Anda di halaman 1dari 23

Proposal Skripsi

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN


KANKER PAYUDARA DI RSUD KOTA BOGOR PADA TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu persyaratan


guna memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm)

Disusun oleh:
Anjani Dwi Cahya
NIM: 072011035

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINAWAN
2022
Proposal Skripsi
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER
PAYUDARA DI RSUD KOTA BOGOR PADA TAHUN 2022
Yang diajukan oleh:
Anjani Dwi Cahya
071911038

Telah disetujui
Pembimbing I

apt. Ernie Halimatushadyah, M.Farm Tanggal:

pembimbing II

apt. Dwi Puspita Sari, S.Si., M.Farm Tanggal:

Mengetahui:
Ketua Program Studi Farmasi

apt. Ernie Halimatushadyah, M.Farm Tanggal:


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel untuk menyerang jaringan
biologis lainnya. Menurut data dari The Global Cancer Observatory, (2020)
menyatakan bahwa kanker merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian dengan jumlah terbanyak kedua di dunia. Kasus kanker yang paling
banyak terjadi di indonesia adalah kanker payudara dengan jumlah kasus baru
kanker payudara mencapai 65.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus
kanker (Kemenkes RI, 2018). Kanker payudara masih menjadi masalah besar
di Indonesia, karena 68,6 % wanita dengan kanker payudara berobat ke
dokter pada stadium lanjut lokal, sedangkan pada stadium dini hanya 22,4 %
(Nuraini et al., 2022). Hal tersebut dapat terjadi karena kurang efektifnya
program screening yang mampu mendeteksi keadaan sebelum kanker,
maupun mendeteksi kanker pada stadium dini sehingga penanganannya
dilakukan pada kanker stadium lanjut, selain kurangnya program screening
juga rendahnya pengetahuan dan kemampuan serta aksesibilitas terhadap
pengobatan kanker payudara (Marfianti, 2021).
Kanker payudara merupakan kanker yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara (Permenkes, 2015). Kanker payudara dimulai di bagian jaringan
payudara yang terdiri dari kelenjar susu (lobulus) dan saluran yang
menghubungkan lobulus ke puting (nipple) dan selebihnya terdiri dari lemak,
jaringan ikat dan jaringan getah bening yang kemudian dapat bermetastasis ke
jaringan dan organ yang lain (Alteri et al., 2016). Sel di dalam payudara
tumbuh dan berkembang biak dengan tidak terkendali dan kumpulan besar sel
di dalam payudara yang berkembang dengan tidak terkontrol ini disebut
tumor. Namun, tidak semua tumor adalah kanker, karena sifat tumor yang
tidak menyebar ke seluruh tubuh. Tumor yang dapat menyebar ke seluruh
tubuh atau menyebar jaringan sekitar disebut tumor ganas atau kanker
(Arisanti et al., 2020). Kriteria tumor dapat dikatakan sebagai kanker jika
pertumbuhannya progresif dan cepat, berpotensi menyerang atau merusak
jaringan disekitarnya serta dapat menyebabkan metastase atau penyebaran
bibit penyakit (Saleh, 2016).
Salah satu upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh kanker payudara maka dilakukan kemoterapi dengan tujuan
untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi merupakan
penggunaan obat antikanker (sitostatika) yang bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker atau bahkan dapat
melenyapkan sel kanker (Nuraini et al., 2022). Berdasarkan asal obat, struktur
kimia dan mekanisme kerjanya, terdapat berbagai mekanisme obat
antikanker, seperti alkylating agents, antimetabolit, antibiotic, inhibitor
protein mikrotubuli, inhibitor topoisomerase, golongan target molekuler dan
golongan hormone (Krisdianto, 2018). Obat antikanker dibawa melalui aliran
darah atau diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood-brain
sehingga obat ini sulit mencapai sistem saraf pusat (Arisanti et al., 2020).
Obat antikanker yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau kombinasi
obat secara bertahap selama 6 - 8 siklus agar mendapatkan efek obat yang
diinginkan dan efek samping yang masih bisa diterima (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Penggunaan obat kanker payudara yang terdiri dari obat tunggal atau
kombinasi yang digunakan dalam kemoterapi menyebabkan sering terjadinya
