Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang kedokteran gigi khusunya pada

bagian periodonsia, dikenal perawatan non bedah dan

perawatan bedah periodontal. Perawatan non bedah

periodontal yang disebut juga perawatan terapi fase I

atau terapi inisial adalah merupakan tahap pertama

dari serangkaian perawatan periodontal yang

diarahkan pada penyingkiran semua iritan lokal yang

dapat menyebabkan inflamasi gingival serta

pemberian instruksi dan memotivasi pasien untuk

melaksanakan kontrol plak. Perawatan ini merupakan

fase perawatan etiotropik (etiotropic treatment

phase), karena sasarannya adalah penyingkiran

factor etiologi penyakit periodontal (Carranza:1996).


Bedah periodontal merupakan bagian dari terapi

periodontal dengan maksud untuk meningkatkan

akses dan pandangan (visibility) untuk scalling dan

rootplanning, membuang jaringan granulasi, dan

memperbaiki jaringan periodontal yang rusak sebagai

faktor predisposisi bagi penyakit periodontal

selanjutnya. Sebelum melakukan tindakan bedah,

1
pasien harus menjalani perawatan dasar yang

menyeluruh dan kondisinya sudah diperiksa ulang

serta mempunyai standar kebersihan mulut yang baik

sebelum dilakukan operasi. Pasien juga harus diberi

informasi tentang apa yang dapat diperoleh dari

operasi pada kasus tersebut, prognosa, keterbatasan

atau komplikasi operasi dan kendala pasca operasi.


Tipe perawatan bedah tergantung pada bentuk lesi

sebagai berikut :
1. Lesi sederhana atau supraboni, dimana semua

dinding lesi terletak pada jaringan lunak dan tidak

diperumit dengan adanya masalah mukogingiva.


2. Lesi infraboni dimana dasar poket terletak di apikal

dari tepi tulang oleh sebab itu, satu atau beberapa

dinding poket dibatasi oleh tulang.


3. Poket yang disertai dengan kerusakan mukogingiva

seperti misalnya perlekatan otot yang tinggi atau

absennya perlekatan gingiva.

Kontraindikasi operasi dapat karena faktor oral

atau sistemik seperti adanya penyakit sistemik

misalnya penyakit kardiovaskuler yang parah,

keganasan, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit

darah dan gangguan pembekuan darah serta diabetes

yang tidak terkontrol. Disini perlu dilakukan rujukan

ke dokter yang merawat pasien. Kontraindikasi

2
lainnya yaitu bila motivasi pasien kurang adekuat,

bila ada infeksi akut dan bila prognosa sangat buruk

sehingga tanggalnya gigi tidak mungkin dicegah

(Buku Ajar Periodonti, J D Manson ).

Tujuan utama perawatan periodontal tidak

hanya menghentikan penyakitnya, tetapi juga

menggantikan bagian jaringan penyangga yang

mengalami kerusakan. Keberhasilan perawatan

periodontal bergatung kepada kesempurnaan

menghilangkan keradangan gingiva, perdarahan,

mengurangi kedalaman pocket, menghentikan proses

infeksi, menghentikan pembentukan pus,

menghentikan kerusakan jaringan lunak dan tulang,

mengurangi kegoyangan gigi, mencegah rekurensi

penyakit, serta mengurangi hilangnya gigi-geligi

(Manson, 1993).

Dari pemaparan diatas, kita diharapkan bisa

mengetahui fase-fase dalam terapi periodontal,

perawatan yang dilakukan pada terapi periodontal

fase I, pengertian dan dasar pemikiran

(indikasi/kontraindikasi) scaling dan rootplanning,

evaluasi (respon jaringan) setelah dilakukan

perawatan non bedah periodontal, serta

3
pengendalian faktor etiologi sekunder (Manson,

1993).

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan utama perawatan periodontal tidak hanya

menghentikan penyakit periodontal, tetapi juga

menggantikan bagian jaringan penyangga yang

mengalami kerusakan. Keberhasilan perawatan

periodontal sangat bergantung pada kesempurnaan dalam

menghilangkan keradangan gingiva, perdarahan gingiva,

mengurangi kedalaman poket, menghentikan proses

infeksi, menghentikan pembentukan pus, menghentikan

kerusakan jaringan lunak dan tulang, mengurangi

kegoyangan gigi, memperbaiki fungsi oklusi,

memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan,

mencegah rekurensi penyakit, serta mengurangi hilangnya

gigi-geligi. (J.D.Manson, 1993).

Perawatan periodontal meliputi beberapa fase yang

saling berhubungan yaitu fase preliminary, fase 1, evaluasi

respon fase 1, fase 2, fase 3, evaluasi respon fase 3, dan

fase 4. Fase preliminary terdiri dari perawatan kasus

darurat periodontal dan pencabutan gigi dengan progonis

tidak ada harapan untuk dipertahankan. Terapi fase I

(fase etiotropik) merupakan perawatan periodontal yang

5
tidak melibatkan bedah, terdiri dari DHE, scaling, root

planing, koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi,

terapi antimikrobial (lokal atau sistemik), dan terapi

oklusal (penyelarasan oklusi). Evaluasi respon fase I

terdiri dari pengecekan kembali kedalaman saku dan

inflamasi gingiva, plak, kalkulus dan karies. Terapi fase II

(fase bedah) terdiri dari bedah periodontal dan

perawatan saluran akar. Terapi fase III (fase restoratif)

terdiri dari restorasi final, gigi tiruan cekat dan lepasan.

Evalusi respon terhadap fase 3 terdiri dari

pemeriksaan periodontal. Terapi fase IV (fase

pemeliharaan / terapi periodontal suportif) terdiri dari

kunjungan berkala, pengontrolan plak dan kalkulus.

(J.D.Manson, 1993).

Fase preliminari atau pendahuluan meliputi:

Perawatan kasus darurat (emergensi)


Dental atau periapikal
Periodontal
Lain-lain
Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada

harapan, dan pemasangan gigi tiruan sementara (bila

diperlukan karena alasan tertentu).


(Newman, 2006)

BAB III

6
PEMBAHASAN

2.1 TUTORIAL PERTAMA

STEP 1 (Identifikasi kata-kata sulit)

1. Gingivitis kronis
Suatu inflamasi gingiva yang menetap dan

berkepanjangan atau bertahan lama karena

akumulasi plak yang bertahan lama sehingga pasien

tidak merasakan sakit yang sangat. Faktor utama dari

gingivitis kronis adalah bakteri plak tetapi kelainan

ini mempunyai faktor predisposisi berupa kebiasaan

bernafas melalui mulut, gigi berlubang dan konsumsi

obat-obatan (faktor sistemik).


2. Perawatan periodontal fase I
Disebut juga perawatan inisial atau prelimenary

yang merupakan perawatan non bedah dengan

menghilangkan faktor penyebab atau etiologi seperti

menghilangkan iritasi lokal gingiva dan menghambat

transisi kelainan gingiva agar tidak berkelanjutan ke

kelainan periodontal lainnya. Perawatan fase I

meliputi scaling, rootplaning, DHE (Dental Health

Education), terapi oklusal, memotivasi pasien, kontrol

plak, dan juga terapi mikrobial.


