Anda di halaman 1dari 32

PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.A DENGAN PEYAKIT


TYPHOID DI RUANG ANGGREK KLINIK ASY-SYIFA KABUPATEN
PASURUAN

DI SUSUN OLEH :
HALIMATUS ISLAMIAH
NIM. 192303102109

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS PASURUAN
2021

Universitas Jember Kampus Pasuruan


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.A Dengan Penyakit Typhoid Di Ruang
Anggrek
Klinik ASY-SYIFA kabupaten Pasuruan

Telah disahkan pada :

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(Halimatus Islamiah )
NIM. 192303102109

Pembimbing Institusi
Pembimbing lahan

( Baharrudin Amd.Kep ) (Dwining Handayani, S.Kep.Ns.,M.Mkes.)


NIP.197705182006042017

Mengetahui

Kepala klinik

Hj. Indah Saraswati, S.ST

Universitas Jember Kampus Pasuruan


LAPORAN PENDAHULUAN
DEMAM THYPOID

A. KONSEP DEMAM THYPOID


1. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella
thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman Salmonella (Bruner and Sudart,
1994).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna, dengan
gejala demam kurang lebih satu minggu, biasanya terjadi gangguan pencernaan dan
gangguan kesadaran (Sodikin, 2011).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi pada anak maupun
dewasa. Anak merupakan yang paling rentan yang biasanya banyak terjadi pada anak usia
5-19 tahun. Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene perorangan dan sanitasi
lingkungan.kematian demam thypoid pada anak lebih rendah bila di banding dengan
dewasa (Dewi, 2011).

Klasifikasi
Klasifikasi demam thypoid menurut WHO (2003):
1. Demam thypoid akut non komplikasi
Penderita dikarakterisasi dengan demam berkepanjangan abnormalis fungsi bowel
(konstipasi pada pasien dewasa dan diare pada anak), sakit kepala, malaise, dan
anoreksia. Saat periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya
resespot pada dada, abdomen dan punggung.
2. Demam thypoid dengan komplikasi
Keadaan penderita demam thypoid mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya,
hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi dan
usus.
3. Keadaan karier

Universitas Jember Kampus Pasuruan


Keadaan karier thypoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier
typhoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses.

2. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella
parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,
mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat
mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Antigen O (Antigen Somatik), terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Mempunyai struktur kimia lipopolisakarida/endotoksin, tahan terhadap panas dan
alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2. Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari
kuman. Mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid
tetapi tidak tahan terhadap panas alkohol.
3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat
melindungi kuman terhadap fagositosis (Harahap, 2011). Selain itu, Salmonella
typhi juga dapat menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum.
Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin
(Putra, 2012).
Ketiga macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Harahap, 2011). Dari
ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid (Sudoyo, 2009).

3. Manifestasi klinis
Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu :
1.  Demam
a. MingguI :Demamremiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore dan malam hari
b. Minggu II: Demam terus
c. MingguIII :Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
2. Gangguan pada saluran pencernaan

Universitas Jember Kampus Pasuruan


a. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan,
jarang disertai tremor
b. Hati dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
c. Terdapat konstipasi, diare
3. Gangguan kesadaran
a. Kesadaran yaitu apatis–somnolen
b. Gejala lain “Roseola” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit)

4. Patofisiologi
Proses infeksi diawali dengan masuknya kuman salmonella thypi melalui
makanan dan minuman yang sudah tercemar. Setelah sampai di lambung, sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung.Sebagian kuman yang masih bertahan hidup
melintasi sawar lambung mencapai usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque
payeri yang mengalami hipertrofi, setelah mengadakan multiplikasi di usus
halus.Salmonella thypiyang sudah mengadakan multiplikasi mengakibatkan inflamasi
pada daerah setempat yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja usus dan mengiritasi
mukosa usus.Peningkatan pristaltik ususmengakibatkan pergerakan isi usus lebih cepat,
sehingga diruang usus terisi udara yang berakibat pada lambung.Maka dapat terjadi
peningkatan asam lambung dan mengakibatkan mual, muntah dan anoreksia yang
berdampak pada penurunan nafsu makan sehingga pemasukan nutrisi peroral berkurang
(Rampengan, 2008).

