DI SUSUN OLEH :
HALIMATUS ISLAMIAH
NIM. 192303102109
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
(Halimatus Islamiah )
NIM. 192303102109
Pembimbing Institusi
Pembimbing lahan
Mengetahui
Kepala klinik
Klasifikasi
Klasifikasi demam thypoid menurut WHO (2003):
1. Demam thypoid akut non komplikasi
Penderita dikarakterisasi dengan demam berkepanjangan abnormalis fungsi bowel
(konstipasi pada pasien dewasa dan diare pada anak), sakit kepala, malaise, dan
anoreksia. Saat periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya
resespot pada dada, abdomen dan punggung.
2. Demam thypoid dengan komplikasi
Keadaan penderita demam thypoid mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan kliniknya,
hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi dan
usus.
3. Keadaan karier
2. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella
parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif,
mempunyai flagela, dapat hidup dalam air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat
mati dengan pemanasan suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1. Antigen O (Antigen Somatik), terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman.
Mempunyai struktur kimia lipopolisakarida/endotoksin, tahan terhadap panas dan
alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2. Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari
kuman. Mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid
tetapi tidak tahan terhadap panas alkohol.
3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat
melindungi kuman terhadap fagositosis (Harahap, 2011). Selain itu, Salmonella
typhi juga dapat menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum.
Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin
(Putra, 2012).
Ketiga macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Harahap, 2011). Dari
ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya makin besar pasien menderita tifoid (Sudoyo, 2009).
3. Manifestasi klinis
Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu :
1. Demam
a. MingguI :Demamremiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada
sore dan malam hari
b. Minggu II: Demam terus
c. MingguIII :Demam mulai turun secara berangsur - angsur.
2. Gangguan pada saluran pencernaan
4. Patofisiologi
Proses infeksi diawali dengan masuknya kuman salmonella thypi melalui
makanan dan minuman yang sudah tercemar. Setelah sampai di lambung, sebagian
kuman dimusnahkan oleh asam lambung.Sebagian kuman yang masih bertahan hidup
melintasi sawar lambung mencapai usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque
payeri yang mengalami hipertrofi, setelah mengadakan multiplikasi di usus
halus.Salmonella thypiyang sudah mengadakan multiplikasi mengakibatkan inflamasi
pada daerah setempat yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja usus dan mengiritasi
mukosa usus.Peningkatan pristaltik ususmengakibatkan pergerakan isi usus lebih cepat,
sehingga diruang usus terisi udara yang berakibat pada lambung.Maka dapat terjadi
peningkatan asam lambung dan mengakibatkan mual, muntah dan anoreksia yang
berdampak pada penurunan nafsu makan sehingga pemasukan nutrisi peroral berkurang
(Rampengan, 2008).
7. Komplikasi
1. Di usus halus
Umumnya jarang terjadi, namun sering fatal, yaitu :
B. Konsep Hipertermi
1. Hipertermia
Definisi :
Suhu inti tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi
2. Batasan Karakteristik:
Postur abnormal
Apnea
Koma
Kulit kemerahan
Hipotensi
Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
Gelisah
Letargi
Kejang
Kulit terasa hangat
Stupor
Takikardia
Takipnea
Vasodilatasi
3. Faktor yang Berhubungan
Dehidrasi
Pakaianyang tidak sesuai
Aktivitas berlebihan
4. Populasi berisiko
Pemanjanan suhu lingkungan tinggi
5. Kondisi terkait
Penurunan perspirasi
Penyakit
Peningkatan laju metabolisme
Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum : Mengetahui berat ringannya prognosis penyakit
pasien.
2) Kepala :Rata-rata rambutnya tipis dan agak kemerahan jika anak mengalami
kekurangan nutrisi.
3) Mata : Jika hemoglobin rendah maka konjungtiva akan pucat, pupil isokor.
4) Hidung : Tidak ada nyeri tekan, mukosa lembab dan tidak ada pernafasan cuping
hidung.
5) Mulut : Mukosa bibir kering, bibir pecah-pecah dan lidah tampak kotor.
6) Toraks dan paru : Tidak ada keluhan sesak nafas, bentuk dada simetris, irama nafas
teratur.
7) Abdomen : Di dapat limpa hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan
pada abdomen.Perkusi di dapatkan perut kembung serta pada auskultasi pristaltik
usus meningkat.
8) Ekstremitas dan persendian : Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan ekstremitas,
turgor menurun, akral hangat, pasien lemah.
2. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi).
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
3. Hipovolomia berhubungan dari intake yang tidak adekuat.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu evalusai hasil atau formatif yang
dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evalusi proses atau sumatif yang dilakukan
dengan membandingkan respon pasien paada tujuan khusus dan umum yang telah di
tentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunkan SOP.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap muncul atau ada masalah atau ada masalah yang kontradiktif dengan masalah yang ada.
P : Perencanaan atau tindakan lanjutan berdasarkan hasil analisa responden pasien.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta :
Percetakan Meiaction Publishing Jogjakarta.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Depkes. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. `
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas
2018.pdfhttp://eprints.umm.ac.id/42739/3/jiptummpp-gdl-manggikari-48723-3-babii.pdf
Nursalam. 2014. Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
Jilid 1. Yogyakarta : Medication Publishing
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Herdman, T.Heather. 2018. NANDA International Inc. Diagnosa keperawatan : definisi &
klasifikasi 2018-2020. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPN
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id
Tanggal Praktek :-
Tanggal Pengkajian : 23 April 2021
1. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An.A No. Reg : 253xxxx
Agama : Islam
Bangsa /suku : Jawa – Indonesia
Bahasa yang dipakai :Jawa- Indonesia
Status anak : Kandung
Tanggal lahir :19 Maret 2011
Anak ke berapa :1
8. DATA PSIKOSOSIOSPIRITUAL:
Perilaku non verbal : gelisah
Keadaan emosi : baik
Pola hubungan dengan orang lain : baik
Orang yang sangat dekat dengan dirinya : ibu px
Ketaatan dalam beribadah : px mengaji TPQ
Kegiatan keagamaaan yang dapat mengurangi stres : baca tulis Al- Qur’an
9. INFORMASI PENUNJANG
Hematokrit 43,4 37 - 48 %
2. Rontgen : -
3. ECG : -
4. USG : -
Perawat
(
(Nama Mahasiswa )
NIM :
ANALISA DATA
NAMA : An.A
Umur : 10 tahun
NO. REGISTRASI : 23xxx
NAMA : An.A
Umur : 10 tahun