Anda di halaman 1dari 18

Struktur Otak dan Pengaruh Tekanan Intra Kranial pada Otak

Royke Fabian Novan


10201120
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
E-mail : roykefabian@gmail.com

Salah satu bagian paling vital pada tubuh manusia adalah otak. Otak merupakan pusat
dari keseluruhan tubuh manusia dan mengendalikan semua fungsi tubuh mulai dari
pengendalian proses berpikir, berhitung, memori, bahasa, emosi, denyut jantung, aliran darah,
kemampuan gerak atau motorik, suhu tubuh, keseimbangan cairan, keseimbangan hormonal,
dan pengendalian semua organ tubuh tanpa terkecuali. Oleh karena itu, otak perlu mendapat
perlindungan yang sangat ekstra demi menjaga kelangsungan kerjanya. Terdapat berbagai
struktur dari kepala yang melindungi otak diantaranya tengkorak. Selain tengkorak, terdapat
juga lapisan-lapisan atau membran pembungkus otak dan sistem saraf tepi yang ada di
dalamnya yang disebut dengan meninges. Dan juga terdapat cairan di otak yang mempunyai
fungsi yang bervariasi yang dinamakan cairan serebrospinal (CSS) atau liquor cerebrospinal
(LCS). Namun untuk melaksanakan semua fungsi tersebut, otak perlu mendapatkan energi
dan nutrisi serta oksigen yang dimediasi oleh sistem vaskularisasi yang berada di otak.
Kata kunci: cerebrum, meninges, cairan serebrospinal (CSS), vaskularisasi

Abstract

One of the most vital parts of the human body is the brain. Brain is the center of the
whole human body and controls all body functions ranging from process control thinking,
counting, memory, language, emotions, heart rate, blood flow, movement or motor skills,
body temperature, fluid balance, hormonal balance, and control of all organs of the body
without exception. Therefore brains need to get extra protection so it works in order to
maintain continuity. There are various structures of the head among which the skull protects
the brain. In addition to the skull, there are also layers or membranes covering the brain and
peripheral nervous system that is in it is called the meninges. And also there is fluid in the
brain that have a variety of functions, called cerebrospinal fluid (CSS) or liquor
cerebrospinal (LCS). However, to carry out all these functions, the brain needs to obtain
energy and nutrients as well as oxygen-medeiated vascularization system in the brain.
Keywords: cerebrum, meninges, cerebrospinal fluid (CSS), vascularization
Pendahuluan

Otak mengendalikan semua fungsi tubuh bersama dengan medulla spinalis membentuk
sistem saraf pusat. Selain paling penting, otak juga merupakan organ yang paling rumit.
Seandainya jantung atau paru-paru berhenti bekerja selama beberapa menit manusia masih
bisa bertahan hidup. Namun jika otak berhenti bekerja selama satu detik saja maka manusia
akan mati. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang paling penting dari seluruh organ
di tubuh manusia.
Cranium atau tulang tengkorak membungkus dan melindungi otak dari cedera kepala.
Otak selain mempunyai perlindungan cranium juga tertutup lapisan keras yang disebut
meninges dan terdapat cairan yang disebut dengan cairan cerebrospinal (CSS). Otak perlu
mendapatkan energi dan nutrisi serta oksigen yang dimediasi oleh sistem vaskularisasi yang
berada di otak.

 Struktur Makroskopis Cerebrum

Cerebrum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk
telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Cerebrum terdiri dari 2
hemispherium cerebri yang dihubungkan oleh substansi alba yang disebut corpus callosum.
Setiap hemispher terbentang dari os frontale sampai ke os occipitale, di atas fossa cranii
anterior, media, dan posterior, di atas tentorium cerebelli. Hemisphere dipisahkan oleh
sebuah celah dalam, yaiitu fossa longitudinalis cerebri, tempat menonjolnya falx cerebri.1
Lapisan permukaan hemispherium cerebrii disebut cortex dan disusun oleh subtantia
grisea. Sejumlah sulci yang besar membagi permukaan setiap hemisphere dalam lobus-lobus.
Lobus pada otak besar yaitu:1
1. Lobus frontalis : bagian dari cerebrum yang terletak di depan sulkus sentralis.
2. Lobus parietalis : terdapat di depan sulcus sentralis dan di belakang oleh
coracooccipitalis.