Universitas Jember Kampus Pasuruan


5. PATHWAY
6. Pemeriksaan penunjang

Universitas Jember Kampus Pasuruan


Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan
laboratorium,yang terdiri dari:
1. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat
leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah
sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada
sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang
terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh
karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam
typhoid.
1. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya typhoid.
2. Biakan darah
Bila biakan darah positif, hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila
biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid.
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang
lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap Salmonella typhi terutama positif pada minggu
pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu
kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan
antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga
biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba, pertumbuhan bakteri dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.

Universitas Jember Kampus Pasuruan


4. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam
serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji
widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang
disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh Salmonella typhi, klien membuat
antibodi atau aglutinin yaitu :
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
bakteri).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
bakteri).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
bakteri)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1) Keadaan umum : Gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakitA: aglutinin baru dijumpai
dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada
minggu ke-5 atau ke-6.
3) Penyakit – penyakit tertentu : Ada beberapa penyakit yang dapat
menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi
seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4) Pengobatan dini dengan antibiotika : Pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5) Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6) Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer

Universitas Jember Kampus Pasuruan


aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab
itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang
mempunyai nilai diagnostik.
7) Infeksi klien dengan klinis / subklinis oleh Salmonella sebelumnya :
Keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun
dengan hasil titer yang rendah.
8) Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap Salmonella typhi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular Salmonella di masa
lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1) Aglutinasi silang : beberapa spesies Salmonella dapat mengandung
antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies
dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2) Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil
uji widal.
3) Strain Salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada
penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari
strain Salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
5. Kultur
a. Kultur darah : Bisa positif pada minggu pertama
b. Kultur urin : Bisa positif pada akhir minggu kedua
c. Kultur feses : Bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
6. Anti Salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella
typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ketiga dan keempat terjadinya
demam.

7. Komplikasi
1. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :

Universitas Jember Kampus Pasuruan


a. Perdarahan usus
Diagnosis dapat ditegakkan dengan :
1) Penurunan TD dan suhu tubuh
2) Denyut nadi bertambah cepat dan kecil
3) Kulit pucat
4) Penderita mengeluh nyeri perut dan sangat iritabel
b. Perforasi usus : Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan
terjadi pada bagian distal ileum.
c. Peritonitis
Pada umumnya tanda gejala yang sering didapatkan :
1) Nyeri perut hebat
2) Kembung
3) Dinding abdomen tegang (defense muskular)
4) Nyeri tekan
5) TD menurun
6) Suara bising usus melemah dan pekak hati berkurang
7) Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam waktu
singkat.
2. Diluar usus halus
a. Bronkitis, terjadi pada akhir minggu pertama.
b. Bronkopneumonia, kasus yang berat bilamana disertai infeksi sekunder
c. Kolesistitis
d. Tifoid ensefalopati, gejala : kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah,
demam tinggi
e. Meningitis, gejala : bayi tidak mau menetek, kejang, letargi, sianosis, panas,
diare, kelainan neurologis.
f. Miokarditis
g. Karier kronik
3. Komplikasi darah :
a. Anemia hemolitik
b. Trombositopenia
c. Syndroma uremia hemolitik
4. Komplikasi paru :
a. Pneumonia

Universitas Jember Kampus Pasuruan


b. Empiema
c. Pleuritis.

B. Konsep Hipertermi
1. Hipertermia
Definisi :
Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
2. Batasan Karakteristik:
 Postur abnormal
 Apnea
 Koma
 Kulit kemerahan
 Hipotensi
 Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
 Gelisah
 Letargi
 Kejang
 Kulit terasa hangat
 Stupor
 Takikardia
 Takipnea
 Vasodilatasi
3. Faktor yang Berhubungan
 Dehidrasi
 Pakaianyang tidak sesuai
 Aktivitas berlebihan
4. Populasi berisiko
 Pemanjanan suhu lingkungan tinggi
5. Kondisi terkait
 Penurunan perspirasi
 Penyakit
 Peningkatan laju metabolisme

