Anda di halaman 1dari 15

Prophylaxis of Invasive Fungal

Infection in Neonates: A Narrative


Review for Practical Purposes
Dokter Pembimbing: dr. Andhika T. Hutapea Sp. A(K)

Critical Appraisal of Journal KEPANITERAAN IKA Charlos Rohy


FK UKRIDA PERIODE 10 APR– 17 JUNI 2023 (112022209)
RSUD CENGKARENG
Outline
I. PENDAHULUAN II. TELAAH KRITIS III. PENUTUP

a. Judul jurnal a. Outline/Abstrak Kesimpulan


b. Penulis jurnal b. Introduction
c. Publikasi c. Diskusi
d. Penelaah & tgl telaah
PENDAHULUAN

1. Judul Jurnal/ Artikel : Prophylaxis of Invasive Fungal Infection in Neonates: A


Narrative Review for Practical Purposes
2. Penulis : Giulia Ferrando and Elio Castagnola
3. Publikasi dan Link : Licensee MDPI,Basel,Switzerland. . https://doi.org/
10.3390/jof9020164
4. Penelaah : Charlos Rohy
5. Tanggal Telaah : 07 Mei 2023
Abstrak

Latar Belakang
kandida albikan adalah penyebab paling sering penyakit jamur invasif pada
neonatus prematur dan/atau berat lahir rendah, diikuti oleh kandida
parapsilosis, sementara infeksi dari spesies lain jarang terjadi.
Mempertimbangkan keparahan penyakit, terkait dengan tanda klinis yang
buruk dan kesulitan diagnostik, profilaksis primer menjadi relevan untuk
dibahas.

Metode
Sebuah Tinjauan Narasi untuk tujuan praktis. Tidak dipaparkan metode yang
digunakan dalam penyusunan jurnal ini.
Hasil

• Profilaksis farmokologis: Flukonazol, dengan dosis 3-6 mg/kg dua kali seminggu (oral atau intravena)
dianggap sebagai pilihan pertama untuk neonatus dengan berat lahir sangat rendah. Diikuti dengan dengan
pilihan pemberian nystatin 100.000 UI secara oral dapat dilakukan sebagai alternatif . Dan dengan adanya
spesies jamur yang resisten terhadap flukonazol, penggunaan micafungin dan caspofungin mulai
dipertimbangkan.

• Profilaksis Non-Farmakologis : Pendekatan non farmakologis juga telah digunakan dalam mencegah
terjadinya infeksi jamur invasive yakni dengan pemberian Laktoferin sapi sendiri maupun
dikombinasikan dengan probiotik Lactobacillus rhamnosusGG, pemberian Granulocyte colony-
stimulating Factor (G-CSF), maupun denan pemberian probiotik untuk mengurangi komplikasi
infeksi pada neonates.
•Kesimpulan

Dalam menghadapi infeksi jamur perlu dilakukan terapi empiris dihari-hari pertama
kehidupan dengan perawatan intens di unit perawatan intesif dan surveilans
epidemiologis yang ketat untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya cluster dan/
atau munculnya strain yang resisten terhadap profilaksis anti jamur. .
Introduction
• Bayi premature dan/atau berat badan lahir rendah populasi rentan terhadap infeksi.

Tabel 1.Definisi neonatus prematur dan berat lahir rendah.


Gestational Age Extremely preterm Born < 28th gestational week
Very preterm Born 28th– < 32nd gestational week
Moderate or late preterm 32nd– < 37th gestational week
Birth Weigh Extremely low birth weight (ELBW) <1000 g
Very low birth weight (VLBW) <1500 g
Low birthweight (LBW) <2500 g

• Kandidiasis invasif merupakan salah satu infeksi yang paling ditakuti pada bayi premature dan/atau BBLR
karena gejala yang berat, kerusakan jangka Panjang maupun risiko kematian.
• Kandida Albikan (66%) dan Kandida Parapsilosis (31%) penyebab paling sering infeksi jamur invasif.
• Candida tropis, Candida glabrata, Dan Candida krusei lebih jarang dan bersama-sama mewakili sekitar 3%
dari IFD pada neonatus.
Introduction
• Kelahiran pervaginan sebagai faktor risiko kandidiasis.
• Pada umumnya tidak ada hubungan antara lokasi mikosis invasif dan gejalanya.
• Gejala Klinis tidak spesifik.
• 10% gambaran klinis sepsis berat diakibatkan kandidemia dengan 10,8% kematian pada anak
dibawah 1 tahun.
• Fungemia terisolasi adalah diagnosis kandidiasis invasif yang paling sering pada neonatus.
• kandidemia juga dikaitkan dengan gejala sisa jangka panjang seperti retinopati prematur atau
gangguan neurologis.
Profilaksis Farmakologis dengan Obat Anti Jamur

 Flukonazole

Dosis 3-6 mg/kgbb 2 x seminggu oral atau iv. Pemberian harus dimulai dihari kedua kehidupan
dan berlanjut hingga total 6 minggu. Efek samping peningkatan fungsi hati dan risiko gangguan
perkembangan saraf telah ditemukan pada penelitian sebelumnya. Namun pada penetian lain yang
mengevaluiasi secara acak neonatus dengan riwayat kelahiran dibawah 750 gr hingga usia 18 sampai
22 bulan, tidak ditemukan efek negatif. dan evaluasi pada 8 sampai 10 tahun kehidupan status
perkembangan saraf dan kualitas hidup tidak memiliki perbedaan dengan anak diusianya.
Diskusi
 Micafungin & Caspofungin

Candida aurisi = resistensi tinggi terhadap berbagai antijamur, penyebarannya meninggkat


dibanyak negara. Memiliki efek samping hepatotoksisitas jangka Panjang yang parah. Dietemukan
dalam masa studi pra-klinis pada tikus denga dosis tinggi (32m/kgbb) selama 3-6 bulan (setara 8-
17 tahun pada manusia).

• Setelah 3 bulan paparan , tampak hepatosit berinti banyak dan perubahan focus hepatoseluer →
adenoma terbentuk setelah 21 bulan paparan.
• 6 bulan paparan, kelainan hati meningkat dan ditemuakan pembentukan karsinoma pada tikus
betina tetapi tidak pada tikus jantan (kemungkinan peran estrogen).
Diskusi
• Namun, pemberian manusia tidak mencapai dosis dan durasi kumulatif ini, dan hepatotoksisitas jangka
panjang yang parah belum pernah diamati pada manusia.
• Sayangnya, tidak ada penelitian serupa yang dilakukan pada pediatri dan bahkan lebih sedikit lagi pada
neonatus, terutama yang menjalani operasi usus karena NEC.

 Nystatin
• Diberikan secara oral dengan dosis 100.000 IU. Namun, obat ini telah dikaitkan dengan potensi
kerusakan epitel usus dan peningkatan risiko NEC, dan tidak dapat ditoleransi pada anak dengan
ketidakstabilan klinis, penyakit gastrointestinal, atau intoleransi makanan.
2. Profilaksis Lainnya, termasuk Pendekatan Non-Farmakologis

 Pemberian laktoferin sapi sendiri maupun dikombinasikan dengan probiotik Lactobacillus


rhamnosusuGG terbukti mengurangi episode pertama sepsis onset lambat pada neonatus
dengan BBLR.

 Granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) telah diajukan pada neonatus neutropenik


(jumlah absolut granulosit < 1500/µL) untuk mengurangi risiko komplikasi infeksi (tidak
berpengaruh signifikan), bahkan dengan pemberian granulosit-monosit (GM)-CSF, pun
menunjukan masih adanya sedikit peningkatan kejadian batuk dan tanda-tanda penyakit
pernapasan kronis, bahkan jika tidak terkait dengan penggunaan bronkodilator atau
kebutuhan rawat inap.

 Pemberian probiotik. Namun pada kasusu neonatus, peran terapi ini masih belum jelas
terkait strain optimal, dosis dan durasi pengobatan, dan ada kekhawatiran adanya
kontaminasi.
Diskusi
 Penerapan dan pengelolaan keteter vena sentral dan prsedur isolasi berperan penting untuk
mengurangi komplikasi infeksi berat di NICU.

 Pengurangan penggunaan penghambat H2 dan antibiotic spektrum luas (terutama


sefalosporin gen-3 dan karbapenen) serta promosi pemberian ASI.

 Mandi chlorhexidine setiap hari untuk menghindari infeksi lain yang disebabkan S. aureus (ada
risiko iritasi kulit dan penyerapan sistemik dalam 2 bulan pertama kehidupan).

 Kandidiasis vulvo-vaginal ibu adalah kondisi yang sering dan teliti selama kehamilan yang
dapat dikaitkan dengan transmisi vertikal Kandida.
III. PENUTUP
Kesimpulan

Profilaksis anti jamur mengurangi, tapi sayangnya tidak sepenuhnya menghilangkan infeksi
jamur invasif di NICU. Demikian juga, infeksi jamur invasif dapat terjadi pada bayi yang
menerima profilaksis anti jamur. Oleh karena itu, dokter harus menjaga tingkat
kecurigaan yang tinggi terhadap kemungkinan terjadinya komplikasi ini untuk segera
memulai terapi yang tepat, yang pada hari-hari pertama harus empiris, dan surveilans
epidemiologis yang ketat untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya cluster dan/ atau
munculnya strain yang resisten terhadap profilaksis anti jamur.

Anda mungkin juga menyukai