Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION DENGAN


OLIGOHIDRAMNION

Dokter Pembimbing:
dr. Dewi Sri Handayani, Sp.OG

Disusun oleh:
Ester Cesaria Claudia Sosomar-112019142

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN & KANDUNGAN


RS PANTI WILASA dr. CIPTO
PERIODE 7 JULI – 11 SEPTEMBER 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2021

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU KEBIDANAN
RUMAH SAKIT: Rumah Sakit Panti Wilasa dr. Cipto

Nama : Ester Cesaria Claudia Sosomar Tanda Tangan


Nim : 112018142
……………………..
Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Dewi Sri Handayani, Sp. OG
……………………..

IDENTITAS PASIEN :
Nama : Ny. RW Nama suami : Tn. MK
Umur : 29 tahun Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Jl. Gebang Suku/Bangsa : Jawa
Anom Kecil no.2
Alamat : Jl. Gebang
: G2P0A1 Anom Kecil
GPA
no.2
: 12 Agustus 2021
Tanggal masuk
: 15 Agustus 2021
Tanggal keluar

A. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal : 12 Agustus 2021 Jam: 20.00WIB

1. Keluhan Utama:
Perut terasa kencang
2. Keluhan Tambahan :
Kadang perut terasa
nyeri
3. Riwayat perjalanan penyakit:
Pasien dengan usia kehamilan 39 minggu lebih 6 hari datang untuk control rutin.

2
Pasien mengatakan perut terasa sedikit kencang sejak 5 hari yang lalu dan kadang disertai
rasa nyeri yang hilang timbul. Pasien juga menyangkal adanya nafsu makan yang berkurang
dan menyangkal terjadinya penuran berat badan yang drastis. Riwayat keluar cairan dari alat
genital disangkal. Untuk riwayat BAB, pasien mengatakan sulit ketika BAB 2 minggu ini.
Untuk riwayat BAK menjadi lebih sering dari biasanya. Pada 5 hari terakhir ini pasien
semakin merasakan perutnya kencang tetapi hilang timbul, kadang juga disertai adanya
nyeri pada bagian perut. Pasien mulai merasa tidak nyaman pada bagian perutnya sehingga
datang ke Rumah sakit untuk memperiksakan diri sekaligus untuk control rutin.
4. Riwayat Haid:
Haid pertama : Usia 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
HPHT : 7 November 2020
HPL : 14 Agustus 2021
5. Riwayat Pernikahan:
Status pernikahan : Menikah
Menikah : 1 kali
6. Riwayat Obstetrik

Tahun Tempat Umur Jenis JK anak dan


Penolong Penyulit Nifas
Persalinan Bersalin Kehamilan Persalinan keadaan

2019 - 5 minggu - - - - -

Hamil Ini

7. Riwayat Ginekologi
Tidak ada.
8. Riwayat ANC
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke puskesmas, rutin sebanyak 6x, sampai usia
kehamilan 29 minggu. Pemeriksaan kemudian dilanjutkan ke RS Panti Wilasa dr. Cipto
sebanyak 4x mulai dari kehamilan 29 minggu hingga usia kehamilan 39 minggu ini.
9. Riwayat Keluarga Berencana
Tidak ada.
10. Hal-hal lain
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak memiliki penyakit kronis sebelumnya
(Diabetes melitus, penyakit jantung, hipertensi,
3
penyakit ginjal, asma, alergi
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Operasi :-
Riwayat Sosial dan Kebiasaan : Pasien tidak memiliki masalah, baik dalam keluarga
maupun ekonomi. Nafsu makan baik. Pasien juga tidak merokok, mengkonsumsi alkohol,
atau obat- obat terlarang.