Universitas Jember Kampus Pasuruan


 Iskemia
 Agens farmaseutika
 Sepsis
 Trauma
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Demam Thypoid
Berdasarkan tanda dan gejala penyakit demam thypoid, maka asuhan keperawatan
yang prioritas ditegakkan adalah berisikan tentang pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, evaluasi.
1. Pengkajian
Langkah awal pada proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data yang
akurat dari pasien untuk mengetahui berbagai permasalahan yang ada. Perawat harus
dapat menciptakan hubungan saling membantu, membangun kepercayaan dalam
melakukan pengkajian atau melakukan pemeriksaan fisik keperawatan (Hidayat Alimul,
2012).
Demam thypoid pada umumnya menyerang anak-anak dan anak muda antara umur 5-
19 tahun.Pada anak umur 5 tahun keatas merupakan masa anak mulai mengenal
lingkungan dan mengkonsumsi makanan serta minuman yang belum diketahui
kebersihannya secara jelas.
Riwayat penyakit :
1) Keluhan utama : Pada umumnya klien dengan demam thypoid mengeluh tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing, kurang semangat serta nafsu makan berkurang
(pada masa inkubasi).
2) Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan atau dialami klien hingga masuk
rumah sakit (perjalanan penyakit).
3) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah sudah pernah mengalami sakit demam thypoid
sebelumnya dan pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Apakah di dalam keluarga pasien ada yang pernah
mengalami demam thypoid.
5) Pola nutrisi dan metabolisme :Terjadi penurunan nafsu makan karena terjadi
gangguan pada usus halus.
6) Pola eliminasi alvi dan urine : Penderita mengalami konstipasi karena tirah baring dan
diare.Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan.

Universitas Jember Kampus Pasuruan


7) Pola istirahat tidur :Selama sakit penderita merasa tidak dapat istirahat karena pasien
merasa sakit perutnya mual.
8) Pola aktivitas dan latihan : Aktivitas pasien akan terganggu katena tirah baring total,
agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan pasien dibantu.

Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum : Mengetahui berat ringannya prognosis penyakit
pasien.
2) Kepala :Rata-rata rambutnya tipis dan agak kemerahan jika anak mengalami
kekurangan nutrisi.
3) Mata : Jika hemoglobin rendah maka konjungtiva akan pucat, pupil isokor.
4) Hidung : Tidak ada nyeri tekan, mukosa lembab dan tidak ada pernafasan cuping
hidung.
5) Mulut : Mukosa bibir kering, bibir pecah-pecah dan lidah tampak kotor.
6) Toraks dan paru : Tidak ada keluhan sesak nafas, bentuk dada simetris, irama nafas
teratur.
7) Abdomen : Di dapat limpa hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan
pada abdomen.Perkusi di dapatkan perut kembung serta pada auskultasi pristaltik
usus meningkat.
8) Ekstremitas dan persendian : Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas,
turgor menurun, akral hangat, pasien lemah.

2. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi).
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Hipovolomia berhubungan dari intake yang tidak adekuat.

Universitas Jember Kampus Pasuruan


3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 4.2 Daftar Intervensi Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan SDKI tahun 2016

NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


SDKI SLKI SIKI
1 Hipertermia(D.0130)          Termogulasi (L.1413) Manajemen hipertermi(I.15506)
Definisi : suhu tubuh meningkat Observasi
diatas rentang normal Kriteria Hasil :  Identifikasi penyebab hipertermi
Gejala dan tanda mayor:          Suhu tubuh dalam rentang normal (mis.dehidrasi,terpapar lingkungan panas,penggunaan
Subjektif : -          Nadi dan RR dalam rentang normal inkubator )
Objektf :  Monitor suhu tubh
 Suhu tubuh di atas nilai  Monitor kadar elektrolit
normal  Monitor keluaran urine
Gejala dan tanda minor :  Monitor kompliasi akibat hipertermi
Subjektif : - Terapeutik
Objektif :  Sediakan lingkungan yang dingin
 Kulitmerah  Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Kejang  Basahi atau kipasi permukaan tubuh
 Takikardi  Berikan cairan oral
 Takipnea  Ganti linen setiap hari atau lebh sering jika menglami
 Kulit terasa hangat hiperhidrosis (keringat berlebih)
 Hindari pemberrian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi peemberian cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu

2 Nyeri Akut (D.0077) SLKI SIKI


Definisi : Pengalaman sensori dan ·         tingkat nyeri (L.08066) Management nyei(I.08238)
emosional yang tidak ·         kontrol nyeri (L.0063) Observasi
menyenangkan yang muncul  Identifikasi lokasi ,karakteristik ,durasi

Universitas Jember Kampus Pasuruan 14


akibat kerusakan jaringan yang Kriteria Hasil : ,frekuensi.kualitas dan intensitas nyeri
aktual atau potensial atau  Mampu mengontrol nyeri (tahu  Identifikasi skala nyeri
digambarkan dalam hal kerusakan penyebab nyeri, mampu  Identifikasi skala nyeri non verbal
sedemikian rupa (International menggunakan tehnik  Identifikai faktor yang memperberat dan memperingan
Association for the study of Pain): nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
awitan yang tiba-tiba atau lambat nyeri, mencari bantuan)  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
dan intensitas ringan hingga berat  Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Identifikasi pengarh nyeri terhadap kualitas hidup
dengan akhir yang dapat dengan menggunakan manajemen  Monior efek samping penggunaan analgesik
diantisipasi atau diprediksi dan nyeri Terapeutik
berlangsung  Mampu mengenali nyeri (skala,  Beikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
Gejala dan tanda mayor intensitas, frekuensi dan tanda nyeri
Subjektif: nyeri)  Kontrol lingkungan yang memperat rasa nyeri
 Mengeluh nyeri  Menyatakan rasa nyaman setelah  Fasilitasi istirahat tidur
Objektif : nyeri berkurang  Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalm pemilihan
 Tampak meringis
strategi meredakan nyeri
 Bersikap protektif
Edukasi
 Gelisah
 Jelaskan penybab ,periode,dan pemicu nyeri
 Frekuensi nadi meningkat
 Jelaskan strategi meredkan nyeri
 Sulit tidur
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Gejala dan tanda minor
 Anjurkan menggunakan anaalgetik secara tepat
Subjktif :-
Objektif :  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
 Tekanan darah meningkat
Kolaborasi
 Pola nafas berubah
 Kolaborasi pembeian analgetik jika perlu
 Nafsu makan berubah
 Proses berfikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaforesis
3. Defisit nurtisi (D.0019) SLKI SIKI
Definisi : Asupan nutrisi tidak          Status nutrisi (L.03030): Manajemen nutrisi (I.03119)
cukup untuk memenuhi kebutuhan ·        Status nutrisi : makanan yang di Observasi
metabolisme habiskan  Identifikasi status nutrisi
Gejaladan tanda mayor : ·        Status nutrisi : berat badan  Identifiksi alergi dan intoleransi makanan

Universitas Jember Kampus Pasuruan 15


Subjektif : - Kriteria Hasil :  Identifikasi makanan yang disukai
Objektif : ·         Adanya peningkatan berat badan  Ientifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutisi
 Berat badan menurun sesuai dengan tujuan  Monitor asupan makanan
minimal 10 % di bawah ·         Berat badan ideal sesuai dengan  Monitor berat badan
rentang ideal tinggi badan  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Gejala dan tanda minor : ·         Mampu mengidentifikasi Terapeutik
Subjektif : kebutuhan nutrisi  Lakukan oral hygiene,jika perlu
 Cepat kenyang setelah ·         Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
makan ·         Menunjukkan peningkatan fungsi
 Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah
 Kram/nyeri abdomen pengecapan dan menelan
konstipasi
 Nafs makan menurun ·         Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti  Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
Objektif :  Berikan suplemen makanan,jika perlu
 Bising usus hiperaktif Edukasi
 Otot pengunyah lemah  Anjurkan posisi duduk jika mampu
 Otot menelan lemah  Ajarkan diet yang di programkan
 Membran mukosa pucat Kolaborasi
 Sariawan  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
 Serm albumin turun ( mis.peredaa nyeri ),jika perlu
 Diare  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kaloridan nutrisi yang diperlukan,jika perlu