3. Lobus temporalis : terdapat di bawah l;ateral dan fisura serebralis dan di depan
lobus occipitalis.
4. Lobus occipitalis : mengisi bagian belakang dari cerebrum.
Gambar 1. Lobus pada cerebrum2

Gyrus yang ada pada cerebrum adalah:1


1. Gyrus precentralis terletak tepat anterior terhadap sulcus centralis dan di kenal sebagai
area motoris. Pada area motoris ini, tubuh dipresentasikan dalam posisi terbalik. Sel-sel
saraf yang mengatur kaki berlokasi di bagian atas, sedangkan yang mengatur gerakan
wajah berlokasi di bagian bawah.
2. Gyrus postcentralis terletak tepat posterior terhadap sulcus centralis dan dikenal sebagai
area sensoris. Sel-sel saraf kecil di daerah ini menerima dan menginterpretikan sensai
nyeri, suhu, raba, dan tekan dari sisi tubuh kontralateral.
3. Gyrus temporalis superior terletak di bawah sulcus lateralis. Bagian tengah sulcus ini
menerima dan menginterpretasikan suara dan dikenal sebagai area auditiva.

Pada cerebrum juga terdapat:1,2


1. Area broca atau area bicara motoris, terletak tepat di daerah sulcus lateralis. Area ini
mengatur gerakan bicara. Pada orang bertangan kanan, area brocha hemisphere kiri
bersifat dominan, sedangkan orang bertangan kiri, area brocha hemiphere kanan
bersifat dominan.
2. Area visual terletak pada polus posterior dan aspek medial hemisphere cerebrum di
daerah sulcus calcarinus. Area ini merupakan area penerimaan kesan visual.

Gambar 2. Bagian-bagian pada cerebrum


 Struktur Mikroskopis Cerebrum

Secara histologis, cerebrum memiliki lapisan-lapisan yang diklasifikasikan di dalam


pembagian K. Broadman, yaitu:3,4
1. Lapisan molekuler atau pleksiformis
2. Lapisan granular luar
3. Lapisam sel piramidal
4. Lapisan granula dalam
5. Lapisan piramidal dalam (lapisan ganglionik)
6. Lapisan sel multiformis
Semua lapisan tersebut tidak mempunyai batas yang tegas dan semua berisi neuroglia.
Pada cerebrum juga terdapat sel-sel yaitu:4
1. Sel piramid
2. Sel granuler
3. Sel horizontal
4. Sel martinotti