efek samping obat, interaksi obat, toksisitas obat atau bahkan timbul penyakit
teratogenik lain yang disebabkan dari efek samping obat-obat kanker
payudara. Oleh karena itu, untuk memberikan pengobatan yang tepat bagi
pasien kanker payudara, perlu dilakukan penanganan terapi yang rasional dan
perlu dilakukan evaluasi terhadap pengobatan yang telah dilakukan. Evaluasi
penggunaan obat merupakan suatu program jaminan mutu yang terstruktur
secara kualitatif dan kuantitatif dalam menjamin agar obat yang digunakan
tepat, aman dan efisien (Permenkes, 2016). Untuk menciptakan penggunaan
obat yang rasional, perlu memperhatikan prinsip 6 tepat, yaitu: tepat
diagnosis, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu pemberian, dan
tepat lama pemberian obat (Hasanah et al., 2020).
Berdasarkan penelitian (Nuraini et al., 2022) yang telah dilakukan
sebelumnya hasil evaluasi penggunaan obat kemoterapi pada pasien kanker
payudara menggunakan terapi tunggal (9%) dan kombinasi (91%), tepat obat
(100%), tepat lama pemberian (86%) dan tepat interval waktu (9%). Pada
penelitian (Jayanti, 2013) menunjukan sebanyak 72 pasien (100%) tepat
indikasi, 34 pasien (24,48%) tepat obat, berdasarkan tepat dosis yang
memiliki dosis kurang sebanyak 4 pasien (2,88%), dosis lebih 13 pasien
(9,36%) dan tidak tepat dosis 55 pasien (39,60%) berdasarkan tepat pasien 70
pasien (97,22%) tepat pasien. Pada penelitian (Prawira, 2018) menunjukan 6
dari 16 kasus tidak menggunakan antibiotika yang rasional yaitu: 3 pasien
(18,2%) tidak tepat pemilihan obat, 2 pasien (12,5%) tidak tepat dosis dan 4
pasien (25,0%) tidak tepat lama waktu pemberian, oleh karena itu diperlukan
adanya perbaikan mengenai penggunaan obat pada pasien kemoterapi.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti selanjutnya berbeda dalam
hal subyek, obyek dan tempat penelitian. Subyek penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu pasien kemoterapi kanker payudara dengan obyek
yang diteliti yaitu evaluasi penggunaan obat. Penelitian dilakukan di RSUD
Kota Bogor pada Tahun 2022, sejauh ini belum pernah dilakukan. RSUD
Kota Bogor merupakan salah satu Rumah Sakit tipe A yang menyediakan
layanan Poli Deteksi Dini Kanker Payudara yang merupakan salah satu
layanan unggulan di RSUD Kota Bogor yang bertujuan sebagai screening
untuk mengetahui adanya tumor maupun kanker payudara sedini mungkin
dan memberikan pelayanan keperawatan kemoterapi pada pasien kanker
payudara di poli kasturi, Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Evaluasi Penggunaan Obat
Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Kota
Bogor pada Tahun 2022.
1.2 Pemasalahan Penelitian
Kanker payudara menempati urutan pertama terkait jumlah kanker
terbanyak di Indonesia serta menjadi salah satu penyumbang kematian
pertama akibat kanker. Menurut data Globocan tahun 2020, jumlah kasus
baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914
kasus baru kanker di Indonesia. Berdasarkan data Yayasan Kanker Indonesia
(YKI), pada tahun 2017 sebanyak 162 orang di Kota Bogor menderita kanker
payudara. Pada 2018 kanker payudara meningkat dengan jumlah 189 orang.
Tahun 2019 jumlah penderita kanker payudara mengalami peningkatan
hampir dua kali lipat dengan jumlah menjadi 226 orang.
1.3 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan uraian latar belakang masalah di atas yang mendasari
penelitian ini, terdapat beberapa masalah yang perlu dikaji yaitu:
1. Bagaimana pola penggunaan obat kemoterapi pada pasien kanker
payudara di RSUD Kota Bogor pada tahun 2022?
2. Apakah penggunaan obat kemoterapi pada pasien kanker payudara di
RSUD Kota Bogor pada tahun 2022 dilihat dari sisi tepat obat, tepat
indikasi, tepat dosis, dan tepat pasien?
1.4 Tujuan
1. Mengetahui pola penggunaan obat kemoterapi yang digunakan pada
pasien kanker payudara di RSUD Kota Bogor pada tahun 2022.
2. Mengetahui evaluasi pengobatan kemoterapi yang digunakan pada pasien
kanker payudara di RSUD Kota Bogor pada tahun 2022 yang ditinjau dari
parameter tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat pasien.