Pemantaun nutrisi (I.03123)


Observasi
 Identifikasi faktor yang memngaruhi asupan gizi
 Identifikasi perubahan berat badan
 Identifikasi kelaian pada kulit
 Identifikasi kelaian pada kulit (mis.kering
,tipis,kasar,mudah patah)
 Identifikasi pola
makan(mis.kesukaan/ketidaksukaan,komsumsi
makanan cepat saji,makan terburu-buru)
 Identifikasi kelaian pada kuku(mis.berbentuk
sendok,retak,mudah patah ,bergerigi)
 Identfikasi kelainan pada rongga mulut

Universitas Jember Kampus Pasuruan 16


(mis.peradangan,gusi berdarah,bibir kering)
 Monitor mual dan muntah
 Monitor asupan oral
 Monitor tanda konjungtiva
Terapeutik
 Timbang berat badan
 Ukur antropometrik komposisi tubuh(mis.indeks masa
tubuh)
 Hitung perubahan berat badan
 Atur interval waktu pemantuan sesuai dengan kondisi
pasien
 Dokumetasian hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedu pemantauan
 Informasikan hsil emantauan,jika perlu

Universitas Jember Kampus Pasuruan 17


4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan yang spesifik untuk
membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2014).
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan
klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual, dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi
keprawatan berupa pencatatan dan pelaporan. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Gaffar, 2002).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evalusai hasil atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evalusi proses atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan respon pasien paada tujuan khusus dan umum yang telah di
tentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunkan SOP.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap muncul atau ada masalah atau ada masalah yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjutan berdasarkan hasil analisa responden pasien.

Universitas Jember Kampus Pasuruan


DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta :
Percetakan Meiaction Publishing Jogjakarta.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Depkes. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. `
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas
2018.pdfhttp://eprints.umm.ac.id/42739/3/jiptummpp-gdl-manggikari-48723-3-babii.pdf
Nursalam. 2014. Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
Jilid 1. Yogyakarta : Medication Publishing
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Herdman, T.Heather. 2018. NANDA International Inc. Diagnosa keperawatan : definisi &
klasifikasi 2018-2020. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPN

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id

Universitas Jember Kampus Pasuruan


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS PASURUAN

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Kelompok Thypoid


NIM :-

Tanggal Praktek :-
Tanggal Pengkajian : 23 April 2021

1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An.A No. Reg : 253xxxx

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal masuk : 23-04-2021

Umur : 10 th Ruang : Pavilliun

Agama : Islam
Bangsa /suku : Jawa – Indonesia
Bahasa yang dipakai :Jawa- Indonesia
Status anak : Kandung
Tanggal lahir :19 Maret 2011
Anak ke berapa :1

Nama Orang tua : Pradoni


Umur : 39 th
Agama : Islam
Bangsa /suku : Jawa – Indonesia
Pendidikan : D4
Pekerjaan : wirausaha
Alamat rumah : Jl. Kartini N.134

