Anda di halaman 1dari 23

SALSA NABILA INONG RAMADHANA

190610094

UNIT B

MODUL 6

Infeksi Jamur dan Infeksi Nosokomial

Derita Ny Candy

Ny candy pasien laki-laki usia 68 tahun datang ke poli gigi dan mulut dengan keluhan lidah
bagian dorsal lateral kiri terasa perih, panas dan sakit ketika makan dan minum. Rasa perih dirasakan
sejak sekitar 8 bulan yang lalu setelah pasien mengalami stroke (post stroke).Tiga bulan kemudian pasien
sakit pada lidahnya semakin parah disertai rasa panas dan nyeri. Kemudian pasien memeriksakan sakitnya
dan diberi obat Nystatin drop dan sefadroxil. Pasien mengkonsumsi obat Nystatin secara teratur dan bila
obat habis pasien berinisiatif membeli sendiri dan dipakai selama ±3 bulan namun tidak membaik.Pasien
juga mempunyai riwayat penyakit sistemik diabetes militus dan hipertensi.Diabetes militus pasien tidak
terkontrol dengan hasil pemeriksaan glukosa darah puasa terakhir 324mg/dl. Pada hasil pemeriksaan
patologi anatomi dengan metode scrabbing pada dorsal lidah sebelah lateral kiri didapatkan adanya hifa,
spora dan infeksi coccus, tidak ada tanda-tanda keganasan disimpulkan sebagai Acute erythematous
candidiasis. Dokter menjelaskan bahwa saat ini pasien kadar glukosa darahnya masih tinggi dan
merupakan faktor predisposisi yang baik untuk pertumbuhan oral candidiasis di lidahnya. Selanjutnya
pasien diberi resep per oral obat flukonazole karena obat ini cukup efektif terhadap candida.

Bagaimana anda menjelaskan kondisi yang dialami Ny.Candi?

Jump 1
Nystatin drope : obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi jamur, khususnya infeksi jamur candida.
Obat ini dapat mengobati candidiasis Yang terjadi pada rongga mulut, tenggorokan, usus dan vagina

Jamur : mikroorganisme yg termasuk dlm golongan eukariotikdan bukan dari golongan tumbuhan

Infeksi nosokomial : infeksi yang berasal dari rumah sakit tepatnya setelah lebih dari 72 jam. Infeksi ini
terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi local atau sistemik

Sefadroxil : Sebuah anti biotik spectrum luas jenis sefalosporin yangefektif dipakai untuk infeksi gram
positif dan gram negatif

Flukanozol : obat anti fungi sistemik yang lebih poten dan spesifik untuk menghambat sintesis jamur.

Jump 2& 3
1. Bagaimana proses terjadinya infeksi jamur ?

Mekanisme Mekanisme infeksi jamur Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik
terhadap kuman dan jamurkarena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya flora bakteri yang
memelihara suatukeseimbangan biologis.Akan tetapi bila lapisan pelindung tersebut rusak atau
keseimbanganmikroorganisme terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah
mengakibatkan infeksi.Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan baik
setelahmandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.Penularan terjadi oleh spora-spora
yang dilepaskan penderita mikosisbersamaan denganserpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana,
seperti di tanah, debu rumah dan juga di udara,di lingkungan yang panas dan lembab, dan di tempat
dimana banyak orang berjalan tanpa alaskaki, infeksi dengan spora paling sering terjadi misalnya di
kolam renang, spa, ruang olahraga,kamar ganti pakaian, dan kamar madi.Setelah terjadi infeksi, spora
tumbuh menjadi mycellium sengan menggunakan serpihankulit sebagai makanan. Benang-benangnya
menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksimeluas. n!im yang fungi menembus ke bagian
dalam kulit dan mengakibatkan suatu reaksi peradangan. Peradangan tersebut terlihat seperti bercak-
bercak merah bundar dengan batas-batastajam yang melepaskan serpihan kulit dan menimbulkan rasa
gatal-gatal.

2. Mengapa pasien kurang lebih 3 bulan mengkonsumsi nystatin secara teratur tidak kunjung
membaik.?

Nistatyn drope bkerja dengan menghancurkan dinding jamur, penderita menderita dm sehingga
produksi saliva didalam mulut berkurang sehingga jamur candida albicans dapat lebih melekat ke
epitel lidah sehingga kerjanistatyn dropete terhambat. Kemudian diberikan juga sefadroxyl yang
merupakan anti biotik dimana antibiotic dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur candida albicans
tersebut.

3. Kenapa pasien diberikanflukanazol ?

Fluconazole diberikan untuk mengatasi infeksi jamurnya. Obat tsb untuk menghambat pertumbuhan
jamur dengan cara menghambat kerja enzim pertumbuhan jamur. Biasanya dalam bentul tablet atau
kapsul, dosisnya harus sesuai dengan resep dokter biasanya dosis umum untuk dewasa yaitu 50-400
mg/hari.