 Vaskularisasi Cerebral - Arteria

Berat otak sebesar 2,5% dari berat badan secara keseluruhan. Namun, otak merupakan
organ tubuh yang paling banyak menerima darah dari jantung, yakni seperlima dari seluruh
darah yang mengalir ke seluruh jaringan tubuh.
Diperkirakan, metabolisme otak menggunakan sekitar 18% dari total konsumsi oksigen
tubuh. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika masa hidup jaringan otak yang
menghadapi kekurangan okisigen cukup singkat. Ini berarti, jaringan otak akan mudah mati
jika pasokan aliran darahy berhenti atau tersumbat. Pasokan aliran darah ke otak dilakukan
oleh dua pembuluh arteri utama, yaitu sepasang arteri carotis interna yang memasok sekitar
70% dari keseluruhan jumlah darah otak, dan sepasang arteri vertebralis yang mencukupi
30% sisanya.5,6
Arteri-arteri duramater mengantar lebih banyak darah kepada calvaria dibanding
kepada duramater cranialis. Arteri meningeal terbesar, yakni arteri meningea media, adalah
cabang arteri maxillaris. Arteri meningea media memasuki cavitas cranii melalui foramen
spinosum, melintas ke arah pada dasar fossa cranii media, dan berbelok ke arah superolateral
pada ala major ossis sphenoidalis, dan di sini terbagi menjadi ramus posterior dan ramus
anterior. Ramus anterior melintas ke superior titik pterion, lalu melengkung ke posterior dan
naik ke arah puncak kepala. Ramus posterior melintas superoposterior dan melepaskan
cabang-cabang untuk bagian posterior cranium. Vena-vena duramater mengiringi arteri-arteri
meningeal dan juga arteri dapat terobek pada fraktur calvaria.
Persarafan duramater cranialis terutama terjadi melalui ketiga divisi nervus cranialis
vena cabang-cabang sensoris juga berasal dari nervus vagus (N. X) dan ketiga saraf servikal
teratas. Badan-badan akhir sensoris dalam duramater cranialis terdapat lebih banyak
sepanjang kedua sisi sinus sagitalis superior dan dalam tentorium cerebelli dibanding pada
dasar cranium. Serabut untuk perasaan sakit juga banyak terdapat pada tempat arteri-arteri
dan vena-vena menembus duramater cranialis.
Selain itu pada batang otak aliran darah/pendarahan terjadi melalui cabang arteri carotis
interna dan arteri vertebralis. Arteri carotis interna dipercabangkan di leher dari arteri carotis
communis. Cabang arteri carotis interna ialah arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media.
Arteri vertebralis berawal di pangkal leher sebagai cabang bagian pertama kedua arteri
subclavia dan bersatu pada tepi kaudal pons untuk membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris
yang diberi nama demikian karena hubungannya yang demikian erat dengan dasar cranium,
melintas lewat cisterna pontis ke tepi posterior pons, dan disini berakhir dengan cabang
menjadi arteri cerebri posterior dextra.6
Dalam garis besar masing-masing arteri cerebralis mengantar darah kepada satu
permukaan dan satu kutub cerebrum sebagai berikut:6
1. Arteri cerebri anterior mengantar darah kepada hampir seluruh permukaan medial dan
permukaan superior, serta polus frontalis.
2. Arteri cerebri media mengantar darah kepada permukaan lateral dan polus temporalis.
3. Arteri cerebri posterior mengantar darah kepada permukaan inferior dan polus
occipitalis.
Circularis anteriosus cerebri (Wilis) pada dasar otak adalah anasmotosis yang penting
antara empat arteri (arteri vertebralis dan arteri carotis interna) yang memasok darah kepada
otak. Circulus arteriosus cerebri (Wilis) dibentuk oleh arteri cerebri posterior, arteri
communicans posterior, arteri carotis interna, arteri cerebri anterior, dan arteri communicans
interna. Secara umum dijumpai berbagai variasi dalam ukuran arteri-arteri pembentuk
circulus arteriosus cerebri (Wilis).6
No. Arteri Asal Distribusi
1. A. Vertebralis A. Subclavia Meninges dan cerebellum
2. A. Inferior posterior cerebelli A. Vertebralis Aspek postero-inferior
cerebellum
3. A. Basilaris Dibentuk melalui Truncus encephali,
persatuan a. vertebralis cerebellum, dan cerebrum
4. A. Pontis A. Basilaris Banyak cabang ke truncus
encephali
5. A. Inferior anterior cerebelli A. Basilaris Aspek inferior cerebellum
6. A. Superior cerebelli A. Basilaris Aspek superior cerebellum
7. A. Carotis interna A. Carotis communis Melepaskan cabang-cabang
pada tepi atas cartilago dalam sinus cavernosus dan
thyroidea merupakan pemasok darah
utama untuk otak
8. A. Cerebri anterior A. Carotis interna Hemisfer-hemisfer
cerebrum, kecuali lobus
occipitalis
9. A. Cerebri media Lanjutan a. carotis Bagian terbesar permukaan
interna di sebelah distal lateral hemisfer-hemisfer
dari a. cerebri anterior cerebrum
10. A. Cerebri posterior Cabang terminal a. Aspek inferior hemisfer-
basilaris hemisfer cerebrum dan
lobus occipitalis
11. A. Communicans anterior A. Cerebri anterior Circulus arteriosus cerebri
(Willis)
12. A. Communicans posterior A. Cerebri posterior Circulus arteriosus cerebri
(Willis)
Tabel 1. Pendarahan arterial otak6