3. Root planing

7
Merupakan suatu perawatan periodontal untuk

menghilangkan kalkulus di sementum yang bertujuan

untuk mendapatkan permukaan akar yang halus,licin

dan bersih. Perawatan ini di indikasikan untuk pasien

yang mengalami nekrosis pada sementum dan juga

pada pasien yang mempunyai kedalaman poket lebih

dari 4mm pada pemeriksaan klinis.


4. Dental Health Education (DHE)
Merupakan usaha atau program yang terarah

yang dilakukan untuk mendapatkan keadaan rongga

mulut yang sehat juga merupakan program belajar

mengajar yang bersifat persuasif dan sugestif. Dalam

program in meliputi kegiatan motivasi, instruksi,

penyuluhan, kontrol plak, penggunaan obat kumur,

dan dental flossing pada daerah interdental.


5. Scaling
Merupakan perawatan periodontal berupa

pembuangan plak dan kalkulus dari permukaan gigi

baik pada bagian supragingiva dan subgingiva.

Perawatan ini dilakukan menggunakan Hand

instrumen maupun ultrasonic scaler.


STEP 2 (Identifikasi permasalahan dalam skenario)
1. Apakah ada pengaruh antara penyakit hipertensi

terkontrol pada pasien di skenario dengan timbulnya

gingivitis kronis?

8
2. Apakah indikasi dan kontraindikasi dari perawatan

scaling dan root planing?


3. Apakah ada pengaruh antara penyakit hipertensi

terkontrol pada pasien di skenario dengan perawatan

periodontal?
4. Apa sajakah tahap-tahap dari perawatan periodontal

fase I?
5. Apakah fungsi dari kontrol periodik dan hal apa saja

yang dilakukan pada kontrol periodik?

STEP 3(Brainstorming)
1. Gingivitis
Gingivitis merupakan manifestasi dari penyakit

hipertensi yang berasal dari pengonsumsian obat

hipertensi golongan Meta-bloker. Efeksamping dari

obat ini juga berupa Xerostomia sehingga

menyebabkan bau mulut dan meningkatnya akumulasi

plak.

9
LVH (Left Venricle Hipertrophy)

Disfungsi Mikrosirkular dan


penyempitan pembuluh darah

Diikuti penyempitan pembuluh


darah diseluruh tubuh salah
satunya pembuluh darah di
jaringan periodontal

Ishkemi pada jaringan


periodontal

2. Indikasi dan kontraindikasi Scaling dan Root planing


2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Scaling
Indikasi
Menghilangkan penyakit periodontal
Menghlangkan kalkulus dan plak supragingiva

dan subgingiva

Kontraindikasi

Pasien dengan dentin terbuka

10
Kontraindikasi pada anak-anak dengan

menggunakan ultrasonik scaler


Kontraindikasi pada pasien yang memiliki

penyakit menular melalui udara seperti

Tuberculosis

2.2 Indikasi dan kontraindikasi Rootplaning

Indikasi

Pocket leih dari 4mm


Pasien yang mengalami nekrosis pada jaringan

sementum

Kontraindikasi

Pasien yang sedang mengalami abses


Kalkulus yang meluas kedaerah apikal

2.3 Indikasi dan kontraindikasi perawatan periodontal

fase I

Indikasi

Pasien yang mengalami gingivitis kronis dan

periodontitis
Pasien yang memiliki skor CPITN 2 dan 3

Kontraindikasi

Pasien yang mengidap Hipertensi yang tidak

terkontrol
3. Terdapat pengaruh antara hipertensi dengan

perawatan periodontal berupa lamanya prosedur

perawatan yang mengakibatkan stres pada pasien

11
dengan tanda-tanda lemas, sakit kepala, muka terlihat

pucat, dan tekanan darah tinggi yang mengakibatkan

peningkatan vasokonstriksi sehingga tekanan darah

sistol dan diastol perlahan meningkat. Untuk pasien

yang terpaksa menggunakan anastesi lokal pada

perawatan periodontal pada pasien dengan Hipertensi

tidak terkontrol, tidak diperkenankan menggunakan

bahan anestesi yang mengandung vasokonstriktor.

Pada pasien dengan hipertensi terkontrol dianjurkan

menggunakan Epinefrin sebanyak 0.04mg.


4. Tahapan dari perawatan fase I
DHE (Dental Health Education)
Penyingkiran kalkulus supragingiva dan subgingiva

dengan dua metode yaitu pull motion dan push

motion. Pada gerak menarik mata pisau alat

ditempatkan menyentuh apikal atau lateral dari

kalkulus dan dengan sapuan kuat kearah koronal

sebagian atau keseluruhan kalkulus di lepaskan dari

perlekatannya. Push motion jari tangan mengaktifkan

alat, mata pisau alat meyentuh tepi lateral kalkulus

dan dengan gerak mendorong dari jari tangan

kalkulus di lepaskan dari perlekatannya.


Koreksi restorasi
Penumpatan lesi karies

12
Instruksi kontrol plak dan kontrol diet yang dilakukan

saat dirumah.
Perawatan akar subgingiva (kuretase)
Reevaluasi jaringan
Terapi anti mikroba baik lokal maupun sistemik
Perawatan scaling supragingiva terlebih dahulu

kemudian dievaluasi, jika belum sempurna tidak di

perkenankan untuk melakukan scaling subgingiva.

Kemudian setelah proses scaling selesai dilakukan

pemolesan yang bertujuan untuk menghaluskan

permukaan gigi.
5. Pada evaluasi DHE dilakukan kurang lebih 6 bulan

sekali dan untuk pasien yang pernah pengalami

penyakit periodontal dianjurkan kontrol kembali 3 bulan

sekali. Kontrol periodik bisa dilakukan 3 bulan,6 bulan

atau 9 bulan sekali tergantung kebutuhan untuk

mengevaluasi kedalaman poket dan ada atau tidaknya

kalkulus dan plak yang menimbun. Fungsi dari kontrol

periodik yaitu untuk mengetahui keberhasilan

perawatan dan juga untuk mendeteksi kelainan baru

yang mungkin timbul.

