Disusun oleh :
Nita Herny Christina
1061050057
Dibimbing Oleh :
dr. Nurbani SpA
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi paru tuberkulosis pada anak adalah penyakit sistemik, yang
manifestasinya bisa terjadi pada berbagai organ dalam tubuh, terutama paru. Sifat
sistemik ini terjadi karena penyebaran hematogen dan limfogen setelah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis.
Data insidens dan prevalens tuberkulosis anak tidak mudah. Dengan
penelitian indeks tuberkulin dapat diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis
anak. Kriteria masalah tuberkulosis di suatu negara adalah kasus BTA positif per satu
juta penduduk. Jadi sampai saat ini belum ada satu negara pun yang bebas
tuberkulosis.
TB merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi
BCG pada anak dan pengobatan sumber infeksi, yaitu penderita TB dewasa.
Disamping itu dengan adanya penyakit karena HIV maka perhatian pada penyakit TB
harus lebih ditingkatkan Anak biasanya tertular TB, atau juga disebut mendapat
infeksi primer TB, akan membentuk imunitas sehingga uji tuberkulin akan menjadi
positif. Tidak semua anak yang terinfeksi TB primer ini akan sakit TB.
Diagnosis TB pada anak sulit dilakukan sehingga seringkali terjadi salah
diagnosis. Pada anak, batuk bukan merupakan gejala utama. Diagnosis pasti TB
ditegakkan dengan ditemukannya M. tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau
bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan.
Kesulitan menegakkan diagnosis pasti pada anak disebabkan oleh 2 hal, yaitu
sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary) dan sulitnya pengambilan spesimen
sputum.
Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan
diagnosis TB anak dengan menggunakan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap
gejala atau tanda klinis yang dijumpai
BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama
paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. TB diperkirakan sudah ada di
dunia sejak 5000 tahun sebelum Masehi, namun kemajuan dalam penemuan dan
pengendalian penyakit TB baru terjadi dalam dua abad terakhir.
II. EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular penyebab kematian utama
di dunia. Lembaga kesehatan dunia WHO memperkirakan pada tahun 2015 terdapat
10,4 juta kasus baru TB di dunia. Asia Tenggara menempati posisi pertama dengan
angka kejadian TB tertinggi pada anak, yaitu 40% dari kasus di tahun 2015. Indonesia
termasuk dalam tiga negara dengan angka kejadian TB tertinggi di dunia, bersama
India dan Cina. TB terutama menyerang paru, tapi 20-30% TB pada anak meyerang
organ lain. Bayi dan balita paling berisiko terkena TB berat seperti meningitis TB
yang mampu menyebabkan buta, tuli serta kelumpuhan
Sumber: KEMENKES RI 2018
Dari grafik dapat dilihat bahwa terdapat variasi kasus TB Anak diantara
semua kasus TB yang diobati pada tingkat Provinsi. Grafik ini juga menunjukkan
beberapa provinsi memiliki proporsi kasus TB Anak <5% dan beberapa provinsi lain
menunjukka >15%. Kemungkinan terdapat kecenderungan adanya overdiagnosis,
underdiagnosis, maupun underreported kasus TB Anak.
III ETIOLOGI
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, merupakan suatu
batang lengkung, gram positif lemah, pleomorfik, tidak bergerak, dan tidak
membentuk spora. Basil tuberkel ini mempunyai panjang sekitar 2-4µm. Bakteri ini
merupakan aerob wajib (obligat) yang tumbuh pada media biakan yang tumbuh pada
media sintetis yang mengandung gliserol sebagai sumber karbon dan garam
ammonium sebagai sumber nitrogen. Mikobakteria ini tumbuh paling baik pada suhu
37-41º. Dinding selnya kaya akan lipid sehingga menimbulkan resistensi terhadap
daya bakterisid antibodi dan komplemen. Tanda dari mikobakteria adalah ketahanan
asamnya, dimana bakteri ini mempunyai kapasitas untuk membentuk kompleks
mikolat stabil dengan pewarnaan arilmetan. Bila diwarnai maka bakteri ini akan
melawan perubahan warna dengan etanol dan hidrokhlorida atau asam lain.
Mikobakteria tumbuh lambat dengan waktu pembentukannya 12-24 jam. Isolasi dari
specimen klinis pada media sintetik padat biasanya memerlukan waktu 3-6 minggu,
dan uji kerentanan obat memerlukan 4 minggu tambahan. Namun pertumbuhan dapat
dideteksi dalam 1-3 minggu pada medium cairan selektif dengan menggunakan
nutrient radiolabel (system radiometric BACTEC).
IV PATOLOGI
V. DIAGNOSIS
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis, baik
overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak, batuk bukan merupakan gejala
utama.
Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M. tuberculosis pada
pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura, atau
pada biopsi jaringan. Kesulitan menegakkan diagnosis pasti pada anak disebabkan
oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary) dan sulitnya pengambilan
spesimen sputum.
Pertimbangkan Tuberkulosis pada anak jika:
Anamnesis:
Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh.
Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.
Pemeriksaan fisis
Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal.
Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang.
Uji tuberkulin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi bisa negatif
pada anak dengan TB milier atau yang juga menderita HIV/AIDS, gizi buruk
atau baru menderita campak.
Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran berat
menurut panjang/tinggi badan.
Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan
diagnosis TB anak dengan menggunakan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap
gejala atau tanda klinis yang dijumpai.
Sumber: KEMENKES RI, 2018
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang,
maka dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor ≥ 6
(sama atau lebih dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat
pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari 6 tetapi
secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan
diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi
lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan dan lain-lainnya.
Uji Tuberkulin
Pemeriksaan tuberkulin dilakukan pada anak dengan gejala TB untuk melihat
danya infeksi TB pada anak dengan menggunakan larutan Tuberkulin PPD RT 23
2TU. Hasil pemeriksaan tuberkulin dapat diketahui setelah 48-72 ja, sejak
penyuntikan. Anak dengan hasil uji tuberkulin yang positif berarti anak tersebut
terbukti terinfeksi TB. Dalam pembuktian apakah anak sakit TB, maka dilakukan
pendekatan sistem skoring.
VI. TATALAKSANA
Alur tatalaksana pasien TB Anak
Keterangan:
Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah
sakit
Anak dengan BB ≥ 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa
Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum.
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak.
Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA