Anda di halaman 1dari 14

LATAR BELAKANG

Pelayanan antenatal care (ANC) terdiri dari empat kali kunjungan (K1 – 4) merupakan upaya
promotif dan preventif untuk mendeteksi secara dini faktor risiko pada kehamilan yang dapat
berimplikasi pada persalinan, menentukan awal pengobatan bagi ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama hamil, serta menentukan outcome persalinan. Menurut Hunt & Bueno de
Mesquita (2000), ibu hamil yang tidak melakukan ANC selama kehamilan berisiko lebih
tinggi mengalami komplikasi saat persalinan.
Menurut WHO, kasus kematian ibu berhubungan erat dengan rendahnya tingkat pelayanan
kesehatan yang diperoleh selama kehamilan, yaitu antara 33 – 50%. Penyebab terbanyak
berturut – turur, yaitu pre eklampsi, eklampsi, dan perdarahan (WHO, 2006). Penyebab
kematian tersebut, seharusnya dapat dideteksi secara dini dan dilakukan panganan awal
ketika kunjungan ANC.
Antenatal care terpadu merupaka pelayanan antenatal yang komprehensif dan berkualitas.
Pelayanan ini diberikan kepada seluruh ibu hamil. Pemeriksaan yang terdapat dalam
pelayanan ANC, yaitu keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan,
LILA, TFU, presentasi janin, DJJ, Hb, golongan darah, protein urin, gula darah/ reduksi,
deteksi malaria, BTA, deteksi sifilis, serologi HIV, dan USG (Kemenkes, 2012).

PERMASALAHAN
ANC atau Antenatal Care masih menjadi permasalahan dimana kesadaran ibu hamil untuk
berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk memeriksa kandungannya masih kurang. Beberapa
ibu hamil ada yang sudah melakukan kunjungan kehamilan sesuai dengan waktunya, namun
sebagian lagi masih abai dan tidak melakukan kunjungan kehamilan sesuai jadwal. Ada
beberapa ibu hamil yang tidak pernah melakukan USG walau sudah trimester ke-3.

PERENCANAAN
Mengenai masalah diatas, direncakanakan untuk melakukan konseling mengenai ANC bagi
ibu hamil yang datang ke poli KIA di Puskesmas Seroja. Selain itu dilakukan juga
pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil serta perujukan ke dokter spesialis kandungan pada
ibu hamil dengan risiko tinggi atau yang sama sekali belum pernah USG.

Kegiatan dilaksanakan pada 24 Oktober 2022 yang bertempat di Poli KIA Puskesmas Seroja.
Saya bersama seorang Bidan dari puskesmas melakukan pemeriksaan dan konseling pada ibu
hamil. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan antropometri yang terdiri dari berat badan, tinggi
badan dan LILA, tanda-tanda vital seperti tekanan darah, pengukuran TFU, pemeriksaan
Leopold, pengukuran DJJ, dan pemeriksaan ekstremitas. Edukasi juga kami lakukan kepada
ibu hamil khususnya pada ibu dengan risiko tinggi.
Pemeriksaan lab juga dilakukan pada ibu hamil trimester 1 dan 3.
MONITORING DAN EVALUASI
Pendataan dan edukasi ibu hamil secara rutin perlu dilakukan, mengingat banyaknya ibu
hamil yang terlewat dalam memahami kehamilannya dan pemeriksaan kehamilan. Kader di
Posyandu juga dapat dilatih untuk aktif menjaring ibu hamil agar ANC dapat rutin
dilaksanakan.

POSYANDU
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari : Jumat, 02 Desember 2022
Tempat : Posyandu RW 08
Salah satu kegiatan yang dilakukan di Posyandu adalah Penimbangan untuk memantau
pertumbuhan anak, perhatian harus diberikan khusus terhadap anak yang selama ini 3 kali
tidak melakukan penimbangan, pertumbuhannya tidak cukup baik sesuai umurnya dan anak
yang pertumbuhannya berada di bawah garis merah KMS.
1. Kegiatan ini diawali dengan pendataan oleh ibu-ibu kader posyandu
2. Dillakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan, serta lingkar kepala
3. Dilakukan konsultasi dengan dokter dan bidan yang bertugas dengan menggunakan plot
chart WHO, serta pemberian edukasi mengenai status gizi, stunting dan makanan gizi
seimbang bagi bayi

BIAS
Kegiatan dilaksanakan pada:
Hari : Rabu, 16 November 2022
Tempat : SDI
1. Kegiatan ini diawali dengan pendataan oleh ibu guru dari masing-masing kelas 1 dan 2
2. Pembukaan dan menjelaskan mengenai efek positif terhadap pemberian vaksin campak dan
DT terhadap kesehatan tubuh
3. Dillakukan Persiapan vaksin DT dan campak
4. Dilakukan penyuntikan oleh masing-masing anak

PENAPISAN TB
Latar belakang:

Tuberkulosis (TBC)  atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi


bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat
menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.
Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun
2020. Penyakit ini merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling
mematikan setelah COVID-19.
Indonesia berada di urutan ke–3 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia
setelah India dan Cina. Data tahun 2019 menunjukkan, ada sekitar 845.000
penderita TBC di Indonesia.
Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani.
Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah.

Penularan tuberkulosis (TBC) terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup


percikan ludah (droplet) saat seseorang yang terinfeksi TBC bersin atau batuk. Oleh
sebab itu, risiko penularan penyakit ini lebih tinggi pada orang yang tinggal serumah
dengan penderita TBC.
TBC pada paru-paru akan menimbulkan gejala berupa batuk lebih dari 3 minggu
yang dapat disertai dahak atau darah. Selain itu, penderita juga akan merasakan
gejala lain, seperti demam, nyeri dada dan berkeringat di malam hari.
Screening (penapisan) yang dimaksud dalam kasus Anda mungkin adalah upaya
mendeteksi TB pada karyawan di tempat kerja. Sebagaimana diketahui, TB
merupakan penyakit yang bisa menular dengan sangat mudah, yakni lewat
terhirupnya percikan lendir dari saluran napas, contohnya saat penderita batuk,
bersih, bahkan meludah sembarangan. Dan jika sudah terjadi penularan, maka
masa pengobatan akan cukup panjang (minimal 6 bulan berturut-turut) dan
produktifitas penderitanya pun bisa menurun drastis. Pengobatan ini dilakukan
dengan pemberian OAT (obat anti tuberkulosis) dan beragam pengobatan lain
tergantung keparahannya. Tidak jarang bahkan TB berujung pada komplikasi yang
berat, seperti efusi pleura, penyebaran infeksi ke organ yang jauh, bahkan gagal
napas dan kematian.
Upaya deteksi TB ini bisa dilakukan dengan beragam prosedur, mulai dari lewat
wawancara mendalam, pemeriksaan fisik, hingga beberapa pemeriksaan penunjang,
seperti tes dahak, rontgen, tes darah, dan sebagainya

TN. RR, 44 Tahun, 57 kg

Tempat : Poli BP Puskesmas Seroja

Tanggal: 8 April 2022

Waktu : 08.00-11.00

Sasaran : Pasien dengan keluhan batuk >2 minggu

Hasil:

 Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak lebih dari 2 minggu. Pasien sudah
berulang kali datang ke poli BP dengan keluhan yang sama yaitu batuk sejak bulan
Oktober. Batuk memburuk pada malam hari, disertai penurunan berat badan dalam 2
bulan terakhir dan tidak nafsu makan.
 Keluhan disertai demam yang hilang-timbul, pilek
 Di lingkungan pasien tidak ada anggota keluarga yang batuk-batuk maupun dalam
pengobatan TB.
 Pada pemeriksaan fisik di dapatkan:

BB: 57 kg, TB: 155 cm

S: 36,5 RR: 22 x/m

Th: Ves +/+, Rh +/+, Wh -/-

Pembesaran KGB pada reg, colli dan axilla (-)

Monitoring & evaluasi:

Pasien diresepkan Asetilsistein 3x200 mg, Paracetamol 3x500 mg, Cetirizine 1x10 mg dan
Vitamin B komplek 2x1 tab. Pasien disarankan untuk dilakukan pemeriksaan dahak dan
pemeriksaan Lab tambahan yaitu GDS dan Anti-HIV
PENGOBATAN TB

Latar belakang:

Tuberkulosis (TBC)  atau TB adalah penyakit menular akibat infeksi


bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat
menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.
Menurut WHO, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TBC di tahun
2020. Penyakit ini merupakan penyakit dengan urutan ke–13 yang paling banyak
menyebabkan kematian, dan menjadi penyakit menular nomor dua yang paling
mematikan setelah COVID-19.
Indonesia berada di urutan ke–3 negara dengan kasus TBC tertinggi di dunia
setelah India dan Cina. Data tahun 2019 menunjukkan, ada sekitar 845.000
penderita TBC di Indonesia.
Penyakit ini dapat berakibat fatal bagi penderitanya jika tidak segera ditangani.
Meski begitu, TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan dan bisa dicegah.