II. PEMERIKSAAN JASMANI

I. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 36.4 °C Tekanan darah : 126/84 mmHg
Frekuensi nadi : 94 x/menit Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
Tinggi Badan : 143 cm Berat Badan : 57 kg
Kulit : Sawo matang, linea nigra (-) 2 jari di bawah pusat, tidak ada
lesi, luka bekas operasi (-) region suprapubik
Muka : Simetris, ekspresi wajar
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, reflek cahaya +/+
Telinga : Normotia, liang telinga lapang, serumen -/-
Hidung : Simetris, tidak ada septum deviasi
Mulut/gigi : Bibir tidak kering, mukosa merah muda
Leher : Tidak ditemukan pembesaran tiroid maupun kelenjar getah
bening
Dada : Simetris, sela iga tidak melebar atau retraksi, tidak ada
pelebaran pembuluh darah
Paru-paru
Depan Belakang
Perkusi Kiri Sonor Sonor
Kanan Sonor Sonor
Auskultasi Kiri Vesikuler, ronkhi (-), Vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
wheezing (-)
Kanan Vesikuler, ronkhi (-), Vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
wheezing (-)
Jantung : BJ 1-2 murni, reguler, murmur (-), gallop(-)
4
Punggung : Kedudukan vertebra dalam batas normal, nyeri ketuk CVA -/-
Refleks : Reflek patella +/+
Eksterimitas : Edema (-/-), simetris, terpasang infus
Sensibilitas : Baik

5
Pertumbuhan rambut : Pertumbuhan rambut hitam,
Merata Kumis : Tidak ada
Ketiak : Tampak normal
Pubis : Pertumbuhan rambut hitam
Betis : Tampak normal
2. Payudara
Inspeksi : Simetris, puting menonjol, pengeluaran cairan tidak
ada, kebersihan cukup.

Palpasi : Simetris, kista/tumor (-), inverted nipple (-)


3. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Tampak warna kulit sawo matang, linea nigra (-),
bekas operasi (-), tidak ada lesi kulit
Palpasi : Teraba benjolan pada bagian bawah kanan abdomen
berukuran 4x5x2 cm, nyeri tekan (-)
Perkusi : redup, nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi : Bising usus normal
4. Status Obstetrik
 His : Tidak teratur
 DJJ : 137 x/menit
 TFU : 29 cm
 Leopold:
Leopold I : Teraba massa besar, bulat, lunak (kesan bokong) pada bagian fundus

Leopold II : Teraba tahanan besar memanjang sebelah kanan (kesan punggung kanan)

Leopold III : Teraba bagian bawah janin bulat dan keras (kesan kepala), Osborn test (+)

Leopold IV : Kepala belum masuk PAP

III. PEMERIKSAAN USG


Pada pemeriksaan USG, TBJ: 2600-2700 gram dan didapati interpretasi single deepest pocket
0,58 cm
IV. LABORATORIUM (12 Agustus 2021)
Pemeriksaan Darah Hasil Satuan Rujukan
Hb 12,0 g/dL (11,7 – 15,5)
Ht 35 % (35 – 47)
6
Trom 247 x 103 /uL (150 – 400)
Leu 14,0 x 103 /uL (4,0 - 10,0)
Eri 4,4 x 106 /uL (3,80 – 5,20)
Masa Perdarahan / BT 2 menit (1 – 3)
Masa Pembekuan / CT 11 menit (8 – 18)
MCV 90 fL 80 - 100
MCH 31 pg 26 - 34
MCHC 34 g/dL 32 – 36
Pemeriksaan Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 99 mg/dL (70 - 150)
Pemeriksaan Penanda Infeksi
HbsAg (-) (-)
Rapid Antigen Covid-19 (-) (-)

V. RESUME
Seorang perempuan berusia 29 tahun datang ke poliklinik RS Panti Wilasa dr Cipto
Semarang untuk control rutin. Usia kandungan hingga saat ini 39 minggu lebih 6 hari.
Pasien tidak ada keluhan apa-apa namun 5 hari terakhir pasien merasa perutnya terasa
kencang dan biasa disertai rasa nyeri yang hilang timbul. Pasien juga menyangkal adanya
nafsu makan yang berkurang dan menyangkal terjadinya penuran berat badan yang drastis.
Riwayat keluar cairan dari alat genital disangkal. Untuk riwayat BAB, pasien mengatakan
sulit ketika BAB 2 minggu ini. Untuk riwayat BAK menjadi lebih sering dari biasanya.
Pasien mulai merasa tidak nyaman pada bagian perutnya sehingga datang ke Rumah sakit
untuk memperiksakan diri sekaligus untuk control rutin. Pada riwayat kehamilannya, ini
merupakan kehamilan kedua pasien. Kehamilan pertama pasien mengalami keguguran
diusia kandungan 5 minggu pada 2019 lalu. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran
compos mentis, tekanan darah 126/84 mmHg, frekuensi nafas 20 x/menit, berat badan 57
kg, tinggi badan 143 cm, lain-lain dalam batas normal. Ibu rutin memeriksakan
kehamilannya ke puskesmas, rutin sebanyak 6x, sampai usia kehamilan 29 minggu lalu
pemeriksaan kemudian dilanjutkan ke RS Panti Wilasa dr. Cipto. Pada pemeriksaan
abdomen, didapati his tidak teratur, dengan DJJ 137x/menit, TFU 3 jari dibawah processus
xyphoideus, serta pada pemeriksaan leopold di dapati leopold I: teraba massa bulat kenyal
(kesan bokong) pada bagian fundus, leopold II: teraba tahanan besar memanjang sebelah
kanan (kesan punggung kanan), leopold III: teraba bagian bawah janin bulat dan keras,

