Anda di halaman 1dari 16

APPENDISITIS AKUT PADA ANAK

Pembimbing : dr. Susetyo, Sp.A

Disusun oleh:
Febby Farihindarto
11-2018-060

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT PANTI WILASA “DR. CIPTO”
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 5 Agustus 2019- 12 Oktober 2019

1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT ANAK
RUMAH SAKIT PANTI WILASA “DR. CIPTO” SEMARANG

Nama Mahasiswa : Febby Farihindarto Tanda Tangan


NIM : 112018060
Nama Pembimbing : dr. Susetyo, Sp.A

IDENTITAS PASIEN
Nama : An, Sharon Jessica
Tanggal lahir : 18-9-2008
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Murti Pesona Raya No 26 Semarang, Jawa Tengah
Agama : Kristen
Suku bangsa : Jawa
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

IDENTITAS ORANG TUA


Ayah
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Murti Pesona Raya No 26 Semarang, Jawa Tengah
Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa
Agama : kristen

2
Ibu
Nama : Ny. B
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Murti Pesona Raya No 26 Semarang, Jawa Tengah
Pekerjaan : IRT
Suku bangsa : Jawa
Agama : Kristen

Anamnesis
Diambil dari alloanamnesis dengan Ayah pasien pada hari selasa , tanggal 1 Oktober
2019 Pukul 16.50 WIB di ruang Gamma.

Keluhan Utama: Demam tinggi 2 hari SMRS.

Keluhan Tambahan: Muntah 2x, cair berwarna coklatan, dengan ukuran lebih 1 gelas aqua.

Riwayat Penyakit Sekarang


2 hari SMRS OS merasa demam naik turun, merasakan mual, muntah tidak ada, tidak ada
nyeri, nafsu makan berkurang, BAB normal, tidak ada BAB cair dan BAK normal, OS masih
bisa aktivitas.

1 hari SMRS Ayahnya mengatakan pagi hari sebelum berangkat sekolah anaknya demam
tinggi, nyeri perut bagian kanan bawah hebat, rasa nyeri seperti ditekan-tekan dan terus-menerus
nyerinya, Nyeri bertambah ketika pasien menggerakkan badan, Nyeri tidak berpindah ke tempat
lain dan tidak dari tempat lain, ada mual, ada muntah, muntah 2x, cair, warna muntah kecoklatan
dengan ukuran lebih dari 1 gelas aqua. OS merasakan sakit kepala, merasakan lebih lemas, nafsu
makan menurun, pasien ada batuk, tidak berdahak, setiap batuk sakit di bagian perut. Pasien
nafsu makan menurun tidak bisa makan, Pasien belum ada BAB, tidak bisa kentut dan BAK
normal. Orangtua membawa anaknya ke IGD Rumah Sakit Panti Wilasa Dr. Cipto, oleh dokter
diindikasikan untuk dirawat inap.

3
Riwayat Penyakit Dahulu : Sebelumnya pasien belum pernah sakit seperti ini.

Riwayat Penyakit Keluarga dan lingkungan sekitar : Tidak ada

Riwayat Kelahiran
Perawatan antenatal : Tidak ada
Penyakit kehamilan : Tidak ada
Tempat kelahiran : Rumah sakit
Penolong persalinan : bidan
Cara persalinan : Spontan
Masa gestasi : 35 minggu
Keadaan bayi : Bayi langsung menangis kuat dan seluruh badan berwarna kemerahan
Berat badan lahir : 2900 gram
Panjang badan lahir :-
Lingkar kepala lahir : -
Kelainan kongenital : Tidak ada
Kesan : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

Riwayat Imunisasi
Waktu Pemberian
Imunisasi Dasar Booster
Imunisasi Bulan Tahun
Lahir 1 2 3 4 5 6 9 12 18 2 3 5
Hepatitis B I 2 3
Polio I 2 3 4
BCG
DPT 1 2 3
Campak 1

Kesan: Imunisasi lengkap sesuai dengan usia.