Penularan tuberkulosis (TBC) terjadi ketika seseorang tidak sengaja menghirup


percikan ludah (droplet) saat seseorang yang terinfeksi TBC bersin atau batuk. Oleh
sebab itu, risiko penularan penyakit ini lebih tinggi pada orang yang tinggal serumah
dengan penderita TBC.
TBC pada paru-paru akan menimbulkan gejala berupa batuk lebih dari 3 minggu
yang dapat disertai dahak atau darah. Selain itu, penderita juga akan merasakan
gejala lain, seperti demam, nyeri dada dan berkeringat di malam hari.
Bagi penderita tuberkulosis, ada satu hal penting yang harus diperhatikan dan dilakukan,
yaitu keteraturan dalam meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sampai dinyatakan
sembuh. Pada umumnya, pengobatan penyakit tuberkulosis akan selesai dalam waktu 6
bulan, yaitu 2 bulan pertama setiap hari (tahap intensif) dilanjutkan tiga kali dalam seminggu
selama 4 bulan (tahap lanjut). Pada kasus tertentu, penderita bisa minum obat setiap hari
selama 3 bulan lamanya. Dan dilanjutkan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan. Bila
pengobatan dilakukan, penderita tidak akan menularkan penyakitnya ke orang lain.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) bukanlah obat tunggal, melainkan kombinasi antara beberapa
jenis, yaitu isoniazid, rimfampisin, pirasinamid, dan etambutol pada tahap intensif; dan
isoniazid, rifampisin pada tahap lanjutan. Pada kasus tertentu, ditambahkan suntikan
streptomisin

5/10/ 2022
Nn. SS (60 tahun) 
 
GAMBARAN KEGIATAN: 
Tempat : BP Puskesmas Seroja 
Waktu : 11 November 2022
Sasaran : Pasien TB Paru Terkonfirmasi 

Pasien datang dengan keluhan batuk berdahak lebih dari 2 minggu. Pasien sudah berulang
kali berobat dengan keluhan yang sama yaitu batuk sejak sejak 1 bulan yang lalu. Didapatkan
penurunan nafsu makan dan keringat malam.

• Keluhan disertai demam yang hilang-timbul, pilek

• Di lingkungan pasien tidak ada anggota keluarga yang batuk-batuk maupun dalam
pengobatan TB.

• Pada pemeriksaan fisik di dapatkan:

BB: 49 kg, TB: 157 cm

TD : 140/80

S: 36,5 RR: 22 x/m

Th: Ves +/+, Rh +/+, Wh -/


 
      Pemeriksaan TCM: MTB Detected, Rif Resistance Not Detected 

A /TB Paru 
P/
Non-Farmakologi 
- Edukasi pasien agar menggunakan masker saat sedang beraktivitas baik dalam atau luar
rumah dan etika batuk.
- Edukasi pasien agar menghindari faktor yang merangsang batuk (makanan pedas, banyak
bicara.
- Edukasi pasien istirahat cukup
- Edukasi pasien dan keluarga untuk selalu membuka jendela/ventilasi saat siang hari 
 
Farmakologi: 
R/ KDT Kategori I Dewasa Fase Awal 1x3 tablet PO untuk 14 hari 
Acetylsystein 3 x 1 PO
Multivitamin 1x1 tab PO
 
MONITORING & EVALUASI 
- Observasi adanya tanda-tanda perburukan gejala 
- Pengawasan minum obat (PMO) 
- Evaluasi tanda efek samping pengobatan. Pada pasien ini tidak adanya tanda efek samping. 
- Kembali lagi pada 25 November 2022.

IMD dan ASI Eksklusif


Cara Menyusui yang Benar
Beberapa hal berikut ini dapat dilakukan agar proses menyusui mudah dan
menyenangkan bagi ibu dan bayi:

1. Pastikan ibu dan bayi berada dalam kondisi relaks dan nyaman
Posisi kepala bayi harus lebih tinggi dibandingkan tubuhnya. Hal ini dimaksudkan
agar bayi lebih mudah menelan.
Ibu dapat menyangga dengan tangan ataupun mengganjal dengan bantal.
Kemudian, tempatkan hidung bayi sejajar dengan puting. Hal ini akan mendorong
bayi membuka mulutnya.