7
Osborn test (+), leopold IV: kepala belum masuk PAP. Juga pada Pada pemeriksaan USG
didapati hasil TBJ: 2600-2700 gram dan didapati interpretasi single deepest pocket 0,58 cm
VI. DIAGNOSIS
G2P0A1 39 minggu lebih 6 hari dengan disproporsi kepala panggul disertai oligohidramnion
VII.PENATALAKSANAAN
 Observasi tanda vital ibu, denyut jantung janin,
 Infus RL 28tpm
 Rencana SC.
Persiapan SC :
- Rawat Inap
- Pemberian infus RL 500cc
- Puasa 6-8 jam pre operasi
- Higyne yang cukup (mandi/keramas/membersihkan daerah operasi)
- Propilaxis (injeksi cefazolin 1 jam pre operasi)

VIII.Follow Up Pasien
Hari / Tanggal Keluhan dan Terapi Pasien
13/08/2021 S:-
O : TD 110/70 mmHg, Nadi 98 x/menit, Napas 20 x/menit,
Suhu 36,60C
Thorax: vesikuler (+/+), rhonkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor: BJ I dan II murni, regular, gallop (-), murmur (-)
Ekstremitas: edem (-), simetris
A : post SC hari ke 0
P : Infus RL 1000mg/24jam, cefazolin 2x1gr iv, ketorolac
3x30mg iv, asam traneksamat
2x500mg iv, ketoprofen supp rectal, balans cairan
14/08/2021 S : nyeri pada bekas operasi, mobilisasi miring kiri-kanan mulai
tidak terganggu, sesak (-), berdebar (-), pusing (-), mual (-),
BAB (-)
O : CM, TD 119/92 mmHg, Nadi 67 x/menit, Napas 20 x/menit,
Suhu 36,7 0C, Sp. O2: 98%
Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Cor: BJ I & II murni regular, gallop (-), murmur (-)


8
A : Post SC hari ke 1
P : Infus RL/Dx/Nacl 20tpm, cefadroxil 2x500mg, asam mefenamat
3x500mg, methylergometrine 2x1, fermia 2x1mg
15/08/2021 S : Nyeri luka operasi mulaiAQ berkurang, mobilisasi duduk
tidak terganggu, sesak (-), berdebar (-), pusing (-), mual (-),
BAB (-)
O : CM, TD 100/60 mmHg, Nadi 90 x/menit, Napas 19 x/menit,
Suhu 36,7 0C, Sp O2: 99%
Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor: BJ I & II murni regular, gallop (-), murmur (-)
A : Post op SC hari ke 2
P : Cefadroxil 2x500mg, asam mefenamat 3x500mg,
methylergometrine 2x1, fermia 2x1mg, pasien boleh pulang 
kontrol

9
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala


janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu yang merupakan
penyebab hambatan perssalinan.

Penyebab dari CPD antara lain:

1. Janin yang besar


2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit
 Janin yang Besar

Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000gr, namun terdapat
kepustakaan lain yang menyebutkan anak besar yang dapat menyulitkan persalinan jika
beratnya lebih dari 4500gr. Kesulitan dalam persalinan timbul akibat regangan dinding uterus
yang berlebihan akibat bayi besar sehingga menyebabkan insersia uteri dan dapat
meningkatkan resiko perdarahan post partum akibat atonia uteri. Jika panggul normal, bisa
dilakukan persalinan bervaginam.