Gambar 3. Sirkulasi arteri pada otak


 Vakularisasi Cerebral – Vena

Arteri ini tidak mempunyai jaringan muscular dan tidak pula mempunyai katup. Arteri
ini bermuara di subarachnoid space yang mana yang mengalir ke daerah Sinus Venosus
Cerebri. Vena cerebri terbagi menjadi dua jenis yaitu:7,8
1. Vena cerebri externa (VCE)
Jenis-jenis dari arteri ini adalah:
a. VCE Superior
Berjalan ke daerah atas pada bagian lateral hemisphere cerebri yang
bermuara di sinus sagitalis superior.
b. VCE Superfisialis
- Mengalir ke bagian lateral hemisphre cerebri.
- Diketahui pula, berjalan ke bagian inferior dalam sulcus lateralis dan
bermuara di sinus cavernosus.
c. VCE media profunda
Mengalir ke insula dan bergabung dengan vena cerebri anterior dan vena
striata untuk membentuk vena basalis dan bergabung lagi menjadi vena magna
cerebri yang bermuara di sinus rectus.
2. Vena Cerebri Interna
Terbentuk dari gabungan-gabungan vena thalamo striata dan vena choroidea di
foramen interventrikulare yang berjalan pada bagian posterior di dalam tela choroidea
ventrikuli tertii (thee), setelah itu bergabung di bagian bawah splenum corporis callosi
untuk membentuk vena cerebri yang bermuara di sinus rectus.

 Meninges

Otak dibungkus oleh selubung mesodermal yang disebut meninges. Lapisan luarnya
adalah pachymeninx atau duramater dan lapisan dalamnya, leptomeninx, dibagi menjadi
arachnoidea dan piamater.9,10,11
Gambar 4. Lapisan-lapisan selaput otak/meninges

1. Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat dengan
suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua lapisan dural yang
melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat di tempat dimana keduanya berpisah
membentuk lapisan kembar yaitu falx cerebri untuk menyediakan ruang bagi sinus
venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-lapisan dural), dan di
tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara bagian-bagian otak.9
Lapisan periosteal letaknya hanya sampai pada foramen magnum dan tidak
berlanjut ke lapisan duramater medula spinalis. Lapisan ini menempel pada bagian
otak. Lapisan ini juga melekat pada ligamentum sutural dan melekat erat dengan
tulang-tulang di basis cranii.
Lapisan meningeal adalah duramater yang sebenarnya merupakan membrana
fibrosa yang padat kuat yang membungkus otak dan melanjutkan diri setelah melalui
foramen magnum sebagai duramater medula spinalis. Lapisan ini membentuk empat
septum ke arah dalam yang membagi cavum cranii menjadi ruang-ruang yang saling
berhubungan dengan bebas dan menampung bagian-bagian otak. Fungsi dari septum-
septum ini adalah menghambat pergeseran otak.
Falx cerebri merupakan lipatan duramater berbentuk bulan sabit yang terletak di
garis tengah antara kedua hemispherium cerebri. Ujung posteriornya yang lebar
menyatu dengan permukaan atas tentorium cerebelli di garis tengah. Sinus sagitalis
superior berjalan pada pinggir atasnya yang terfiksasi, sinus sagitalis inferior berjalan
pada pinggir bawahnya yang bebas dan cekung dan sinus rectus berjalan sepanjang
perlekatannya pada tentorium cerebelli.
Tentorium cerebelli adalah lipatan duramater yang berbentuk bulan sabit yang
menjadi atap fossa cranii posterior. Lapisan ini menutupi permukaan atas cerebellum
dan menyokong lobus occipitalis cerebri.
Falx cerebelli adalah lipatan durameter kecil berbentuk sabit yang melekat pada
crista occipitalis interna yang menonojol ke depan di antara kedua hemispherium
cerebri. Pinggir posteriornya yang terfiksasi berisi sinus occipitalis.1
2. Arachnoidmater
Arachnoidmater adalah membran impermiabel halus yang meliputi otak dan
terletak di antara piamater di sebelah dalam dan duramater di sebelah luar. Selaput ini
dipisahkan oleh ruang potensial yang disebut spatium subdural, dan dari piamater oleh
spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoideamater dan
piamater terpisah lebar membentuk cisternae subarachnoidea. Pada daerah tertentu
arachnoidmater menonjol ke dalam sinus venosus membentuk vili arachnoidales. Vili
arachnoidales berfungsi sebagai perembesan liquor cerebrospinalis ke dalam aliran
darah.1
3. Piamater
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi
permukaan otak dan membentang ke dalam sulcus, fissure dan sekitar pembuluh darah
di seluruh otak. Piamater juga membentang ke dalam fissure transversalis di bawah
corpus callosum. Di tempat ini piamater membentuk tela choroidea dari ventrikel
tertius dan lateralis, dan bergabung dengan ependim dan pembuluh-pembuluh darah
choroideus untuk membentuk pleksus choroideus dari ventrikel-ventrikel ini. Piamater
dan ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan membentuk tela choroidea
di tempat itu.9