1.5 Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi Peneliti, Institusi,
Masyarakat dan Rumah Sakit.
1. Manfaat bagi peneliti
Sebagai sarana pembelajaran dalam melakukan penelitian dan
sebagai pengalaman serta penerapan teori yang sudah didapat selama
mengikuti perkuliahan.
2. Manfaat bagi institusi
Sebagai sumber refernsi dan bahan tambahan kepustakaan dalam
pengembangan ilmu khususnya dalam bidang evaluasi penggunaan obat
kemoterapi pada pasien kanker payudara.
3. Manfaat bagi masyarakat
Sebagai bahan informasi mengenai pola penggunaan obat
kemoterapi dan obat-obatan yang banyak digunakan pada pasien
kemoterapi kanker payudara sehingga berguna dalam hal penyediaan
obat-obatan di instalasi farmasi RSUD Kota Bogor.
4. Manfaat bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi
dan evaluasi terhadap pengobatan kemoterapi pada pasien kanker
payudara dan diharapkan berguna sebagai masukan bagi pihak rumah
sakit dan pihak berkepentingan untuk perkembangan pengobatan
kemoterapi pada pasien kanker payudara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker
Kanker adalah penyakit tidak menular yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, sel-sel kanker akan
tumbuh atau berkembang dengan cepat dan tidak terkendali serta akan
terus membelah diri. Sel sel tersebut menyusup dan menyerang ke jaringan
sekitarnya dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan organ-
organ penting serta saraf tulang belakang (Maharani, 2012).
2.2 Kanker Payudara
Kanker payudara atau carcinoma mammae adalah tumor ganas yang
menyerang jaringan payudara, jaringan payudara tersebut terdiri dari
kelenjar susu (kelenjar pembuat air susu), saluran kelenjar (saluran air
susu) dan jaringan penunjang payudara (jaringan lemak, maupun jaringan
ikat payudara) (Iqmy et al., 2021). Sel-sel abnormal tumbuh di bagian
tersebut, dan mengakibatkan kerusakan yang lambat dan menyerang
payudara (Sari & Gumayesty, 2016). Kanker payudara umumnya
menyerang wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat menyerang
kaum laki – laki, walaupun kemungkinannya 1 : 1000. Kanker payudara
ini merupakan salah satu jenis kanker yang juga menjadi penyebab utama
kematian terbesar kaum wanita di dunia termasuk di Indonesia (Efendi &
Anggun, 2019).
2.3 Etiologi Kanker Payudara
Sampai saat ini yang menjadi penyebab pasti dari kanker payudara
masih belum diketahui. Namun, banyak penelitian yang menunjukkan
adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko atau
kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara, yaitu: faktor genetik atau
keturunan, hormonal dan lingkungan (Nansi et al., 2015).
1. Faktor genetik/keturunan
Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara berkaitan dengan
perubahan genetik yaitu mutasi gen proto-onkogen dan gen supresor
tumor pada epitel payudara. Sekitar 10% kanker payudara
berhubungan dengan mutasi yang diwariskan (Hero, 2020). Seorang
wanita dengan riwayat keluarga memiliki gen kanker payudara
mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk terkena kanker
payudara. Wanita yang memiliki ibu, saudara perempuan atau anak
dengan kanker payudara, memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk
menderita kanker payudara (Sari & Gumayesty, 2016).
2. Hormonal
Salah satu faktor risiko terpenting yang berhubungan dengan kanker
payudara adalah gangguan hormonal yang disebabkan oleh hormon
estrogen yang berperan dalam proses tumbuh kembang organ seksual
perempuan. paparan hormon estrogen dalam tubuh manusia dalam
waktu yang terlalu lama akan meningkatkan risiko untuk terkena
kanker payudara (Hasnita et al., 2019).
3. Lingkungan
Menurut Hardisman Dasman faktor lingkungan sangat menentukan
seseorang terkena kanker. Beberapa zat terbukti bersifat karsinogenik
diantaranya adalah tar, rhodon, karbon monoksida, formaldehid,
benzene, arsenic, asbestos, aflatoxin¸ dioksin, mercury, karbon
monoksida (CO). Selain itu, karsinogen dapat disebabkan karena
merokok, asap kendaraan, dan pembakaran sampah plastik. Zat
karsinogenik dapat memicu kanker jika terhirup melalui pernapasan
atau kontaminasi makanan. Sel tubuh yang terpapar karsinogen akan
berubah sifat dengan tumbuh tidak terkontrol. Mekanisme terjadinya
kanker didasarkan pada proses yang sangat kompleks, melibatkan
proses molekuler, seluler, genetika, dan melalui interaksi faktor risiko
lingkungan tersebut (Dasman, 2019)
2.4 Gejala Kanker Payudara
Menurut (Triara Dewi & Hendrati, 2015) gejala kanker payudara
diantaranya adalah:
1. Terdapat benjolan pada payudara yang dapat diraba, biasanya semakin
mengeras dan tidak beraturan, serta terkadang menimbulkan nyeri.
2. Terdapat perubahan bentuk dan ukuran, kerutan pada kulit payudara
sehingga tampak menyerupai kulit jeruk, kondisi tersebut disebut juga
sebagai kondisi peau d’orange.
3. Terdapat cairan abnormal berupa nanah, darah, cairan encer, atau air
susu pada ibu tidak hamil atau tidak sedang menyusui yang keluar dari
puting susu.
4. Terdapat pembengkakkan pada payudara, tarikan pada puting susu
atau puting susu terasa gatal, serta nyeri.
5. Pada kanker payudara stadium lanjut, dapat timbul nyeri tulang,
pembengkakan lengan, ulserasi kulit, atau penurunan berat badan.
2.5 Patofisiologi Kanker Payudara
Kanker di sebabkan oleh senyawa karsinogenik. Benzo (a) pyrene
merupakan salah satu senyawa prakarsinogenik. Prekarsinogen
benzo(a)pyrene diubah menjadi karsinogen aktif oleh sitokrom P-450.
Karsinogen aktif sangat reaktif dan mudah menyerang gugus nukleofilik
pada DNA, RNA dan protein sehingga menyebabkan mutasi. Gen P53
mengkode protein p53 yang berfungsi sebagai protein supresor tumor.
Karsinogenesis dimulai dengan kerusakan atau mutasi gen p53. Gen p53
bermutasi mensintesis protein p53 mutan. Untuk pasien kanker, protein
p53 mutan terakumulasi dalam jaringan tumor dan serum darah. Protein
p53 mutan dalam serum pasien tumor meningkat seiring dengan tingkat
bahaya penyakit, sehingga dapat digunakan sebagai biomarker awal tumor
(noor nailis sa’adah, 2016).
Fase awal kanker payudara adalah asimptomatik (tanpa ada gejala dan
tanda) (indra saputra liambo, 2022).
2.6 Diagnosa Kanker Payudara
Kanker merupakan penyakit dengan risiko mortalitas yang tinggi,
namun tingkat kelangsungan hidup pasien kanker payudara meningkat
secara signifikan menjadi sekitar 98% dengan diagnosis pada stadium
awal penyakit. Oleh karena itu, pemilihan teknik diagnosa yang tepat
sangat penting untuk dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian
akibat kanker payudara. Teknik untuk diagnosa kanker payudara meliputi
mammografi, Ultrasonografi (USG), CT Scan, Bone Tumor, dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI) (Ketut, 2022).
1. Mammografi
Mammografi digunakan untuk melihat beberapa tumor dan kista
dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker
payudara. Selain itu, mammografi dianggap sebagai salah satu cara
paling efektif untuk screening dan diagnosis kanker payudara.
Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia
menggunaan sinar x dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv) (Nur,
2014). Menurut (javaeed, 2018), mammografi memiliki dua jenis,
yaitu:
a) Screen-film mammography (SFM)
b) Full-field digital mammography (FFDM)
Seiring perkembangan teknologi, penggunaan x-ray telah
tergantikan oleh teknologi digital yang telah memunculkan
FFDM. FFDM hampir sama dengan SFM.
2. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi payudara adalah alat skrining yang hemat biaya
dan tersedia secara luas, yang mendeteksi tumor dengan memantulkan
gelombang akustik dari jaringan payudara. Untuk mengidentifikasi
struktur payudara manusia, umumnya digunakan transduser
ultrasound untuk mengukur gelombang akustik yang dipantulkan dari
payudara. Ultrasonografi payudara meningkatkan tingkat deteksi
kanker untuk subjek dengan risiko kanker payudara tinggi dan
membantu mengidentifikasi kista dan massa padat, tetapi kurang
efisien dibandingkan dengan mamografi (Wang, 2017).
3. CT-Scan
CT scan merupakan pemeriksaan dengan sinar X yang
divisualisasikan oleh komputer. CT scan thoraks dengan kontras
merupakan salah satu modalitas untuk diagnosis kanker payudara
(Janita Limbong et al., 2021).
4. Bone Scanning
Bone scanning merupakan pemeriksaan yang menggunakan
bahan radioaktif. Pada kanker payudara pemeriksaan ini menentukan
ada atau tidaknya metastasis kanker, serta keparahannya. Namun
sudah tidak direkomendasikan karena sulit dan memiliki efektifitas
yang kurang (Cook et al., 2016).
5. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menciptakan gambar pada penampang yang berbeda dengan
menerapkan medan magnet yang kuat dengan sinyal RF, dan agen
kontras dapat diterapkan untuk meningkatkan resolusi gambar MRI.
MRI payudara telah direkomendasikan untuk subjek dengan risiko
kanker payudara tinggi, tetapi belum direkomendasikan untuk
populasi umum karena tingkat positif palsu yang tinggi, biaya tinggi,
konsumsi waktu, kurangnya jumlah unit yang memadai, kebutuhan
akan ahli radiologi yang berpengalaman serta kurangnya utilitas
klinis. Dibandingkan dengan mamografi dan ultrasound, MRI kurang
spesifik tetapi lebih sensitif untuk mendeteksi tumor kecil pada subjek
dengan risiko kanker payudara tinggi (Wang, 2017).
2.7 Stadium Kanker Payudara
Stadium kanker berfungsi untuk menggambarkan kondisi kanker, yaitu
letaknya, sampai di mana penyebarannya, dan sejauh mana pengaruhnya
terhadap organ tubuh yang lain. Kanker payudara mempunyai tahapan atau
stadium yang akan menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut.
Menurut (Krisdianto, 2018) stadium kanker payudara tersebut adalah:
1. Stadium 0
pada stadium ini, kanker tidak atau belum menyebar keluar dari
pembuluh atau saluran payudara dan kelenjar-kelenjar (lobula) susu
pada payudara. Stadium inilah yang disebut dengan karsinoma duktal
in situ atau kanker yang tidak invasif.
2. Stadium 1 (stadium dini)
pada stadium ini, tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta
tidak ada titik pada pembuluh getah bening. Besarnya tumor tidak
lebih dari 2- 2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada
kelenjar getah bening ketiak. Pada stadium I ini, kemungkinan
penyembuhan secara sempurna adalah 70%. Untuk memeriksa ada
atau tidak metastase ke bagian tubuh lain, harus diperiksa di
laboratorium.
3. Stadium II a
pada stadium ini, diameter Diameter tumor lebih kecil atau sama
dengan 2 cm dan telah ditemukan pada titik-titik pada saluran getah
bening di ketiak. Diameter tumor lebih lebar dari 2 cm, tapi tidak
lebih dari 5 cm dan belum menyebar ke titik-titik pembuluh getah
bening pada ketiak. tidak ada tanda-tanda tumor pada payudara, tapi
ditemukan pada titik- titik di pembuluh getah bening ketiak.
4. Stadium II b
pada stadium ini, diameter tumor lebih lebar dari 2 cm tapi tidak lebih
dari 5 cm, telah menyebar pada titik-titik di pembuluh getah bening
ketiak, dan Diameter tumor lebih lebar dari 5 cm, tapi belum
menyebar.
5. Stadium III a
Pada stadium ini penderita kanker payudara berada dalam kondisi
sebagai berikut:
1) Diameter tumor lebih kecil dari 5 cm dan telah menyebar ke
titiktitik pada pembuluh getah bening ketiak
2) Diameter tumor lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke
titiktitik pada pembuluh getah bening ketiak.
6. Stadium III b
Pada stadium ini, tumor telah menyebar ke dinding dada atau
menyebabkan dan bisa terdapat luka bernanah di payudara atau di
diagnosa sebagai inflammatory breast cancer. Bisa juga sudah
menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening di ketiak dan
lengan atas, tetapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh.
7. Stadium III c
Pada stadium ini, kondisinya hampir sama dengan stadium III b, tetapi
kanker telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening
dalam grup N3. Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik di saluran
getah bening di bawah tulang selangka.
8. Stadium IV
Pada tahap ini, kondisi pasien tentu sudah mencapai tahap parah yang
sangat kecil kemungkinannya bisa disembuhkan. Pada stadium ini,
ukuran tumor sudah tidak bisa ditentukan lagi dan telah menyebar
atau bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti pada tulang, paru-paru,
liver, tulang rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya.
2.8 Terapi Kanker Payudara
Untuk mengatasi penyakit kanker, terdapat beberapa terapi:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk
pengobatan kanker payudara. Pembedahan pada kanker payudara
bervariasi menurut luasnya jaringan yang diambil dengan tetapi
berpatokan pada kaidah onkologi. Terapi pembedahan yang umumnya
dikenal adalah terapi atas masalah lokal dan regional (mastektomi,
breast conserving surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi
lokal/regional). Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal
berefek sistemik (ovariektomi, adrenalektomi, dsb), terapi terhadap
tumor residif dan metastase, dan terapi rekonstruksi yaitu terapi
memperbaiki konsmetik atas terapi lokal/regional, dapat dilakukan pada
saat bersamaan (immediate) atau setelah beberapa waktu (delay).
Jenis pembedahan pada kanker payudara meliputi mastektomi,
mastektomi radikal modifikasi (MRM), mastektomi radikal klasik
(classic radical mastectomy), masktektomi dengan teknik onkoplasti,
mastektomi simple, mastektomi subkutan (Nipple-Skin-Sparing
Mastectomy), Breast Coserving Therapy (BCT), dan Salfingo
Ovariektomi Bilateral (SOB).
1) Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan kanker payudara,
yang dapat dilakukan pada stadium 2 dan 3. Mastektomi dapat
menghambat proses perkembangan sel kanker, umumnya
mempunyai taraf kesembuhan 85% sampai 87%, namun
penderita akan kehilangan sebagian atau seluruh payudara, mati
rasa pada kulit serta kelumpuhan apabila tidak mendapatkan
penanganan secara seksama (Gusti Agung Sri Guntari, 2016).
2) mastektomi radikal modifikasi (MRM)
saat ini MRM menjadi pilihan untuk tumor besar dengan ukuran
>5cm (Wirsma Arif Harahap, 2015).
3) mastektomi radikal klasik (classic radical mastectomy):
4) masktektomi dengan teknik onkoplasti
5) mastektomi subkutan (Nipple-Skin-Sparing Mastectomy)
6) Breast Coserving Therapy (BCT)
7) Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
2. Terapi radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi radiasi tinggi dari sinar x, foton,
proton, elektron dan sumber lain untuk membunuh sel kanker dan
mengecilkan tumor. Terapi radiasi diberikan dalam waktu tertentu dan
dengan terapi sistemik tertentu. Terapi radiasi digunakan sebagai
perawatan suportif untuk membantu meringankan rasa sakit atau
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh kanker. Akan tetapi, terapi
radiasi bukan pengobatan utama untuk penyakit metastasis (NCCN,
2022).
3. Imunoterapi
Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang digunakan untuk
mengidentifikasi tumor dan mendeteksi semua tempat metastasis yang
bersembunyi. Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan tubuh
agar berespon secara lebih agresif terhadap tumor yang dapat diserang
oleh antibodi (Krisdianto, 2018).
4. Kemoterapi
Kemoterapi adalah obat-obatan sitostatik yang bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan danpenyebaran sel kanker atau bahkan dapat
melenyapkan sel kanker (Nuraini et al., 2022).
2.9 Kemoterapi
1. Pengertian kemoterapi
Kemoterapi adalah obat-obatan sitostatik yang bekerja dengan cara
menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker atau bahkan dapat
melenyapkan sel kanker (Nuraini et al., 2022). Kemoterapi membunuh
sel-sel yang tumbuh cepat di seluruh tubuh, termasuk sel kanker dan
beberapa sel normal. Penggunaan obat kemoterapi dapat menggunakan
dosis tunggal ataupun dosis kombinasi yang terdiri dari dua atau lebih
obat kemoterapi yang digunakan. Obat kemoterapi dapat berupa cairan
yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah ataupun dapat diberikan
dalam bentuk pil (nccn, 2022).
2. Obat kemoterapi
1) Alkylating agents
Alkylating agents termasuk kedalam golongan siklofosfamid yang
bekerja dengan merusak DNA dengan menambahkan bahan kimia
kedalamnya. Alkylating agents mengandung logam berat yang
mencegah kanker membelah diri. Contoh obat yang termasuk
kedalam alkylating agents adalah carboplatin dan cisplatin (platinol).
2) Antimetabolit
Antimetabolit bekerja dengan mencegah atau menghambat enzim-
enzim yang digunakan sebagai bahan penyusun DNA. Contoh obat
yang termasuk kedaam golongan antimetabolit adalah capecitabine
(xeloda), fluorouracil, gemcitabine, (gemzar, infugem) dan