STEP 4 (Mapping)

Rencana perawatan

13
Perawatan periodontal
fase I

DHE Scaling Rootplanin Koreksi Kontrol


g tumpatan periodik

Definisi Indikasi Kontra Teknik Respon


indikasi jaringan

STEP 5 (Learning Objective)


1. Mampu Mengetahui dan Memahami Macam-Macam

Fase Perawatan Periodontal


2. Mampu Mengetahui dan Memahami Pengertian dan

Macam-Macam Perawatan Periodontal Fase I


3. Mampu Mengetahui dan Memahami Definisi, Dasar

Pemikiran, dan Tahapan DHE


4. Mampu Mengetahui dan Memahami Definisi, Dasar

Pemikiran, indikasi dan kontraindikasi dan Tahapan

Scaling dan Rootplaning


5. Mampu Mengetahui dan Memahami Definisi, Dasar

Pemikiran, dan Tahapan Kontrol Periodik

STEP 6 (Mandiri)

2.2 TUTORIAL KEDUA


STEP 7
1. Macam macam fase perawatan periodontal
Perawatan periodontal bukanlah suatu

perawatan dental yang berdiri sendiri. Agar

14
perawatan periodontal berhasil baik, terapi

periodontal haruslah mencakup prosedur-prosedur

kedokteran gigi lainnya sesiuai dengan kebutuhan

pasien. (Newman, 2006)


Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara

lain:
1. Fase preliminari/pendahuluan meliputi:
Perawatan kasus darurat (emerjensi)
a. Dental atau periapikal
b. Periodontal
c. Lain-lain
Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada

harapan, dan pemasangan gigi tiruan sementara

(bila diperlukan karena alasan tertentu).

(Newman, 2006)
2. Fase I
Adalah fase terapi inisial, merupakan fase

dengan cara menghilangkan beberapa faktor

etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan

tindakan bedah periodontal atau melakukan

perawatan restoratif dan prostetik.


2. Fase II
Merupakan kelanjutan dari evaluasi respon

terapi fase I yang berkembang sebagai suatu

hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi

factor predisposisi atau rekurensi dari penyakit

periodontal.

15
Beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini

antara lain :
Bedah periodontal untuk mengeliminasi

poket dengan cara kuretase gingiva dan

gingivektomi.
Prosedur bedah flap periodontal.
Rekonturing tulang (bedah tulang).
Prosedur regenerasi periodontal (bone and

tissue graft).
Penempatan implant serta perawatan

endodontik.
3. Fase III (fase restoratif)
Pada fase ini tindakan yang dilakukan

antara lain :
Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik

yang ideal untuk gigi yang hilang.


Evaluasi respon terhadap terapi fase III

dengan pemeriksaan periodontal.


4. Fase IV (fase pemeliharaan)
Fase ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

kekambuhan pada penyakit periodontal sehingga

perlu dilakukan kontrol periodik (J.D.Mansen,1993).

Fase emergensi

Perawatan periodontal fase I Contemporer


Periodontic

16
Fase pemeliharaan

Perawataan
Perawatan periodontal fase
periodontal fase II III (Restoratif)
(Bedah)

2. Definisi dan Macam-Macam Perawatan Periodontal

Fase 1
2.1. Definisi Perawatan Periodontal

Perawatan inisial (initial treatment) atau yang

dinamakan juga sebagai perawatan fase I ( phase I

therapy) atau fase higienik (hygienic phase) adalah

merupakan tahap pertama dari serangkaian

perawatan periodontal, yang diarahkan pada

penyingkiran semua iritan lokal yang dapat

menyebabkan inflamasi gingival serta pemberian

instruksi dan memotivasi pasien untuk melaksanakan

kontrol plak. Perawatan ini merupakan fase

perawatan etiotropik (etiotropic treatment phase),

17
karena sasarannya adalah penyingkiran factor

etiologi penyakit periodontal (Carranza:1996).

Tujuan dari perawatan inisial ini adalah untuk

menyingkirkan inflamasi/keradangan gingiva. Tujuan

ini dapat dicapai dengan jalan penyingkiran kalkulus

dan plak secara tuntas, koreksi restorasi yang cacat,

penutupan lesi karies, dan pelaksanaan kontrol plak

yang adekuat (Carranza,1996). Tujuan spesifik

perawatan periodontal fase 1 juga menghilangkan

kekasaran dan ketidakteraturan kontur permukaan

gigi sehingga membantu dalam kontrol plak yang

efektif. Kontrol plak yang efektif merupakan hal

pokok dalam setiap prosedur perawatan periodontal.

Perawatan inisial diindikasikan untuk

perawatan pendahuluan bagi pasien dengan poket

periodontal. Kemudian setelah perawatan ini baru

dievaluasi untuk menentukan apakah masih perlu

dilakukan bedah periodontal atau tidak serta sebagai

satu-satunya perawatan bagi pasien dengan gingivitis

kronis atau periodontitis ringan yang tidak

memerlukan bedah periodontal (Carranza,1996)

2.2. Macam-Macam Perawatan Periodontal Fase I.

2.2.1. Instruksi Kontrol Plak Terbatas.

18
Pada tahap ini pasien diajarkan mengenai

cara pembersihan permukaan gigi yang licin

dan rata. Pada sesi pertama kepada pasien

baru dapat diajarkan cara pembersihan

dengan sikat gigi saja. Benang gigi ( dental

floss) hanya dapat digunakan pada

permukaan proksimal gigi yang licin dan rata

saja, karena tepi yang tajam dan permukaan

yang kasar dari kalkulus akan menyebabkan

rusaknya benang gigi (Carranza,1996).

2.2.2 Penyingkiran Kalkulus Supragingival.

Pembersihan kalkulus supragingival bisa

dengan cara scalling. Penskeleran

supragingival dapat dilakukan dengan skeler

ultrasonik, skeler manual, atau kuret.

Penskeleran dilakukan dengan gerakan

menarik (pull motion), kecuali pada daerah

interproksimal gigi anterior yang rapat

dimana dapat digunakan skeler pahat yang

tipis dengan gerak mendorong (push motion).

Pada gerakan menarik, mata pisau alat

ditempatkan menyentuh tepi apikal atau

lateral dari kalkulus dan dengan sapuan yang

19
kuat ke arah koronal sebagian atau

keseluruhan kalkulus dilepaskan dari

perlekatannya. Setelah selesainya

penskeleran supra-gingival, segera dilakukan

pemolesan permukaan mahkota gigi.

Pemolesan dilakukan dengan pasta abrasif

yang dioleskan pada brus atau rubber cup

yang diputar dengan mesin bur

(Pattinson,dkk,1992).

2.2.3. Perbaikan Restorasi yang Cacat.

Keberadaan restorasi yang

berlebihan/overhanging, kasar,

overcontoured, lokasinya subgingival

meskipun halus akan diikuti oleh

penumpukan plak yang banyak, inflamasi

gingiva, kehilangan tulang dan kehilangan

perlekatan. Seperti halnya kalkulus, restorasi

yang demikian menghalangi prosedur kontrol

plak, sehingga harus dikoreksi atau diganti

dengan yang baru. Koreksi restorasi yang

cacat adalah sama pentingnya dengan

penyingkiran kalkukus, dan oleh karena itu

penyingkirannya harus dilakukan pada waktu

20
yang bersamaan dengan penyingkiran

kalkulus (Carranza,1996).

