Anda di halaman 1dari 5

Volume 13, Nomor 05, November 2022

Hal. 496 - 500

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP PENGGUNAAN


GOLONGAN OBAT ANTASIDA DI APOTEK K-24 KIARACONDONG BANDUNG

Eva Pahlani1, Tantri Suryandani2, Fuji Ayu3


1,3
Poltekes TNI AU Ciumbuleuit Bandung
2
Apotek K-24 Kiaracondong Bandung
Email: evapahlani@gmail.com1, tantrisrafa@gmail.com2, fujiaayu3@gmail.com3

ABSTRAK

Gastritis merupakan salah satu gangguan saluran pencernaan yang disebabkan oleh
berbagai faktor. Gangguan ini dapat diatasi dengan terapi obat maupun tanpa obat. Antasida
merupakan obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gangguan lambung dan mudah didapatkan
oleh setiap individu dipasaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan pasien di Apotek K24 Kiaracondong Bandung terhadap penggunaan antasida.
Populasi dalam penelitian ini yaitu, seluruh pasien Apotek K24 Kiaracondong Bandung yang
memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini bersifat observasi melalui metode survei menggunakan
instrumen kuesioner sejumlah 97 orang sampel. Data dianalisis dengan cara skoring jawaban
pertanyaan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan pengetahuan terkait
gastritis sebesar (93,09%), pengetahuan terkait gejala gastritis (92,35%), dan pengetahuan terkait
penggunaan antasida sebesar (92,96%). Total dari semuanya rata-rata baik 92 (95%) orang
sedangkan sisanya cukup 5 (5%). Pengetahuan yang baik tentang penggunaan obat akan
meningkatkan keberhasilan terapi. Upaya promosi kesehatan adalah hal penting untuk
meningkatkan pengetahuan pasien terkait penggunaan obat antasida yang baik dan benar.

Kata Kunci: gastritis, pengetahuan, antasida

ABSTRACT

Gastritis is a digestive tract disorder caused by various factors. This disorder can be treated
with drug therapy or without drugs. Antacids are drugs commonly used to treat gastric disorders
and are easily available for every individual in the market. The purpose of this study was to describe
the knowledge of patients at Apotek K24 Kiaracondong Bandung on the use of antacids. The
population in this study were all patients at Apotek K24 Kiaracondong Bandung who met the
inclusion criteria. This research is an observational study through a survey method using a
questionnaire as a sample of 97 people. The data were analyzed by scoring the answers to the
questionnaire questions. The results showed that patients with knowledge related to gastritis were
(93.09%). knowledge related to gastritis symptoms (92.35%), and knowledge related to the use of
antacids (92.96%). The total of all of them is on average 92 (95%) people while the rest is quite 5
(5%). Good knowledge about the use of drugs will increase the success of therapy. Health
promotion efforts are important to increase patient knowledge regarding the use of good and
correct antacid drugs.

Keywords: gastritis, knowledge, antacid

PENDAHULUAN
Gastritis merupakan penyakit lambung berobat dengan keluhan di saluran pencernaan
yang paling banyak di temukan di masyarakat. bagian atas, misalnya rasa nyeri atau panas di
Hampir setiap orang pernah menderita penyakit daerah epigastrium, mual, kadang-kadang
ini, baik Gastritis akut maupun kronik. Setiap disertai muntah, rasa panas di perut, rasa
hari sering kita temukan penderita yang datang kembung, perasaan lekas kenyang. Biasanya