4
Riwayat Penyakit Dahulu
( - ) Sepis ( - ) Meningoe ncephalitis ( - ) Kejang demam
( - ) Tuberkulosis ( - ) Pneumonia ( - ) Alergi dingin dan debu
( - ) Asma ( - ) Alergi Rhinitis ( - ) Gastritis
( - ) Diare akut ( - ) Diare Kronis ( - ) Amoebiasis
( - ) Disentri ( - ) Kolera ( - ) Difteri
( - ) Tifus Abdominalis ( - ) DHF ( - ) Polio
( - ) Cacar air ( -) Campak ( - ) Penyakit Jantung Bawaan
( - ) Batuk rejan ( - ) Tetanus ( - ) ISK
( - ) Ikterus ( - ) Penyakit Jantung Rematik ( - ) Kecelakaan
( - ) Glomerulonephritis ( - ) Sindroma Nefrotik ( - ) Operasi

Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit Tidak Hubungan
Alergi - +
Asma - +
Tuberkulosis - +
Artritis - +
Rematisme - +
Hipertensi - +
Jantung - +
Ginjal - +
Lambung - +
Epilepsi - +
Kejang Demam - +
Diabetes mellitus - -

Data Antropometri
Berat badan : 2900 g

5
Panjang badan : - cm

Lingkar kepala : - cm

Lingkar dada : - cm

Lingkar perut : - cm

Pemeriksaan Fisik
Kepala : normocephali, tidak ada kelainan

Kelenjar Getah Bening

 Leher : tidak teraba pembesaran


 Submandibula : tidak teraba pembesaran
 Supraklavikula : tidak teraba pembesaran
 Axilla : tidak teraba pembesaran
 Inguinal : tidak teraba pembesaran
 Lainnya :-

Mata : sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor

THT : pernapasan cuping hidung tidak ada

Mulut : mukosa tidak sianosis

Thorax : bentuk normal simetris, tidak ada retraksi, pergerakan dada simetris
kanan kiri.

Paru

 Inspeksi : bentuk dada normal, simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi, tidak
terlihat massa
 Palpasi : tidak ada retraksi, tidak ada massa
 Perkusi : sonor di kedua lapang paru

6
 Auskultasi : suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, tidak ada wheezing maupun
rhonki
Jantung

 Inspeksi : pulsasi iktus cordis tidak terlihat


 Palpasi : tidak dilakukan
 Perkusi : tidak dilakukan
 Auskultasi: BJ I-II murni regular, tidak ada gallop, tidak ada murmur

Abdomen:

 Inspeksi : tampak datar, tidak membuncit


 Auskultasi: bising usus (+) normal
 Palpasi : Nyeri tekan (+) di titik McBurney dan epigastrium, Nyei lepas (+), rovsing (+)
Psoas sign (+), obturstor sign (+)
 Perkusi : timpani

Ekstremitas :

 Inspeksi : tidak ada deformitas, tidak ada edema, tampak akral hangat
 Palpasi : tidak ada krepitasi, a.dorsalis pedis teraba kuat pada kedua tungkai

Rectal Toucher : Tidak di lakukan

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium 1 Oktober 2019
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
CBC
Hemoglobin 12.8 11.8 – 15.0
Leukosit 19.6 4.5 - 13.5
Hematokrit 38 35 – 47

7
Eritrosit 5.0 3.80 – 5.20
Trombosit 388 150 – 400
MCV 76 80 – 100
MCH 26 26 – 34
MCHC 34 32 – 36

USG Abdomen 1 Oktober 2019


Kesan : Curiga Appendisitis kronis, mungkin dengan eksaserbasi akut.
Oragan- organ kain intar abdomen masih normal

Resume
Seorang anak perempuan usia 11 tahun, demam 2 hari SMRS, demam naik turun, 1 hari
SMRS OS merasakan demam tinggi dengan suhu 39.9 oC, nyeri perut bagian kanan bawah
hebat, rasa nyeri seperti ditekan-tekan dan terus-menerus nyerinya, Nyeri bertambah ketika
pasien menggerakkan badan, Nyeri tidak berpindah ke tempat lain dan tidak dari tempat lain, ada
mual, ada muntah, muntah 2x, cair, warna muntah kecoklatan dengan ukuran lebih dari 1 gelas
aqua. OS merasakan sakit kepala, merasakan lebih lemas, nafsu makan menurun, pasien ada
batuk, tidak berdahak, setiap batuk sakit di bagian perut. Pasien nafsu makan menurun tidak bisa
makan, Pasien belum ada BAB, tidak bisa kentut. Dari hasil pemeriksaan fisik tampak nyeri
tekan pada perut kanan bawah, nyeri lepas, saat dilakukan palpasi bagian perut kiri ada nyeri
pada perut bagian kanan, nyeri saat palpasi, dari hasil lab Leukosit 19.6 dan MCV 76, dari hasil
USG Abdomen curiga Appendisitis kronis.