2. Mendekatkan bayi ke payudara


Ketika bayi mulai membuka mulutnya dan ingin menyusu, maka dekatkan bayi ke
payudara ibu. Tunggu hingga mulutnya terbuka lebar dengan posisi lidah ke arah
bawah.
Jika bayi belum melakukannya, ibu dapat membimbing bayi dengan dengan
menyentuh lembut bagian bawah bibir bayi dengan puting susu ibu.
3. Pelekatan yang benar
Posisi pelekatan terbaik bayi menyusui adalah mulut bayi tidak hanya menempel
pada puting, tetapi juga pada areola. Pelekatan ini merupakan salah satu syarat
penting dalam cara menyusui yang benar.
Pelekatan yang baik ditandai dengan tidak adanya rasa nyeri pada ibu saat bayi
menyusu dan bayi memperoleh ASI yang mencukupi. Untuk mengetahui hal ini, ibu
dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI.
4. Membetulkan posisi bayi
Jika puting nyeri, lepas pelekatan dengan memasukan jari kelingking ke dalam mulut
dan letakkan di antara gusinya. Gerakan ini akan membuatnya berhenti menyusu
sementara Anda bisa menyesuaikan posisi bayi.
Kemudian, coba lagi posisi pelekatan yang lebih baik. Setelah pelekatan sudah
benar, umumnya bayi akan dapat menyusu dengan baik.
5. Waktu menyusu
Bayi bisa menyusu mulai dari 5 menit hingga 1 jam, tergantung kebutuhannya.
Untuk bayi yang baru lahir, biasanya bayi perlu disusui setiap 2–3 jam dengan
dengan waktu menyusu 10–15 menit setiap sesinya, tetapi juga bisa lebih lama.
Umumnya dibutuhkan beberapa waktu untuk adaptasi ibu dan bayi, agar proses
menyusui berjalan lancar.

SUPLEMENTASI TD GIZI

GAMBARAN KEGIATAN:
Hari/Tgl : 16 Januari 2023
Waktu : 08.00-11.00
Tempat : SMPN 25 Bekasi
Sasaran : Siswi SMP

HASIL KEGIATAN
- Siswi SMP Bidayatul yang sudah dicatat identitas oleh guru masing-masing kelas
- Petugas medis melakukan pemeriksaan diantaranya check kadar Hb dengan
menggunakan alat dan kemudian ditentukan apakah termasuk anemia ringan, sedang, atau
berat
- Dilakukan pemeriksaan antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan
- Dilakukan interpretasi hasil Hb dan antropometri masing-masing siswi dan diberikan
edukasi pemberian Tablet tambah darah yang harus dikonsumsi masing-masing siswi sessuai
dengan kadar Hb yang diperiksa, selain itu, dilakukan penyuluhan mengenai gizi seimbang
dan anemia melalui poster edukasi

MONITORING & EVALUASI


- Mengkonsumsi TD yang rutin diberikan oleh sekolah
- Apabila didapatkan anemia berat dianjurkan untuk berobat ke fasilitas kesehatan terdekat

KESLING

Latar belakang:
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang
pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat tersebut
melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan
lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.

Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. . Tempat Pembuangan Sementara (TPS) adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendaur ulang, pengelolaan, dan /atau tempat
pengelolaan sampah terpadu. TPS merupakan fasilitas yang terletak dekat dengan daerah
perumahan atau komersial. TPS digunakan untuk menerima dan menampung sampah dari
kendaraan pengumpul hingga dapat dipindahkan ke kendaraan transfer yang lebih besar
untuk dibuang kembali ke TPA.
Ventilasi yang sesuai dengan luas rumah harus memadai dan sebagai penanda bahwa rumah
tersebut sehat. Fungsi dari pembuatan ventilasi yang memadai diharapkan bisa menjadi
tempat pertukaran udara sehingga udara di dalam rumah dapat terus berganti dengan udara di
luar. Jendela rumah sebaiknya menghadap ke arah matahari pagi (timur) dan matahari sore
(barat).
• Kualitas udara yang baik, suhu nyaman antara 18 – 30 oC, kelembapan udara 40 –
70%
• Ventilasi alamiah permanen minimal 10% luas tanah

