Anda di halaman 1dari 14

STUDI KASUS

INFEKSI JAMUR
Praktikum Farmakoterapi

Anjani Dwi Cahya 071911038


Mayassa Fitri C 071911017
M.Shadam G. C 071911025
Puspa Ayuningdyah L 071911039
KANDIDIASIS
● Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida spp.
dan merupakan salah satu infeksi jamur yang sering ditemukan menyerang
manusia (Yugo, 2011).
● Kandidiasis terjadi karena adanya pertumbuhan jamur secara berlebiha
yang dalam kondisi normal uncul dalam jumlah yang kecil. Kandidiasis
terdapat di seluruh dunia dengan sedikit perbedaan variasi penyakit pada
setiap area.
● Infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida dapat berupa akut, subakut
atau kronis pada seluruh tubuh manusia. Kandidiasis sistemik paling sering
dijumpai dan terjadi jika jamur Candida masuk ke dalam aliran darah
terutama ketika ketahanan host menurun (Mutiawati, 2016).
PIO KANDIDIASIS
• Umumnya infeksi kandidiasis pada permukaan kulit dapat diatasi dengan terapi
lokal, sedangkan untuk infeksi yang meluas atau yang sulit memerlukan terapi
antijamur sistemik.
• Infeksi jamur pada vagina dapat diatasi dengan terapi antijamur lokal atau dengan
flukonazol oral.
• Untuk organisme yang resisten, dapat diberikan itrakonazol oral. Infeksi jamur
pada orofaringeal umumnya memberikan respon terhadap terapi lokal.
• Flukonazol oral diberikan untuk infeksi yang tidak memberikan respon.
Flukonazol efektif dan dapat diabsorbsi dengan baik. Itrakonazol dapat digunakan
untuk infeksi yang resisten terhadap flukonazol.
• Untuk infeksi jamur yang dalam dan menyebar, dapat digunakan infus amfoterisin
intravena tunggal. Vorikonazol terutama digunakan untuk infeksi oleh Candida spp
yang resisten terhadap flukonazol (termasuk C. krusei)
KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 56 tahun (BB:45kg) ke poli gigi mengeluhkan demam serta adanya
lapisan putih tebal pada permukaan lidah yang disadari sejak ± 2 bulan yang lalu. Lapisan putih tersebut
terkadang terasa pedih, sehingga tidak pernah dibersihkan oleh pasien. Berdasarkan anamnesis yang
dilakukan, sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan adanya demam, rasa nyeri serta sulit
menelan makanan, dan adanya rasa yang mengganjal pada bagian tenggorokan kanan. Pemeriksaan
intraoral menunjukkan bahwa pada lidah pasien terdapat lesi plak putih yang tersebar pada 2/3 anterior
dorsum lidah, berbatas jelas, dan dapat dihapus, saat dihapus meninggalkan bekas kemerahan. Nilai
tingkat kebersihan rongga mulut pasien (OHI-S) yakni 4 dan termasuk dalam ketegori buruk. Keadaan
umum pasien yakni pasien terlihat kurus dan lemah. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan gula
darah dilakukan dengan nilai glukosa puasa 306 mg/dl dan HbA1c 7,5%. Swab pada lidah juga dilakukan
untuk pemeriksaan mikrobiologi. Gambaran awal lidah pasien terdapat pada Gambar 1.
KASUS

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu


menegakkan diagnosis. Hasil dari pemeriksaan
mikrobiologi berupa pemeriksaan kultur jamur dan
dijumpai (+) Candida albicans.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan penunjang, maka diagnosis dari lesi
pada lidah pasien yakni kandidiasis pseudomembran
akut et causa diabetes.
TERAPI
A. Nystatin Drop 12 ml dengan instruksi pemakaian 1 ml
4x/hari diteteskan ke seluruh bagian yang terinfeksi
kandida (pada dorsum lidah), dikumur dan ditahan dalam
mulut lalu ditelan.
B. Betadin kumur 1% 100 ml dengan instruksi pemakaian
3x/hari 10 ml dengan cara berkumur sehingga cairan
berkontak dengan seluruh bagian yang terinfeksi kandida
yakni dorsum lidah.
C. Ranitidine 150 mg 2x/hari setelah makan
D. Insulin glargine dengan dosis 0,2 unit/kg/hari selama
dirumah sakit dan metformin 500 mg 3x/hari setelah
makan untuk obat pulang.
HASIL CPPT
(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)
❖Data Subjektif :
Rasa nyeri serta sulit menelan makanan, dan adanya rasa yang mengganjal pada bagian tenggorokan
kanan. serta adanya lapisan putih tebal pada permukaan lidah yang disadari sejak ± 2 bulan yang lalu.
❖Data Objektif :
● Nilai tingkat kebersihan rongga mulut pasien (OHI-S) : 4
● Pemeriksaannilai glukosa puasa : 306 mg/dl dan HbA1c 7,5%
● Pemeriksaan kultur jamur : Positif Candidia albicans