496
keluhan yang diajukan penderita tersebut ringan tidak teratur dalam jangka waktu yang lama
dan dapat diatasi dengan mengatur makanan, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
tetapi kadang-kadang dirasakan berat, sehingga risiko infeksi H. Pylori dan gastritis (Lim et al.
ia terpaksa meminta pertolongan dokter bahkan 2012). Selain perlunya menjaga pola makan, hal
sampai terpaksa diberi perawatan khusus (Kim lain yang mempengaruhi faktor terjadinya
et al. 2015). gastritis adalah kecepatan makan. Kecepatan
Gastritis adalah inflamasi pada lapisan makan yang tinggi menunjukkan salah satu
mukosa dan submukosa lambung. Gastritis faktor risiko terjadinya gatritis erosif.
kronis tingkat ringan sampai sedang sering di Pwnwlitian menunjukkan kecepatan makan
temukan pada masyarakat, terutama sekali pada rendah (>5 menit/makan) memiliki risiko 1,7
orang dewasa. Inflamasi ini kadang-kadang kali lebih tinggi terjadi gastritis dibandingkan
terjadi superficial atau dipermukaan mukosa kelompok dengan kecepatan makan rendah (15
lambung saja sehingga tidak begitu nyeri, jadi menit/makan) (Kim et al. 2015).
tidak begitu menggangu. Akan tetapi, bila Penggunaan obat harus secara rasional
inflamasi telah mengenai sampai kedalam yaitu jika obat yang digunakan tepat diagnosis
mukosa lambung, maka akan timbul nyeri di penyakit, tepat indikasi penyakit, tepat
daerah epigastrum. Bila gastritis kronis pemilihan obat, tepat pasien, tepat dosis
berlangsung dalam jangka waktu yang lama pemberian, tepat cara dan lama pemberian, tepat
maka dapat menyebabkan atropi mukosa harga, tepat informasi, dan waspada terhadap
lambung beserta kelenjar-kelenjar yang terdapat efek samping obat. Hal ini bertujuan agar pasien
di dalamnya. Namun kadang-kadang gastritis menerima obat sesuai kebutuhan, pada periode
bisa pula menjadi sangat akut dan berat dengan waktu yang akurat dan harga yang terjangkau
eskoriasi ulseratif (luka bertulak) mukosa bagi pasien dan masyarakat (Kemenkes RI,
lambung yang disebabkan oleh aktifitas sekresi 2011).
sel peptik dari lambung sendiri, yaitu berupa Antasida merupakan obat yang biasa
enzim pepsin (Kim et al. 2015). digunakan untuk mengatasi gangguan lambung
Gastritis merupakan penyakit akibat dan cukup mudah didapatkan oleh setiap
proses inflamasi pada mukosa dan submukosa individu di pasaran (swamedikasi).
lambung (pasaribu, 2014). Menurut WHO, Swamedikasi atau pengobatan sendiri
insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta tiap merupakan bagian dari upaya masyarakat
tahun.angka kejadian di indonesia adalah 40,8% menjaga kesehatannya sendiri. Pada
dengan prevalensi 274.396 kasus dari pelaksanaannya, swamedikasi dapat menjadi
238.452.952 jiwa penduduk (Depkes RI, 2011). masalah terkait obat/drug related problem akibat
Gastritis menduduki peringkat 10 besar pasien terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan
rawat inap di rumah sakit indonesia dengan penggunaanya (Harahap et al., 2017).
jumlah 30.154 kasus (4.9%). (Kementrian Swamedikasi menjadi tidak tepat apabila terjadi
Kesehatan RI. 2012). Prevelensi gastritis di kesalahan mengenai gejala yang muncul,
Indonesia sangat tinggi dengan prevelensi di memilih obat, dosis dan keterlambatan dalam
Kota Surabaya (31.2%). Denpasar (46%) dan di mencari nasihat atau saran tenaga kesehatan jika
Provinsi Jawa Tengah (79.6%) (Sulastri, Siregar keluhan berlanjut. Selain itu, resiko potensial
dan Siagian. 2012). yang dapat muncul dari swamedikasi antara lain
Gastritis disebabkan oleh banyak faktor, adalah efek samping yang jarang muncul namun
diantaranya adalah pola makan tidak teratur parah, dan pilihan terapi yang salah (BPOM,
serta gizi makanan yang tidak teratur serta gizi 2014).
makanan yang tidak seimbang, penggunaan obat Antasida bekerja dengan cara
NSAID, infeksi kuman Helicobacter pylory, menetralkan asam dan menginaftikan pepsin,
minum minuman beralkohol, memiliki antasida umumnya merupakann kombinasi
kebiasaan merokok, sering mengalami stres, alumunium hidroksida dan magnesium
serta kebiasaan minum kopi. Pola makan yang hidroksida, kombinasi dari kedua zat ini untuk