Cara mendeteksi tepi restorasi yang cacat

adalah dengan mengeser-geserkan ujung

eksplorer yang halus naik-turun sepanjang

tepi restorasi. Penyingkiran restorasi yang

berlebihan sedapat mungkin dilakukan

dengan menggantinya dengan restorasi yang

baru. Apabila restorasinya ingin tetap

dipertahankan agar perawatan inisial bisa

cepat diselesaikan, bagian yang berlebihan

harus disingkirkan. Bagian restorasi alloy

dan resin yang berlebihan dapat disingkirkan

dengan skeler, kikir periodontal atau

finishing bur. Bila menggunakan bur, arah

penggerindingan adalah dari bagian restorasi

yang mengemper ke arah gigi.

(Carranza,1996).

2.2.4 Penumpatan Lesi Karies.

Karies yang lokasinya dekat ke gingiva

dapat mengganggu kesehatan periodonsium

meskipun tanpa ada kalkulus atau restorasi

yang cacat di sekitarnya. Hal ini disebabkan

21
karies yang letaknya demikian merupakan

wadah yang luas dan tersembunyi bagi

bakteri plak. Oleh sebab itu penumpatan

karies yang berada dekat ke gingiva

merupakan bagian integral dari perawatan

inisial. Penumpatan sebaiknya berupa

penumpatan tetap (permanen). Namun pada

keadaan tertentu penumpatan sementara pun

sudah memadai. Bila tumpatan yang dibuat

berupa tumpatan sementara, harus diingat

bahwa fungsi tumpatan sementara tersebut

hanyalah untuk menyingkirkan daerah

penumpukan bakteri plak yang mengancam

kesehatan gingiva dan bukan untuk

memperbaiki kontur dan fungsi gigi tersebut.

Jadi apabila dilakukan penumpatan

sementara, harus tetap dilakukan preparasi

kavitas dan penumpatan tetap sesegera

mungkin setelah selesainya perawatan inisial

(Carranza,1996).

2.2.5 Instruksi Kontrol Plak Komprehensif.

Dengan telah disingkirkannya kalkulus

supragingival, diperbaikinya restorasi yang

22
cacat dan ditumpatnya lesi karies, maka

permukaan gigi telah dipersiapkan

sedemikian rupa sehingga memungkinkan

pasien melakukan kontrol plak secara tuntas.

Pada tahap ini, pasien dapat diberikan

instruksi kontrol plak secara komprehensif

dengan mengajarkan cara-cara pembersihan

gigi selain penyikatan gigi. Pasien sudah

harus mampu menyingkirkan plak dari

seluruh permukaan mahkota klinis gigi geligi

yang ada, kecuali dari permukaan akar gigi

dengan poket yang dalam. Permukaan akar

gigi baru dapat diharapkan terbersihkan oleh

pasien secara tuntas apabila telah terjadi

pengurangan kedalaman saku menjadi sulkus

normal sejalan dengan penyembuhan yang

terjadi (Carranza,1996).

2.2.6 Perawatan Terhadap Akar Gigi Subgingival.

Setelah pasien dapat melakukan kontrol

plak supragingival, mulailah dilakukan

perawatan terhadap akar gigi subgingival

berupa penyingkiran kalkulus subgingival,

penyingkiran sementum yang nekrosis, dan

23
penyerutan akar, yang merupakan tahap

akhir dalam mencapai permukaan gigi yang

rata dan licin. Kalkulus subgingival lebih

keras dan lebih melekat dibandingkan dengan

kalkulus supragingival. Membersihkan

kakulus subgingival biasanya menggunakan

kuret. Membersihaknnya membutuhkan

kekuatan yang lebih besar dan kontrol alat

yang lebih baik (Carranza,1996).

Perluasan kalkulus subgingival harus

diperkirakan sebelum melakukan

penskeleran. Ini dilakukan dengan eksplorer

atau kuret yang halus yang diselipkan

melintasi permukaan kalkulus ke arah apikal

sampai dicapai tepi apikal kalkulus. Jarak

antara tepi apikal kalkulus dengan dasar

saku biasanya berkisar 0,2 - 1,0 mm

(Carranza,1996).

Setelah penskeleran subgingival

dilakukan, kehalusan permukaan akar harus

diperiksa berulang-ulang dengan eksplorer

atau kuret halus. Ada daerah tertentu pada

permukaan akar yang perlu diperhatikan

24
seperti alur vertikal yang dangkal pada sisi

proksimal gigi posterior atau batas

sementum enamel. Adanya penumpukan

kalkulus pada daerah tersebut sering tidak

terdeteksi (Carranza,1996).

2.2.7 Reevaluasi Jaringan.

Jaringan periodonsium diperiksa kembali

untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan

perawatan lanjutan. Poket diprobing kembali

untuk menentukan apakah bedah periodontal

masih diindikasikan. Evaluasi hasil

perawatan inisial dilakukan antara 1 - 3 bulan

setelah diselesaikannya perawatan inisial,

tergantung keparahan lesinya. Pakar yang

lebih ahli menganjurkan evaluasi dilakukan

setelah 9 bulan selesainya perawatan inisial

(Carranza,1996).

2.2.8 Occlusal adjustment


Mengembalikan gigitan antara Rahang

Atas dan Rahang Bawah kedalam keadaan

yang normal sehingga tidak terjadi trauma

yang berlebihan pada jaringan periodontal

dan rasa nyeri yang ditimbulkan. Adanya

gigitan yang tidak seimbang antara Rahang

25
Atas dan Rahang Bawah kemungkinan dapat

menyebabkan Trauma From Occlusion dan

jika keadaan tidak segera diperbaiki dapat

menyebabkan terjadinya temporo mandibular

joint disorder (H. Koh & P.G Robinson,2004).


3. Definisi, Dasar Pemikiran dan Tahapan DHE (Dental

Health Education)
3.1 Definisi
Pendidikan kesehatan adalah suatu

penerapan atau aplikasi konsep pendidikan dan

konsep sehat. Konsep sehat adalah konsep

seseorang dalam keadaan semputrna baik fisik,

mental dan sosialnya serta bebas dari penyakit

cacat dan kelemahannya. Adapun konsep

pendidikan kesehatan adalah proses belajar-

mengajar pada indvidu atau kelompok masyarakat

tentang nilai kesehatan sehingga mereka mampu

mengatasi masalah kesehatan.(Herijulianti, 2002).


Menurut division of health education and

public health (1990) berpendapat bahwa

pendidikan kesehatan adalah alat yang digunakan

untuk memeberi penerangan yang baik kepada

masyarakat supaya masyarakat dapat bekerja

sama dan mencapai apa yang diinginkan

( Herijulianti, 2002 ).

26
Seperti halnya pendidikan kesehatan konsep

pendidikan kesehatan gigipun merupakan

penerapan dari konsep pendidikan dan konsep

sehat. Bertitik tolak dari kedua konsep tersebut

maka pendidikan gigi adalah suatu proses belajar

yang ditunjukkan kepada individu dan kelompok

masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi

yang setinggi-tingginya (Herijulianti, 2002 ).