4. Bagaimana jamur candida albican menginfeksi rongga mulut ?

Jamur candida albicans masuk ke rongga mulut bersama makanan atau minuman yang
terkontaminasi.Untuk menginvasi lapisan mukosa, candida harus melekat pada permukaan
epitel.Penetrasi yeast ke sel epitel difasilitasi oleh produksi lipase.permelekat dan penetrasi pada
epitel mukosa, Candida albicans akan mensekresikan enzim hidrolitik.

Enzim hidrolitik yang dihasilkan Candida albicans ada 3 macam, yaitu Secreted Aspartyl Proteinase
(SAP), fosfolipase B, dan lipase.Penetrasi Candida albicans berlangsung dengan cara hifa akan masuk
ke dalam lapisan epitel melalui rongga interselular secara thigmotropism, yaitu hifa akan bergerak
berdasarkan adanya sentuhan hifa dengan sel epitel. Berkurangnya aktivitas enzim anticandida yang
terkandung dalam saliva menyebabkan hifa Candida albicans yang telah melekat kuat pada lapisan
superfisial epitel dapat melakukan penetrasi dengan mudah melalui lapisan epitel. Adanya lesi pada
lapisan superfisial epitel menyebabkan rasa seperti terbakar, rasa tidak enak, dan sakit sehingga
pasien kesulitan untuk makan dan minum

5. Apa perbedaan infeksi jamur candida pada orang yang memiliki riwayat penyakit sistemik seperti
Diabetes Mellitus (DM) dengan yang tidak?

hasil patologi anatomi yaitu hasil scrabbing pada lesi dilidah didapatkan adanya infeksi candida
berupa ditemukan spora dan hifa candida. Glukosa darah puasa: 324mg/dl, Menandakan bahwa saat
ini pasien kadar glukosa darahnya masih tinggi dan merupakan faktor predisposisi yang baik untuk
pertumbuhan oral candidiasis di lidahnya. Karena sudah diketahui menurut hasil laboratorium bahwa
ada infeksi candida maka pasien diberi resep per oral obat flukonazole karena obat ini cukup efektif
terhadap candida terutama dengan predisposisi faktor sistemik.Mekanisme obat golongan azole
adalah dengan menginhibisi enzim lanosterol demethylase, suatu enzim P450, yang terlibat dalam
sintesis ergosterol.Gangguan ergosterol dapat menghambat pertumbuhan candida dan menurunkan
permeabilitas membran.

Pasien juga disarankan untuk rajin membersihkan lidahnya agar kotoran yang menempel pada lidah
hilang dan membantu mempercepat penyembuhan lesi dilidahnya. Acute erythematous candidiasis
pada penderita DM dapat didiagnosa secara pasti dilihat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis
yaitu lesi kemerahan pada lidah dengan keluhan perih dan panas, pemeriksaan penunjang yaitu
berupa pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan kadar glukosa darah, serta swab candida dimana
ditemukan positif candida. Pada pengobatan sebelumnya penderita juga telah diberikan nistatin tetes,
namun kurang adekuat disebabkan oleh karena faktor predisposisi belum ditemukan serta pemberian
antibiotik untuk terapi. Mengetahui faktor predisposisi pada kasus ini (DM) sangat penting dalam
penatalaksanaan terapi Acute erythematouscandidiasis. Penatalaksanaan dari kasus ini yaitu dengan
mengeliminasi faktor predisposisi dalam hal ini kadar glukosa darahnya harus baik, kebersihan
rongga mulut tercapai dan pemberian obat-obatan anticandida.

6. Apa saja Faktor predisposisi lainnya yg dapat menyebabkan oral candidiasis ?

Faktor predisposisi dapat berasal dari lokal, contohnya merokok, penggunaan gigi tiruan,
penggunaan topikal steroid dan kualitas saliva,Penggunaan obat-obatan seperti obat inhalasi steroid
menunjukan peningkatan resiko dari infeksi kandidiasis oral. Hal ini disebabkan tersupresinya
imunitas selular dan fagositosis memudahkan berkembangnya jamur kandida dalam keadaan PH
rendah, oksigen rendah, dan lingkungan anaerobik.Penggunaan ini pula meningkatkan kemampuan
adhesi dari jamur ini.

sedangkan penderita dengan immunocompromised, chemotherapy, endocrine disorder merupakan


contoh dari faktor Sistemik

Faktor sistemik Penggunaan obat-obatan seperti antibiotik spektrum luas dapat mempengaruhi flora
lokal oral sehingga menciptakan lingkungan yang sesuai untuk jamur kandida berproliferasi.
Penghentian obat-obatan ini akan mengurangi dari infeksi jamur kandida. Obat-obatan lain seperti
agen antineoplastik yang bersifat imunosupresi juga mempengaruhi dari perkembangan jamur
kandida. Beberapa faktor lain yang menjadi predisposisi dari infeki kandidiasis oral adalah merokok,
diabetes, sindrom Cushing’s serta infeksi HIV.

