Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (252-257)

POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA


MANAJEMEN FARINGITIS AKUT DEWASA DI PUSKESMAS
Dewi Puspita Apsari1, Ni Made Oka Dwicandra2, Abdul Khodir Jaelani3*
1,2
Prodi Farmasi Klinis, Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali
3
DIII Kebidanan, Akademi Kebidanan Indragiri,29312 Rengat Pekanbaru
Email : abdulboyzzz@gmail.com*

Submitted :27-04-2017, Reviewed:16-05-2017, Accepted:09-06-2017


DOI: 10.22216/jen.v2i3.2084

ABSTRACT
Acute pharyngitis is one of the most common diseases in primary health care, Bali. However, the best
management to control the number of antibiotics prescribing in acute pharyngitis is not known. This
study aims to determine the best management to control antibiotics prescribing in adult who has acute
pharyngitis. This prospective cohort study involved 93 patients aged 12-45 years who had been
diagnosed with acute pharyngitis by a physician. Measurements were made on the number of drugs per
prescription, frequency antibiotic, quantity antibiotic and DDD antibiotics. Centor Criteria and RADT
can reduce the number of antibiotic prescriptions than empirical management in primary health care
district X, Bali. Decrease occurred on the the number of drugs per prescription, frequency antibiotic,
quantity antibiotic and DDD antibiotics. Management centor criteria and RADT are the best strategies
to reduce antibiotic prescription in primary health care distict X, Bali.

Keywords : Antibiotic Prescribing Pattern, Acute Pharyngitis, Centor Criteria, Empirical, RADT.

ABSTRAK
Faringitis akut merupakan salah satu kondisi penyakit yang sering dialami oleh pasien di puskesmas.
Namun belum diketahui manajemen terbaik untuk menekan penggunaan antibiotika pada kasus
faringitis akut dewasa di Puskesmas Kabupaten X, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
manajemen terbaik dalam menekan jumlah peresepan antibotika pada kasus faringitis akut dewasa di
Puskesmas Kabupaten X, Bali. Studi prospektif kohort ini melibatkan 93 pasien berumur 12-45 tahun
yang telah didiagnosa faringitis akut oleh dokter. Pengukuran dilakukan pada distribusi jumlah obat
yang diresepkan tiap resep, frekuensi antibiotika, jumlah antibiotika serta DDD antibiotika yang
diresepkan pada pasien faringitis akut. Hasil yang didapatkan yaitu Manajemen centor criteria dan
RADT dapat menekan jumlah antibiotika yang diresepkan dibandingkan manajemen empiris di
Puskesmas. Penekanan terjadi pada distribusi jumlah obat yang diresepkan tiap resep, frekuensi
antibiotika, jumlah antibiotika serta DDD antibiotika. pola peresepan antibiotika pada pasien faringitis
akut paling efektif dengan menggunakan manajemen centor criteria dan RADT di Puskesmas
Kabupaten X, Bali.

Kata kunci : Centor Criteria, Empiris, Faringitis Akut, Pola Peresepan Antibiotika, RADT.

Kopertis Wilayah X 252


D.P Apsari – Pola Peresepan Antibotik pada… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (252-257)

PENDAHULUAN faringitis akut dewasa (Pallavi dan Singh,


Penyakit ISPA yakni faringitis akut 2016).
merupakan salah satu kondisi penyakit
yang sering dialami oleh pasien pada METODE PENELITIAN
pelayanan kesehatan primer (Eccles et al. Penelitian ini menggunakan desain
2007). Tiga puluh sampai enam puluh studi prospektif kohort. Desain studi yang
persen kasus faringitis akut disebabkan dimaksud adalah dengan dilakukannya
oleh virus (Skolnik 2008) dan 5-20% kasus pengamatan dan pencatatan data pasien
disebabkan oleh bakteri group A β- yang dimulai dari pasien didiagnosa
hemolytic streptococcus (GABHS) pada faringitis akut hingga 3 hari pengobatan di
orang dewasa (Cardoso et al. 2013) (Choby tiga Puskemas Kabupaten X Bali. Masing-
2009). Oleh sebab itu pada sebagian besar masing puskesmas menggunakan
kasus tidak diperlukan antibiotik untuk manajemen pengobatan yang berbeda yakni
mengatasi kondisi tersebut (Hersh et al. manajemen empiris, manajemen centor
2013). Pada kenyataannya di lapangan, criteria dan manajemen RADT.
antibiotika diresepkan lebih dari 90% kasus Manajemen empiris yakni pasien diberikan
faringitis, sehingga jumlah peresepan terapi empiris antibiotika tanpa dilakukan
antibiotik mengalami peningkatan (Eccless tes sama sekali. Manajemen centor criteria
et al., 2007). merupakan suatu perhitungan gejala klinis
Salah satu langkah bijak yang dapat pasien faringitis akut yang perlu diresepkan
dilakukan untuk menurunkan resistensi dan antibiotika.
biaya penggunaan antibiotik, adalah Pasien perlu diresepkan antibiotika
dengan menurunkan jumlah peresepan apabila memiliki nilai centor criteria 3-4.
antibiotik (Eccless et al., 2007). Akan tetapi Manajemen RADT yakni pasien faringitis
peresepan antibiotika yang tepat, akut dites dengan menggunakan RADT.
merupakan suatu hal yang menantang, Selanjutnya apabila hasil tes positif, maka
karena sulit untuk membedakan faringitis pasien perlu diresepkan antibiotika. Data
akut yang disebabkan oleh virus atau yang dicatat untuk masing-masing
bakteri GABHS(Hersh et al., 2013). Oleh manajemen adalah jumlah obat yang
karena itu beberapa metode dikembangkan diresepkan tiap resep, frekuensi antibiotika,
untuk mengidentifikasi faringitis akut yang jumlah antibiotika serta DDD antibiotika.
disebabkan oleh GABHS. Metode yang Total sampel yang digunakan adalah 93
disarankan untuk manajemen faringitis akut pasien dengan menggunakan teknik non-
yang disebabkan oleh GABHS, adalah probability sampling. Sehingga masing-
menggunakan centor criteria atau masing manajemen memiliki 31 pasien.
menggunakan RADT (Rapid Antigen Kriteria inklusi pasien yang dikumpulkan
Detection Testing) (Rimoin et al., 2010). pada penelitian ini adalah pasien yang
Pola peresepan antibiotika berbeda pertama kali terdiagnosis faringitis akut di
antara negara yang satu dengan negara yang Puskesmas Kabupaten X dan berumur 12-
lain, atau antara daerah yang satu dengan 45 tahun. Analisis data dilakukan
daerah yang lain (Ain et al., 2010). Pada menggunakan deskriptif persentase dengan
kasus faringitis akut, penggunaan metode SPSS. Peneltian ini telah mendapatkan
diagnostik yang berbeda mengakibatkan telah mendapatkan ijin dari Badan
perbedaan pola peresepan antara fasilitas Kesbangpol dan telah melalui uji kelaikan
kesehatan yang satu dengan yang lain. etik.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan
dapat memodifikasi pola peresepan yang HASIL DAN PEMBAHASAN
lebih tepat sehingga dapat menurunkan Penelitian dilaksanakan di
jumlah peresepan antibiotika pada kasus Kabupaten X Bali, yang melibatkan 3
Puskesmas. Perekrutan pasien dilakukan