Bastian berpendapat bahwa pendidikan

kesehatan gigi adalah semua aktivitas yang

membantu menghasilkan penghargaan masyarakat

akan kesehatan gigi dan memberikan pengertian

akan cara-cara bagaiman memelihara kesehatan

gigi dan mulut. Jadi diharapkan dengan adanya

kesehatan gigi dan mulut ini akan bertambah baik

yang akhirnya akan diperoleh kesehatan gigi dan

mulut yag setinggi-tingginya ( Herijulianti, 2002 ).


Semua proses pembelajaran yang bertujuan

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan

gigi dan mulut agar mereka dapat menjaga

kesehatan gigi dan mulutnya (Chaterine Stillman

Lowe,2007).
3.2 Dasar pemikiran

27
3.2.1 Menurut Noor(1972), tujuan pendidikan

kesehatan gigi adalah :


1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.


2. Menghilangkan atau paling sedikit

megurangi penyakit gigi dan mulut dan

gangguan lainnya pada gigi dan mulut.


3.2.2 pendidikan kesehatan gigi

bertujuan( Herijulianti, 2002 )


1. Memperkenalkan kepada masyarakat

tentang kesehatan gigi.


2. Mengingatkan kepada masyarakat tentang

pentingnya menjaga kesehatan gigi dan

mulut.
3. Menjabarkan akibat yang akan timbul dari

kelalaian menjaga kebersihan gigi dan

mulut.
4. Menanamkan perilaku sehat sejak dini

melalui kunjungan ke sekolah.


5. Menjalin kerjasama dengan masyarakat

melalui RT,RW, Kelurahan dalam memberikan

penyuluhan langsung kepadamasyarakat, bila

diperlukan dapat saja dilakukan tanpa

melalui puskesmas.

28
3.3 Tahapan DHE :

1. Motivasi

agar pasien dapat terdorong untuk melakukan kontrol

plak secara adekuat, ia harus termotivasi. Tahp

memotivasi pasien adalah tahap yang paling

menentukan untuk tercapainya pelaksanaan control

plak yang adekuat. Memotivasi pasien adalah

prosedur yang sukar karena untuk dapat termotivasi

pasien harus berusaha untuk

a. Menerima
Pasien harus bersedia menerima dan memahami

penyuluhan yang diberikan berkaitan dengan

konsep konsep pathogenesis, perawatan dan

pencegahan penyakit periodontal.


Pasien diharapakan dapat termotivasi apabila ia

dapat memahami apa itu penyakit periodontal,

efek penyakit tersebut, bagaiman kerentanan

dirinya terhadap penyakit tersebut, dan apa yang

dapat dilakukan untuk dapat mencapai dan

mempertahankan kesehatan jaringan

periodontalnya.
b. Perubahan Kebiasaan
Dari pasien diharapkan diharapkan adanya

perubahan kebiasaan dalam hal cara cara

29
pembersihan mulut sesuai dengan metode yang

diajarkan.untuk itu pasien harus berkemauan

dan mampu menguasai ketrampilan penggunaan

alat alat pembersih.


c. Perubahan tingkah laku
Pasien harus menyesuaikan pandangan dan nilai

nilai yang dianutnya mengenai pembersihan

mulut. Pasien harus tergugah bahwa prosedur

control plak yang dilakukanya bukanlah untuk

menyenangkan hati dokter gigi, tetapi untuk

tercapainya kesehatan periodonsium itu sendiri.

(Caranza,2002)
2. Edukasi
Dalam hal edukasi pasien harus diberitahukan

tentang etiologi, perjalanan penyakit, perawatan dan

pencegahan penyakit periodontal. Pasien dengan

penyakit periodontal harus diberitahu bahwa penyakit

periodontal ini mempunyai beberapa gambaran klinis

seperti stain yang timbul dipermukaan gigi akibat

plak, perdarahan pada gingiva. Dengan penjelasan

yang diberikan diharapakan pasien dapat

mengevaluasi sendiri
Pasien diinformasikan bahwa perawatan periodik

dan debridement yang dilakukan oleh dokter gigi

adalah hal yang dilakukan untuk mencegah

30
rekurrensi dari penyakit periodontal dan untuk

mengidentifikasi adanya kelainan yang lain. Prosedur

ini dapat berjalan dengan baik apabila dikombinasi

dengan kekooperativan pasien dalam meningkatkan

dan menjaga oral hygiene(Caranza,2002).


3. Instruksi
Dengan instruksi tentang bagaimana cara menyikat

gigi yang efektif, diharapkan nantinya angka kejadian

terbentuknya plak yang menyebabkan gingivitis dapat

berkurang. Pada pemberian instruksi ini dijelaskan

cara pembersihan gigi yang meliputi cara, alat, dan

waktu. Instruksi untuk menjaga oral hygien ini dapat

dilakukan dengan cara pembersihan gigi secara

mekanis dan obat kumur.


Pada instruksi kunjungan pertama pasien diberitahu

cara penggunaan sikat gigi, dental floss, dan

disclosing agent. Pada kunjungan berikutnya

dilakukan evaluasi dari instruksi yang dilakukan

sebelumnya (Caranza,2002)

4. Definisi, Dasar Pemikiran, Indikasi dan Kontraindikasi

serta Tahapan Scaling dan Rootplaning


4.1 Definisi
Skaling adalah usaha membersihkan semua

deposit pada gigi, kalkulus subgingiva, kalkulus

supragingiva, plak dan noda. Skaling harus

31
dilakukan secara menyeluruh sebab inflamasi akan

menetap bila deposit gigi tidak dibersihkan

seluruhnya. ( J.D. Manson,1993)

Root planing adalah teknik untuk membersihkan

sementum nekrosis dan kalkulus serta

menghaluskan permukaan akar ( J.D.

Manson,1993).

4.2 Dasar pemikiran


Dasar pemikiran perawatan scaling dan

rootplaning adalah menghilangkan etiologi utama

penyakit periodontal yang berupa bakteri plak dan

mengehentikan proses perjalanan penyakit

(Genco,Robert.J, dkk,1990).

4.3 Indikasi dan KontraIndikasi


Indikasi
1. Preventiv Periodontic
Tindak preventif ini berhubungan

dengan control bakteri yang merupakan

etiologi utama dari penyakit periodontal,

sehingga dengan adanya scaling dan

rootplaning ini mampu menghilangkan

etiologi dari penyakit periodontal sebelum

terjadinya penyakit periodontal tersebut

32
serta mampu mencegah perjalanan

penyakit ke arah yang lebih parah jika telah

terjadi keradangan (Gerald J.

Tussing,1982).
2. Terjadi keradangan berupa gingivitis dan

periodontitis

Inflamasi yang terjadi di gingival

memiliki etiologi utama yakni bakteri plak.

Dengan prosedut scaling dan rootplaning

dapat mengurangi bahkan mengeliminasi

keradangan tersebut. Selain itu Scalling

dan rootplaning dapat mengirangi

terjadinya edema dan haemorage (Gerald J.

Tussing,1982).