Universitas Jember Kampus Pasuruan


2. INFORMASI MEDIK
Diagnosa Medik :Thypoid
Waktu/pemeriksaan sebelum MRS : 22 April 2021
Obat terakhir yang didapat :-
Alergi obat : tidak ada
Dikirim oleh : -
3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
a. Prenatal :-
b. Natal :v
c. Postnatal :-
4. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG:
a. Keadaan Waktu Lahir : sehat
b. Keadaan Mental /Emosi Anak :anak yakin akan sembuh
c. Pemeriksaan Pertumbuhan : normal.
d. Pemeriksaan Perkembangan :baik/normal
5. RIWAYAT PENYAKIT
Keluhan Utama :
ibu klien mengatakan anaknya mengalami demam 38,5°C, muntah, dan penurunan nafsu
makan.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu klien mengatakan awalnya badan anaknya panas naik turun sejak tanggal 22 April
2021 , terjadi penurunan nafsu makan dan muntah ±4x dalam sehari. Lalu sang ibu
membawa sang anak ke klinik pada 23 April 2021 pukul 07.25 wib. Karena panas yang
tidak juga normal dan muntah yang tidak kunjung berkurang.
Riwayat Penyakit Masa Lalu :
Keluarga klien mengatakan Nn.A tidak pernah mengalami kejadian seperti ini, dan tidak
mempunyai riwayat penyakit menular seperti TB paru, hepatitis, dll, atau penyakit
menurun seperti hipertensi, asma, diabetesmillitus, dll.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
turunan seperti diabetes maupun hipertensi.
Riwayat Imunisasi :
HPV, Hepatitis A, dengue, polio, BCG, DPT.
6. POLA KEBIASAAN PEMELIHARAAN DAN KESEHATAN
a. Pola makan dan minum : hanya makan 3-4 sendok kadang dimuntahkan
b. Pola istirahat tidur : px tidur hanya 4-6jam/hari
c. Pola aktifitas : px tidak bisa beraktifitas seperti biasa; bermain, sekolah, mengaji dll
d. Pola eliminasi :
BAB : teratur
BAK : 3-4x/hari

Universitas Jember Kampus Pasuruan


e. Pola kebersihan diri: px disekaoleh ibu pagi dan sore
7. PENGKAJIAN FISIK :
a. Keadaan Umum :lemas
b. Tanda-tanda vital :
Suhu tubuh : 38,5°C Nadi : 98x/ mnt
Tekanan darah : 100/70 mmHg Respirasi : 20x/mnt
Tinggi badan : 125 c Berat badan : 31kg
c. Kepala :normal
d. Mata /penglihatan :6/6
e. Telinga /Pendengaran : tajam
f. Hidung/penciuman : tajam
g. Mulut : mukosa kering
h. Leher : simetris
i. Dada : normal chest
j. Abdomen/pencernaan : Di dapat limpa hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen.Perkusi di dapatkan perut kembung
serta pada auskultasi pristaltik usus meningkat.
k. Anus Rektum: tidak terdapat kelainan
l. Alat Kelamin/Sistem Reproduksi : tidak terdapat kelainan
m. Extremitas/anggota badan : tidak ada odema tidak ada lesi
n. Kulit/otot/opersendian : kekuatan otot
5 5
5 5

o. Pemeriksaan Neurologi: GCS : 456; composmentis eye 4, verbal 5, motorik 6

8. DATA PSIKOSOSIOSPIRITUAL:
Perilaku non verbal : gelisah
Keadaan emosi : baik
Pola hubungan dengan orang lain : baik
Orang yang sangat dekat dengan dirinya : ibu px
Ketaatan dalam beribadah : px mengaji TPQ
Kegiatan keagamaaan yang dapat mengurangi stres : baca tulis Al- Qur’an

9. INFORMASI PENUNJANG

Universitas Jember Kampus Pasuruan


A. Diagnosa Medis : Thypoid
B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis :
1. Laboraturium :
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan Darah
HEMATOLOGI
CELL DYN
Hemoglobin 13,2 11,4 - 17,7 g/dl
Lekosit 19.000 4.700 - 10.300 /cmm

Hematokrit 43,4 37 - 48 %

Eritrosit 7.650.000 L 4,5-5,5 ; P 4-5 jt/ul


Trombosit 200.000 150.000 – 350.000 /cmm
IMUNOLOGI
IgM S. Thypi Cito
IgM S. Thypi Widal 4
- O 1/160
- H 1/80
- PA Negatif
PB 1/80

2. Rontgen : -
3. ECG : -
4. USG : -

10. REAKSI PADA SAAT PENGKAJIAN


Anamnese dilakukan terhadap :px dan keluarga
Reaksi pasien pada waktu pengkajian :kooperatif
Reaksi keluarga pada waktu Pengkajian : kooperatif

Perawat

(
(Nama Mahasiswa )
NIM :

