi nebulizer dengan kortikosteroid dan menderita kandidiasis oral. Jika oral
thrush berkembang, perawatan dengan fluconazole oral atau obat kumur nystatin
efektif. Edukasi pasien yang benar oleh farmasis klinis mengenai penggunaan inhaler
dan nebulizer yang aman dan efektif khususnya kortikosteroid dapat meminimalisir
masalah yang berhubungan dengan obat ini.
Penggunaan inhaler steroid yang sering akan meningkatkan kontak obat dengan
mukosa oral dan menyebabkan supresi imun pada mukosa oral lokal yang kemudian
menyebabkan pertumbuhan berlebihan spesies jamur. Pasien asma kronis yang
menggunaoan inhaler steroid lebih rentan untuk mengembangkan kandidiasis oral.
Koloni jamur muncul sebagai lesi putih lunak pada lidah, palatum lunak, gingiva dan
mukosa bukal. Secara gradual, lesi putih lunak akan mengelupas dan meninggalkan
area raw looking kemerahan yang parah. Lesi biasanya asimptomatik. Pasien biasanya
mengeluhkan sensasi terbkar ketika makan. Bersamaan dengan kandidiasis,
penggunaan persisten inhaler steroid dapat menambah penyebab ketidaknyamanan
faringel, suara serak dan dysphonia. Kandidiasis orofaringeal harus dicuriga kapanpun
pasien asma dengan penggunaan inhaler steroid jang panjang mengeluhkan sensasi
terbakar atau lesi mukosa oral. Baru-baru ini, terapi nebulizer dengan kortikosteroid
aksi pendek seperti fluticasone atau budesonide biasanya diberikan kepada pasien.
Laporan Kasus
Untuk menentukan hubungan antara obat dan reaksi yang dicurigai, kami
melakukan penilaian kausalitas menggunakan skala Naranjo, skala probabilitas WHO
dan skala Karch dan Lasagna (Tabel 1). Kami menganalisis reaksi ini lebih jauh untuk
mengetahui keparahannya dengan skala modifikasi Hartwig dan Siegel.,
prediktabilitas berdasarkan pada aksi farmakologi dan dapat dicegah atau tidaknya
reaksi ini dengan skala preventabilitas Schumock dan Thornton (tabel 2). Pasien
disarankan untuk menghentika terapi nebulizer kortikosteroid untuk sementara.
Karena pasien mengalami eksaserbasi akut COPD, kami tidak merekomendasikan
untuk menghentikan terapi rescue (metered dosage inhaler yang mengandung
levosalbutamol dan beclomethasone dipropionate). kami menyarankan pasien
menggunakan spacer ketika menggunakan MDI. Berkumur atau membilas mulutnya
setelah setiap kali menginhalasi kortikosteroid, namun tidak menelan air kumurnya.
Pembahasan
Sel-sel sistem imun seperti makrofag, limfosit dan neutrofil mengontrol infeksi jamur.
Perawatam kortikostreoid sistemik maupun oral merupakan terapi imunosupresif yang
menargetkan sel-sel ini, dan penyakit defisiensi imun juga adalah faktor resiko
penting untuk penyakit jamur. Genus kandida terdiri dari lebih dari 150 spesies, hanya
beberapa diantaranya yang menyebabkan penyakit pada manusia. Spesies yang
bersifat patogen pada manusia adalah Candida albicans, Candida krusei, Candida
guilliermondii, Candida galbrata, Candida kefyr dan Candida lusitaniae. Kandida
adalah yeast ovoid kecil berdinding tipis berdiameter 4-6 mikron dan memperbanyak
diri melalu proses budding. Organisme genus ini berbentuk dalam 3 bentuk didalam
jaringan: blastospora, pseudohifa, an hifa. Organisme ini ada dimana-mana di alam
dan ditemukan pada objek tak bergerak, makanan, hewan, dan dalam jumlah tertentu
normal berada pada manusia. Kandida umumnya berada di jalur gastrointestinal
(termasuk mulut dan orofaring ), jalur genital wanita dan kulit. Pada pasien dengan
asma berat, dosis inhalasi steroid yang lebih tinggi atau seringnya penggunaan
medikasi ini dapat menyebabkan perkembangan thrush.