Hari/tgl: Sabtu, 31 Desember 2022


Tempat: Rumah Keluarga Tn. SPO, Perum Wisma Seroja
Waktu: 09.00 - selesai
Sasaran: Keluarga yang belum mempunyai pembuangan sampah sementara

Tn. SPO
Alamat : Perum Wisma Seroja 10 B RT 005/RW 005

Hasil:
Keluarga Tn. SPO sudah menyiapkan TPS berupa ember besar yang dilapisi oleh plastik
sampah di depan rumah dan dapur sehingga keluarga Tn. SPO sudah mengumpulkan sampah
rumah tangga kedalam TPS tersebut dan mulai mengurangi pembakaran sampah. Selain itu,
saat melakukan evaluasi rumah Tn. SPO ditermukan beberapa jendela di kamar tidur dan
ruang tamu tidak bisa dibuka, sehingga keluarga Tn. SPO jarang membuka jendela dan hanya
jendela dapur saja yang dibuka ketika ingin memasak.

Pembinaan yang dilakukan:


- Edukasi mengenai cara pembuangan sampah yang sehat
- Edukasi efek ventilasi rumah yang tidak baik

Monitoring dan Evaluasi:


Setelah dilakukan pembinaan, dilakukan kunjungan pada bulan selanjutnya untuk evaluasi
pemanfaatan ventilasi rumah

Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang
pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat tersebut
melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko kesehatan
lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum.
Di tengah pandemi COVID-19 ini, kasus demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti juga meningkat. Oleh karena itu juga perlu adanya
kewaspadaan terhadap bahaya gigitan nyamuk. Berikut ini tips agar rumah sehat bebas
nyamuk.
-Pertama adalah memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami. Rumah sehat memiliki
sirkulasi udara maksimal dan mempunyai akses sinar matahari ke dalam ruangan yang cukup
sehingga rumah tidak gelap dan sumpek.
-Kedua, menghilangkan jentik-jentik nyamuk di sekitar rumah. Jentik-jentik nyamuk
biasanya ditemukan pada wadah yang tergenang air seperti vas bunga, dispenser air, tatakan
pot bunga, tempat minum burung, dan bak mandi.
“Kita harus menguras, menyikat dan membersihkan bak mandi, tempayan maupun wadah-
wadah air secara rutin, yaitu satu minggu sekali. Wadah air juga harus ditutup dengan rapat.
Kita juga harus menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti
kaleng bekas, botol, plastik ban bekas dan barang lainnya. Untuk tempat-tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan, perlu ditaburkan bubuk larvisida,
-Ketiga, lanjutnya, nyamuk harus dicegah supaya tidak masuk ke dalam rumah. Hal ini dapat
dilakukan dengan memasang kasa nyamuk pada lubang-lubang ventilasi, jendela maupun
pintu. Di tempat tidur, perlu dipasang kelambu terutama pada bayi dan balita atau ibu hamil
agar terlindungi dari gigitan nyamuk.
Kita juga harus menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar rumah, karena rumah yang
sehat adalah rumah yang bersih dari debu, kotoran maupun tumpukan barang bekas. Perlu
dibiasakan juga supaya tidak menggantung pakaian bekas maupun barang lainnya. Bagi yang
memiliki hewan kesayangan atau ternak, kebersihan hewan tersebut harus dijaga dan bila
perlu dibuatkan kandang secara tersendiri dan terpisah dari rumah.

Hari/tgl: Sabtu, 28 Januari 2023


Tempat: Rumah Keluarga Tn. SPO, Perum Wisma Seroja
Waktu: 09.00 - selesai
Sasaran: Keluarga yang memiliki jentik-jentik nyamuk di dalam rumah
Hasil:
Anak Tn. SPO sudah tidak merokok di dalam rumah karena tidak mau membahayakan
kesehatan adik serta orang tuanya. Selain itu, saat mengevaluasi kembali rumah keluarga Tn.
SPO, kami menemukan penampungan air di halaman belakang Tn. SPO terdapat beberapa
jentik nyamuk, selain itu pot-pot bunga kosong yang berada di luar rumah yang terisi oleh air
hujan memiliki jentik nyamuk.

