Anda di halaman 1dari 27

HERNIA SKROTALIS DEXTRA STRANGULATA PADA ANAK

Pembimbing:

dr. Suharyo, SpB, SpBA

Disusun oleh :
Febby Farihindarto
112018060

KEPANITERAAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRI DA – RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
PERIODE 18 MARET 2019 – 25 MEI 2019

1
LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK

STATUS ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

SMF BEDAH
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

Nama Mahasiswa :Febby Farihinndarto Tanda Tangan :

NIM : 112018060

Dokter Pembimbing : dr. Suharyo, SpB, SpBA

2) IDENTITAS PASIEN
Nama : AN MRS Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tanggal lahir : 9 Desember 2017 Suku Bangsa : Sunda

Umur : 16 bulan Agama : Islam

Pendidikan : Belum Sekolah

Alamat : Jl Johar baru utara RT 012/003 johor baru Jakarta pusat

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. A Agama: Islam

Umur : 35 Tahun Pendidikan Terakhir: SMA

2
Suku Bangsa : Sunda Pekerjaan: Karyawan swasta

Alamat : Jl Johar baru utara RT 012/003 johor baru Jakarta pusat

Nama Ibu : Ny. L Agama: Islam

Umur : 33 Tahun Pendidikan Terakhir : SMA

Suku Bangsa : Sunda Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl Johar baru utara RT 012/003 johor baru Jakarta pusat

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung


3) ANAMNESIS
Diambil dari: Alloanamnesis dengan ibu pasien, Tanggal : 27 Maret 2019, 01.55 WIB

Dilakukan di: IGD RSPAD Gatot Soebroto

Keluhan Utama:
Benjolan pada kantung kemaluan kanan.
Riwayat Penyakit:
Pasien dibawa oleh ibunya ke RSPAD Gatot Soebroto sejak 5 hari SMRS, benjolan turun ke
kantung kemaluan kanan, benjolan membesar ketika pasien menangis atau mengedan lalu masuk
kembali, saat pasien tidur.
Pasien 1 hari SMRS benjolan di kantong kemaluan sudah menetap dan tidak dapat masuk
kembali. Pasien terlihat rewel, terdapat keluhan muntah lebih dari 12x,sebanyak ½ gelas aqua,
pasien demam pada malam hari naik, sudah di berikan paracetamol syrup sempat menurun
kemudian menggigil, belum BAB dan kentut, BAK normal tidak terdapat gangguan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

3
Riwayat Operasi
Tidak ada

Riwayat Keluarga

Di anggota keluarga ada yang mengalami keluhan sakit tuberculosis.

Penyakit Ya Tidak Hubungan

Alergi -  -

Tuberkulosis  - Ibu

Asma -  -

Jantung -  -

Ikterus -  -

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

1. Kehamilan
 Perawatan antenatal : Teratur setiap bulan ke bidan
 Tempat perawatan : Klinik bidan
 Penyakit kehamilan : Selama kehamilan, ibu pasien mengatakan tidak pernah
mengalami masalah atau penyakit selama kehamilan, minum jamu-jamuan (-),
obat-obatan tertentu (-)
2. Kelahiran
 Tempat kelahiran : Rumah Sakit
 Penolong persalinan : Bidan
 Cara persalinan : Normal pervaginam
 Masa gestasi : 39 minggu
 Keadaan bayi
o Berat badan lahir : 2700gram

4
o Panjang badan lahir : 45 cm
o Lingkar kepala : Tidak diketahui
o Langsung menangis : Langsung menangis
o Pucat/Biru/Kuning/Kejang : Tidak ada
o Nilai APGAR : Tidak diketahui

Riwayat Nutrisi

Baik

Riwayat Imunisasi

(-) BCG (-) DPT (+) Polio (+) Hep B (-) Campak

PEMERIKSAAN FISIK (dilakukan pada 27 April tanggal 2019)

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital : Tekanan darah :-
Nadi : 86 kali/menit
Nafas : 24 kali/menit
Suhu : 37,5oC
Data antropometri
Berat badan : 9.5 kg
Panjang badan : 86 cm

PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Kulit
Warna : Kuning langsat
Effloresensi : Tidak ada
Jaringan Parut : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada

5
Suhu raba : Hangat
Lembab/Kering: Lembab
Ikterus : Tidak ada
Lapisan lemak : Merata
Edema : Tidak ada

Kepala
Ekspresi wajah: Biasa
Rambut : Hitam, merata
Simetri muka : Simetris

Mata
Exophthalamus: Tidak ada
Enopthalamus : Tidak ada
Kelopak : Tidak ptosis, tidak ada bekas luka
Lensa : Jernih
Konjungtiva : Tidak anemik
Visus : Normal
Sklera : Tidak ikterik
Gerakan Mata : Tidak terhambat
Deviatio Konjugate: Tidak ada