3. Mempertahankan kesehatan jaringan

periodontal
Dengan mengeliminasi factor factor

etiologi utama dari penyakit periodontal

maka diharapakan kesehatan jaringan

periodontal dapat tetap terjaga.


Kontra Indikasi Scaling dan Rootplaning
Scaling dan rootplaning tidak diindikasikan

untuk pasien Hemophili (Genco,Robert.J,

dkk,1990).

33
4.4 Tahapan
4.4.1 Alat alat scaling
Kuret
Kuret secara keseluruhan ada 2 yakni kuret

universal dan kuret gracey. Kuret universal

merupakan kuret yang dapat digunakan

diseluruh rongga mulut. Dengan muka dari

blade didesain dengan sudut 800 900 serta

memiliki 2 cutting edge. Sedangkan untuk

kuret gracey merupakan kuret untuk daerah

spesifik.kuret gracey ini memilki muka blade

dengan sudut 600 700 dan hanya memiliki 1

cutting edge. Sudut untuk muka blade ini

tidaka lebih dari 900 dan tidak kurang dari 45 0

karena sudut angulasi untuk alat sclaer antara

450 900 (Genco,Robert.J, dkk,1990).

34
(Ciri khas kuret: penampang melintang seperti

sendok; ujung tumpul)

(Dua tipe kuret. (A) Kuret universal, (B) Kuret Gracey.

Kiri: Angulasi mata

pisau dilihat dari arah ujung mata pisau ; Kanan: Mata

pisau kuret universal

lurus, sedangkan kuret Gracey melengkung dengan bagian

yang tajam pada

sisi yang konveks)

35
Beberapa jenis kuret. Kiri: Columbia 4R-4L (kuret

Universal); Kanan:Kuret Gracey (dari kiri ke kanan: no. 5-

6, no. 7-8, no. 11-12, dan no. 13-14).

Hoe
Hoe digunakan untuk meratakan dan

menghaluskann permukaan akar gigi serta

menghilangkan sisa kalkulus dan sementum yang

rusak. Bladenya bengkok membentuk sudut 99 0

1000. Cutting edge dibentuk oleh pertemuan adanya

permukaan ujung yang datar dengan aspek dalam

dari blade. (Genco,Robert.J, dkk,1990)


Sickle scaler

36
Sickle adalah scaler kasar untuk menyingkirkan

kalkulus supragingival. Permukaan sickle scaler

adalah datar dengan dua cutting edge yang

menyatu membentuk ujung yang runcing.

Penampang melintangnya berbentuk segitiga dan

sisi pemotong pada kedua sisi. Karena

desainnya, alat ini hanya digunakan untuk

penyingkiran kalkulus supragingival. Apabila

digunakan untuk instrumentasi subgingival akan

mencederai jaringan gingiva. Banyak sekali jenis

sickle scaler. Ada scaler yang khusus untuk regio

anterior dan ada yang khusus untuk regio posterior.

Masing-masing jenis scaler ada yang lurus dan ada

yang melengkung lehernya. Pada scaler sabit

untuk region anterior, baik yang lurus maupun

yang melengkung, mata pisau, leher dan

gagangnya berada dalam satu bidang. Sebaliknya

mata pisau, leher dan gagang untuk regio

posterior tidak berada dalam satu bidang,

karena tangkainya membengkok agar mudah

diadaptasikan pada gigi posterior. (Menson,1993)


File scaler

37
Desain file scaler serupa dengan hoe scaler.

Alat ini terdiri dari sejumlah miniatur blade dari

hoe scaler. Bladenya bengkok membentuk sudut

antara 90o-105o terhadap shanknya. File kini tidak

banyak digunakan untuk scaling dan root planing

karena ukurannya dan menyebabkan permukaan

akar menjadi kasar. File kadang digunakan untuk

menghilangkan margin restorasi yang overhanging.

(Menson,1993)

Instrumen ultrasonik

Instrumen ultrasonik dapat digunakan untuk

scaling, kuretase dan menghilangkan stain.

Mekanisme kerjanya berasal dari fibrasi (getaran

fisikal) dari alat tersebut. Frekuensi getarannya

berkisar antara 20.000 sampai jutaan getaran

perdetik. Untuk instrumentasi periodontal, getaran

instrumennya dapat mencapai 29.000

getaran/detik.

Alat ultrasonik efektif untuk menghilangkan

kalkulus dan membersihkan dinding epitel poket.

Alat ini menimbulkan sedikit jaringan nekrotik

yang kemudian akan terkelupas dari dinding epitel

38
poket. Alat ini menyebabkan permukaan akar

menjadi kasar dan menghilangkan substansi gigi

lebih banyak. Volume dan banyaknya struktur gigi

yang hilang dapat dikurangi dengan menyetel

instrumen sehingga kekuatannya lebih rendah dan

menggunakannya dengan sentuhan yang ringan.

(Menson,1993)

4.4.2 Alat Pulas scaling dan root planing


a. Rubber cusp
Rubber cusp digunakan di handpiece

dengan spesial profilaxis angle yang setelah

digunakan harus disterilisasi. Penggunaan

rubber cusp dengan bahan abrasive

memungkinkan untuk menghilangkan lapisan

sementum yang tipis di area servikal gigi

(Caranza,1996).
b. Bristle Brushes
Benda ini ada yang berbentuk wheel

dan cup, karena bahannya yang kaku maka

hanya digunakan untuk membersihkan

mahkota dan dihindarkan untuk polish

sementum dan gingiva karena dapat

menimbulkan injuri (Caranza,1996).


c. Air Powder polishing

39
Alat ini efektif untuk menghilangkan

stain dan deposit yang halus (Caranza,1996).

Alat scalling subgingiva dan root planing

Instrumen seperti sikle, hoe, file dan alat

ultrasonik bisa digunakan untuk scaling

subgingiva tetapi tidak dapat digunakan

untuk root planing karena sulit diinsersikan

dalam poket yang dalam. Alat yang efektif

dapat digunakan untuk scaling subgingiva

dan supragingiva adalah kuret karena dapat

diinsersikan ke poket yang dalam dan

menghaluskan permukaan sementum. Kuret

yang digunakan adalah kuret universal dan

juga bisa kuret gracey (Carranza,1996).

4.4.3 Aktivasi instrument


4.4.3.1Adaptasi
Adapatasi ini merupakan cara

menempatkan ujung kerja instrument

(working end) instrument periodontal

pada permukaan gigi. Adapatasi

dimaksudkan agar ujung kerja instrument

periodontal dapat menyesuaikan dengan

kontur permukaann gigi. Adaptasi yang

40
tepat sangat diperlukan, yaitu untuk

menghindari trauma baik pada jaringan

lunak maupun pada jaringan keras serta

untuk mendapatkan efektivitas insrumen

yang digunakan (Carranza,2002).