Pembinaan yang dilakukan:


- Edukasi mengenai cara membersihkan rumah dari jentik nyamuk

Monitoring dan Evaluasi:


Setelah dilakukan pembinaan, dilakukan kunjungan pada bulan selanjutnya untuk evaluasi
pemberantasan jentik nyamuk di dalam rumah

ADVOKASI

Advokasi 1
Hari/tgl: Sabtu, 26 November 2022
Tempat: Perum Wisma Seroja
Waktu: 09.00 - selesai
Sasaran: Keluarga bernilai IKS pra sehat / tidak sehat

Hasil:
Rumah Keluarga Tn. SPO (4 anggota keluarga)
1. Keluarga mengikuti program KB (N)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (N)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (N)
4. Bayi mendapat ASI eksklusif (N)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (N)
6. Penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (Y)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (N)
8. Penderita gangguan jiwa medapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan (N)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (T)
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN (Y)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (Y)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (Y)

Keterangan = N: Netral; Y: Ya; T: Tidak


Jumlah IKS Keluarga = 0,5
Kesimpulan = Pra-Sehat

Monitoring dan Evaluasi:


Setelah penilaian, intervensi dilakukan berupa edukasi.
Akan dilakukan kunjungan pada bulan selanjutnya untuk evaluasi kembali IKS keluarga.

Advokasi 2
Hari/tgl: Senin, 24 Oktober 2022
Tempat: Harapan Jaya
Waktu: 09.00 - selesai
Sasaran: Keluarga bernilai IKS pra sehat / tidak sehat

Hasil:
Rumah Keluarga Tn. KS (2 anggota keluarga)
1. Keluarga mengikuti program KB (N)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (Y)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (N)
4. Bayi mendapat ASI eksklusif (Y)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (Y)
6. Penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (N)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (N)
8. Penderita gangguan jiwa medapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan (N)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (T)
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN (T)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (Y)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (Y)

Keterangan = N: Netral; Y: Ya; T: Tidak


Jumlah IKS Keluarga = 0,7
Kesimpulan = Pra sehat

Monitoring dan Evaluasi:


Setelah penilaian, intervensi dilakukan berupa edukasi.
Akan dilakukan kunjungan pada bulan selanjutnya untuk evaluasi kembali IKS keluarga.

Advokasi 3
Hari/tgl: Selasa, 20 Desember 2022
Tempat: Komplek SBS
Waktu: 09.00 - selesai
Sasaran: Keluarga bernilai IKS pra sehat / tidak sehat

Hasil:
Rumah Keluarga Tn. HJ (3 Anggota keluarga)
1. Keluarga mengikuti program KB (N)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan (N)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap (N)
4. Bayi mendapat ASI eksklusif (N)
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan (N)
6. Penderita TB paru mendapatkan pengobatan sesuai standar (N)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur (Y)
8. Penderita gangguan jiwa medapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan (N)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (T)
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN (Y)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (Y)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (Y)

Keterangan = N: Netral; Y: Ya; T: Tidak


Jumlah IKS Keluarga = 0,8
Kesimpulan = Pra sehat

Monitoring dan Evaluasi:


Setelah penilaian, intervensi dilakukan berupa edukasi.
Akan dilakukan kunjungan pada bulan selanjutnya untuk evaluasi kembali IKS keluarga.

Posbindu:
Posbindu merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan
faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit
tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang
aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini
faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan dasar. Dengan adanya posbindu akan bisa Meningkatkan peran serta masyarakat
dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM.

Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber masyarakat yang sudah
ada, di tempat kerja atau di klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana masyarakat
dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga,
pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan
pelaksanaan Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat,
serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang ada.

Kegiatan yang dilaksanakan di Posbindu :

1. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat PTM
pada keluarga dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah yang
dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini
dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali
2. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut,
analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali.
3. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun sekali
dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM atau penyandang diabetes mellitus paling
sedikit 1 tahun sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,
perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
4. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat disarankan 5 tahun
sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko PTM 6 bul an seka l i dan penderita
dislipidemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah
dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok
masyarakat tersebut.

----------------------
Peran Kader Posbindu:

1. Koordinator penyelenggaraan Posbindu PTM


2. Penggerak masyarakat untuk mengikuti Posbindu PTM
3. Pemantau pengukuran faktor risiko PTM
4. Konselor peserta Posbindu PTM
5. Pencatat hasil kegiatanPosbindu PTM

------------------------

1. Ny. NH, 61 Tahun


Hari: 1 Februari 2023
Tempat: Posbindu RW 20
Waktu: 09.00 – 11.30
Sasaran: Peserta Lansia RW 20
Hasil:
BB : 67 kg
TB : 160 cm
Lingkar Perut : 88 cm
TD : 140/90 mmHf
Glukosa Darah Sewaktu : 155
Kolestrol : -
Asam Urat : -
Riwayat Penyakit : HT dan DM
Aktivitas fisik : Jarang
Konsumsi makanan manis : sudah dibatasi
Konsumsi makanan asin : Biasa
Konsumsi makanan berlemak : Biasa
Kembali ke Posbindu Bulan depan.

2. Ny. SH, 57 Tahun


Hari: 1 Februari 2023
Tempat: Posbindu RW 20
Waktu: 09.00 – 11.30
Sasaran: Peserta Lansia RW 20
Hasil:
BB : 70 kg
TB : 160 cm
Lingkar Perut : 91 cm
TD : 140/90 mmHg
Glukosa Darah Sewaktu : 155
Kolestrol : 220
Asam Urat : 5.7
Riwayat Penyakit : HT dan Penyakit Jantung Koroner
Aktivitas fisik : Jarang
Konsumsi makanan manis : Biasa
Konsumsi makanan asin : sudah dibatasi
Konsumsi makanan berlemak : Biasa
Kembali ke Posbindu Bulan depan.

KEMITRAAN UKS

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan upaya satuan pendidikan dalam menanamkan,
menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan kemampuan hidup sehat, dengan
penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), serta derajat kesehatan peserta didik melalui
pelaksanaan Trias UKS yakni:

1. Pendidikan Kesehatan: melalui kegiatan peningkatan pengetahuan secara intrakurikuler,


kokurikuluer dan ekstrakurikuler dan pembiasaan PHBS
2. Pelayanan Kesehatan: melalui pencegahan penyakit seperti dengan imunisasi dan minum
obat cacing
3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat: dengan melengkapi sarana prasarana PHBS, antara
lain air bersih, toilet, tempat cuci tangan, tempat sampah, saluran drainase

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah bertujuan meningkatkan kesehatan, mutu pendidikan dan prestasi
belajar peserta didik yang tercermin dalam kehidupan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan
lingkungan sekolah yang sehat sehingga memungkinkan peserta didik mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.

Manfaat Pembentukan UKS :


1. Penurunan angka kesakitan anak sekolah.
2. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, sosial)
3. Agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah.
4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah.
5. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika,
rokok, alkohol dan obat-obatan berbahaya lainnya.

Strategi kemitraan merupakan suatu kerjasama yang terbentuk karena adanya kepercayaan
dan komitmen. Kemitraan adalah suatu upaya melibatkan berbagai pihak dan kelompok, baik
kelompok masyarakat, lembaga swasta ataupun lembaga pemerintahan untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan dan membuat suatu kesepakatan bila di perlukan.
Salah satu kerja sama yang bisa di lakukan dengan pemberian pelatihan pemeriksaan
kesehatan (kesehatan gigi dan mulut, mata, tenggorokan, rambut dan kuku) ke sekolah yang
ada di wilayah kerja puskesmas setempat untuk siswa dan siswi di sekolah tersebut, dimana
petugas kesahatan sebagai pelaksana yang memeriksa sekaligus mengajari petugas UKS di
sekolah tersebut.

Pelaksanaan Kegiatan :

Hari: 18 Oktober 2022


Tempat: SMK 11 Bekasi
Waktu: 13.00.00-selesai.
Sasaran: Siswa dan Siswi SMK 11

Kegiatan dilaksanakan di depan kelas SMK 11 yang dilakukan oleh petugas medis.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan mata, kesehatan gigi dan mulut, rambut,
telinga serta kuku. Selain itu, dilakukan wawancara mengenai riwayat penyakit keluarga,
merokok, serta kesehatan reproduksi bagi siswi SMK 11. Anggota UKS SMK 11 mengamati
serta ikut membantu petugas kesehatan dalam pemeriksaan yang diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam kemajuan program UKS di SMK 11.

Hasil:
Nn. AS, 16 Tahun.
BB : 45 kg
TB : 158 cm
TD : 110/90 mmHg
Riwayat Penyakit Keluarga : HT dan DM
Mata : Tidak menggunakan kacamata, buta warna (-)
Telinga : Tampak kotor
Gigi dan Mulut : Terdapa karang gigi, gigi bolong
Merokok : -
Siklus Menstruasi : Teratur

Anda mungkin juga menyukai