ANALISA DATA

Universitas Jember Kampus Pasuruan


Nama : An.A
Umur : 10 tahun
No. Registrasi : 253xxx
ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Salmonella Typhosa Hipertermia
- Ibu klien mengatakan anaknya
mengalami demam 38,5ºC Saluran pencernaan
Do :
- K/u : lemah Diserap usus halus
- Akral hangat
- Tanda-tanda vital Bakteri memasuk aliran darah
S : 38,5 oC sismetik
N : 98x/menit
TD : 100/70 mmHg Edotoksin
RR : 20x/menit
Leukosit : 19.000 Hipertermia
Ds : Salmonella Typhosa Defisit nutrisi: kurang
- Keluarga klien mengatakan dari kebutuhan tubuh
anaknya mengalami Saluran pencernaan
penurunan nafsu makan.
Makan 3-4 sendok dan Diserap usus halus
minum susu terkadang
dimuntahkan. Bakteri memasuk aliran darah
sismetik
Do :
1. Keadaan umum lemah Hati dan limpa
2. Klien tampak pucat
3. Mata cowong Hepatosplenomegali
4. Klien tampak lemas
5. Lidah kotor Mual muntah
6. TTV :
TD : 100/70 mmHg Intake tak adekuat
N :98x/menit
RR : 200x/menit Defisit nutrisi: kurang dari
TB : 125 cm kebutuhan tubuh
BB : 31 kg

Universitas Jember Kampus Pasuruan


DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : An.A


Umur : 10 tahun
NO. REGISTER :253xxx
TGL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL TERATASI TT
23-04-2021 Hipertermia 23-04-2021

23-04-2021 Defisit nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 23-04-2021

Universitas Jember Kampus Pasuruan


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA : An.A
Umur : 10 tahun
NO. REGISTRASI : 23xxx

NO. DIAGNOSA NOC NIC TT


KEPERAWATAN
1. Hipertermia Termoregulasi (L.14134) Manajemen hipertermi(I.15506)
1. Berkeringat saat panas dari 38,6ºC menjadi Observasi
36,5 ºC.  Identifikasi penyebab hipertermi
2. Denyut nadi radial (mis.dehidrasi,terpapar lingkungan
3. Tingkat pernafasan dari sangat cepat panas,penggunaan inkubator )
menjadi normal.  Monitor suhu tubh
4. Melaporkan kenyamanan suhu dari panas  Monitor kadar elektrolit
menjadi hangat.  Monitor keluaran urine
5. Peningkatan suhu kulit  Monitor kompliasi akibat hipertermi
6. Penurunan suhu kulit Terapeutik
7. Perubahan warna kulit  Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi atau kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebh sering jika
menglami hiperhidrosis (keringat berlebih)
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi peemberian cairan dan
elektrolit intravena,jika perlu

2. Defisit nutrisi: kurang dari Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi


kebutuhan tubuh 1. Nafsu makan dari yang tidak nafsu menjadi Observasi

Universitas Jember Kampus Pasuruan 26


sedikit nafsu makan  Identifikasi status nutrisi
2. Membran mukosa dari yang kering menjadi  Identifiksi alergi dan intoleransi makanan
lembab  Identifikasi makanan yang disukai
3. Frekuensi makanan dari yang 3-4 sendok  Ientifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutisi
menjadi 8-10 sendok makan  Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene,jika perlu
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
 Berikan makanan yang tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan yang tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen makanan,jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk jika mampu
 Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan ( mis.peredaa nyeri ),jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kaloridan nutrisi yang
diperlukan,jika perlu
Pemantaun nutrisi (I.03123)
Observasi
 Identifikasi faktor yang memngaruhi
asupan gizi
 Identifikasi perubahan berat badan
 Identifikasi kelaian pada kulit
 Identifikasi pola
makan(mis.kesukaan/ketidaksukaan,komsu
msi makanan cepat saji,makan terburu-

Universitas Jember Kampus Pasuruan 27


buru)
 Monitor mual dan muntah
Terapeutik
 Timbang berat badan
 Dokumetasian hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedu pemantauan