Kesimpulan
Konflik Interes
Referensi
5. Hae Ryong Kang, Yong Hoon Kwon,Yong Joo Kim, A Case of Esophageal
Candidiasis in an Adolescent Who Had Frequently Received Budesonide
Nebulizing Therapy. Pediatric Gastroenterology, Hepatology & Nutrition.
2013September 16(3):185-189.
7. Haslett C, Chilvers ER, Hunter JAA, Boon NA. Davidson‟s Principles and
Practice of Medicine. 18th ed. Churchill Livingstone; 2002
Jurnal III:
Kandidiasis atau oral thrush adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh spesies
kandida, dimana candida albicans adalah agen etiologi yang paling umum. Infeksi
yang disebabkan oleh candida albicans disebut kandidiasis. Kandidiasis sering disebut
sebagai “penyakit dari penyakit” karena penyakit ini terjadi ketika imunitas host atau
perlindungan host disupresi atau kompromis. Satu dari komplikasi yang dapat
berhubungan dengan penggunaan inhaler steroid jangka panjang adalah kandidiasis
nasofaringeal atau orofaringeal. Kapanpun pasien asma dengan perawatan inhaler
steroid dilaporkan dengan lesi mukosa oral, kandidiasis orofaringeal yang diinduksi
oleh steroid harus dicurigai. Ini adalah laporan kasus pasien laki-laki berusia 55 tahun
pengguna inhaler steroid dengan kandidiasis orofaringeal.
Pendahuluan
Kandidiasis atau oral thrush adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh spesies
kandida dimana candida albican adalah varietas paling umum. Kandidiasis oral juga
dikenal sebagai kandidosis oral, moniliasis, mikosis oral, infeksi yeast oral atau
kandidal stomatitis. Secara tradisional, kandidiasis oral dibagi menjadi kandidiasis
akut maupun kronis. Baru-baru ini, kandidiasis diklasifikasikan menjadi kandidiasis
oral primer dimana kondisinya dibatasi pada mulut dan kandidiasis oral sekunder
dimana terdapat keterlibatan bagian tubuh lainnya selain mulut. Kebanyakan infeksi
kandida dapat diobati dengan hasil komplikasi minimal seperti kemerahan, gatal dan
ketidaknyamanan, meskipun komplikasi dapat parah atau fatal jika dibiarkan dan
tidak dirawat pada populasi tertentu. Ini biasanya terjadi pada pasien dengan kondisi
immunokompromis berat.
Meskipun tidak ada lesi oral yang timbul secara langsung dari asma bronkus, efek
tidak langsung terapi obat asma dapat menyebabkan lesi klinis. Pasien paling rentan
untuk mengembangkan manifestasi oral adalah pasien asma kronis yang
menggunakan inhaler kortikosteroid. Inhaler kortikosteroid adalah agen terapetik
utama dalam perawatan asma bronkus. Kontak berulang inhalasi steroid pada mukosa
oral dapat menyebabkan berkembangnya kandidiasis pseudomembran akut (oral
thrush) karena pertumbuhan berlebihan jamur pada area dengan immunosupresi
terlokalisir. Infeksi koloni candida albicans yang diinduksi steroid ini muncul sebagai
lesi lunak putih yang berlokasi umumnya di palatum lunak dan orofaring. Lesi putih
ini akan terkelupas meninggalkan area raw-looking dengan kemerahan yang intens.
Lesi ini biasanya asimptomatik. Namun, mengerok plak akan membuat permukaan
mukosa menjadi merah atau berdarah. Disfonia, suara serak dan ketidaknyamanan
faringeal bisa saja konkuren dan berperan sebagai tanda-tanda tambahan penggunaan
persisten inhalasi steroid. Pasien juga bisa saja mengeluhkan sensasi terbakar ketika
memakan makanan pedas seperti pada subkontinen india dimana konsumsi cabe
tinggi.
Laporan Kasus
Smear dibuat dari kerokan pada lesi dan dikirim untuk evaluasi sitologi.