Kopertis Wilayah X 253


D.P Apsari – Pola Peresepan Antibotik pada… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (252-257)

selama 3 bulan, sehingga diperoleh jumlah dan 20 pasien faringitis akut dengan
total sampel sebanyak 101 pasien. Selama etiologi GABHS. Hal tersebut menandakan
penelitian, dari 101 pasien yang direkrut lebih banyak pasien yang mengalami
terdapat 8 pasien yang dieksklusi karena faringitis yang disebabkan oleh virus
tidak memenuhi kriteria penelitian dibandingkan dengan GABHS. Hasil yang
sehingga diperoleh total sampel sebesar 93 didapat sesuai dengan yang dikemukakan
pasien. Jumlah tersebut terdiri dari 73 oleh Skolnik (2008), yakni sebagian besar
pasien faringitis akut dengan etiologi virus, kasus faringitis akut disebabkan oleh virus.
serendah mungkin. Tingginya jumlah obat
Tabel 1. Distribusi Jumlah Obat yang yang diresepkan meningkatkan risiko
Diresepkan untuk Pasien interaksi obat, perkembangan resistensi
Faringitis Akut dengan antibiotika dan peningkatan biaya
manajemen empiris, Centor pengobatan (Pallavi,2016). Pada tabel 1
Criteria dan RADT dapat dilihat, manajemen empiris 58,06%
N Juml Empiris Centor RADT (18) resep paling banyak mencantumkan 4
o ah (n=31) criteria (n=31)
Obat (n=31)
obat pada tiap resep, pada manajemen
Tiap Juml (%) Juml (%) Juml (%) centor criteria 45,16% (14) resep paling
Rese ah ah ah banyak mencantumkan 3 obat pada tiap
p
1 2 0 0 2 6,4 3 9,6
resep dan pada manajemen RADT 70,97%
5 8 (22) resep paling banyak mencantumkan 3
3 13 41, 14 45, 22 70, obat. Hasil yang didapat menunjukkan
94 16 97
4 18 58, 13 41, 6 19,
manajemen centor criteria dan RADT dapat
06 94 35 menekan jumlah obat yang diresepkan
5 0 0 2 6,4 0 0 dibandingkan penggunaan manajemen
5
TOTAL 31 100 31 100 31 100
empiris di Puskesmas. Hasil yang
didapatkan sesuai dengan penelitian yang
Jumlah obat yang diresepkan oleh dilakukan oleh Admane et al., 2015 bahwa
dokter merupakan indikator yang penting sebanyak 52,15% resep mencantumkan 3
untuk menilai rasionalitas peresepan. Oleh obat pada tiap resep dan 19,78%
karena itu penting untuk menjaga agar mencantumkan 4 obat untuk tiap resep
jumlah rata-rata obat yang diresepkan ISPA.

Tabel 2. Frekuensi dan Jumlah Peresepan Antibiotika Pada Pasien Faringitis Akut
dengan Manajemen Empiris, Centor Criteria dan RADT
No Etiologi Manajemen Amoksisilin Σ Jumlah a) Jumlah Rata-
(%) Amoksisilin 500 mg Tablet Rata a)
Amoksisilin 500
mg Tablet
1 Virus Empiris (n=31) 31 (100) 277 9
Centor criteria 0 0 0
(n=11)
RADT (n=31) 0 0 0
2 Bakteri Empiris (n=0) 0 0 0
Centor criteria 20 (65%) 183 9
(n=20)
RADT (n=0) 0 0 0
Keterangan :
a)
Setiap bentuk sediaan tablet, jumlah obat dalam butir sedangkan setiap bentuk sediaan sirup, jumlah obat
dalam botol

Kopertis Wilayah X 254


D.P Apsari – Pola Peresepan Antibotik pada… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (252-257)

Jenis Antibiotika yang diresepkan pada 2010). Penelitian ini menunjukkan,


seluruh pasien faringitis akut yang diteliti manajemen centor criteria dan RADT lebih
adalah amoksisilin (Tabel 2). Amoksisilin baik dalam menurunkan frekuensi dan
merupakan jenis antibiotika yang tercantum jumlah peresepan antibiotika pada kasus
di dalam Formularium Nasional (Fornas). faringitis akut dengan etiologi virus
Peresepan obat yang tercantum dalam dibandingkan manajemen empiris.
Formularium Nasional telah sesuai dengan
Keputusan Dirjen Binfar dan Alkes Nomor Tabel 3. DDD Antibiotika Pada Pasien
HK.02.03/III/1346/2014 tentang pedoman Faringitis Akut dengan Manajemen
penerapan Formularium Nasional. Adanya Empiris, Centor Criteria dan RADT
obat yang diresepkan berdasarkan Fornas N Etiol Manaje DDD Amoksisilin 500
akan menjamin pasien mendapatkan obat o ogi men mg Tablet
DDD DDD/ DD
terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, Total Pasien/ D
aman dan terjangkau, sehingga akan a)
Hari b) WH
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang O
setinggi-tingginya. 1 Virus Empiris 138, 1,5 1
Pada tabel 2 dapat dilihat yakni (n=31) 5 c)
Centor 0 0 1
diperoleh hasil frekuensi dan jumlah criteria
peresepan amoksisilin untuk pasien (n=11)
faringitis akut dengan etiologi virus, yaitu RADT 0 0 1
manajemen empiris 100 % (277 tablet), (n=31)
manajemen centor criteria dan manajemen 2 Bakt Empiris 0 0 1
eri (n=0)
RADT 0% (0 tablet). Hasil yang didapat Centor 89,3 1,5 1
menunjukkan manajemen centor criteria criteria
dan RADT, lebih besar menekan frekuensi (n=20)
dan jumlah peresepan antibiotika RADT 0 0 1
dibandingkan manajemen empiris pada (n=0
kasus faringitis akut dengan etiologi virus. Keterangan :
a) Rumus perhitungan DDD total adalah
Di Swiss, penggunaan manajemen centor
criteria, juga mampu menekan frekuensi Dosis sediaan × Jumlah Obat
DDD total =
peresepan antibiotika hingga 60,2% DDD WHO
dibandingkan manajemen empiris (Humair
b) Rumus perhitungan DDD /Pasien/Hari adalah
et al., 2006). Palla et al. (2012) juga
melaporkan penggunaan centor criteria, DDD/Pasien/Hari
signifikan menurunkan peresepan DDD Total
=
antibiotika yang tidak perlu di Pakistan. Jumlah pasien x Jumlah Hari Pengobatan
Terkait penelitian lain untuk manajemen c) DDD amoksisilin 500 mg tablet yaitu 138,5
RADT, Llor et al., (2011) juga melaporkan menunjukkan dalam waktu 3 hari pengobatan
31 pasien berkontribusi sebesar 138,5 DDD
hal yang sama, yaitu dokter yang
terhadap seluruh peresepan amoksisilin 500
melakukan tes RADT, mampu menekan mg di Puskesmas
frekuensi peresepan antibiotika
dibandingkan dengan dokter yang tidak Penilaian penggunaan antibiotika
melakukan tes RADT (43,8% versus dilakukan dengan menghitung DDD
64,1%, P<0,001). Studi yang (Defined Daily Dose). Pada tabel 3 dapat
dipublikasikan di Yunani juga dilihat bahwa pada kasus faringitis akut
menunjukkan hal yang sama, yaitu sebesar dengan etiologi virus, manajemen empiris
72,2% pasien diresepkan antibiotika tanpa memiliki nilai DDD total 138,5, sedangkan
melakukan tes RADT, dan 28,2% manajemen centor criteria dan RADT
diresepkan antibiotika setelah melakukan memiliki nilai total 0. Perbandingan DDD
tes RADT (P<0,001) (Madurell et al., total yang telah dipaparkan, menunjukkan

Kopertis Wilayah X 255


D.P Apsari – Pola Peresepan Antibotik pada… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (252-257)

terjadi penggunaan antibiotika berlebih Pada tabel 3 juga dapat dilihat, nilai
pada manajemen empiris dibandingkan DDD pasien/hari untuk amoksisilin adalah
manajemen centor criteria dan RADT. 1,5. Nilai tersebut menunjukkan, dosis
Hasil penelitian ini juga selaras dengan peresepan perhari amoksisilin adalah 1,5
pernyataan Llor dan Bjerrum (2014), yaitu gram. Dosis yang diresepkan telah sesuai
peresepan antibiotika berlebih merupakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI
masalah utama di pelayanan kesehatan No. 5 tahun 2014 untuk aturan pakai
primer, di mana hampir 90% kasus amoksisilin pada pasien faringitis akut
diresepkan antibiotika oleh dokter. dewasa. Akan tetapi setelah dibandingkan,
Faringitis akut terutama disebabkan oleh nilai DDD pasien/hari pada penelitian ini
virus, maka penggunaan antibiotika, hanya lebih besar dibandingkan DDD WHO
memberikan efek yang terbatas terhadap amoksisilin yaitu 1. Selaras dengan studi
perbaikan gejala (Llor dan Bjerrum, 2014). yang dilakukan oleh Muller et al (2006) di
Oleh karena itu pasien seharusnya tidak Prancis, yakni dosis peresepan perhari
perlu diresepkan antibiotika. Risiko yang amoksisilin yang diresepkan, telah sesuai
diakibatkan karena penggunaan antibiotika dengan guideline di negara tersebut yaitu 3
berlebih, adalah peningkatan resistensi gram perhari. Akan tetapi setelah
antibiotika (Llor dan Bjerrum, 2014). dibandingkan, dosis peresepan perhari
Seppala et al (1997) menyatakan risiko amoksisilin lebih dari DDD WHO (tiga kali
resistensi dapat diturunkan dengan jalan DDD WHO). Adanya hal tersebut Muller et
menurunkan penggunaan antibiotika. al (2006) menyimpulkan, DDD sebaiknya
Berbagai macam jalan dapat dilakukan tetap digunakan untuk membuat
untuk menurunkan penggunaan antibiotika perbandingan internasional dari
berlebih, salah satunya dengan penggunaan antibiotika, namun tiap
menggunakan alat diagnostik yang valid pelayanan kesehatan sebaiknya
seperti RADT (Llor dan Bjerrum, 2014). menetapkan, dan memvalidasi indikatornya
Oleh karena itu aplikasi manajemen centor tersendiri, dan menemukan hal yang paling
criteria atau RADT di Puskesmas tepat untuk menggambarkan paparan lokal
Kabupaten X Bali, diharapkan mampu antibiotik.
menurunkan kejadian resistensi
kedepannya.
SIMPULAN berbagai pihak. Penulis mengucapkan
Berdasarkan atas hasil penelitian terimakasih kepada Kepala Puskesmas
maka dapat ditarik kesimpulan yaitu pola Kabupaten Klungkung yang sudah
peresepan antibiotika pada pasien faringitis memfasilitasi penelitian ini sehingga
akut paling efektif dengan menggunakan penulis dapat menyelesaikan jurnal ini.
manajemen centor criteria dan RADT. Hal
ini berdasarkan atas manajemen centor DAFTAR PUSTAKA
criteria dan RADT dapat menekan Admane PD, Hiware SK, Mahatme MS,
distribusi jumlah obat yang diresepkan tiap Dudhgaonkar SD, Deshmukh SN,
resep, frekuensi antibiotika, jumlah Mahajan MM. 2015. Prescription
antibiotika serta DDD antibotika. pattern of antimicrobials in tertiary
care hospital in central India. Int J
UCAPAN TERIMA KASIH Pharmacol Res (IJPR). 5(2):31–4.
Puji syukur kehadapan tuhan YME, Ain MR, Shahzad N, Aqil M, Alam MS,
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Khanam R. 2010.Drug utilization
jurnal yang berjudul “Pola Peresepan pattern of antibacterials used in ear,
Antibiotik pada Manajemen Faringitis Akut nose and throat outpatient and
Dewasa di Puskesmas”. Penulis menyadari inpatient departments of a university
jurnal ini tidak akan selesai tanpa bantuan