❖Assesment :
Penggunaan bersama Ranitidin dan Metformin berpotensi meningkatkan efek Metformin dengan
mengurangi pembersihan ginjal dengan cara menghambat sekresi Metformin di tubular ginjal sehingga
kadar plasma Metformin dapat meningkat dan dapat meningkatkan efek farmakologisnya, sehingga
disarankan untuk mengubah terapi (Medscape, 2019; Tatro, 2009).
HASIL CPPT
(Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi)

❖Planning :
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang, diagnosis dari kasus
ini yakni Pseudomembran Kandidiasis Akut, dengan etiologi penyakit sistemik yakni diabetes
melitus yang tidak terkontrol dengan faktor predisposisi kebersihan rongga mulut yang buruk.
• Prognosis perawatan pada kasus ini baik. Keberhasilan perawatan dari kandidiasis
pseudomembran akut pada pasien diabetes melitus tergantung pada terapi yang terintegritas
antara dokter gigi dan dokter yang menangani penyakit sistemik. Kepatuhan pasien dalam
mengikuti instruksi dokter dan kontrol teratur juga berkontribusi dalam keberhasilan
perawatan yang dilakukan
• Disarankan ranitidin tidak dikonsumsi bersamaan dengan metformin dikarenakan
pemakaian metformin dengan ranitidin dapat meningkatkan efek dari metformin dan
mengurangi ekskresi pada ginjal dan memiliki mekanisme interaksi farmakokinetik dengan
tingkat keparahan moderate (Medscape, 2019).
LEMBAR EVALUASI
1. Apakah penggunaan betadine kumur,
ranitidine disarankan pada pasien?

Betadine kumur disarankan pada pasien karena


digunakan sebagai antiseptik yang berperan dalam
menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut
dengan efek samping iritasi yang jarang terjadi.
Penggunaan ranitidin juga dapat disarankan untuk
menghindari mual muntah akibat meningkatnya
produksi asam lambung yang disebabkan akibat
sulitnya menelan makanan
LEMBAR EVALUASI
2. Apakah penggunaan nystatin dapat
meredakan gejala klinis penyakit
kandidiasis oral?
• Penggunaan nystatin dapat meredakan gejala klinis
penyakit ini karena terapi obat dengan agen antifungal ini
merupakan agen antifungal golongan poliene.
• Nystatin sendiri merupakan salah satu obat yang
memiliki efek samping minimal karena nystatin dapat
diabsorpsi oleh saluran pencernaan dan tidak memicu
resistensi fungal.
• Mekanisme kerja nystatin yakni mampu berikatan
dengan ergosterol yang terdapat pada sel jamur. Ikatan
tersebut menyebabkan integritas membran sel jamur
rusak sehingga beberapa bahan intrasel hilang dapat
mengakibatkan kematian sel jamur.
LEMBAR EVALUASI
3. Pemantauan apa saja yang perlu
dilakukan terkait pemberian nystatin?
Pemantauan yang harus dilakukan yaitu pemeriksaan
swab jamur awal sebelum diberikan nistatin sehingga
dapat diketahui apakah kolonisasi jamur telah terjadi
sebelum pemberian profilaksis nistatin.

Dalam perjalanan penyakitnya, meskipun telah


diberikan nistatin selama enam hari, apusan anal jamur
tetap positif dikarenakan pemberian nistatin profilaksis
tidak efektif, yang disebabkan telah terjadi kolonisasi
jamur karena profilaksis yang diberikan.
LEMBAR EVALUASI
3. Pemantauan apa saja yang perlu
dilakukan terkait pemberian nystatin?
Berdasarkan Neonatal Pharmacopoeia yang diterbitkan
oleh Royal Women’s Hospital, Melbourne, dosis nistatin
profilaksis diberikan 2x1 ml (100.000 IU/ml)
menemukan bahwa nistatin profilaksis yang diberikan
dapat menurunkan tingkat infeksi bila dibandingkan
dengan pemberian nistatin setelah terjadinya kolonisasi
(3,6% versus 13,9%; p=0.01)
LEMBAR EVALUASI
4. Pemantauan apa saja yang perlu
dilakukan terkait efek samping kedua
obat tersebut?
• Potensi interaksi obat dengan tingkat keparahan
major salah satunya yaitu interaksi antara obat
Ranitidin dan obat Metformin.
• Menggunakan Metformin bersama dengan
Ranitidine dapat berpotensi menyebabkan kondisi
yang mengancam jiwa yang disebut asidosis laktat.
• Hal ini menyebabkan kelemahan, meningkatkan
kantuk, detak jantung yang lambat, detak jantung
yang lambat, nyeri otot, sesak

Anda mungkin juga menyukai