methotrexate.
3) Topoisemerase inhibitors
Topoisomerase adalah enzim yang meredakan ketegangan dan
supercoil DNA dengan mengikat DNA dan menciptakan pemutusan
untai tunggal. Topoisomerase inhibitors mengikat mencegah
replikasi DNA dan menghasilkan pemutusan untai DNA. Contoh
obat yang termasuk kedalam golongan topoisomerase inhibitor
adalah topotecan, irinotecan, doxorubicin, epirubicin, mitoxantrone,
idarubicin, daunorubicin.
4) Antimikrotubul
Antimikrotubul bekerja dengan menghentikan sel kanker dalam
membelah diri menjadi dua sel. Contoh obat yang termasuk kedalam
golongan antimikrotubul adalah docetaxel (Taxotere), eribulin
(halaven) ixavepilone (ixempra kit), paclitaxel (taxol), vinorelbine
(nevelbine)
5) Antracycline
Antracycline bekerja dengan merusak dan mengganggu pembuatan
DNA sehingga menyebabkan kematian sel, baik sel kanker maupun
non-kanker. Contoh obat yang termasuk kedalam golongan
antracyclines adalah doxorubicin (Adriamycin, rubex), doxorubicin
liposomal injection (doxil), dan epirubicin.
6) Antibiotik
7) Hormon
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan desain ….
Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu dengan cara
mengkaji informasi dan mengumpulkan data yang sudah ada.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUD Kota Bogor. Penelitian dilakukan pada
bulan Januari hingga Maret 2023.
3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah data rekam medik
pasien dengan kanker payudara di RSUD Kota Bogor pada periode
Januari – Desember 2022 yang berjumlah……..
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah data rekam medik
pasien dengan kanker payudara di RSUD Kota Bogor pada periode
Januari – Desember 2022. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode teknik purposive sampling
dimana pemilihan sampel dilakukan atas pertimbangan inklusi dan
eksklusi. Data yang diperoleh dari populasi pasien kanker payudara
yang menjalani kemoterapi di RSUD Kota Bogor pada Tahun 2022
sebanyak ….. pasien. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan
rumus slovin, yaitu:
N
n=
1+ N . ( e )2
Keterangan:
n: ukuran sampel atau jumlah sampel
N: Jumlah populasi
e: presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)
Sehingga data yang diperoleh sebanyak ……. Sampel data rekam
medik pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RSUD
Kota Bogor pada Tahun 2022.
3.4 Definisi Operasional
1. Rumah sakit adalah …
2. Pasien kanker payudara: pasien dengan diagnose kanker payudara
yang minimal telah melakukan kemoterapi setidaknya satu siklus
3. Evaluasi penggunaan obat: melihat kesesuaian obat yang diberikan
pada pasien kanker payudara di RSUD Kota Bogor
4. Stadium Kanker Payudara: tingkat stadium yang ditetapkan pada
pasien kanker payudara yang telah melakukan pengobatan di RSUD
Kota Bogor
5. Variasi Kemoterapi: variasi regimen obat yang diterima pasien
6. Tepat obat adalah…
7. Tepat dosis adalah
8. Tepat …
3.5 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ……..
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berkas rekam
medik pada pasien kanker payudara dengan pengobatan kemoterapi di
RSUD Kota Bogor pada tahun 2022. Data yang diambil adalah data pasien
(umur, tinggi badan, berat badan), diagnose, stadium, regimen obat
kemoterapi dan dosis obat.
3.6 Prosedur Penelitian
1. Perizinan penelitian dari pihak fakultas yang ditujukan kepada RSUD
Kota Bogor untuk mendapatkan persetujuan untuk melakukan
penelitian
2. Pengambilan data yang diambil dari data rekam medik di bagian rekam
medik RSUD Kota Bogor, dari data rekam medik yang diperoleh di
catat data-data pasien kanker payudara yang meliputi data pasien
(nomor rekam medik, umur, tinggi badan, berat badan), riwayat
penyakit (diagnose, stadium), penggunaan obat kemoterapi (nama
regimen obat, dosis).
3. Analisis data yang diperoleh dari data rekam medik pasien berdasarkan
identifikasi karakteristik pasien, karakteristik pengobatan dan evaluasi
ketepatan terapi pada pasien kanker payudara yang meliputi tepat
indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis.
3.7 Diagram Alur Penelitian