4.4.3.2Angulasi
Angulasi adalah penyudutan permukaan

blade instrument dengan permukaan gigi

atau sering disebut blade gigi. Angulasi

yang tepat sangat dibutuhkan agar

pekerjaan scaling efektiv. Insersi

subgingiva dari blade instrument seperti

kuret, angulasi sedapat mungkin

mendekati 00. Ujung instrument dapat

diinsersikan dengan lebih mudah pada

dasar poket dengan muka blade

menghadap gigi (Carranzas,2002).


4.4.3.3Tekanan lateral
Adalah tekanan yang diciptakan bila

suatu kekuatan dikenakan ada

permukaan gigi dengan menggunakan

ujung pemotong unjung blade instrument.

Besarnya tekanan yang diberikan

bervariasi tergantung pada sifat kalkulus

dan tergantung apakah gerakan ditujukan

41
untuk mengawali pengambilan kalkulus

untuk rootplaning (Carranzas,2002).

4.4.4 Terdapat 3 tipe dasar gerakan

instrumentasi, yakni :
1. Exploratory Stroke
Adalah gerakan yang ringan disertai

perasaan (feeling) dengan menggunakan

probe atau sonde untuk memeriksa dimensi

poket, kalkulus, dan ketidakteraturan

permukaan gigi. Instrument dipegang

dengan ringan dan diadaptasikan dengan

tekanan yang ringan terhadap gigi untuk

mendapatkan sensitivitas taktil yang

maksimum (Carranza,2002).
2. Scalling Stroke
Adalah gerakan yang pendek, disertai

tarikan dengan kekuatan penuh,

menggunakan blade instrument untuk

menghilangkan baik supra maupun

subgingival kalkulus. Otot otot jari

maupun tangan digerakkan untuk

mendapatkan pegangan dengan tekanan

lateral yang kuat terhadap permukaan gigi.

Ujung pemotong isntrumen dikaitkan pada

42
batas apikal kalkulus dan menariknya ke

arah koronal dengan gerakan yang kuat.

Gerakan scaling harus diawali dari lengan

dan ditransmisikan dari pergelangan

tangan disesuaikan dengan pergerakan

lengan. Gerakan scaling tidak di awali dari

gerakan pergelangan tangan atau jari jari

secara terpisah tanpa menggunakan lengan

(Carranza,2002).
3. Root Planging Stroke
Adalah gerakan menarik yang bersifat

sedang sampai ringan,digunakan pada

tahap akhir, yaitu menghaluskan

permukaan akar. Untuk keperluan ini

instrument yang paling sering digunakan

adalah kuret. Desain kuret memungkinkan

untuk lebih mudah beradaptasi dengan

kontur subgingiva gigi, sehingga kuret

cocok untuk rootplaning pada pasien

pasien yang memiliki poket yang dalam dan

telah melibatkan daerah furkasi

(percabangan akar gigi). Kuret dipegang

secara sedang kuat, dengan

diadaptasikan ke gigi, bahkan dapat

43
memberikan tekanan lateral. Dengan

gerakan panjang kontinyu, gerakan seperti

mencukur kuret diaktifkan. Bila permukaan

gigi telah halus, berangsur angsur

tekanan lateral dikurangi (Carranza,2002).

4.4.5 Posisi operator saat melalukan scaling dan

rootplaning

44
Pembagian Sextan gigi
Sextan 1 = Sextan 2 = gigi Sextan 3 =

gigi 14 18 13 23 gigi 24 - 28
Sextan 4 = Sextan 5 = gigi Sextan 6= gigi

gigi 34 38 33 43 44 48

45
Keterangan :
1. Gambar daerah C

A. Posisi jam 07.30 untuk daerah :

Daerah rahang bawah gigi


anterior sebelah lingual
Daerah rahang atas gigi anterior
sebelah labial
Daerah rahang atas gigi anterior
sebelah palatal

Posisi jam 09.00-10.00 untuk daerah :

Daerah rahang bawah gigi


posterior regio kanan sebelah
bukal
2. Gambar daerah B Daerah rahang bawah gigi
posterior region kanan sebelah
lingual
Daerah rahang bawah gigi
posterior region kiri sebelah bukal
Daerah rahang bawah gigi
posterior region kiri sebelah
lingual
Daerah rahang atas gigi posterior
region kanan sebelah bukal
Daerah rahang atas gigi posterior
region kanan sebelah palatal
Daerah rahang atas gigi posterior
region kiri sebelah bukal
Daerah rahang atas gigi posterior
region kiri sebelah palatal

46
3. Gambar daerah A

Posisi jam 11.00-12.00 untuk daerah :

Daerah rahang bawah gigi


anterior sebelah labial
Daerah rahang atas gigi anterior
sebelah labial (optional )
Daerah rahang atas gigi posterior
region kiri sebelah lingual

(Genco,Robert.J, dkk,1990)

4.4.6 Evaluasi setelah scaling dan rootplaning


1. 1 2 minggu setelah scaling dan rootplaning

(Genco,Robert.J, dkk,1990)
a. Edema mulai menghilang
b. Penyusutan pada gingival margin
c. Kedalaman poket berkurang, tetapi

kemungkinan masi terjadi sedikit

perdarahan ataupun tidak sama sekali dari

dasar poket saat melakukan probing


d. Kalkulus tidak tampak secara visual
e. Oral higiene sangat bagus
f. Secara histologi, proses epitelisasi telah

sempurna
2. 2 3 minggu setelah scaling dan rootplaning

(Genco,Robert.J, dkk,1990)

47
a. Warna dan konsistensi gingival tampak

normal
b. Tidak terjadi perdarah dari dasar poket

saat dilakukan probing


c. Kegoyangan gigi mulai berkurang
d. Flora subgingival bebas dari bakteri

patogen dan organisme yang ada memiliki

komposisi yang sama dengan jaringan

sehat pada umumnya


e. Secara histologi, jaringan ikat telah

mengalami kematangan selama 21- 28 hari

dan akhirnya kontur gingiva tampak

normal setelah 3 - bulan.

5. Definisi, Dasar Pemikiran, dan Tahapan Kontrol

Periodik
5.1 Definisi
Kontrol : pengawasan, pemeriksaan,

pengendalian.
Periodik: menurut periode tertentu atau sesuai

selang waktu yang telah ditentukan.


Kontrol periodik adalah pengawasan dan

pengendalian keadaan kesehatan gigi dan mulut

pasien dengan cara melakukan pemeriksaan dan

deteksi dini penyakit yang dilakukan sesuai selang

waktu yang telah ditetapkan. (Sumber: Kamus

Besar Bahasa Indonesia)

48
5.2 Dasar pemikiran
Perlunya menanamkan kebiasaan pemeliharaan

kebersihan gigi dan mulut terutama sejak dini

sehingga kebiasaan baik ini nantinya akan terbawa

hingga dewasa. Dengan begitu diharapkan

nantinya kesehatan gigi dan mulut di masyarakat

semakin meningkat, prevalensi karies menurun,

dan penyakit jaringan penyangga gigi juga

menurun (Houwink,dkk,1993).