 Liquor Cerebrospinal (LCS) atau Cairan Serebrospinal (CSS)

Liquor Cerebrospinal (LCS) mengelilingi dan menjadi bantalan bagi otak dan medula
spinalis. LCS berwarna jernih tak berwarna. Cairan ini mengisi ventrikel dan ruang
subarachnoid. Fungsi utama LCS adalah sebagai cairan perendam kejut untuk mencegah otak
menumpuk bagian anterior tengkorak yang keras ketika kepala tiba-tiba mengalami benturan.
Fungsi lainnya adalah mengatur isi tengkorak dan metabolisme yakni pertukaran bahan antar
sel-sel saraf dan cairan interstitium.
LCS dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus yang terdapat di bagian-bagian tertentu
rongga ventrikel otak. Pleksus khoroideus terdiri dari massa piamater kaya pembuluh darah
berbentuk kembang kol yang masuk ke dalam kantung-kantung yang dibentuk oleh sel
epinem. LCS terbentuk sebagai akibat dari mekanisme transpor selektif menembus membran
pleksus khoroideus. Setelah terbentuk, LCS mengalir melewati empat ventrikel yang saling
berhubungan dalam interior otak dan melalui kanalis sentralis sempit di medula spinalis, yang
berhubungan dengan ventrikel terakhir. LCS keluar melalui lubang-lubang kecil dari
ventrikel keempat di dasar otak untuk masuk ke ruang subarakhnoidea dan kemudian
mengalir antara lapisan-lapisan meninges di seluruh permukaan otak dan medula spinalis.
Ketika mencapai bagian atas otak, LCS direabsorpsi di ruang subarachnoid ke dalam darah
vena melalui vilus arakhnoid.11

 Sifat dan Komposisi LCS

LCS mempunyai sifat jernih. Komposisi LCS sama dengan plasma darah, terutama
untuk Na dan K, walaupun cairan serebrospinal hanya mengandung sedikit protein. Berikut
merupakan komposisi LCS:6,7
- Jumlah total : ± 120 ml - pH : ± 7,4
- Tekanan : 60-150 mmH2O - Sel : 0-beberapa
atau 70-180 mmHg (biasanya limfosit)
- Protein : 200-300 mg/l - Kolesterol : 0,06-0,22 mg%
- Glukosa : 2,8-4,4 mmol/l - Ca : 4,5-5,5 mg%
- Berat jenis : 1,006-1,009

 Fungsi LCS7
1. Sebagai peredam benturan.
2. LCS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok pada LCS
berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan
lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf.
3. LCS menyediakan otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak
dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang
mengenai tulang tengkorak.
4. LCS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan otak, seperti CO2, laktat, dan
ion hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem limfatik,
dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik
lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui vili arakhnoid.
5. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon-hormon dari lobus
posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke LCS dan
transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.
6. Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan LCS dengan
mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya
melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuki ke dalam
rongga subarakhnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar
30%.

 Spatium Liquor Cerebrospinalis9

Susunan syaraf pusat (SSP) seluruhnya diliputi oleh liquor cerebrospinalis (LCS).
LCS juga mengisi rongga dalam otak, yaitu ventriculus, sehingga mungkin untuk
membedakan spatium liquor cerebrospinalis internum dan externum yang berhubungan
pada region ventriculus quartus.
1. Spatium Liquor Cerebrospinalis Internum
Sistem ventricular terdiri dari empat ventriculares; dua ventriculus lateralis (I
& II) di dalam hemispherii telencephalon, ventriculus tertius pada diencephalon dan
ventriculus quartus pada rombencephalon (pons dan med. oblongata). Kedua
ventriculus lateralis berhubungan dengan ventriculus tertius melalui foramen
interventriculare (Monro) yang terletak di depan thalamus pada masing-masing sisi.
Ventriculus tertius berhubungan dengan ventriculus quartus melalui suatu lubang
kecil, yaitu aquaductus cerebri (aquaductus sylvii).
Pleksus choroideus dari ventrikel lateralis merupakan suatu penjuluran
vascular seperti rumbai pada piamater yang mengandung kapiler arteri choroideus.
Pleksus ini menonjol ke dalam rongga ventrikel dan dilapisi oleh lapisan epitel yang
berasal dari ependim. Pelekatan dari pleksus terhadap struktur-struktur otak yang
berdekatan dikenal sebagai tela choroidea. Pleksus ini membentang dari foramen
intereventrikular, dimana pleksus ini bergabung dengan pleksus-pleksus dari
ventrikel lateralis yang berlawanan, sampai ke ujung cornu inferior (pada cornu
anterior dan posterior tidak terdapat pleksus choroideus). Arteri yang menuju+ ke
pleksus terdiri dari arteri choroidalis anterior, cabang arteri carotis interna yang
memasuki pleksus pada cornu inferior; dan arteri choroidalis posterior yang
merupakan cabang-cabang dari arteri cerebrum posterior.
Gambar 5. Spatium liquor cerebrospinalis internum (tampak samping/lateral)14

Ventrikel tertius merupakan suatu celah ventrikel yang sempit di antara dua paruhan
diencephalons. Atapnya dibentuk oleh tela choroidea yang tipis, suatu lapisan ependim,
dan piamater dari suatu pleksus choroideus yang kecil membentang ke dalam lumen
ventrikel. Dinding lateral ventriculus tertius dibentuk oleh thalamus dengan adhesion
interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke
anterior, recessus suprapinealis dan recessus pinealis kearah caudal. Ventriculus quartus
membentuk ruang berbentuk kubah di atas fossa rhomboidea, antara cerebellum dan
medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-masing
recessus berakhir pada foramen Luscka, muara lateral ventriculus quartus. Pada perlekatan
vellum medullare anterior terdapat aperture mediana Magendie. Ventrikel keempat
membentang di bawah obeks ke dalam canalis centralis sumsum tulang belakang.

Gambar 6. Spatium liquor cerebrospinalis internum (tampak belakang)5

2. Spatium Liquor Cerebrospinalis Externum


Spatium liquor cerebrospinalis externum terletak antara dua lapisan
leptomeninx. Di sebelah interna dibatasi oleh piamater dan sebelah externa dibatasi
oleh arachnoidea (spatium subarachnoideum). Spatium ini sempit pada daerah
konveks otak dan di dasar otak membesar hanya pada daerah-daerah tertentu, tempat
terbentuknya liquor cerebrospinalis yaitu cisterna. Sedangkan piamater melekat erat
pada permukaan luar SSP, membrane arachnoidea meluas ke sulci, lekukan, dan
fossa sehingga di atas lekukan yang lebih dalam terbentuklah rongga yang lebih
besar, yaitu cisterna subarachnoidea, yang diisi liquor cerebrospinalis. Rongga yang
terbesar adalah cisterna cerebellomedullaris antara cerebellum dengan medulla
oblongata. Cisterna interpedicularis di sudut antara dasar diencephalon, pedunculi
cerebri dan pons dan didepannya yaitu region chiasma terdapat cisterna chiasma.
Permukaan cerebellum, lamina quadrigeminalis dan epiphysis membatasi cisterna
ambiens (cisterna superior) yang dilintasi jaring-jaring jaringan ikat yang luas.

 Sirkulasi LCS

Sebagian besar cairan serebrospinalis dibentuk oleh ventrikel lateral otak dengan
kecepatan 0,3 – 0,4 meningococcus/menit atau 500 meningococcus/hari. Dalam keadaan
normal jumlah cairan serebrospinalis adalah 100 - 150.
Cairan kebanyakan keluar dari setiap ventrikel lateral, melalui foramen Monro
menuju ventrikel III, melalui akuaduktus Sylvi masuk ke ventrikel IV dan mengalir ke
ruang subrakhnoid melalui foramen Luschka dan Magendi.
Ruang subarakhnoid mengelilingi otak dan medula spinalis, dan cairan
serebrospinalis bersirkulasi diseluruh ruang tersebut
Kebanyakan absorpsi cairan serebrospinalis terjadi pada villi arakhnoid. Mekanisme
yang pasti kenapa terutama mengambil tempat tersebut tidak diketahui, tetapi perbedaan
diantara tekanan hidrostatik cairan serebrospinalis dan sinus-sinus venosus adalah sangat
penting.
Kapasitas absopsi adalah 2-4 kali lebih besar dari kecepatan normal sirkulasi cairan
serebrospinalis Otak dan cairan serebrospinalis bersama-sama dengan pembuluh darah
otak diliputi oleh tulang yang kaku.
Rongga kranium normal mengandung berat otak ± 1400 gram, 75 ml darah dan 75
ml cairan serebrospinalis. Otak, volume darah dan cairan serebrospinalis didalam kranium
pada setiap saat harus relatif konstan.
Yang lebih penting adalah penekanan pada pembuluh darah otak bila terjadi
peninggian tekanan intrakranial.1,5
Gambar 7. Sirkulasi liquor cerebrospinalis