Telinga
Tuli : Tidak Serumen : Ada
Selaput pendengaran: Intak Pendarahan : Tidak ada
Lubang : Lapang Cairan : Tidak ada
Penyumbatan : Tidak ada

Mulut
Bibir : Tidak sianosis Trismus : Tidak ada
Tonsil : T1-T1, tenang Faring : Normal

6
Leher
Kelenjar Tiroid : Normal
Kelenjar Limfe : Tidak teraba membesar

Thoraks
Paru-paru
- Inspeksi : Toraks tampak simetris baik dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak
terdapat retraksi sela iga, tidak tampak lesi, tidak ada bagian yang tertinggal, bentuk toraks
normal, jenis pernapasan abdominotorakal
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri, tidak teraba massa
- Perkusi :-
- Auskultasi : Suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung:
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : BJ I > BJ II, murni regular, murmur(-) gallop (-)

Abdomen
- Inspeksi : Perut datar tidak tampak distensi, tidak terdapat benjolan
- Auskultasi : Normoperistaltik
- Perkusi : Tympani di seluruh lapang abdomen
- Palpasi : Tidak terdapat pembesaran organ

Ekstremitas (lengan & tungkai)


Tonus : Normotonus
Edema : -/-/-/-
Sendi : Normal

7
STATUS LOKALIS

Regio Inguinalis
- Inspeksi : Tampak benjolan berukuran 4cm x 2cm x 2cm pada scrotum dextra, warna
sama seperti jaringan sekitar, tidak kemerahan
- Palpasi : Teraba massa dengan konsistensi kenyal, tidak teraba hangat, batas atas tidak
jelas, benjolan tidak dapat dimasukkan, tidak teraba testis, transiluminasi (-)
-Auskultasi : Terdengar suara bising usus pada benjolan (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 27 April 2019
Pemeriksaan Nilai
Hemoglobin 14,1 g/dL
Hematokrit 44%
Trombosit 265.000
Leukosit 8.400
Eritrosit 5,4 juta
PT 10,2 detik (0,8 x

8
kontrol)
APTT 32 detik (1,2 x
kontrol)
Na 138 mmol/L
K 4,5 mmol/L
Cl 104 mmol/L
Pemeriksaan Radiologi
Pada tanggal 27 april 2019

Foto Thoraks :
- Jantung tidak membesar
- Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
- Trakea relative di tengah, kedua hilus tidak menebal
- Corak bronkovaskular kedua paru baik
- Tidak tampak infiltrate maupun nodul pada kedua paru
- Kedua hemidafragma licin, kedua sinus kostofrenikus lancip
- Tulang-tulang yang tervisualisasi optimal kesan intak

9
Kesan :

Tidak tampak kelainan radiologis pada jantung dan paru

RESUME
Pada anamnesis pasien anak laki-laki usia 1 tahun 4 bulan didapatkan keluhan benjolan
Sejak 5 hari SMRS, benjolan turun ke kantung kemaluan kanan, benjolan membesar ketika
pasien menangis dan mengedan lalu masuk kembali, saat pasien tidur masuk kembali. Pasien 1
hari SMRS benjolan di kantong kemaluan sudah menetap dan tidak dapat masuk kembali. Pasien
terlihat rewel, terdapat keluhan muntah lebih dari 12x,sebanyak ½ gelas aqua, pasien demam
pada malam hari, sudah di berikan paracetamol syrup sempat menurun kemudian menggigil,
belum BAB dan kentut, BAK normal tidak terdapat gangguan.
Pada pemeriksaan fisik tidak terdapat distensi abdomen dan auskultasi normoperistaltik.
Pada regio inguinalis didapatkan benjolan pada scrotum sinistra dengan ukuran 4cm x 2cm x
2cm, warna sama seperti jaringan sekitar, batas atas tidak jelas, benjolan tidak dapat dimasukkan.
Teraba testis pada kedua scrotum, transiluminasi (-), dan auskultasi pada benjolan didapatkan
bising usus (+). Pada pemeriksaan laboratorium darah dan foto toraks dalam batas normal.