Kopertis Wilayah X 256


D.P Apsari – Pola Peresepan Antibotik pada… Jurnal Endurance 2(3) October 2017 (252-257)

hospital at New Delhi, India. J Pharm Palla AH, Khan RA, Gilani AH, Marra F,
Bioallied Sci. 2(1):8–12. 2012, Over prescription of antibiotics
Cardoso DM, Gilio AE, Hsin SH, Machado for adult pharyngitis is prevalent in
BM, de Paulis M, Lotufo JPB, et al. developing countries but can be
2013.Impact of the rapid antigen reduced using McIsaac modification
detection test in diagnosis and of Centor scores: a cross-sectional
treatment of acute pharyngotonsillitis study. BMC Pulm Med. BMC
in a pediatric emergency room. Rev Pulmonary Medicine. 12(1):70
Paul Pediatr OrgãoOf Soc Pediatr São Pallavi ISRA, Singh P. 2016. Prescribe
Paulo. 31(1):4–9. Pattern of Drugs and Antimicrobials
Choby BA, 2009, Diagnosis and treatment Preferences in the Department of
of streptococcal pharyngitis. ENT at Tertiary Care SGM Hospital,
American Family Physician. 79: 383– Rewa, MP, India. J Pharm Biomed
390 Sci. 06(October 2015):89–93.
Eccles MP, Grimshaw JM, Johnston M, Llor C, Madurell J, Balagué-Corbella M,
Steen N, Pitts NB, Thomas R, et al. Gómez M, Cots JM, 2011, Impact on
2007. Applying psychological antibiotic prescription of rapid
theories to evidence-based clinical antigen detection testing in acute
practice: Identifying factors pharyngitis in adults: a randomised
predictive of managing upper clinical trial. Br J Gen Pract J R Coll
respiratory tract infections without Gen Pract. 61(586):e244–51.
antibiotics. Implement Sci. 2(1):26. Llor C, Bjerrum L, 2014, Antimicrobial
Hersh AL, Jackson MA, Hicks LA, resistance: risk associated with
Diseases the COI. 2013. Principles of antibiotic overuse and initiatives to
Judicious Antibiotic Prescribing for reduce the problem. Ther Adv Drug
Upper Respiratory Tract Infections in Saf. 5(6):229–41.
Pediatrics. Pediatrics.132(6):1146– Rimoin AW, Walker CLF, Hamza HS,
54. Elminawi N, Ghafar HA, Vince A, et
Humair J-P, Revaz SA, Bovier P, Stalder H, al. 2010.The utility of rapid antigen
2006, Management of acute
detection testing for the diagnosis of
pharyngitis in adults: reliability of
rapid streptococcal tests and clinical streptococcal pharyngitis in low-
findings. Arch Intern Med. resource settings. Int J Infect Dis IJID
166(6):640–644. Off Publ Int Soc Infect Dis.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, 14(12):e1048-1053
Permenkes RI No.5 tahun 2014 Seppala H, et al, 1997, The effect of
tentang Panduan Praktik Klinis bagi changes in the consumption of
Dokter di Fasilitas Pelayanan macrolide antibiotics on
Kesehatan Primer, 297-302 erythromycin resistance in group A
Madurell J, Balagué M, Gómez M, Cots streptococci in Finland. Finnish Study
JM, Llor C, 2010, Impact of rapid Group for Antimicrobial Resistance.
antigen detection testing on antibiotic The New England Journal of
prescription in acute pharyngitis in Medicine. 337(7): 441–446
adults. BMC Fam 11(1):25. Skolnik NS. 2008. Essential Infectious
Muller A, Monnet DL, Talon D, Hénon T, Disease Topics for Primary Care.
Bertrand X, 2006, Discrepancies
Springer Science & Business
between prescribed daily doses and
WHO defined daily doses of Media.311
antibacterials at a university hospital.
Br J Clin Pharmacol. 61(5):585–91.

Kopertis Wilayah X 257

Anda mungkin juga menyukai