Menyusun Laporan Penelitian

Mengurus Surat Izin Penelitian di RSUD Kota Bogor

Mengumpulkan data dari Rekam


Medis RSUD Kota Bogor

Pengolahan Data

Penyajian Data

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Alteri, R., Kalidas, M., Gadd, L., & Stump-Sutliff, K. (2016). Breast Cancer.
American Cancer Society, 1–127.
Arisanti, J. P., Saptarina, N., & Andarini, Y. D. (2020). Evaluasi Penggunaan
Obat Kemoterapi Pada Penderita Kanker Payudara Di Rsup Dr. Seoradji
Tirtonegoro Periode 2018. Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy,
4(2), 1.
Cook, G. J. R., Azad, G. K., & Goh, V. (2016). Imaging bone metastases in breast
cancer: Staging and response assessment. Journal of Nuclear Medicine, 57,
27S-33S. https://doi.org/10.2967/jnumed.115.157867
Dasman, H. (2019). Kanker yang Membunuh: Faktor Risiko Lingkungan dan
Gaya Hidup Lebih Dominan Ketimbang Genetik. 2–5.
Efendi, J. A. J., & Anggun, N. (2019). STUDI EFEK SAMPING
PENGGUNAAN OBAT KEMOTERAPI PASIEN KANKER PAYUDARA
(Carcinoma Mammae) DI RSUD KRATON PEKALONGAN. Pena Medika,
9(2), 48–54.
Hasanah, K., Andrajati, R., & Supardi, S. (2020). Kontribusi Kelengkapan
Pengisian Formulir Rekonsiliasi Obat terhadap Penggunaan Obat Rasional
pada Pasien Rawat Inap di RSU X Bekasi. Jurnal Kefarmasian Indonesia,
10(1), 11–18. https://doi.org/10.22435/jki.v10i1.1839
Hasnita, Y., Harahap, W. A., & Defrin. (2019). Penelitian Pengaruh Faktor Risiko
Hormonal pada Pasien Kanker Payudara di RSUP. Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 522–528.
Hero, S. K. (2020). Faktor Resiko Kanker Payudara. Jurnal Medika Hutama,
02(01), 402–406.
Iqmy, L. O., Setiawati, & Yanti, D. E. (2021). FAKTOR RISIKO YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA. Jurnal Kebidanan,
7(1), 32–36.
Janita Limbong, R., Masrochah, S., & Sulaksono, N. (2021). Procedure of Multi
Slice Computed Tomography (Msct) Thorax Examination Using Positive
Contrast Media With Breast Cancer Case. JRI (Jurnal Radiografer
Indonesia), 4(1), 1–9. https://doi.org/10.55451/jri.v4i1.78
Jayanti, E. (2013). EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN
KANKER PARU DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI
TAHUN 2010-2011. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Panduan Nasional Penanganan Kanker
Payudara.
Ketut, S. (2022). Kanker payudara: Diagnostik, Faktor Risiko dan Stadium.
Ganesha Medicine Journal, 2(1), 2–7.
Krisdianto, B. F. (2018). Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI). In Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952.
Maharani, S. (2012). Mengenal 13 Jenis Kanker Pengobatannya. Kata Hati.
Marfianti, E. (2021). Peningkatan Pengetahuan Kanker Payudara dan Ketrampilan
Periksa Payudara Sendiri (SADARI) untuk Deteksi Dini Kanker Payudara di
Semutan Jatimulyo Dlingo. Jurnal Abdimas Madani Dan Lestari (JAMALI),
3(1), 25–31. https://doi.org/10.20885/jamali.vol3.iss1.art4
Nansi, E. M., Durry, M. F., & Kairupan, C. (2015). GAMBARAN
HISTOPATOLOGIK PAYUDARA MENCIT (Mus musculus) YANG
DIINDUKSI BENZO(α)PYRENE DAN DIBERIKAN EKSTRAK KUNYIT
(Curcuma longa L.). Jurnal E-Biomedik, 3(1).
https://doi.org/10.35790/ebm.3.1.2015.7504
Nur, I. M. (2014). Mammography Screening pada Kanker Payudara dengan
Generalized Structured Component Analysis. Statistika, 2(1), 26–33.
Nuraini, N., Megawati, S., & Wahyuningtyas, D. (2022). EVALUASI
PENGGUNAAN OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER
PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGERANG.
Jurnal Farmagazine, IX(2), 34–39.
Permenkes. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34
Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim. Ekp, 13(3), 1576–1580.
Permenkes. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 152(3), 28.
Prawira, E. P. (2018). EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA
PASIEN KEMOTERAPI KANKER PAYUDARA USIA 45-75 TAHUN DI
RSUP Dr. KARIADI SEMARANG. Universitas Sanata Dharma.
Saleh, E. (2016). Neoplasma Suplemen. Bedah Mulut PSPDG FKIK UMY.
Sari, D. P., & Gumayesty, Y. (2016). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Kanker Payudara di Polikinik Onkologi RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 05(2), 84–92.
The Global Cancer Observatory. (2020). Cancer Incident in Indonesia.
International Agency for Research on Cancer, 858, 1–2.
Triara Dewi, G. A., & Hendrati, L. Y. (2015). Analisis risiko kanker payudara
berdasar riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dan usia. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Vol. 3, No. 1 Januari 2015: 12–23, 3, 12–23.
Wang, L. (2017). Early diagnosis of breast cancer. Sensors (Switzerland), 17(7).
https://doi.org/10.3390/s17071572

Anda mungkin juga menyukai