7. Apa saja tanda penyakit dari Acute erythematous candidiasis ?

Bercak Merah yang halus pada dorsallidah, bagian tengah.Selain pada lidah inflamasi dapat terjadi
pada bibir dan mukosa pipi.Selalu memberikan keluhan sakit.Kadang tampak adanya inflamasi pada
bibir, disertaiangular eheilitis. Sensasi terbakar dengan kehilangan difus papilla filiformis dorsal lidah
--- kemerahan .Mulut terbakar, rasa tidak enak / sakit tenggorokan selama / setelah terapi antibiotic
spectrum luas.

8. Apa kaitan keluhan yg dirasakan dengan riwayat diabetes ?

(infeksi candida pd penderita DM) dikarenakan kadar gula yang tinggi pada cairan rongga mulut
maka terjadi penurunan imunitas pd penderita. Penurunan sistem yang dimaksud yaitu terjadi
gangguan opsonisasi dan penurunan aktivitas kemotaksis neutrofil dan monosit. Pada penderita
diabetes tdk terkontrol terjadi penurunan flow saliva, pH dan peningkatan glukosa pada saliva dimana
keadaan tersebut memfasilitasi pertumbuhan candida. Pada penderita DM tipe 2 ditemukan
peningkatan jumlah candida albicans dibanding yg bukan penderita Diabetes.

Jump 4

Infeksi Jamur dan Nosokomial

Mycosis Morfologi, Fisiologi dan Aspek Mikrobiologi , Epidemiologi dan


pertumbuhan Jamur infeksi opportunistic pengendalian infeksi
dan infeksi opportunistic dan
nosokomial infeksi nosokomial
profunda superficial
a

Farmakologi
Jump 5
1. Morfologi, struktur, sifat, pertumbuhan Jamur.

2. Micosis superficial dan profunda

3. Aspek mikrobiologi infeksi opportunistik dan nosokomial

4. Epidimiologi dan tata cara pengendalian inf.opportunistik dan inf.nosokomial

5. Tinjauan farmakologi inf.opportunistik dan inf.nosokomial


LO 1
JAMUR (MORFOLOGI, STRUKTUR, SIFAT, PERTUMBUHAN &
FISIOLOGI)
JAMUR 
Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa
melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup
dengan caramengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan
senyawa pati dari organisme lain. Zat-zat nutrisi tersebut biasanya telah tersedia dari
proses pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme.
Jamur dalam bahasa Inggris disebut mushroom termasuk golongan fungi. Jamur
hidup diantara jasad hidup (biotik) atau mati (abiotik), dengan sifat hidup heterotrop
(organisme yang hidupnya tergantung dari organisme lain) dan saprofit (organisme
yang hidup pada zat organik yang tidak diperlukan lagi atau sampah) (Dewi, 2009).
 
MORFOLOGI 
Struktur dasar jamur adalah hifa. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar
yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium (Lihat Gambar
4.1). Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah. Ketebalan hifa
bervariasi antara 0,5 mm – 100 mm. Hifa terdiri atas sel-sel sejenis. Sel-sel tersebut
satu dan lainnya dipisahkan oleh dinding sel atau sekat yang dinamakan Septum
(jamak: septa) dan dinamakan hifa bersepta
 
STRUKTUR SEL 
Dinding sel jamur berbeda dengan dinding sel tumbuhan.Dinding sel jamur
bukan terdiri atas selulosa, melainkan tersusun oleh zat Kitin. Sel-sel hifa bersepta ada
yang berinti satu (uni nukleat), berinti dua (binukleat atau dikariotik), atau berinti
banyak atau senositik (coenocytic).
Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel,
misalnyo Sacharomyces cerevisae, ada pula jamur yang multiseluler membentuk
tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnya jamur
kayu. Pertumbuhan terjadi dari ujung apikal, vesikula apical mengandung bahan dan
enzim untuk pembentukan dinding hyphal baru. Hifa tua berkurang aktivitas
biokoimianya dan banyak mengandung vakuola.
Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk
pipa. Hifa adalah benang-benang penyusun tubuh jamur. Ada tiga jenis hifa, yaitu
stolon (hifa yang menjalar dipermukaan substrat), rizoid (hifa yang menembus
kedalam substrat dan berfungsi sebagi akar), dan sporangiosfor (hifa yang menjulang
ke atas dan membentuk sporangium).
Sporangium adalah struktur atau organ pembentuk spora, disebut juga kotak
spora. Didalam sporangium dihasilkan sporangiospora atau sering disebut spora
saja. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa.Sitoplasmanya
mengandung organel eukariotik.
 
SIFAT-SIFAT JAMUR
Jamur pada dasarnya bersifat heterotrof yaitu organisme yang dapat menyerap
zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miselium untuk memperoleh
makanannya, dan kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Semua zat seperti
karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya diperoleh dari
lingkungannya. Jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, dan saprofit
(Deacon, 1997).
 