Diagnosis kerja
Appendicitis akut

Definisi
Appendicitis adalah peradangan yang terjadi pada Appendix vermicularis. Appendix
merupakan organ tubular yang terletak pada pangkal usus besar yang berada di perut kanan
bawah dan organ ini mensekresikan IgA namun seringkali menimbulkan masalah bagi
kesehatan.1 Peradangan akut Appendix menyebabkan komplikasi yang berbahaya apabila tidak

8
segera dilakukan tindakan bedah. Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan
dari Appendix yang terinflamasi, baik dengan laparotomy maupun dengan laparoscopy.1

Pemeriksaan Fisik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih tinggi,
mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 1C.2
1. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan memegang perut.
Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung
sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa
dilihat pada massa atau abses appendikuler.2
Appendisitis infiltrat atau adanya abses apendikuler terlihat dengan adanya penonjolan di perut
kanan bawah.2

2. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal yaitu6:
 Nyeri tekan di Mc. Burney
 Nyeri lepas
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
 Nyeri tekan kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing)
 Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg)
 Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk,
mengedan.
3. Auskultasi

Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik pada
peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.2 Pemeriksaan colok dubur akan didapatkan
nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendisitis pelvika akan didapatkan nyeri terbatas
sewaktu dilakukan colok dubur. Pada apendisitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka
kunci diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Colok dubur pada anak
tidak dianjurkan. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih

9
ditujukan untuk mengetahui letak apendiks. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan m. psoas
lewat hiperekstensi atau fleksi aktif. Bila apendiks yang meradang menempel di m.psoas,
tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri. Uji obturator digunakan untuk melihat apakah
apendiks yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding panggul
kecil. Dengan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang, pada
apendisitis pelvika akan menimbulkan nyeri.2

Psoas sign. Nyeri pada saat paha kanan pasien diekstensikan. Pasien dimiringkan kekiri.
Pemeriksa meluruskan paha kanan pasien, pada saat itu ada hambatan pada pinggul / pangkal
paha kanan. Dasar anatomi dari tes psoas. Apendiks yang mengalami peradangan kontak dengan
otot psoas yang meregang saat dilakukan manuver (pemeriksaan).2

Tes Obturator. Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien difleksikan.
Pemeriksa menggerakkan tungkai bawah kelateral, pada saat itu ada tahanan pada sisi samping
dari lutut (tanda bintang), menghasilkan rotasi femur kedalam.2 Dasar Anatomi dari tes obturator
: Peradangan apendiks dipelvis yang kontak dengan otot obturator internus yang meregang saat
dilakukan manuver.2

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
A. Pemeriksaan darah : akan didapatkan leukositosis pada kebanyakan kasus appendicitis
akut terutama pada kasus dengan komplikasi, C-reaktif protein meningkat. Pada
appendicular infiltrat, LED akan meningkat.3
B. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit, leukosit dan bakteri di dalam urin.
Pemeriksaan ini sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti
infeksi saluran kemih atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama
dengan appendisitis.
USG Abdomen
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan USG, terutama
pada wanita, juga bila dicurigai adanya abses. Dengan USG dapat dipakai untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya.3

10
Diagnosis
Gejala dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosaappendisitis
dengan menggunakan Alvarado Score.

Sistem skor Alvarado

Diagnosis appendisitis akut pada anak tidak mudah ditegakkan hanya berdasarkan
gambaran klinis, hal ini disebabkan sulitnya komunikasi antara anak, orang tua dan dokter.
Anak belum mampu untuk mendiskripsikan keluhan yang dialami, suatu hal yang relatif lebih
mudah pada umur dewasa. Keadaan ini menghasilkan angka appendiktomi negatif sebesar 20%
dan angka perforasi sebesar 20-30%. Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas
pelayanan medis ialah membuat diagnosis yang tepat. Telah banyak dikemukakan cara untuk
menurunkan insidensi apendiktomi negatif, salah satunya adalah dengan instrumen skor
Alvarado.

Skor Alvarado untuk diagnosis appendisitis akut:4


Gejala dan tanda: Skor
Nyeri berpindah 1
Anoreksia 1
Mual-muntah 1
Nyeri fossa iliaka kanan 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan suhu > 37,30C 1
Jumlah leukosit > 10x103/L 2
Jumlah neutrofil > 75% 1
________________________________________________
Total skor: 10
Keterangan Alavarado score :4
 Dinyatakan appendicitis akut bila > 7 point
 Modified Alvarado score (Kalan et al) tanpa observasi of Hematogram:
1–4 dipertimbangkan appendicitis akut
5–6 possible appendicitis tidak perlu operasi
7–9 appendicitis akut perlu pembedahan

11
 Penanganan berdasarkan skor Alvarado :
1–4 : observasi
5–6 : antibiotic
7 – 10 : operasi dini

Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat adalah
appendektomi dan merupakan pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah sambil
pemberianantibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada appendisitis yang
diagnosisnyatidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan
pemeriksaanlaboratorium dan ultrasonografi.

Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Appendicitis

- Puasakan
- Berikan analgetik dan antiemetic untuk mengurangi gejala
- Memberikan antibiotika
- Rujuk ke dokter spesialis bedah.

Prognosis
Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan tingkat mortalitas dan morbiditas
penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas
bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila appendiks tidak diangkat

RENCANA DIAGNOSIS
- Cek Lab Darah
- USG Abdomen

PENATALAKSAAN
Non Medikamentosa
- Rawat inap
- Pemantau demam
- Pemantauan nutrisi

12
- Konssul dokter bedah

Medikamentosa
- IVFD RL 20 tpm
- Antibiotic
- Analgetik
- Antiemetic
Prognosis
 Ad vitam : ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

Follow Up
1 Oktober 2019
 S : OS demam, nyeri perut kanan bawah, mual, muntah 2x, batuk, tidak mau makan,
BAB belum ada, belum kentut.
 O : KU : TSS, CM
Kulit : teraba hangat
Thorax : cord an pulmo dalam batas normal
Abdomen : nyeri perut kanan bawah +, nyeri tekan +, nyeri lepas +, BU +
Ekstreemitas : akral hangat,edema (-), sianosis (-)
T : 133/94 mmHg N: 88 x/menit, RR: 18 x/menit, T: 39,9oC, SpO2 : 98%

 A : Appendisitis akut

 P : Lab CBC
USG Abdomen
IVFD RL 20 tpm
Inj omeprazole
Inj Ceftriaxone 2x1 gr iv
Paracetamol tab 500 mg/ 6 jam

13
Codein tab 15 mg 3x1
Konsul kebagian bedah
Monitor demam
Monitor nutrisi

2 Oktober 2019

 S : OS demam, nyeri perut kanan bawah berkurang, mual tidak ada , muntah tidak ada,
batuk, BAB 1x, kentut.
 O : KU : TSS, CM
Kulit : teraba hangat
Thorax : cord an pulmo dalam batas normal
Abdomen : nyeri perut kanan bawah berkurang
Ekstreemitas : akral hangat,edema (-), sianosis (-)
T : 120/70 mmHg N: 88 x/menit, RR: 20 x/menit, T: 37,4oC, SpO2 : 97%

 A : Post Appendectomy H+1


 P : IVFD RL 20 tpm
Inj omeprazole
Inj Ceftriaxone 2x1 gr iv
Inj ketorolac 3x1
Paracetamol tab 500 mg 3x1
Codein tab 15 mg 3x1
Monitor demam
Diet makan lunak
Mobilisasi miring kiri miring kanan

3 Oktober 2019

 S : Demam tidak ada, nyeri pada luka bekas operasi,kembung (-), mual tidak ada, muntah
Tidak ada, batuk berkurang, makan lunak, BAB 1x.

14
 O : KU : TSS, CM
Kulit : teraba hangat
Thorax : cord an pulmo dalam batas normal
Abdomen : nyeri perut kanan bawah +, nyeri tekan +, nyeri lepas +, BU +
Ekstreemitas : akral hangat,edema (-), sianosis (-)
T : 133/94 mmHg N: 88 x/menit, RR: 18 x/menit, T: 39,9oC, SpO2 : 98%

 A : Post Appendectomy H+2

 P : IVFD RL 20 tpm
Inj Ceftriaxone 2x1 gr iv
Inj ketorolac 3x1
Paracetamol tab 500 mg
Codein tab 15 mg 3x1
Diet makan lunak
Mobilisasi miring kiri miring kanan
Boleh pulang

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Way LW. Appendix. In: Current Surgical Diagnosis & Treatment. 11 edition. Ed:Way
LW. Doherty GM. Boston: McGraw Hill. 2006:668-72
2. De Jong W, Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004
3. Craig S. Appendicitis di unduh http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview
pada tanggal 5 oktober 2019
4. Khan I. Application of Alvarado Scoring System in Diagnosis of Acute Appendicitis. J
Ayub Medical Collection. 2005.

16

Anda mungkin juga menyukai