WORKING DIAGNOSIS
Hernia Skrotalis Dextra strangulata
RENCANA TATALAKSANA
Pro herniotomi

PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanactionam : Bonam

10
LAPORAN OPERASI (27 Maret 2019)
1. Pasien posisi supine dan dilakukan general anestesi
2. Dilakukan a dan antisepsis pada lapangan operasi dan sekitarnya,
3. Dilakukan insisi pada inguinal crest kanan menembus kutis subkutis
4. Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis Musculus Obliqus Abdominis Eksternus
(MOE)
5. Aponeurosis MOE dibuka secara tajam
6. Identifikasi funikulus spematikus, indentifikasi benjolan, tunika vaginalis dibuka, jeratan
cincin inguinal internus dibuka, tampak isi hernia berupa sekum,di kembalikan ke dalam
intra abdomen.
7. Dilakukan bridging memisahkan kantung proksimal dan distal. Kantong proksimal
dibebaskan dari jaringan sekitar.
8. Dilakukan herniaotomi dan ligase setinggi preperitoneal fat
9. Perdarahan dirawat, luka operasi ditutup lapis demi lapis
10. Operasi selesai.

Instruksi pasca operasi


1. Awasi TTV
2. Cegah infeksi : cefixime syr S2 dd cth ½
3. Cegah nyeri : paracetamol syr S3 dd cth 1
4. Diet lunak
5. Luka operasi di cek

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya,
hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Berdasarkan
letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya, seperti hernia diafragma,
inguinal, umbilikalis, femoralis, dll. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa
hernia inguinal direk, indirek, serta hernia femoralis.1
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar-masuk.
Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong
masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel.1
Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis
dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis
medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia ingunalis lebih banyak
ditemukan pada pria dari pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia
ingunalis 7 : 1. 1
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga
peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang teletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis (kanalis inguinalis berisi funikulus
spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan) dan jika cukup panjang,
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum sehingga disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke
depan melalui segitiga. Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar keluar melalui kanalis

12
inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia
longgar.1
Embriologi
Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi
diverticular peritoneum yang membentuk bagian ventral gubernaculum bilateral. Testis awalnya
terletak retroperitoneal dan processus vaginalis testis akan turun melewati canalis inguinalis ke
scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih
dahulu sehingga yang tersering hernia inguinalis lateralis dengan angka kejadian lebih banyak
pada laki-laki dan paling sering pada sebelah kanan.2
Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk
kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi processus vaginalis oleh
tunika vaginalis mengakibatkan berbagai anomali inguinal.2
Pada wanita, ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus. Processus vaginalis
normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati cincin interna.

Gambar 2.

13
Canalis Inguinalis3
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah dinding
anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki, saluran ini merupakan
tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke abdomen dan sebaliknya. Pada
perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum teres uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus
ke labium majus pudendi. Selain itu, saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki
maupun perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4cm) pada orang dewasa dan terbentang
dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak sekitar 1.3cm diatas ligamentum
inguinale pada pertengahan antara sias dan symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan
ke bawah dan medial sampai anulus inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada
aponeurosis obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat diatas
ligamentum inguinale.

Gambar 2. Canalis inguinalis


Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding posterior, dinding
inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior canalis inguinalis dibentuk oleh
aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis. Dinding posterior canalis inguinalis
dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding inferior canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan

14
pinggir bawah aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis yang disebut ligamentum
inguinale dan ujung medialnya disebut ligamentum lacunare. Dinding superior canalis inguinalis
dibentuk oleh serabut-serabut terbawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus
transversus abdominis yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-struktur yang terdapat
di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju abdomen dan sebaliknya. Pada
perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan
dari uterus menuju ke labium majus.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada laki-laki
dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis inguinalis untuk mengatasi
kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut muskulus obliquus
internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat di
belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-serabut paling
bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus abdominis
yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang melengkung menjadi datar dan
turun mendekati lantai. Atap mungkin menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar
sehingga sebenarnya canalis inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus, secara
alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae fleksi, dan
permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior dinding abdomen.
Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen dilindungi oleh tungkai
atas.

Trigonum Hesselbach
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:
· Inferior: Ligamentum Inguinale.
· Lateral: Vasa epigastrika inferior.
· Medial: Tepi m. rectus abdominis.

15
Dasarnya dibentuk oleh fascia transversalis yang diperkuat serat
aponeurosis m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut
sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum ini adalah hernia
indirek.