Laporannya menyimpulkan kandidiasis. Pasien disarankan untuk menghentikan
penggunaan inhaler steroid dan juga disarankan untuk melanjutkan penggunaan
inhaler bronkodilator setelah berkonsultasi dengan dokter pasien. Pasien juga
disarankan untuk menggunakan aplikasi topikal clotrimazole tiga kali sehari selama
dua minggu. Pasien dievaluasi setelah tiga minggu dan terdapat remisi keseluruhan
dari lesi.
Pembahasan
Infeksi jamur berada di urutan ketiga diantara infeksi-infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme setelah infeksi virus dan bakteri. Tidak seperti bakteri dan virus, sel
jamur lebih besar dan dindingnya mengandung ergosterol dan beta-linked
polisakarida. Candida albicans adlah jamur yang tumbuhdalam bentuk yeast maupun
sel berfilamen dan merupakan agen kausatif utama pada infeksi oportunistik oral dan
genital manusia. Candida albicans terdapat di rongga mulut sekitar 80% populasi
manusia pada rongga mulut, jalur gastrointestinal dan tanpa menyebabkan efek yang
berbahaya dan sebagai komensal normal. Pertumbuhan berlebihan jamur
menyebabkan kandidiasis (kandidosis). kandidiasis biasanya terjadi ketika imunitas
host dan perlindungan menurun karena beberapa penyebab.
Pada kasus yang telah dilaporkan, inhaler steroid diganti setelah konsultasi
dengan dokter pasien dan pasien disarankan untuk melakukan aplikasi topikal
cotrimoxazole. Satu hal yang harus dipertimbangkan ketika merawat pasien dengan
kandidiasis orofaringeal adalah untuk menyarankan pasien untuk menggunakan
medikasi anti jamur minimal selama dua minggu untuk eliminasi keseluruhan infeksi.
Saat pasien dievaluasi pada kunjungan follow up, gejala telah sembuh secara
keseluruhan.
Kesimpulan
Candida albicans adalah komensal yang umumnya berada di rongga mulut dan
pertumbuhan jamur yang berlebihan menyebabkan kandidiasis. Kandidiasis yang
sering disebut sebagai “penyakit dari penyakit” adalah infeksi oportunistik terutama
pada host dengan immunokompromis. Infeksi lokal kandida juga dapat berhubungan
dengan penggunaan gigi tiruan khususnya pasien yang tidak membersihkan gigi
tiruannya dimalam hari. Meskipun tidak terlalu biasa, kontak yang berulang dari
penggunaan inhaler steroid untuk perawatan asma bronkus pada mukosa oral dapat
menyebabkan perkembangan kandidiasis pseudo membran akut (oral thrush) karena
pertumbuhan jamur berlebihan pada area dengan immunosupresi terlokalisir. Pada
pasien ini, kandidiasis berkembang di lidah, orofaringeal, dan regio palatal. Area
tersebut adalah dimana inhalasi steroid berkontak dengan mukosa oral. Meskipun
tidak selalu terjadi, ketika ada pasien dengan penggunaan inhaler steroid dilaporkan
memiliki lesi pada mukosa, khususnya pada area yang telah disebutkan sebelumnya,
kandidiasis oral yang diinduksi oleh steroid harus dicurigai. Pada pasien-pasien
seperti itu, penggunaan medikasi anti jamur yang tepat sangat membantu dalam
mengurangi gejala dan mengontrol infeksi.
Ucapan Terimakasih
Kami berterimakasih kepada semua anggota staff departemen penyakit mulut dan
radiologi untuk bantuan dan bimbingannya.
Afiliasi Penulis
Departemen penyakit mulut dan radiologi, Institut Ilmu Kedokteran dan Penelitian
Amrita, Cochin - 682024, Kerala, India.
Referensi
1. Schneider LC, Lester MR. Atopic diseases and upper respiratory
tract infections. Curr Opin Pediatr 1999;11:475-8.
5. Roland NJ, Bhalla RK, Earis J. The Local Side Effects of Inhaled
Corticosteroids Current Understanding and Review of the Literature.
Chest J 2004;126(1):213-9.
Kandidiasis adalah infeksi jamur oportunistik pada rongga mulut yang disebabkan
oleh meningkatnya pertumbuhan spesies kandida. Kandida adalah yeast ovoid kecil
berdinding tipis berdiameter 4-6 mikron dan memperbanyak diri melalu proses
budding. Organisme genus ini berbentuk dalam 3 bentuk didalam jaringan:
blastospora, pseudohifa, dan hifa. Spesies yang paling umum adalah Candida albicans
dan beberapa spesies lainnya yaitu Candida tropicalis, Candida galbrata, Candida
pseudotropicalis dan Candida krusei.
Kandidiasis adalah salah satu dari efek samping yang umum sehubungan dengan
penggunaan inhaler steroid jangka panjang. Terapi nebulizing dengan kortikosteroid
dipakai secara luas sebagai perawatan pada pasien dengan eksaserbasi akut penyakit
pernapasan obstruktif kronis. Asma bronkus adalah penyakit inflamasi kronis pada
sistem pernapasan yang ditandai dengan dyspnea, napas pendek, batuk, dan wheezing
karena jalur udara bronkus yang menyempit yang disebabkan spasme otot,
pembengkakan mukosa atau sekresi nasal dan bronkus. Reaksi alergi kompleks imun
diduga sebagai faktor etiologinya.
Asma bronkus sendiri tidak akan menghasilkan lesi oral apapun namun efek tidak
langsung asma berupa terapi obat asma dapat menginduksi lesi klinis. Pasien paling
rentan untuk muncul manifestasi oral adalah pasien asma kronis yang menggunakan
inhaler kortikosteroid karena obat ini adalah agen terapetik utama dalam perawatan
asma bronkus. Sel-sel sistem imun seperti makrofag, limfosit dan neutrofil
mengontrol infeksi jamur. Perawatan kortikostreoid sistemik maupun oral merupakan
terapi imunosupresif yang menargetkan sel-sel ini sehingaa sistem imun akan
menurun dan pertahanan jaringan terhadap infeksi jamur juga menurun. Kontak yang
berulang dengan inhaler steroid pada mukosa oral dapat menyebabkan
berkembangnya kandidiasis pseudomembran akut (oral thrush) karena pertumbuhan
jamur yang berlebihan pada area dengan supresi imun lokal.
Lesi awal Kandidiasis pseudomembran (oral thrush) muncul sebagai area eritema
dan kemudian lesi menjadi sangat ekstensif biasanya akan terbentuk pseudomembran
keabu-abuan. lesi putih lunak pada mukosa oral dan fitur diagnostik infeksi ini adalah
plaknya dapat di lepas dengan kerokan halus yang meninggalkan permukaan mukosa
kemerahan setelahnya. Pemeriksaan histologi pada recovered pseudomembran
menunjukkan sel epitel deskuamasi bersama dengan yeast dan bentukan filamen
kandida. Secara gradual, lesi putih lunak akan mengelupas dan meninggalkan area
raw looking kemerahan yang parah. Lesi biasanya asimptomatik dan pasien biasanya
mengeluhkan sensasi terbakar ketika makan.
Untuk perawatan penyakit ini sendiri, karena jamur kandida berada di lapisan
superfisial epitelium, perawatan harus diarahkan pada agen anti jamur yang berkontak
dengan area yang terinfeksi (aplikasi topikal). obat-obatan anti jamur biasanya
digunakan untuk mengobati kandidiasis adalah clotrimazole, nystatin, fluconazole,
dan ketoconazole. Selain itu, faktor predisposisi harus dirawat atau dieliminasi jika
memungkinkan. Karena terapi anti-kandida topikal efektif dalam perawatan
kandidiasis orofaringeal, penggunaan anti-kandida sendiri tidak sufisien pada pasien
asma yang terus menggunakan inhaler steroid. Perawatan yang efektif adalah dengan
merubah medikasi menjadi inhaler nonsteroid setelah konsultasi dengan dokter yang
menangani pasien atau menggunakan spacer bersamaan dengan MDI sehingga obat
yang digunakan pasien dapat berkurang depositnya di mulut atau kerongkongan dan
secara konkomitan menggunakan terapi anti-kandida.