497
menhindari efek samping dari megnesium 2) Diberi tanda khusus lingkaran bulat
hidroksida akan mengurangi efek konstipasi dari berwarna merah dengan garis tepi hitam
alumunium hidroksida (Fugit, 2009). dan huruf “K” yang menyentuh garis
Menurut Peraturan Pemerintah No 9 tepinya
Tahun 2018, Apotek adalah sarana pelayanan 3) Semua obat baru, kecuali dinyatakan oleh
kefarmasian tempat dilakukan praktek pemerintah (Depkes RI) tidak
kefarmasian oleh Apoteker. membahayakan.
Tugas dan fungsi apotek yaitu: 4) Semua sediaan parenteral, injeksi, infus
1) Tempat mengabdi profesi seorang apoteker intravena.
yang telah mengucapkan sumpah jabatan. Penandaan khusus untuk obat
2) Sarana farmasi yang melaksanakan golongan obat keras : lingkaran merah
peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dengan garis tepi berwarna hitam,
dan penyerahan obat atau bahan obat. didalamnya terdapat hurup K yang
3) Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang menyentuh lingkaran hitam.
harus menyebarkan obat yang diperlukan d. Obat bebas terbatas (daftar W =
masyarakat secara meluas dan merata. waarschuwing = peringatan) adalah obat
Kuesioner adalah sebuah cara dalam keras yang dapat diserahkan tanpa reserp
mengumpulkan data pada penelitian yang dkter dalam bungkus aslinya dari
dilaksanakan dengan cara tidak membutuhkan produsen/pabriknya dan diberi tanda
langsunng sumber data (Dewa Ketut lingkaran bulat berwarna biru dengan garis
Sukardi,1983). tepi hitam serta diberikan tanda peringatan
Secara definitif dapat dipahami bahwa (P.No.1 s/d P.No.6, misalnya P.No.1 : awas
obat merupakan suatu zat yang digunakan untuk obat keras, bacalah aturan pakainya)
diagnose pengobatan, melunakkan, atau e. Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli
mencegah penyakit yang terjadi/dialami secara bebas dan tidak membahayakan bagi
manusia maupun hewan. sipemakai dalam batas dosis yang
Macam-macam penggolongan obat dianjurkan, diberi tanda lingkaran bulat
menurut Undang-undang yaitu: berwarna hijau dengan garis tepi hitam
a. Narkotika ) merupakan obat yang diperlukan f. Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) adalah
dalam bidang pengobatan dan IPTEK dan beberapa obat keras yang dapat diserahkan
dapat menimbulkan ketergantungan dan tanpa resep dokter, namun harus diserahkan
ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan oleh apoteker di apotek. Pemilihan dan
masyarakat dan individu jika dipergunakan penggunaan obat DOWA harus dengan
tanpa pembatasan dan pengawasan dokter. bimbingan aoteker. Daftar obat wajib apotek
Misalnya candu/opium, morfin, petidin, yang dikeluarkan berdasarkan keputusan
metadom, kodein, dll. Penandaan khusus ada Mentri Kesehatan. Sampai saat ini sudah ada
kemasan sediaan jadi narkotika adalah 3 daftar obat yang diperbolehkan diserahkan
palang medali merah. tanpa resep dokter
b. Psikotropika (obat berbahaya) merupakan g. Obat Esensial adalah obat terpilih yang
obat yang mempengaruhi proses mental, paling diperlukan untuk pelayanan
merangsang atau menenangkan, mengubah kesehatan, mencakup upaya diagnosis,
pikiran, perasaan atau kelakuan orang. profilaksis, terapi dan rehabilitasi, yang
Misalnya golongan ekstrasi, diazepam, diupayakan tersedia pada unit pelayanan
barbital/luminal. kesehatan sesuai dengan fungsi dan
c. Obat keras (daftar G = Geverlijik = tingkatnya
berbahaya) adalah semua obat yang: h. Obat Generik adalah obat yang beredar
1) Mempunyai takaran/dosisi maksimum dipasaran umumnya berdasarkan atas nama
(DM) atau yang tercantum dalam daftar dagang yang dipakai oleh masing-masing
obat keras yang ditetapkan pemerintah. produsennya. Karena tiap produsen jelas

498
akan melakukan promosi untuk masing-
masing produknya, maka harga obat dengan
nama dagang umumnya lebih mahal HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari pengambilan data kuesioner
Indikasi antasida mengurangi gejala-
Gambaran Pengetahuan Pasien Terhadap
gejala yang berhubungan dengan lambung, Penggunaan Golongan Obat Antasida di Apotek
gastritis, tukak lambung, tukak usus dua belas K24 Kiaracondong Bandung. yaitu:
jari , dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri
lambung, nyeri ulu hati, meredakan kelebihan Tabel 1 Data Demografi Responden
das di saluran pencernaan dan perasaan penuh Demografi Kategori Jumlah %
pada lambung (ISO Vol 52,2019). Responden Jawaban (n)
Kontaindikasinya yaitu Jangan diberikan Jenis Laki-laki 55 57%
kelamin Perempuan 42 43%
pada penderita gangguan fungsi ginjal yang
30 8 8%
berat, karena dapat menimbulkan hipermagnesia 40 3 3%
(kadar magnesium dalam darah meningkatkan), 31 4 4%
penderita ketidak seimbangaan elektrolit atau 21 9 9%
ion tubuh, penderita radang usus buntu, 37 3 3%
penderita gangguan jantung dan pasien pasca 22 5 5%
operasi perut (ISO Vol 52, 2019). 41 4 4%
Dosisi antasida Pengobatan oral untuk 27 7 7%
Usia 29 9 9%
tukak lambung 640 mg, oral 5-6 kali sehari
24 10 19%
sesuai kebutuhan setelah makan dan sebelum
28 6 6%
tidur. Dosis maksimum hariannya adalah 3840
25 7 7%
mg dan digunakan hingga dua minggu. 34 5 5%
Efek samping pada obat antasida yaitu 35 4 4%
tekanan darah rendah, penekanan proses 50 1 1%
bernapas, kram perut, sembelit, diare, mual, 32 4 4%
muntah, gangguan keseimbangan elektrolit atau 36 4 4%
ion tubuh dan rasa lemas otot (ISO Vol 52, SMP 2 2%
2019). Pendidikan SMA 67 69%
Perguruan 28 29%
METODE Tinggi
Penelitian ini menggunakan penelitian Pekerjaan Bekerja 69 71%
Tidak 28 29%
observasional yang berbentuk survei dengan
bekerja
rancangan penelitian deskriptif, data diperoleh
melalui kegiatan survei dengan instrumen Berdasarkan tabel 4.1 dari 97 responden
berupa kuesioner. deskripsi berdasarkan data mengenai Gambaran Pengetahuan Pasien
studi random sampling yaitu dengan Terhadap Penggunaan Golongan Obat Antasida
pengambilan data yang belum ada di lapangan di Apotek K24 Kiaracondong Bandung
pada bulan Februari – April 2022. Waktu dan didapatkan bahwa penggunaan obat antasida
yaitu dengan berjenis kelamin laki-laki
tempat pengambilan data yaitu pemberian
sebanyak 57% dan perempuan sebanyak 43%,
kuesiner penggunaan obat antasida pada bulan berdasarkan pendidikan, SMP sebanyak 2%
Februari – April 2022 di Apotek K-24 SMA sebanyak 69%, perguruan tinggi sebanyak
Kiaracondong Bandung. Pengambilan data 29%, berdasarkan pekerjaan, yang bekerja
meliputi beberapa tahapan kerja yaitu sebanyak 71% dan yang tidak bekerja sebanyak
mengumpulkan pustaka yang relepan membuat 29%.
lembar kuesiner menganalisis hasil kuesioner
Tabel 2 Distribusi frekuensi Gambaran
dan mengambil kesimpulan dari hasil kuesioner Pengetahuan Pasien Terhadap Penggunaan
di Apotek K-24 Kiaracondong Bandung pada Golongan Obat Antasida di Apotek K24
bulan Februari – April 2022. Kiaracondong Bandung
No Kategori Frekuensi Presentase
499
1 Baik 92 95% Departemen Kesehatan RI 2007, Pedoman
2 Cukup 5 5% Penggunaan Obat Bebas Dan Bebas