 Kelainan posisi dan presentasi antara lain:

a) Presentasi Muka
Merupakan presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga oksiput
mengenai punggung dan muka terarah ke bawah

Pengelolaan pada presntasi muka:

Kala I: Observasi sampai pembukaan lengkap

Kala II: Bila dagu didepan, dilakukan persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps.
Bila dagu tetap dibelakang, dilakukan seksio sesarea.

b) Presentasi Dahi
Merupakan presentasi kepala dengan defleksi sedang, biasanya merupakan
keadaan sementara dan sering berubah menjadi presentasi muka.

10
Pengelolaan pada presentasi dahi:

1. Presentasi dahi yang bersifat sementara, bayi dapat lahir spontan sebagai
presentasi belakang kepala atau muka.
2. Presentasi dahi menetap, janin tak mungkin lahir pervaginam sehingga
persalinan diakhiri dengan seksio sesarea.
c) Letak Lintang
Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus
pada sumbu panjang ibu

Penyebab letak lintang:

 Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas


 Kesempitan panggul
 Plasenta previa
 Prematuritas
 Kelainan bentuk rahim
 Kehamilan ganda
 Mioma uteri

Pengelolaan pada letak lintang:

 Pada saat kehamilan dilakukan versi luar pada usia kehamilan 37 minggu atau
lebih
 Bila versi luar tidak berhasil, dilakukan seksio sesarea pada usia kehamilan
lebih dari atau sama dengan 28 minggu
d) Kelainan posis (Position Occipito Posterior Persistent)
Merupakan presentasi ubun-ubun kecil dibelakang yang disebabkan karena
kegagalan rotasi interna.

Penanganan: persalinan pervaginam dengan episiotomy yang lebih lebar untuk


mrnghindari rupture perinei totalitas.

 Panggul Sempit1,3,4,5,6

Panggul sempit merupakan kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapsitas
panggul sehingga menimbulkan distosia pada persalinan.
11
Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal
lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang
penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan
ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.

Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:


1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul,
pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.
Panggul disebut sempit apabila ukurannya 1-2 m kurang dari ukuran yang normal.
Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), midpelvic (ruang tengah panggul),
dan outlet (pintu dasar panggul).
a. Pembagian tingkatan panggul sempit:
Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : C.V = 8 – 9 cm = relative
Tingkat III : C.V = 6 -8 cm = ekstrim
Tingkat IV: C.V = < 6cm = absolut
b. Pembagian menurut tindakan
Conjugata vera 8-10 cm = partus percobaan
Konjugata vera 6- 8 cm = SC primer
Konjugata vera <6cm = S.C mutlak
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesis.
Dari anamnesis persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan kapasitas panggul. Apabila pada
persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat badan normal, kemungkinan panggul
sempit adalah kecil. Penyakit tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis, ataupun riwayat
trauma dapat menyebabkan perubahan anatomis pada pelvis yang memberikan manifestasi
12
panggul sempit. Pada wanita dengan tinggi badan yang kurang dari normal ada kemungkinan
memiliki kapasitas panggul sempit, namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan
yang normal tidak dapat memiliki panggul sempit. Dwarfisme adalah tinggi badan kurang
dari 147 cm setelah dewasa merupakan resiko seorang wanita memiliki panggul sempit.

A. Penyempitan pintu atas panggul3

Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior terpendeknya


(konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal terbesarnya kurang
dari 12 cm.

Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi janin bila
melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior kurang dari 10 cm. Wanita
dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki ukuran panggul yang kecil, namun juga
memiliki kemungkinan janin kecil. Dari penelitian Thoms pada 362 nullipara diperoleh
rerata berat badan anak lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit
dibandingkan wanita dengan panggul sedang atau luas.

Pada panggul sempit ada kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
sehingga gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian
selaput ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada pembukaan
kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli. Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat
tekanan kepala terhadap serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi
inefektif dan pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang
berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan pintu atas panggul
sempit.

B. Penyempitan panggul tengah3

Kesempitan PTP pada dasarnya merupakan penyempitan bidang dengan ukuran


terkecil, yakni bidang yang melalui apex dari arcus pubis, spina ischiadica, dan sacrum.
Apabila distansia interspinarum kurang dari 9 cm, atau apabila distansia interspinarum
(normal 10,5 cm) ditambah dengan diameter sagital posterior (normal 4,5 – 5 cm) kurang
dari 13,5 cm maka kemungkinan ada kesempitan pintu tengah panggul. Untuk
memperoleh ukuran yang pasti diameter-diameter ini diperlukan pelvimetri
rontgenologis. Kecurigaan klinis kesempitan PTP timbul apabila pada pemeriksaan
13
manual didapatkan spina ischiadica yang besar dan menonjol serta distansia
intertuberosum kurang dari 8,5 cm.