Gambar 3. Trigonum hesselbach

EPIDEMIOLOGI

Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan distribusi penyakit


sistem cerna pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit Indonesia tahun 2004, hernia
menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia.4 Di
Amerika Serikat dilaporkan bahwa 25% penduduk pria dan 2% penduduk wanita menderita
hernia inguinal, dengan hernia inguinal indirek yang sering terjadi. Insidens hernia inguinal pada
bayi dan anak-anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri
20-25%, dan bilateral 15%. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibanding laki-laki
sama (10%).4 Kasus hernia inguinalis merupakan satu dari beberapa komplikasi akibat
peningkatan tekanan intraabdominal. Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak
daripada hernia femoralis dan mempunyai presentase 75-80% pada keduanya dari seluruh jenis
hernia, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia umbilikalis 3%, dan 3% untuk hernia
lainnya. 2-3 Hernia inguinalis sering terjadi pada pria. Angka kejadian pria adalah 12 kali lebih
sering dibanding wanita. Walaupun frekuensi prosessus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi

16
pada perempuan. Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan 16% menderita hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia inguinalis
pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari insidens tersebut
mendekati 10%.3

Hernia
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh
dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.7
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia
Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang
artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang
lain adalah hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial
bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah
lateral vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan
kongenital meskipun ada yang didapat.8. Hernia inguinalis medialis (HIM) atau hernia direk
hampir selalu disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot
dinding di trigonum Hesselbach.1
Klasifikasi:1
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
2. Menurut lokasi/letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
3. Secara klinis
a. Hernia reponibile: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat berdiri atau
mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong masuk perut

17
b. Hernia ireponibile: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi
d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan pasasse

Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara lain:1,3
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
 Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
 Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
 Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi
 Partus
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
3. Prosesus vaginalis yang terbuka

Hernia terdiri atas tiga bagian:3


a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan mempunyai leher dan
badan (corpus)
b. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam cavitas abdominalis
dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum sampai organ besar seperti ren
c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilalui oleh kantong
hernia

18
Gambar 3. Bagian-bagian dari hernia

Perbedaan antar hernia inguinalis lateralis dan media


Tipe Deskripsi Hubungan Dibungkus Onset
dengan vasa oleh fascia
epigastrica spermatica
inferior interna
Hernia Penojolan melewati cincin inguinal dan Lateral Ya Kongenital
ingunalis biasanya merupakan kegagalan dan bisa pada
lateralis penutupan cincin ingunalis interna pada waktu dewasa.
waktu embrio setelah penurunan testis
Hernia Keluarnya langsung menembus fascia Medial Tidak Dewasa
ingunalis dinding abdomen
medialis
Tabel 1. perbandingan antara HIL dan HIM

Hernia Inguinalis Lateralis


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior.
Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis
inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat
terjadi secara kongenital atau akuisita: 5,6
1. Hernia inguinalis indirekta congenital.
Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis

19
propria testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong
peritoneum tersebut.
2. Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak
menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat terisi
dalaman perut (misalkan pada saat tekanan intra abdomen meningkat)

Gambar 4. Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia Inguinalis Medialis1


Hernia inguinalis direk disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke
depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi ligamentum inguinale di bagian inferior,
pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar
segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis
muskulus transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini
potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis
dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

20
Gambar 5. Hernia Inguinalis Medialis

Patofisiologi
Secara fisiologis, kanalis inguinalis merupakan kanal atau saluran yang normal. Pada
fetus, bulan ke delapan dari kehamilan terjadi descensus testiculorum. Penurunan testis
yang sebelumnya terdapat di rongga retroperitoneal dekat ginjal, akan masuk ke dalam
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang dikenal sebagai processus vaginalis
peritonei.
Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka prosesus vaginalis yang
kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, prosesus yang terbuka ini akan menutup
pada usia 2 bulan. Bila prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua
otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan
tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua prosesus tersebut telah menutup. Namun

21
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat seperti batuk – batuk kronik, bersin yang kuat dan
mengangkat barang – barang berat, mengejan. Prosesus yang sudah tertutup dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan
keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi
pada semua. 8
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan alat
reproduksi pria dan wanita semasa janin.

Gambaran Klinis1
Hernia inguinalis lateralis
 Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, bersin, berdiri,
mengangkat berat dan hilang setelah berbaring (apabila masih reponibel)
 Nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrium atau para umbilical sewaktu segmen
usus halus masuk ke kantong hernia
 Mual, muntah, kolik bila terjadi inkaserasi ataupun strangulasi
Hernia inguinalis medialis
 Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan hernia
ingunalis lateralis

22
Diagnosis
Diagnosis hernia skrotalis ditegakkan atas dasar benjolan dapat direposisi atau tidak
dapat direposisi, ada tidaknya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke
kranial melalui annulus eksternus. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elephantiasis
skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya. 6

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia
reponibel, keluhan satu-satunya adalah benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai,
kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong
hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 6

Tanda klinis pada pemeriksan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien
mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang muncul sebagai penonjolan di region
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang
dapat diraba pada funikulus spermatikus dengan cara menggesek dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan
sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ,
bergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, atau ovarium. Dengan jari
telunjuk, atau jari kelingking pada pasien anak, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan
menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Jika hernia tersebut dapat direposisi, pada waktu jari masih berada
dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti
hernia inguinalis lateralis dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya berarti hernia inguinalis
medialis. Isi hernia pada bayi perempuan yang teraba seperti sebuah massa padat, biasanya
terdiri atas ovarium. 6

Diagnosis ditegakan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau jika tidak dapat direposisi,
atas dasar tidak adanya batas yang jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial

23
melalui annulus eksternus. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elephantiasis skrotum.
Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya. 6

Pemeriksaan
Secara klinis pada anak dengan hernia tampak massa lunak yang keluar dari kanalis eksternus
yang terletak pada superior dan lateral dari tuberculum pubicum. Benjolan ini akan Nampak jelas
pada saat anak mengejan, menangis atau batuk. Kadangkala hernia dicurigai berdasarkan riwayat
saja dan tidak dapat dilihat pada saat pemeriksaan. Tanda yang lain adalah “Silk Glove Sign”
dimana pada pemeriksaan teraba penebalan dari spermatic cord yang dapat dipalpasi saat
spermatic cord melintasi tuberculum pubicum. Hal ini menunjukkan adanya kantung hernia
sekitar spermatic cord dan akan Nampak jelas pada hernia unilateral karena dapat dibandingkan
dengan sisi yang sehat.
1. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan menghilang saat berbaring atau saat direposisi.
2. Hernia ireponibel terdapat benjolan dilipat paha yag muncul pada waktu berdiri, batuk,
bersin atau mengedan dan tidak menghilang saat berbaring atau saat direposisi
3. Hernia inguinal
a. Lateralis: muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial,
tonjolan berbentuk lonjong.
b. Medialis: tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

Komplikasi
1. Hernia inkarserasi
Isi hernia yang tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang
sederhana, menyebabkan gangguan dari pasase usus, mual, dan muntah. Hernia yang
membesar mengakibatkan nyeri dan tegang. Pada hernia inkarserasi, hernia tidak dapat
direposisi.
2. Hernia strangulasi
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam
hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan

24
pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu.
Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan
serosanguinus.

Penatalaksanaan
Terapi konservatif yaitu dapat dilakukan reposisi bimanual dengan cara tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
tekanan lambat dan menetap sampai terjadi reposisi. Sedangkan reposisi spontan pada anak yaitu
menidurkan anak dengan posisi trendelenburg, pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas
hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak.

Operatif
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin kemudian dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi.
Pada anak-anak dilakukan herniotomi tanpa hernioraphy karena masalahnya pada
kantong hernia sedangkan keadaan otot-otot abdomen masih kuat (tidak lemah), maka dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu
dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat
direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
Teknik Operasi
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu: 10
1. Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint tendon
didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan seanatomis
mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna. Menjahit conjoint tendon

25
dengan ligamentum inguinale. Merupakan metode herniorafi yaitu setelah diseksi kanalis
inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha.
2. Shouldice, seperti bassini tetapi ditambah jahitan fascia transversa dengan lig. Cooper.
3. Lichtenstein, menggunakan propilene (bahan sintetik) untuk menutup segitiga Hasselbach
dan mempersempit anulus internus.
4. Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord (kebalikan dari cara
Bassini) yaitu seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus berada diluar apponeurosis
M.O.E.
5. Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper yaitu meletakkan conjoint tendon lebih
posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.

Kesimpulan

Diagnosis hernia skrotalis ditegakkan atas dasar benjolan dapat direposisi atau tidak dapat
direposisi, ada tidaknya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial
melalui annulus eksternus. Pada hernia strangulasi Jepitan cincin hernia akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga
terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia.
Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga
akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Sehingga pada pasien dengan diagnosis
hernia skrotalis dextra strangulata dapat dilakukan operasi segera.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal. 619-29

2. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
3. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa: Liliana
Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-90
4. Agustina VA. Hubungan antara obesitas dengan kejadian hernia inguinalis. Unnes
Journal of Public Health, September 2014;3(3):1-8.
5. Wulan AJ, Iman SA. Refleks bersin pacu terjadinya hernia inguinalis. Majority, Maret
2017;6(2):78-84
6. Sjamsuhidajat R, Prasetyono TOH, Rudiman R, Riwanto I, Tahelele P. Buku ajar ilmu
bedah sistem organ dan tindak bedahnya. Edisi 4. Vol 2. Jakarta:EGC;2017.h.645-9
7. Manthey, David. Hernias .2007.on 14 June 2012 Available at
http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
8. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-17
9. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-17

27

Anda mungkin juga menyukai