3 Kurang 0 0% Terbatas. Direktorat Bina Farmasi
Jumlah 97 100% Komunitas dan Klinik Ditjen Bina
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Gambaran pengetahuan pasien terhadap Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
penggunaan obat golongan antasida di apotek Departemen Kesehatan RI 2008, Materi
k24 kiaracondong bandung diperoleh hasil dari Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan
97 responden rata-rata baik yaitu 95%. Dari hasil Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenagan
tabel tersebut pengetahuan responden tehadap Kesehatan. Departemen Kesehatan RI,
penggunaan obat golongan antasida sudah baik. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
KESIMPULAN 2008. Materi Pelatihan Peningkatan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari Pengetahuan dan Keterampilan Memilih
penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Direktorat
beberapa hal sebagai berikut : Bina Penggunaan Obat Rasional, Jakarta p.
1. Pengetahuan pasien atau pengunjung di 15, 23.
Apotek K24 Kiaracondong Bandung Triyani, A. d. (2012-2013). Faktor-faktor Yang
terhadap gastritis yaitu rata-rata baik 93,09%. Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan.
2. Pengetahuan pasien atau pengunjung di Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Apotek K24 Kiaracondong Bandung Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. Informasi
terhadap gejala gastritis yaitu rata-rata baik Spesialite Obat (ISO) Indonesia, vol. 51,
91,35%. Isfi Penerbitan, Jakarta. ISO Vol 52, 2019
3. Pengetahuan pasien atau pengunjung di Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope
Apotek K24 Kiaracondong Bandung Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat
terhadap penggunaan antasida yaitu rata-rata Pengawasan Obat dan Makanan.
baik 92,96%. Hamid, R, Achmad, GNV, Wijaya, IN, Yuda, A
Gambaran pengetahuan pasien terhadap 2014, ‘Profil penggunaan obat antasida
penggunaan golongan obat antasida di Apotek yang diperoleh secara swamedikasi (studi
K24 Kiaracondong Bandung rata-rata baik yaitu pada pasien apotek ‘X’ Surabaya)’, Jurnal
95 responden (95%) dan cukup 5 responden Farmasi Komunitas, 1(2), pp. 49-52.
(5%). Sulastri, Siregar, MA., Siagian, SA 2012,
‘Gambaran pola makan penderita gastritis
DAFTAR PUSTAKA di wilayah kerja puskesmas Kampar Kiri
Hulu Kecamatan Kampar Kiri Hulu
Yulida, E., Oktaviyanti, LK., Rosida, L., Kabupaten Kampar Riau tahun 2012’,
Gambaran Derajat Infiltrasi Sel Radang dan Jurnal Gizi, Kesehatan Reproduksi Dan
Infeksi Helicobacter Pylory Pada Biopsi Epidemiologi, (1)2, pp. 1-9.
Lambung Pasien Gastritis.Berkala Wardaniati, I., Almahdy, A., Dahlan, A (2016).
Kedokteran, Vol.9,indonesia,2013 Gambaran terapi obat kombinasi ranitidin
Abdullah. (2008). Definisi dan Jenis-jenis dengan sukralfat dan ranitidin dengan
Pengetahuan. Yogyakarta: Andi. antasida dalam pengobatan gastritis di SMF
BPOM RI 2015, Informatorium Obat Nasional Penyakit Dalam RSUD Ahmad Mochtar
Indonesia (IONI) (viewed 8 September Bukittinggi. Jurnal Farmasi Higea, 8 (1),
2019) 65-74.
Peraturan Menteri Kesehatan No 09 Tahun 2018 Yuliarti, N. (2009). Panduan Pencegahan dan
Tentang Apotek. mengatasi penyakit maag-Yogyakarta:
ANDI.

500

Anda mungkin juga menyukai