PERTUMBUHAN 
Faktor-faktor pertumbuhan jamur meliputi kelembaban yang tinggi, persediaan
oksigen, dan persediaan bahan organik.Jamur merupakan saprofit dan dapat hidup dari
bahan organik yang telah mati atau yang mengalami pembusukan (Peltczar et al.,
1986).
Jamur dapat melakukan reproduksi secara seksual (generatif) maupun aseksual
(vegetatif). Jamur memperbanyak diri dengan cara memproduksi sejumlah besar spora
aseksual jika kondisi habitat sesuai. Untuk mendapatkan kebutuhan energinya,
jamur akan mencari dan mengabsorbsi molekul-molekul organik. Melewati dinding
selnya, jamur dapat mengabsorbsi molekul-molekul kecil yang kemudian diabsorbsi
dan digunakan secara langsung atau disusun menjadi molekul organik dalam sel
(Campbell et al., 2003).
Spora jamur memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat dihasilkan secara
seksual maupun aseksual. Pada umumnya spora adalah organisme uniseluler, tetapi
ada juga spora multiseluler. Spora dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang
terspesialisasi. Ketika kondisi lingkungan memungkinkan pertumbuhan yang cepat,
jamur memperbanyak diri dengan menghasilkan banyak spora secara
aseksual.Terbawa oleh angin atau air, spora-spora tersebut berkecambah jika berada
pada tempat yang lembab pada permukaan yang sesuai (Campbell et al., 2003).
 
FISIOLOGI
Fungi adalah organisme heterotrofik yang berkembang dalam lingkungan yang
lembab, Secara  taksonomi jamur terbagi menjadi tiga divisi besar yaitu :
Gymnomycota, mastigomycota, dan Amastigomycota.. Ada dua macam fungi yang
paling sering dibahas yaitu khamir (Ragi/yeast) dan Kapang
Adapun kapang yang dapat hidup dalam keadaan yang tak menguntungkan bila
dibandingkan mikroba lainnya
 
LO 2
MYCOSIS SUPERFICIAL & PROFUNDA
1.      MIKOSIS SUPERFISIAL

Mikosis superfisial ialah penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit,
yaitu stratum korneum, rambut dan kuku.Mikosis superfisial dibagi dalam dua
kelompok: a) Dermatofitosis dan b) Non Dermatofitosis :

a) Dermatofitosis
Dermatofitosis ialah mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita. Jamur ini mengeluarkan enzim keratinase sehingga mampu mencerna
keratin pada kuku, rambut dan stratum korneum pada kulit.

Etiologi
Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri dari tiga genus
yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Dari 41 spesies dermafito
yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporon dan 1
spesies Epidermafiton.

Gambaran Klinis
Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada mausia
bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang antropofilik
terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes
tetapnya.Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi
menahun dan residif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh
jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton rubrum.

Cara Penularan
Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak
langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang
mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak
langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau
pakaian, debu atau air.

Penyakit yang Ditimbulkan


1)      Tinea Kapitis
Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui
binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya.

Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :

1. Gray pacth ring worm

Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya
dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-
abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya,
sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak
flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas “Grey pacth”
tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.

2. Black dot ring worm

Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum,


mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut
(ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala. Ujung
rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang berwarna kelabu
sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot”. Biasanya bentuk ini terdapat pada
orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak
bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah terkena infeksi penyebab utama
adalah Trikofiton tonsusurans dan T.violaseum.

3. Kerion

Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat
lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan
kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah
dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen
oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon
kanis, M.gipseum ,T.tonsurans dan T. Violaseum.

4.Tinea favosa

Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang


berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk
cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus “moussy odor”. Rambut
di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi.Bila
menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang
permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T.
gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang
menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-
penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

2)      Tinea Korporis

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan
banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang
lebih tinggi.Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung
dan anggota gerak bawah.

Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang
aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan
akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian
tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini
menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-
daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama
dengan Tinea kruris.

Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon


gipseum, M.kanis, M.audolini. Penyakit ini sering menyerupai : 1) Pitiriasis rosea, 2)
Psoriasis vulgaris, 3) Morbus hansen tipe tuberkuloid, dan 4) Lues stadium II bentuk
makulo-papular.

3)      Tinea Kruris

Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila
disertai dengan keluarnya keringat.Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau
menahun.Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang
eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan
kulit tampak tegas dan aktif.Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi
yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan
likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha
sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas
sampai ke gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila

Penyebab utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton


rubrum dan T.mentografites.

4)      Tinea Pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”. Penyakit ini sering
menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang
cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai
sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari
tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.

Ada 3 bentuk Tinea pedis yaitu sebagai berikut :

1. Bentuk intertriginosa

Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-celah jari
terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari
tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura
yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau
erisipelas disertai gejala-gejala umum.

2. Bentuk hiperkeratosis

Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak
kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi
fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.

3. Bentuk vesikuler subakut

Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian
meluas ke punggung kaki atau telapak kaki.Tampak ada vesikel dan bula yang terletak
agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini
memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi
infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi
erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea
manus, yaitu dermatofitosis yang menyerang tangan.

Penyebab utamanya ialah : T .rubrum, T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum.

5)      Tinea Unguium

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan
permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal
kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di
mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh
dan disertai oleh subungual hiperkeratosis.Dibawah kuku tampak adanya detritus yang
banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang
kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini
setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak
gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh
kukunya sudah terkena penyakit.

Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites

6)      Tinea Imbrikata

Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan
oleh Trikofiton consentricum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous
dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke
dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang
lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini
sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai :

1. Eritrodemia

2. Pempigus foliaseus

3. Iktiosis yang sudah menahun

7)      Tinea Barbae

Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang
dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus.

Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion

–          Superfisialis : kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang


mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik,
dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea
korporis.

–          Kerion : bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi


krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.

Penyebab utama : Berbagai spesies jamur yang zoofilik misalnya T.verrucosum

b) Non Dermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal
ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna
keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Yang masuk
ke dalam golongan ini adalah :

1)       Tinea Versikolor

Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi


disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang
kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang
bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di
ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.

Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat,


bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok,
biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai
kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat
milier,lentikuler, numuler sampai plakat.

Ada dua bentuk yang sering dijumpai :

–      Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus


diatasnya dan tepi tidak meninggi.

–      Bentuk folikuler : Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut

Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana


perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan
“lipid dependent yeast”. Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor
hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap
melanosit.

Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila,berkeringat. Bisa
pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh
adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai
bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna
kecoklatan ataupun kemerahan.Di atas lesi terdapat sisik halus.

2)       Piedra

Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan
benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.

Ada dua macam :
–      Piedra putih

Disebabkan oleh jamur jenis Trikosporon beigelii erupakan yang terdapat pada


rambut. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai
rambut kepala. Piedra putih terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin, (di
Indonesia belum ditemukan). Jamur penyebab piedra putih mempunyai hifa yang
tidak berwarna, termasuk moniliaceae.Jamur berbentuk hifa berukuran 2-4 mikron,
artokondria dan blastokonidia. Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang
pada rambut dan anyaman hifa tidak padat.Benjolan mudah dilepas dari rambut. Tidak
terlihat askus pada massa jamur.

Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang
sudah terkena infeksi. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan
yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga menyebabkan
kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.

–      Piedra hitam

Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang
melekat erat pada rambut, berwarna hitam) yang disebabkan oleh jamur Piedraia
hortae.  Penyakit ini umumnya terdapat di daerah tropik, terutama Indonesia.Jamur
ini tergolong kelas ascomycetes dan membentuk spora seksual. Piedraia hortae,
termasuk jamur Dematiaceae. Pada sediaan langsung dari koloni yang padat ini
terlihat hifa hitam berseptum. Dalam koloni yang padat tersebut juga dibentuk askus
yang berisi askospora.

Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan
jamur akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Diagnosis piedra
hitam ialah dengan memriksa benjolan pada rambut.

3)       Otomikosis

Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat masuk ke
dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga
yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa
gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna
merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas
sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi
menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke
membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan
srousanguinos. Penderita akanmengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi
sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi
yaitu Aspergillus, sp, Mucor, Rhizopus, Candida  dan Penicillium.

Jamur penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang terdapat di udara


bebas. Aspergillus dan Penicillium membentuk spora aseksual yang tersusun seperti
rantai yang disebut konidia (aleuriospora). Konidia dibentuk pada ujung hifa khusus
yang disebut konidiofor. Spora aseksual yang dibentuk oleh Mucor dan Rhizopus,
ialah sporangiospora yang letaknya di dalam gelembung
sporangium. Rhizopus membentuk rizoid (akar semu), sedangkan Mucor tidak. Semua
jamur ini membentuk koloni filamen pada biakan.jamur Candida terdiri atas sel-sel
ragi yang kadang-kadang bertunas (blastospora) dan hifa semu (yaitu hifa yang
terbentuk dari rantai blastopora) yang memanjang dan menyempit pada
sekatnya. Jamur ini membentuk koloni :seperti ragi” pada biakan.
 
4)      Tinea Nigra Palmaris

Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak
kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang
terserang dan kadang-kadang tampak bersisik. Penyebabnya adalah Cladosporium
wemecki atau Cladosporium mansoni jamur ini banyak menyerang anak-anak dengan
higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat. Tinea nigra palmaris
banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. Penyakit ini jarang ditemukan di
Indonesia.

Jamur ini termasuk Dematiaceae yang membentuk koloni berwarna coklat


hitam. Pada biakan tumbuh koloni berwarna hitam dan padat. Sediaan langsung
koloni ini menunjukkan hifa berseptum dan berwarna coklat/hitam.

2.      MIKOSIS SISTEMIK (MIKOSIS PROFUNDA)

Mikosis sistemik/profunda ialah penyakit jamur yang mengenai alat dalam. Penyakit


ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam (misalnya paru), melalui
luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam lain. Jamur yang berhasil
masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik
(misalnya, histoplasmosis).Mikosis sistemik terdiri atas beberapa penyakit yang
disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus
intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan
saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit.

a) Ditinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia

1)        Misetoma
Misetoma ialah sindrom klinis yang disebabkan oleh infeksi jamur, terdiri atas
pembengkakan setempat yang indolen dan membentuk sinus, menyerang jaringan
kutan, subkutan, fasia dan tulang. Infeksi misetoma terjadi melalui trauma, misalnya
tusukan duri yang terkontaminasi jamur (biasanya pada tanah) pada kulit atau jaringan
subkutan.

Terdapat dua bentuk misetoma :

–      Misetoma aktinomikotik (bacterial mycetoma) yang disebabkan oleh jamur


golongan schizomycophyta, yaitu Actinomycetes, Nocardia dan Streptomyces. Jamur
penyebab yang penting adalah Actinomadura pelletieri, Nocardia
brasiliensis dan Streptomyces somaliensis.

–      Misetoma maduramikotik (fungal mycetoma atau eumycetoma) disebabkan oleh


jamur golongan eumycophyta, diantaranya adalah Madurella mycetomatis,
Scedosporium apiospermum , Madurella grisea, Leptosphaeria sinegalinsis.

Hifa jamur membentuk gumpalan yang disebut butir-butir jamur yang merupakan
koloni jamur di dalam jaringan. Butir-butir jamur dapat berwarna putih, kekuning-
kuningan, tengguli hitam atau berwarna lain, tergantung pada spesies jamur
penyebabnya.

Pengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasi


kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat misalnya kombinasi
kotrimoksazoldengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi
adalah misetomaaktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan-
1 tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat-obat baru antifungal misalnya
itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.

2)        Sporotrikosis

Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenckii dan


ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas
nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Infeksi
terjadi karena jamur masuk ke dalam jaringan subkutis melalui luka pada kulit oleh
duri atau kayu lapuk.Infeksi dapat juga melalui inhalasi spora.

Sporotrikosis disebabkan oleh Sporotrichum schenckii atau Sporothrix


schenckii. Dialam bebas, S.schenckii sering terdapat di tanah dan tumbuh-tumbuhan
yang sudah lapuk. Sporotrichum schenckii adalah jamur dimorfik bergantung suhu
(thermally dimorphic). Biakan jamur pada suhu kamar membentuk koloni filamen
putih dengan hifa halus dan spora yang tersusun menyerupai bunga pada ujung
konidiofora. Pada suhu 37°C biakan membentuk koloni ragi dengan blastospora yang
bulat dan lonjong.

3)       Kromomikosis

Kromomikosis merupakan infeksi lokal yang menahun pada kulit dan jaringan
subkutis orang sehat dan imunokompeten, yang sering terjadi pada kaki atau tungkai
bawah, dengan kelainan khas berbentuk kutil (verrucous) yang secara lambat tumbuh
terus. Kelainan ini disebabkan oleh beberapa spesies jamur berwarna gelap coklat
kehitaman (dematiaceae).

Kromomikosis disebabkan oleh beberapa spesies jamur yang tergolong


Dematiaceae. Diantaranya adalah Phialophora verrucosa, Fonseceae pedrosoi,
Fonseceae compacta, Cladosporium carrionii dan Rhinocladiella aquaspersa. Jamur
penyebab kromomikosis terdapat di tanah, kayu dan tumbuh-tumbuhan yang sudah
busuk. Jamur ini tergolong Dematiaceae, berwarna gelap coklat sampai coklat
kehitaman dan membentuk koloni filamen. Masing-masing spesies mempunyai jenis
sporulasi yang berbeda.

Pengobatan yang biasanya dengan pemberian larutan kaliumIodida jenuh oral. Dalam


hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atauitrakonazol dapat
diberikan.

LO 3

Aspek mikrobiologi infeksi opportunistik dan infeksi


nosocomial

 Sumber infeksi
1) EKSOGENIK :
 Manusia, menyangkut
o Pasien lain seperti penderita infeksi / masa inkubasi / carrier
(S.pyogenesStaphylococcus)
o Petugas medic
o Pengunjung (kadang2)
 Lingkungan (environment) menyangkut Cairan antiseptik / desinfektan,
Makanan
2) ENDOGENIK :
 Flora normal: self infection/ auto infection
o Kulit, hidung :– Staphylococcus (umumnya), Streptococcus
o Mulut : Streptococcus
o Usus :Basil Coliform,Basil Gas Gangrene, B.tetanus, Bacteroides

Mikroorganisme penyebab terjadinya infeksi nosocomial (WHO)


 Mikroorganisme Patogen Konvensional :
Terjadi karena pasien tidak ada kekebalan spesifik terhadap
Mikroorganisme tsb.(Staph. Aureus, Streptococc. Pyogenes, E.coli,
Salmonella,Shigella, M.tuberculosis, Virus hepatitis dll.)
 Mikroorganisme Patogen Kondisional
Penyakit yang timbul jika ada faktor predisposisi seperti daya tahan
turun,Mikroorganisme masuklangsungkejaringantubuh yang biasanya
adalah steril.Contohnya adalah Staphilococcus epidermidis, Pseudomonas,
Proteus, Klebsiella, dsb.
 Mikroorganisme Patogen Opertunistik
Karena daya tahan yang sangat turun / rendah : Mycobacteriumatypic
(non tuberculosis – Nocardia)

Jenis bakteri patogen yang dapat ditemukan di rumah sakit


antaralain : Acinetobacter calcoaceticus, Escherichia coli, Enterobacteraerogenes,
Klebsiella sp, Proteus mirabilis, Proteus morganii, Proteusvulgaris, Pseudomonas sp,
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcusaureus, Streptococcus haemolyticus,
Streptococcus anhaemolyticus.

Staphylococcus aureus banyak ditemukan pada beberapa


jenisinfeksi seperti abses, infeksi luka, pneumonia, dan infeksi lainnya, karenaitu
Staphylococcus aureus dapat masuk kedalam aliran darah sehinggadapat
menyebabkan abses pada berbagai organ tubuh.Bakteri iniberbentuk coccus yang
sering bergerombol seperti buah anggur, danbersifat Gram positif.
Staphylococcus epidermidis adalah bakteri coccus Gram positifyang
merupakan bakteri penyebab infeksi yang ringan pada kulit yangdisertai dengan
abses yang ringan, bahkan bakteri ini sering diisolasi darispesimen klinik seperti
urin, darah, terutama penderita yang diopnameyang telah mengalami perlakuan
medis tertentu misalnya pemasangankateter.

Streptococcus termasuk bakteri Gram positif coccus yang


khasnyaberpasangan atau membentuk rantai selama pertumbuhannya.
Organismeini banyak terdapat di alam, beberapa kelompok
Streptococcusmerupakan flora normal manusia, kelompok lainnya berhubungan
denganpenyakit penting yang sebagian disebabkan oleh infeksi Sterptococcusdan
sebagian lagi karena proses sensitisasi terhadap bakteri ini.

LO 4

Epidimiologi dan tata cara pengendalian inf.opportunistik dan


inf.nosokomial
INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam
tubuh pejamu yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter, 2005; Linda Tietjen,
2004).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat seseorang dalam waktu 3x24 jam
sejak mereka masuk rumah sakit (Depkes RI, 2003). Infeksi nosokomial diakibatkan
oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit
merupakan satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung
populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten
terhadap antibiotik (Perry & Potter, 2005).
 
Kriteria infeksi nosokomial (Depkes RI, 2003), antara lain:
❖Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
❖Infeksi terjadi sekurang-kurangnya 3x24 jam (72 jam) sejak pasien mulai dirawat.
❖Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan yang lebih lama dari waktu
inkubasi infeksi tersebut.
❖Infeksi terjadi pada neonatus yang diperoleh dari ibunya pada saat persalinan atau
selama dirawat di rumah sakit.
❖Bila dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi dan terbukti infeksi tersebut
didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu, serta
belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
 
Penularan Infeksi Nosokomial
a. Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi baik secara kontak langsung, kontak tidak langsung
dan droplet. Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung
dengan penjamu, misalnya person to person pada penularan infeksi hepatitis A
virus secara fekal oral.
b. Penularan melalui common vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan
dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis
common vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan,
cairan antiseptik, dan sebagainya (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010)
c. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil
sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui
saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit
yang terlepas akan membentuk debu yang dapat menyebar jauh (Staphylococcus)
dan tuberkulosis (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
d. Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan
secara eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari
mikroorganime yang menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan
salmonella oleh lalat. Penularan secara internal bila mikroorganisme masuk
kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan biologik, misalnya parasit
malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologik, misalnya
Yersenia pestis pada ginjal (flea) (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010).
e. Penularan melalui makanan dan minuman
Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau minuman yang
disajikan untuk penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga
menimbulkan gejala baik ringan maupun berat (Uliyah dkk, 2006).
 
Patogenesis dan Patofisiologi
 
Infeksi oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seseorang pasien yang
memang sudah lemah fisiknya tidaklah terhindarkan. Lingkungan rumah sakit harus
diusahakan agar sebersih mungkin dan sesteril mungkin. Hal tersebut tidak selalu bisa
sepenuhnya terlaksana, karenanya tak mungkin infeksi nosokomial ini bisa diberantas
secara total (Yohanes,2010).
Setiap langkah yang tampaknya mungkin, harus dikerjakan untuk menekan risiko
terjadinya infeksi nosokomial. Yang paling penting adalah kembali kepada kaidah
sepsis dan antisepsis dan perbaikan sikap / perilaku personil rumah sakit (dokter,
perawat) (Yohanes,2010).
Pada pasien dengan daya tahan yang kurang oleh karena penyakit
kronik, usia tua, dan penggunaan imunosupresan, mikroorganisme yang awalnya non-
patogen dan hidup simbiosis berdampingan secara damai dengan penjamu, akibat
daya tahan yang turun, dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Maka infeksi
nosokomial bisa merupakan suatu infeksi oportunistik (Yohanes,2010).
 
 
INFEKSI OPURTUNISTIK
Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium lanjut
infeksi HIV adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen yang
jarang menyebabkan penyakit serius pada individu yang imunikompeten. Infeksi
oportunistik biasanya tidak terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV hingga jumlah sel
T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000 sel/μl menjadi kurang dari 200 sel/μl.
 
Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien AIDS yang tidak
dapat diobati yaitu 
❖Protozoa :  Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.
❖Fungi :  Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes immitis,
Histoplasma capsulatum, Pneumocytis jiroveci.
❖Bakteri :  Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium-intracellulare, Listeria
monocytogenes, spesies salmonella.
❖Virus :  Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella zoster, adenovirus,
virus poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C
 
Pencegahan Infeksi Opurtunistik 
Sebagian besar kuman yang menyebabkan Infeksi Opurtunistik sangat umum,
dan mungkin kita telah terinfeksi beberapa infeksi ini. Kita dapat mengurangi risiko
infeksi baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman yang
diketahui yang menyebabkan Infeksi Opurtunistik yang diketahui.
Meskipun kita terinfeksi beberapa Infeksi Opurtunistik, kita dapat memakai obat
yang akan mencegah pengembangan penyakit aktif. Pencegahan ini disebut
profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah Infeksi Opurtunistik adalah untuk memakai
ART. Lihat LI 403 untuk informasi mengenai ART ini. Lihat lembaran informasi
masingmasing Infeksi Opurtunistik untuk informasi lebih lanjut tentang menghindari
infeksi atau mencegah pengembangan penyakit aktif.
 
Pengobatan Infeksi Opurtunistik
Untuk setiap Infeksi Opurtunistik, ada obat, atau kombinasi obat tertentu yang
tampak paling berhasil. Lihat lembaran informasi setiap Infeksi Opurtunistik untuk
lebih mempelajari tentang bagaimana Infeksi Opurtunistik tersebut diobati. ART
memungkinkan pemulihan sistem kekebalan yang rusak dan lebih berhasil memerangi
Infeksi Opurtunistik. LI 481 tentang pemulihan kekebalan mempunyai banyak
informasi tentang topik ini.
 

LO 5

Tinjauan farmakologi inf.opportunistik dan inf.nosokomial


Antifungi adalah suatu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh jamur. Menurut indikasi klinis obat-obat antijamur dapat dibagi atas
2 golongan, yaitu:
1. Antijamur untuk infeksi sistemik, termasuk:
- Amfoterisin B, antibiotik ini berikatan kuat dengan ergesterol yang terdapat pada
membrane sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membrane sel bocor sehingga
terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap
pada sel.
- Flusitosi,, merupakan antijamur sintetik yang berasal dari fluorinasi pirimidin, dan
mempunyai persamaan struktur dengan fluorourasil dan floksuridin. Obat ini efektif
untuk pengobatan kriptokokosis, kandidiasis, dan aspergilosis.
- Imidazol (ketokonazol, flukonazol, itrakonazol), merupakan antijamur sistemik yang
diberikan secara oral tetapi obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil (tertama
pada trimester pertama karena dapat menyebabkan kelainan pada janin).
 
2. Antijamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan, termasuk;
- Griseofulvin, merupakan antijamur dermatofit seperti Trichophyton, Epidermophyton,
dan Microsporum.
- golongan imidazol (mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan
bifonazol), merupakan obat antijamur yang diberikan secara topikal atau hanya
dioleskan pada daerah yang sakit.
- Nistatin, merupakan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan jamur dan ragi
tetapi tidak efektif terhadap bakteri, protozoa, dan virus.
- Tolnaftat, merupakan obat antijamur yang diberikan secara topikal dan efektif untuk
pengobatan sebagian besar dermatofit tapi tidak efektif terhadap kandida.
- Antijamur topical lainnya (kandisidin, asam undesilenat, dan natamisin), merupakan
obat antijamur secara topikal tetapi khasiatnya tidak sebaik obat lainnya.
 
Pengobatan Non Obat / Terapi
1) Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sekitar
2) Hindari terlalu sering kontak langsung dengan air kotor
3) Bersihkan tangan dan kaki dengan sabun setelah beraktivitas
4) Jangan memakai sepatu orang lain
5) Kenakan kaus kaki yang terbuat dari kain yang cepat kering atau menjaga kelembaban
kulit. Jangan lupa untuk mengganti kaus kaki Anda setiap hari, dan cepat mengganti
jika kaus kaki basah.
6) Pisahkan barang pribadi (handuk, baju, sepatu) anda, dari barang pribadi orang lain.
 
Pengobatan Farmakologi
- Salep mikonazol (topikal), 
indikasi; 
untuk mengobati infeksi kulit dan kuku yang disebabkan jamur Trichophyton,
Epidermophyton, microsporum, Candida, dan Malassezia furfur. Seperti kutu air,
kadas, kurap, panu, dll.
Aturan pemakaian; 
dioleskan sekali atau dua kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Dan
pemakaiannya harus berlanjut jangan sampai terhenti agar infeksi jamur tersebut
tidak membekak atau melebar.
Efek samping; 
iritasi dan sensitivitas kulit.
Alasan; 
obat ini lebih efektif , ekonomis, aman digunakan, dan kinerja atau reaksinya
cepat, serta cara penggunaannya yang mudah dan praktis.

Anda mungkin juga menyukai