Universitas Jember Kampus Pasuruan 28


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NAMA : An.A

Umur : 10 tahun

NO. REGISTRASI : 253xxx


NO. TGL/JAM TINDAKAN TT
1. 23-04-2021 1. Membina hubungan saling percaya pada klien dan
07.30 keluarga klien untuk menjalin kerja sama yang baik dan
komunikasi terapeutik.
09.30 2. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
11.30 3. Mencanakan monitoring suhu secara kontinyu
11.30 4. Monitor TD, nadi, dan RR
- TD : 100/70 mmHg
- N :98x/menit
- RR : 20x/menit
11.30 5. Monitor warna dan suhu kulit
12.00 6. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
12.00 7. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
12.30 8. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang diperlukan

2. 07.30 1. Membina hubungan saling percaya pada klien dan


keluarga klien untuk menjalin kerja sama yang baik dan
komunikasi terapeutik
07.30 2. Menimbang berat badan untuk memonitor penurunan dan
kenaikan berat badan
07.35 3. Memonitor konjungtiva yang kering
4. Memonitor turgor kulit
07.35 5. Melakukan identifikasi perubahan nafsu makan
07.35 6. Memonitor mual muntah
7. Melakukan kolaborasi dengan tim dokter untuk
09.00 Pemberian terapi:
a. Memonitor tetesan cairan infus NS 1000 cc/24 jam
10.00
b. Injeksi
Antrain Sx 3x500 mg
c. Injeksi
ondan 3x4 mg
d. Inj ranit 2x50mg

07.30 1. Mengkaji kebutuhan nutrisi parenteral


2. Menciptakan lingkungan menyenang- kan
07.30 3. Makanan lunak dan lembut
07.35 4. Memonitor turgor kulit
5. Memonitor adanya kulit kering

Universitas Jember Kampus Pasuruan


07.35 6. Melakukan kolaborasi dengan tim dokter untuk
pemberian terapi:
07.35 a. Memonitor tetesan cairan infus NS 1000 cc/24 jam
09.00 b. Injeksi antrain Sx 3x500 mg
c. Injeksi ondan 3x4mg
10.00 d. Inj ranit 2x50 mg
7. Memonitor mual muntah

Universitas Jember Kampus Pasuruan


EVALUASI KEPERAWATAN
NAMA : An.A
Umur : 10 tahun
NAMA REGISTRASI : 253xxx
NO. DX TANGGAL (23 April 2021) TANGGAL (24 April 2021)
KEP Jam : 07.00 WIB Jam : 12.00 WIB
1 S: S:
- Ibu klien mengatakan anaknya mengalami demam 38,5ºC - Ibu klien mengatakan badan anaknya tidak mengalami panas.
O: O:
- K/u : lemah - K/u : baik
- Akral hangat - Akral dingin
- Tanda-tanda vital - Tanda-tanda vital
S : 38,5 oC S : 36,8 oC
N : 98x/menit N : 100x/menit
TD : 100/70 mmHg TD : 100/70 mmHg
RR : 20x/menit RR : 24x/menit
A: A:
- Masalah belum teratasi - Masalah teratasi
P: P:
- Intervensi dilanjutkan - Hentikan intervensi
2. S: S:
- Ibu klien mengatakan anaknya makan 3-4 sendok merasa mual - Ibu klien mengatakan anaknya merasa mual dan muntah sudah
dan kemudian muntah saat makan dan nafsu makan berkurang. sedikit berkurang.
O: O:
1. Keadaan umum lemah 1. Keadaan umum sedikit membaik
2. Klien tampak pucat 2. Klien tampak tidak lemas
3. Mata cowong 3. Lidah bersih
4. Klien tampak lemas 4. TTV :
5. Lidah kotor TD : 100/70 mmHg
6. TTV : N :100x/menit

Universitas Jember Kampus Pasuruan 31


TD : 100/70 mmHg RR : 23x/menit
N :98x/menit TB : 125 cm
RR : 20x/menit BB : 31 kg
TB : 125cm A:
BB : 31 kg - Masalah teratasi
A: P:
- Masalah belum teratasi - Intervensi dilhentikan
P:
- Intervensi dilanjutkan

Universitas Jember Kampus Pasuruan 32

Anda mungkin juga menyukai