Kesempitan PTP merupakan sebab yang biasa dijumpai pada distosia dan tindakan
operatif. Penanganannya lebih sukar daripada kesempitan PAP, sebab jika kepala janin
sudah tidak dapat masuk PAP maka tidak ada keragu-raguan lagi bahwa persalinan harus
diakhiri dengan sectio saesarea. Akan tetapi jika kepala dapat masuk kedalam panggul
maka penolong segan untuk melakukan sectio saecarea oleh karena mengharap kepala
akan turun sampai ketitik dimana dapat dilakukan extraksi dengan forceps.Kesempitan
PTP dapat menghalang-halangi putaran paksi dalam.

C. Penyempitan Pintu Bawah Panggul3

Pintu bawah panggul bukan suatu bidang datar melainkan dua segitiga dengan
diameter intertuberosum sebagai dasar keduanya. Penyempitan pintu bawah panggul
terjadi bila diameter distantia intertuberosum berjarak 8 cm atau kurang. Penyempitan
pintu bawah panggul biasanya disertai oleh penyempitan pintu tengah panggul.

Disproporsi kepala janin dengan pintu bawah panggul tidak terlalu besar dalam
menimbulkan distosia berat. Hal ini berperan penting dalam menimbulkan robekan
perineum. Hal ini disebabkan arkus pubis yang sempit, kurang dari 900 sehingga oksiput
tidak dapat keluar tepat di bawah simfisis pubis, melainkan menuju ramus iskiopubik
sehingga perineum teregang dan mudah terjadi robekan.

 Diagnosis

Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang primigravida pada
akhir kepala kehamilan anak belum masuk p.a.p dan ada kesalahan letak janin. Diagnosis dapat
kita tegakkan dengan:

1. Anamnesis
Kepala tidak masuk P.A.P dan ada riwayat kesalahan letak (LLi, letak bokong),
partus yang lalu berlangsung lama, anak mati atau persalinan ditolong dengan alat-alat
(ekstraksi vakum atau forsep) dan operasi.
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,
tetapi yang tidak kurang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu.
Besarnya kepala janin dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan
14
apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak. Masih ada faktor-faktor lain yang ikut
menentukan apakah persalinan pervaginam akan berlangsung dengan baik, akan tetapi
faktor-faktor ini baru dapat diketahui pada saat persalinan , seperti kekuatan his dan
terjadinya moulage kepala janin. Besarnya kepala janin, khususnya diameter
biparietalisnya dapat diukur dengan menggunakan sinar rontgen akan tetapi sefalometri
rontgenologi lebih sukar pelaksaannya dan mengandung bahaya seperti pemeriksaan-
pemeriksaan rontgenologik lainnya.
2. Inspeksi
Ibu kelihatan pendek ruas tulang-tulangnya atau ada skoliosis, kifosis, dll.
Kelainan panggul luar (rachitis, dsb) kalau kepala belum masuk P.A.P kelihatan kontur
seperti kepala menonjol diatas simfisis.
3. Palpasi
Kepala tidak masuk p.a.p atau masih goyang dan terdapat tanda dari Osborn, yaitu
kepala didorong kearah p.a.p dengan satu tangan diatas simpisis pubis sedang tangan lain
mengukur tegak lurus pada kepala yang menonjol.
(+) = 3 jari
(-) = masuk p.a.p
(±) = antara kesalahan-kesalahan letak
4. Pelvimetri Klinis
o Pemeriksaan panggul luar: apakah ukurannya kurang dari normal
o Pemeriksaan dalam (V.T): apakah promontorium teraba, lalu diukur C.D dan C.V:
linea innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica.
o Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin
dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk
ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu
jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.
5. Rontgen Pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran C.V;C.O = apakah kurang dari normal; C.T;
serta imbang kepala panggul

 Penatalaksanaan1,3,7

Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan dengan
metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan menekan
kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk
15
menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro Kerr
dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan menekan kepala ke arah rongga
panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh
kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar
hubungan antara kepala dan simfisis.

Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul
dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat
dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi,
termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung
beberapa waktu.

 Persalinan Percobaan

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan lainnya adalah umur
keamilan tidak boleh lebih dari 42 minggu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar
terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit
persalinan percobaan.

Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah anak
lahir pervaginam. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour.
Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour
sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena test of labour baru dimulai pada
pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Test of labor dikatakan berhasil jika dalam 1
jam sesudahnya kepala turun sampai Hodge III.11 Saat ini test of labour jarang digunakan
karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan
komplikasi yang sering ialah infeksi, ruptur uteri, dan kematian anak yang tinggi sekitar 25%.

Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir spontan per vaginam atau
dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila
pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak mampu melewati
pintu atas panggul dalam 2 jam meskipun his baik. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
Partus percobaan dapat berlangsung 6 sampai 18 jam, jarang sampai 24 jam. Namun, lamanya
16
partus percobaan yang pasti untuk kasus tertentu memerlukan pertimbangan dan hanya dapat
ditentukan oleh ahli kebidanan dan konsulennya.

 Seksio Sesarea

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan
aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan
selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan percobaan dianggap gagal atau ada
indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per
vaginam belum dipenuhi.

 Simfisiotomi

Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis.
Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

 Kraniotomi dan Kleidotomi

Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio
sesarea.

 Komplikasi 2
Komplikasi pada ibu
1. Fistula
2. Partus lama dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, serta infeksi intrapartum
3. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul
regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik yang dapat
berakhir pada terjadinya ruptur uteri.
4. Post partum hemoragik hingga syok.
Komplikasi pada janin
1. Meningkatkan kematian perinatal
2. Prolapsus funukuli
3. Perdarahan intrakrania bila janin lahir dengan mengadakan Moulage berat
4. Kejang
5. Asfiksia

17
6. Cedera fasial

OLIGOHIDRAMNION

A. Definisi
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu dalam
parameter AFI sebanyak 5cm atau kurang dari itu.2
 
B. Etiologi
Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi
primer lainnya mungkin oleh karena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder
lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
 
C. Patofisiologi2
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan
dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang
sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan
ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki
bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang
khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru
hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena
kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal
yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak
adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
18
-     Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang
lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
-     Tidak terbentuk air kemih
-     Gawat pernafasan,

D.  Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi.


1. Anomali kongenital (misalnya : agenosis ginjal, sindrom patter).
2. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
3. Ketuban pecah dini (24-26 minggu).
4. Sindrom paska maturitas.
 
 

19
E. Gambaran Klinis
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
3. Sering berakhir dengan partus prematurus.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
5. Persalinan lebih lama dari biasanya.
6. Sewaktu his akan sakit sekali.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang
sangat abnormal)

G. Akibat Oligohidramnion
- Bila terjadi pada permulaan kehamilan maka janin akan menderita cacat bawaan dan pertumbuhan
janin dapat terganggu bahkan bisa terjadi partus prematurus yaitu picak seperti kertas kusut karena
janin mengalami tekanan dinding rahim.
- Bila terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut akan terjadi cacat bawaan seperti club-foot, cacat
bawaan karena tekanan atau kulit jadi tenal dan kering (lethery appereance).
 
H. Tindakan Konservatif
1. Tirah baring.
2. Hidrasi.
3. Perbaikan nutrisi.
4. Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
5. Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6. Amnion infusion.
7. Induksi dan kelahiran.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Jakarta : EGC; 2016.


2. Cunningham FG, Levono KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Williams
obstetric. Edisi ke-25. New York: McGraw- Hill; 2018
3. Oxorn, H & William R. Forte. 1990. Ilmu Kebidanan: patologi dan Fisiologi persalinan.
Yogyakarta: Essentia Medica.
4. Hamilton, Diana. 2004. Lecture Notes: Obstetrics and gynaecology, second edition.
Australia: Blackwell.
5. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. ECG: Jakarta
6. Decherney, Alan & Lauren Nathan. 2018. Current Obstetri and Gynecologic Diagnosis and
Treatment, 12th Edition. Los Angeles: Mc-Graw hill.
7. Martaadisoebrata, Djamhoer. 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi 2.
ECG : Jakarta.

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai