Tgl Pelaksanaan
10/3/22
Penyuluhan Gambaran Umum, Gizi, dan Skrining Hipertensi dan Diabetes Mellitus
pada Lansia di Dusun Kendal
Latar Belakang
Permasalahan
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh
gagalnya seorang untuk mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan kondisi stres
fisiologis nya. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut
usia meliputi: Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun Lansia juga berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual.
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah
kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri).
Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas
apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan
normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya. Diabetes adalah penyakit yang
berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang
tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak
diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika
diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa penderita.
Lansia banyak yang tidak paham dengan penyakit hipertensi, dan diabetes mellitus.
Masih banyak yang tidak mau dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan
lebih lanjut
10/3/22
Permasalahan
Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll
Gambaran Pelaksanaan
Metode pembinaan =
1. Pemberiaan materi cuci tangan 6 langkah menurut WHO
2. Melakukan praktek langsung di kran air
Gambaran pelaksanaan kegiatan, dll
Tgl Pelaksanaan
7/3/22
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jrang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Pelaksanaan penanggulangan TBC di puskesmas Singojuruh yaitu membuat strategi penapisan
TBC dengan cara pemeriksaan dahak menggunkana Tes Cepat Molekuler.
Permasalahan
Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll
Gambaran Pelaksanaan
Metode pembinaan
Gambaran pelaksanaan kegiatan, dll
1. Menanyakan identitas pasien
2. Anamnesis terarah untuk TBC
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Membuat formulir penapisan TBC untuk pertama kali
Tgl Pelaksanaan
10/3/22
Latar Belakang
Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae. Penyakit kusta awalnya menyerang saraf perifer, selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis,
kecuali susunan saraf pusat. Kusta termasuk jenis penyakit infeksi yang perkembangannya
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu, host (kekebalan tubuh manusia), agent (kuman/bakteri),
serta environment (lingkungan). Masa inkubasi dari bakteri M. leprae bervariasi tergantung dari
3 faktor di atas sampai menimbulkan manifestasi klinis. Angka kejadian kusta sebagai penyakit
menular memiliki prevalensi yang masih cukup tinggi seperti di India, brazil, dan Indonesia. Di
tahun 2004 hingga 2014 Indoneisa menempati peringkat ketiga kasus kusta tertinggi di dunia.
Minimnya pengetahuan tentang penyakit kusta menyebablan pengidap terlambat berobat
sehingga pasien kemungkinan baru akan berobat setelah timbulnya kecacatan akibat kerusakan
jaringan yang berat dan menjadi potensi sumber penularan kuman. Deteksi sedini mungkin dapat
mencegah timbulnya kecacatan. Diketahui bahwa tidak semua orang dapat langsung terkena
manifestasi penyakit ini pun bila sudah terinfeksi karena sistem imun yang baik. Pencegahan dari
penyakit kusta yatu dengan adanya upaya imunisasi BCG pada bayi.dan menerapkan PHBS pada
aktivitas sehari-hari. Pentingnya penjelasan mengenai gejala awal penyakit kusta dan pengobatan
dari penyakit ini perlu diinformasikan kepada masyarakat dan melakukan skrining sejak dini agar
segera melakukan pengobatan di fasilitas kesehatan apabila keluhan yang dirasakan mengarah ke
diagnosis penyakit kusta.
Permasalahan
Tingkat pengetahuan dan skrining penyakit kusta yang masih kurang. Sehingga angka
kecacatan masih belum teratasi.
Gambaran Pelaksanaan
Metode pembinaan
Metode pembinaan berbentuk kegiatan penyuluhan secara langsung kepada siswa dan
siswi kelas 4 di SDN 3 Sumberbaru. Penyuluhan menjelaskan apa itu penyakit Kusta,
penyebab penyakit kusta, cara penularan, gejala awal yang dapat timbul hingga
komplikasi serta pengobatan dari kusta. Kemudian melakukan skrining dengan menilai
apakan ada lesi dan pemeriksaan fisik saraf.
