Anda di halaman 1dari 3

Pertimbangan perawatan tambahan

1. Konturing gingiva sebagai prosedur perawatan lanjutan


Pada kasus-kasus penyakit gingiva yang parah, penyembuhan gingiva dapat
terjadi meskipun dalam rentang waktu yang lama. Namun pada keadaan bila telah
terjadi kehilangan tulang alveolar, bila susunan gigi menjadi tidak teratur, atau bila
seluruh interdental papilla menghilang, penyembuhan dapat terjadi namun struktur
gingiva tidak dapat kembali dengan normal. Keadaan tersebut memicu adanya
retensi dari plak dan kekambuhan dari penyakit gingiva, serta dapat menimbulkan
masalah estetik. Pada kasus seperti di atas, terapi lanjutan dapat dilakukan dengan
mencoba untuk mengembalikan jaringan yang hilang melalui prosedur operasi
plastic dengan cara membentuk ulang gingiva. Kontrol plak yang efektif oleh pasien
sangat diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan kontur gingiva normal.
2. Pemberian obat secara topical
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan topical dari NUG,
dimana terapi ini hanya digunakan untuk terapi lanjutan. Tidak ada suatu jenis obat,
yang dimana obat tersebut digunakan untuk terapi tunggal, dapat dinyatakan
sebagai terapi yang memenuhi persyaratan.
Obat-obatan Escharotic, misalnya fenol, perak nitrat, asam kromat, atau
kalium bikromat, adalah jenis obat-obatan yang tidak diperkenankan untuk
dikonsumsi selama periode perawatan berlangsung. Hal ini dikarenakan obatobatan jenis tersebut dapat menyebabkan nekrosis jaringan, walaupun indikasinya
digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Mekanisme kerja dari obat-obat ini juga
sangat agresif, yaitu dengan menghancurkan ujung-ujung saraf gingiva yang
mengalami ulserasi. Obat-obat Escharotic juga dapat merusak sel-sel muda yang
dapat mempercepat penyembuhan. Penggunaan berulang dari obat-obatan ini
mengakibatka hilangnya gingiva yang tidak dapat kembali walaupun gejala klinis
penyakit gingiva telah mereda.
Pemberian obat tambahan yaitu secara topical salah satunya adalah yang
bersifat antibakterial. Menurut Brecx et al., pemberian antibacterial topical dapat
membantu untuk mengurangi penumpukan plak dimana hal ini sangat bermanfaat
untuk menunjang prosedur perawatan gingivitis pada beberapa pasien. Asosiasi
dokter gigi amerika (ADA) telah menetapkan macam-macam obat yang bekerja
efektif dalam prosedur perawatan gingivitis, dimana obat tersebut harus dapat
mengurangi plak dan inflamasi gingiva. Obat tersebut juga harus aman untuk
dikonsumsi dan tidak menimbulkan efek samping.
Dalam ketetapan ADA, ada 3 macam obat yang sesuai dengan kriteria di
atas. Obat yang pertama, mengandung bahan aktif thymol, menthol, eucalyptol,
dan methyl salisilat. Sedangkan dua obat lainnya mengandung bahan aktif
chlorhexidine digluconate dan triclosan. Bila digunakan dengan tepat, pemberian
obat tambahan secara topical untuk mengobati gingivitis dapat mengurangi
akumulasi jumlah plak dimana hal tersebut secara sinergis juga akan mengurangi
inflamasi gingiva. Namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemberian

obat secara topical hanya dapat digunakan untuk kontrol plak supragingiva, karena
penetrasi yang minimal dari obat ke celah gingiva.

(anon. 'Treatment Of Plaque-Induced Gingivitis, Chronic


Periodontitis, And Other Clinical Conditions'.Journal of
Periodontology 72.12 (2001): 1790-1800. Web.
Brecx M, Brownstone E, MacDonald L, Gelskey S, Cheang M. Efficacy of Listerine, Meridol,
and chlorhexidine as supplements to regular tooth-cleaning measures. J Clin Periodontol
1992;19:202-7.)

Kasus-kasus menetap atau rekuren


Terapi lokal yang adekuat serta perawatan mandiri dari pasien yang optimal
akan memberikan angka kesembuhan yang baik bagi pasien NUG. Namun bila NUG
susah disembuhkan atau timbul rekurensi, dokter gigi harus melakukan evaluasi
ulang dari pasien dengan berfokus pada:
1. Memperkirakan penyakit oral lain yang mempunyai DD dengan NUG
Beberapa penyakit oral dapat menimbulkan gejala klinis awal yang serupa dengan
NUG, misalnya desquamative gingivitis. Pemeriksaan lebih lanjut dapat dilakukan
dengan mengklasifikasikan lesi yang ada, serta dapat melakukan biopsi bila
diperlukan.
2. Penyakit sistemik yang dapat menyebabkan imunosupresi
Dalam beberapa kasus tertentu, gejala klinis lesi oral pada pasien dengan HIV
mempunyai kesamaan dengan NUG atau NUP. Bila dicurigai demikian, pasien dapat
dirujuk untuk melakukan konseling HIV atau perkiraan penyakit sistemik lainnya,
misalnya penyakit-penyakit limfoproliferatif.
3. Terapi lokal yang kurang adekuat
Dalam banyak kasus yang terjadi, pasien maupun dokter gigi memberhentikan
perawatan setelah gejala-gejala klinis tidak tampak lagi. Kesalahan ini sering terjadi
karena setelah perawatan awal dapat menghilangkan gejala penyakit yang akut,
terkadang poket periodontal masih belum sembuh. Kalkulus dan faktor lokal lainnya
yang dapat menjadi predisposisi penyakit periodontal bisa saja masih berada dalam
rongga mulut dan menyebabkan kekambuhan.
4. Prasyarat terapi yang tidak dipenuhi
Prasyarat untuk mempertahankan dan menjaga hasil terapi seperti kontrol plak,
pengurangan konsumsi tembakau, manajemen stress, dan nutrisi yang cukup tidak
dapat dipenuhi oleh pasien, sehingga dapat menimbulkan rekurensi maupun
penyakit yang menetap.

Untuk mendukung hasil terapi yang sempurna, dokter gigi harus melakukan
evaluasi pada pasien. Berikut poin-poin yang harus dievaluasi:
1. Dokter gigi yang merawat harus mengevaluasi kualitas dan konsistensi dari
pasien dalam melakukan kontrol plak.
2. Pemantauan
dan
konseling
lebih
lanjut
tentang
penggunaan
tembakau/merokok.
3. Kontrol psikososial pasien; bila dokter gigi merasa pasien timbul gejala
psikososial dimana perilakunya dapat mempengaruhi kesehatan serta
menyebabkan imunosupresi, maka dokter gigi dapat merujuk ke ahli psikiatri.
4. Penilaian ulang status gizi pasien, dengan menganalisa potensial diet atau
pengujian gizi.

Anda mungkin juga menyukai