 Topografi lumbal pungsi:9,10

1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi
ditarik ke arah lutut), ektremitas bawah fleksi maksimum (lutut ditarik ke arah
dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.

2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan


menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis
antara kedua spina iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat
pula dilakukan antara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada
bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm
dengan larutan povidon iodin diikuti dengan larutan alkohol 70% dan tutup dengan
duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah
memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi
tersebut selama 1 menit.
5. Tusukkan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah ditentukan. Masukkan jarum
perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum
terbuka ke atas sampai menembus duramater. Jarak antara kulit dan ruang
subarakhnoid berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya
1,5-2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada

remaja jaraknya 6-8 cm.


6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan
yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. Ambil
cairan untuk pemeriksaan.
7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester

 Tekanan Intrakranial

Kranium dan kanalis vertebralis yang utuh, bersama-sama dengan durameter


membentuk suatu wadah yang berisi jaringan otak, darah dan cairan serebrospinalis. Jika
diukur tekanan intrakranial yang normal adalah 515 mm Hg.10

 Tekanan Intra Kranial Tinggi

Bila terjadi kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan
cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial. Sebab volume yang meninggi ini dapat
dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinalis dari ronga tengkorak ke kanalis
spinalis dan disamping itu volume darah intrakranial akan menurun oleh karena
berkurangnya peregangan durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal
dengan complience. Jika otak, darah dan cairan serebrospinalis volumenya terus menerus
meninggi, maka mekanisme penyesuaian ini akan gagal dan terjadilah tekanan tinggi
intrakranial

 Etiologi

Volume intrakranial yang meninggi dapat disebabkan oleh:9,10

1. • Tumor serebri
2. • Infark yang luas
3. • Trauma
4. • Perdarahan
5. • Abses
6. • Hematoma ekstraserebral
7. • Acute brain swelling

2. Dari faktor pembuluh darah Meningginya tekanan vena karena kegagalan jantung atau
karena obstruksi mediastinal superior, tidak hanya terjadi peninggian volume darah
vena di piameter dan sinus duramater, juga terjadi gangguan absorpsi cairan
serebrospinalis.

3. Obstruksi pada aliran dan pada absorpsi dari cairan serebrospinalis, maka dapat terjadi
hidrosefalus

Kesimpulan

Jaringan otak, darah beserta pembuluh darah dan cairan serebrospinalis merupakan
faktor yang penting dalam menentukan tekanan intrakranial. Ketiga faktor ini selalu berada
dalam keadaan yang seimbang. Bila otak, darah dan cairan serebrospinalis volumenya
terus meningkat,maka mekanisme penyesuaian akan gagal dan terjadilah tekanan tinggi
intrakranial
Daftar Pustaka

1. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006.
h. 750-60.
2. Junquiera LC, Tambayong J, Dany F. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi 10.
Jakarta: EGC; 2007. h. 165-8.
3. Wahyu GG. Stroke hanya menyerang orangtua?. Yogyakarta: Bentang Pusaka; 2010.
h. 9.
4. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinik dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002. h. 358-368.
5. Krishna A. Neospirituality & neuroscience. Jakarta: Gramedia; 2010. h. 111-112.
6. Sitorus MS. Sistem ventrikel dan liquor cerebrospinal. Medan: Bagian Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2004.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2009. h.
151.
8. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2002. h. 98.
9. Chusid JG. Corelatif neuroanatomy and functional neurology. 2nd ed. New York:
Lange medical Publication; 1990. h. 391-397.
10. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2008. h. 632.
11. Muttaqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h. 31-2.

Anda mungkin juga menyukai