Pada fase pengendalian didapatkan timbulnya

gejala-gejala kekambuhan pada pasien yang

disebabkan oleh etiologi sekunder.

Gejala- gejala akan terjadinya kekambuhan antara

lain :

Kegoyangan gigi meningkat

Resesi gingiva

Kegoyangan gigi meningkat tanpa perubuhan

Probing depth dan radiografis

Kedalaman Probing depth meningkat (dengan

atau tanpa perubahan radiografis)

Penyebab terjadinya kekambuhan tersebut

merupakan etiologi sekunder, antara lain:

49
o Perawatan yang kurang adekuat

o Penempatan restorasi yang kurang adekuat

o Ketidakpatuhan Pasien untuk memenuhi

kunjungan periodik

Pasien tidak melanjutkan perawatan

Drg kurang menjelaskan pentingnya kontrol

periodik

o Adanya kelainan sistemik yang mempengaruhi

respon host

Pengendalian tersebut pada umumnya dilakukan

pada fase pemeliharaan. Oleh karena itu dokter gigi

sebaiknya menyarankan pasien untuk melakukan

kunjungan periodik.

5.3 Tahapan
Interval Kontrol Berbagai Kebutuhan Pasien

(Carranza,2002)

Klasifikasi Interval
Karakteristik
Merlin Kontrol
Tahun a. Pasien tahun pertama 3 bulan

pertama terapi dan tidak ada

masalah dalam 1 2 bulan

50
penyembuhan.
b. Pasien tahun pertama

terapi yang memiliki

kasus sulit seperti

keterlibatan furkasi,

buruknya oral hygiene,

pasien yang tingkat

kooperatifnya

dipertanyakan.
Hasil perawatan yang

bagus setelah ditinjau

selama satu tahun atau

lebih, dengan keadaan

pasien yang
6 bulan 1
Kelas A menunjukkan kalkulus
tahun
yang minimal, tidak

terdapat poket dan tidak

ada gigi yang tidak

didukung oleh tulang

alveolar kurang dari 50 %


Kelas B Secara umum pasien 3 4 bulan.

menunjukkan hasil yang (tergantung

baik dalam satu tahun benyaknya

pertama namun pasien negative

51
menunjukkan beberapa

factor:

1. Oral hygiene yang tidak

konsisten dan cenderung

ke buruk.
2. Bentukan kalkulus.
3. Penyakit sistemik yang

dapat menjadi factor

predisposisi penyakit factor yang


periodontal. ditemukan)
4. Ditemukannya poket.
5. Masalah oklusal.
6. Sedang menjalani terapi

ortodonsik.
7. Recurrent karies.
8. Beberapa gigi yang

didukung kurang dari 50

% tulang alveolar.
9. Merokok
10. Positive test genetik
Kelas C Secara umum pasien 1 3 bulan

menunjukkan hasil yang (tergantun

buruk dalam satu tahun g keadaan

pertama dan atau pasien pasien)

menunjukkan beberapa

factor negatif:

1. Oral hygiene yang tidak

52
konsisten dan cenderung ke

buruk.
2. Bentukan kalkulus.
3. Penyakit sistemik yang

dapat menjadi factor

predisposisi penyakit

periodontal.
4. Ditemukannya poket.
5. Masalah oklusal.
6. Sedang menjalani terapi

ortodonsik.
7. Recurrent karies.
8. Beberapa gigi yang

didukung kurang dari 50 %

tulang alveolar.

BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
1. Perawatan periodontal meliputi beberapa fase antara

lain:
Fase I atau fase terapi inisial
Fase II atau fase bedah
Fase III atau fase restoratif
Fase IV atau fase pemeliharaan
2. Perawatan inisial (initial treatment), atau yang

dinamakan juga sebagai perawatan fase I (phase I

therapy) atau fase higienik (hygienic phase) adalah

53
merupakan tahap pertama dari serangkaian

perawatan periodontal, yang diarahkan pada

penyingkiran semua iritan lokal yang dapat

menyebabkan inflamasi gingival serta pemberian

instruksi dan memotivasi pasien untuk melaksanakan

kontrol plak. Macam-Macam Perawatan Periodontal:


Instruksi Kontrol Plak Terbatas.
Penyingkiran Kalkulus Supragingival.
Perbaikan Restorasi yang Cacat.
Penumpatan Lesi Karies.
Instruksi Kontrol Plak Komprehensif.
Perawatan Terhadap Akar Gigi Subgingival.
Reevaluasi Jaringan.
3. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan atau

aplikasi konsep pendidikan dan konsep sehat.

Tahapan DHE meliputi:


Edukasi
Motivasi
Instruksi
4. Skaling adalah usaha membersihkan semua deposit

pada gigi, kalkulus subgingiva, kalkulus supragingiva,

plak dan noda. Root planing adalah teknik untuk

membersihkan sementum nekrosis dan kalkulus serta

menghaluskan permukaan akar. Indikasi skeling dan

root planing meliputi Preventiv Periodontic, Terjadi

keradangan berupa gingivitis dan periodontitis,

Mempertahankan kesehatan jaringan periodontal.

54
Kontra indikasi pada skeling adalah tidak

diperuntukkan kepada pasien dengan penyakit

Hemophili
5. Kontrol periodik adalah pengawasan dan

pengendalian keadaan kesehatan gigi dan mulut

pasien dengan cara melakukan pemeriksaan dan

deteksi dini penyakit yang dilakukan sesuai selang

waktu yang telah ditetapkan. Interval Kontrol

Berbagai Kebutuhan Pasien meliputi:


Tahun pertama kontrol 3 bulan setelah perawatan
Kelas A kontrol 6 bulan 1 tahun setelah

perawatan
Kelas B kontrol 3 4 bulan. (tergantung benyaknya

negative factor yang ditemukan)


Kelas C kontrol 1 3 bulan (tergantung keadaan

pasien)

55
DAFTAR PUSTAKA

Carranza, Fermin A et all. 2002. Carranzas Clinical

Periodontology. NinethnEdition. St Louis:

Elsevier .

Depkes R.I.1990.Pedoman Penyelenggara Upaya

Kesehatan Gigi di PUSKESMAS. Jakarta:

DirektoratKesehatan Gigi, DEPKES R.I.


Genco,Robert J.1990.Contemporary Periodontics.Giny

Doulgas : Judit Bange


Houwink et all. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan. Gajah Mada University Press:
Yogyakarta
Kidd, Edwina A.M, dkk.1992.Dasar Dasar Karies.

EGC : Jakarta
Koh,H dan P.G Robinson.2004. Occlusal Adjusment for

Threating and Preventing TMD. Journal of Oral

Rehabilitation

56
Manson, J.D. 1993. Buku Ajar Periodonti. Jakarta :

Hipokrates.
Newman, MG dkk. 2006. Carranzas Clinical

Periodontology. Tenth edition. St Louis :

Saunders Elsevier
Pattison AM and Pattison GL. 1992. Periodontal
Instrumentation, second edition. New Jersey

57

Anda mungkin juga menyukai