Gambaran pelaksanaan kegiatan
a. Memberi penyuluhan di kelas
b. Melakukan tanya jawab
c. Mendata siswa siswi kelas 4 SDN 3 Sumberbaru
d. Melakukan skrining dengan anamnesis terarah, dan pemeriksaan fisik
Tgl Pelaksanaan
22/3/22
Latar Belakang
Sampai saat ini jumlah yang terinfeksi Covid-19 masih terus bertambah, tidak hanya di Indonesia
namun juga di dunia. Menurut data Satgas Covid-19 jumlah kasus aktif corona di Indonesia
capai 1.791.221 kasus per tanggal 26 Mei 2021. Untuk menanggulangi hal tersebut berbagai
negara sedang menjalankan program pemberian Vaksin Covid-19 termasuk Indonesia. Sejak
vaksin Covid-19 tiba di Indonesia, tidak sedikit masyarakat yang belum setuju akan anjuran
pemerintah untuk menjalani vaksinasi Covid-19.
Vaksinasi atau imunisasi bertujuan untuk membuat sistem kekebalan tubuh seseorang mampu
mengenali dan dengan cepat melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Tujuan yang ingin
dicapai dengan pemberian vaksin Covid-19 adalah menurunnya angka kesakitan dan angka
kematian akibat virus ini. Meskipun tidak sepenuhnya bisa melindungi seseorang dari infeksi
virus corona, vaksin ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya gejala yang berat dan
komplikasi akibat Covid-19.
Upaya edukasi dan komunikasi kepada masyarakat harus dilakukan seimbang antara vaksinasi
dan protokol kesehatan. Langkah penanganan pandemi Covid-19 tidak bisa dilakukan secara
tunggal, harus komprehensif dengan melibatkan protokol kesehatan yang ketat demi menekan
lebih banyak jumlah orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, meskipun telah mendapatkan
Vaksinasi Covid-19, protokol kesehatan 5 M harus tetap dijalankan untuk mencegah tertular
kembali atau menulari orang lain.
Gambaran Pelaksanaan
Metode pembinaan
Metode pembinaan berbentuk kegiatan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat
di Balai Desa Alas Malang. Penyuluhan menjelaskan apa itu secara umum penyakit
COVID-19 dan mengenai vaksinasi
Gambaran pelaksanaan kegiatan
a. Melakukan skrining covid kepada masyarakat yang hadir
b. Dokter internsip melakukan penyuluhan
c. Tanya jawab seputar COVID-19 dan vaksinasi
d. Setelah penyuluhan, masyarakat ikut vaksinasi covid
Tgl Pelaksanaan
22/3/22
Vaksinasi COVID 19 untuk Dosis Satu, Dua, dan Tiga di Balai Desa Alas Malang
Latar Belakang
Vaksin merupakan produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau zat yang
sudah diolah sedemikian rupa sehingga aman dan jika diberikan kepada seseorang akan membuat
kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Pemerintah terus mengupayakan
pelaksaan suntik vaksin Covid-19 untuk seluruh masyarakat di Indonesia. Mulai dari awal tahun
2021 hingga saat ini vaksin Covid-19 tengah didistribusikan ke seluruh masyarakat Indonesia.
Pemberian vaksin ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat untuk mengurangi dan
memutus rantai penularan Covid-19.
Dalam menanggulangi pandemi Covid-19, upaya vaksinasi dilakukan tidak hanya menjadi satu-
satunya upaya untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Selama belum mencapai
kekebalan kelompok (herd immunity), maka pencegahan yang efektif saat ini adalah mematuhi
protokol kesehatan 5M yaitu dengan double mask dengan masker medis dilapisi bagian luarnya
dengan masker kain agar menutupi rongga dari masker medis tersebut, menjaga jarak, mencuci
tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Vaksinasi Covid-19 memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk
banyak orang. Komisi Fatwa MUI Pusat sudah memberikan fatwa bahwa vaksin Covid-19 halal
dan suci. Oleh karenanya, meskipun masih banyak beredar isu mengenai vaksin yang belum jelas
kebenarannya, masyarakat tidak perlu ragu dan khawatir untuk melakukan vaksinasi Covid-19
guna kepentingan bersama.
Gambaran Pelaksanaan
13/5/22
Permasalahan
Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll
Gambaran Pelaksanaan
Metode pembinaan
Gambaran pelaksanaan kegiatan, dll
1. Menanyakan identitas pasien
2. Anamnesis terarah untuk TBC
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Membuat formulir penapisan TBC untuk pertama kali
Tgl Pelaksanaan
11/5/22
Permasalahan
A. Identitas Pasien
Nama : Sarifatul Nicmah
Umur : 29 tahun
Paritas : G2P1A0
Alamat : Andong
RM : 1529466
Nama suami : Miswandi
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan penimbangan berat badan ibu hamil, dilanjutkan dengan pemeriksaan
tanda-tanda vital ibu hamil meliputi tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama
kehamilan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama
Mens Terakhir) dan HPL (Hari Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin.
Untuk mendeteksi dini faktor resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Diberikan suplemen tablet Fe dan edukasi
B. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kontrol kehamilan dan cek darah. Keluhan (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi :-
DM :-
Riwayat Persalinan
I. : Hamil aterm, penolong bidan, tidak ada penyulit, anak sehat.
Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun (SMP)
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
Keluhan :-
Riwayat KB : -
Riwayat Obstetri
a. Paritas : G2P1A0
b. HPHT : 29/12/21
c. HPL : 5/09/22
d. UK : 21-22 minggu
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
a. Tensi : 110/70
b. Nadi : 88 x/menit
c. RR : 20 x/menit
Status Obstetri Status Obstetri Pemeriksaan Luar
TFU : 19 cm
DJJ : 135 x/menit
D. Pemeriksaan Penunjang
Hb = 11.4
E. Diagnosis
Ibu : G2P1A0 Gravida 21-22 minggu
Janin : Tunggal hidup intrauterine, DJJ 135 x/menit
F. Tata Laksana
Tablet Penambah darah (Fe 60 mg + Asam folat 0,4 mg) 2 x 1 tab
KIE cek Hb dalam 2 minggu
Tgl Pelaksanaan
19/3/22
Metode pembinaan
Metode pembinaan berbentuk penyampaian materi HIV secara langsung kepada kader
HIV di puskesmas Singojuruh.
Gambaran pelaksanaan kegiatan
a. Mengumpulkan para kader HIV di puskesmas singojuruh
b. Kata sambutan dari Ka. Puskesmas
c. Penyampaian materi HIV oleh dokter internsip
d. Melakukan sharing dan tanya jawab antara kader dan dokter
Tgl Pelaksanaan
29/3/22
7/3/22
B. Pemeriksaan Fisik
TD : 110/70
Nadi : 70 x/menit
RR : 16 x/menit
BB : 53 kg
C. Diagnosis
TB paru
D. Tata Laksana
FDC 3 tablet 4 KDT (fase intensif)
B6 1 x 1 tablet
Tgl Pelaksanaan
13/6/22
B. Pemeriksaan Fisik
TD : 110/70
Nadi : 70 x/menit
RR : 16 x/menit
BB : 58 kg
TCM : MTB not detected
Ro Paru : Infiltrat +
C. Diagnosis
TB paru terkonfirmasi klinis
D. Tata Laksana
FDC 4 tablet 4 KDT (fase intensif)
B6 1 x 1 tablet
Tgl Pelaksanaan
13/6/22
B. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80
Nadi : 70 x/menit
RR : 20 x/menit
BB : 34 kg
C. Diagnosis
TB paru
D. Tata Laksana
FDC 2 tablet 2 KDT (fase lanjut)
B6 1 x 1 tablet
Tgl Pelaksanaan
30/5/22
Gambaran Pelaksanaan
A. Metode pembinaan
Metode promkes yang digunakan adalah penyuluhan langsung kepada ibu hamil yang
datang kontrol kehamilan di Pustu Cantuk.
B. Gambaran pelaksanaan kegiatan
a) Mengumpulkan ibu hamil yang datang kontrol ke Pustu
b) Memberi penyuluhan
Kebutuhan zat gizi saat hamil
Pesan gizi seimbang ibu hamil
Cara mencegaha anemia dan hiperemesesis gravidarum
c) Melakukan tanya jawab antara dokter dan ibu hamil
d) Melakukan anamnesa perorangan, pemeriksaan fisik, pengukuran TB, BB,
pemeriksaan kehamilan, dan terapi
Tgl Pelaksanaan
30/5/22
1/4/22
Gambaran Pelaksanaan
A. Metode pembinaan
Metode yang digunakan adalah penyuluhan langsung kepada warga dusun Gambor.
B. Gambaran pelaksanaan kegiatan
a) Mengumpulkan warga lokal dusun Gambor
b) Memberi penyuluhan
Definisi TBC
Penularan TBC
Gejala TBC
Pencegahan TBC
Alur pemeriksaan dan pengobatan TBC
c) Melakukan tanya jawab
Tgl Pelaksanaan
28/3/22
Permasalahan
A. Identitas Pasien
Nama : Arlin Silva
Umur : 20 tahun
Paritas : G1P0A0
Alamat : Sukorejo
RM : 152503
B. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita usia 20 tahun G1P0A0 Gravida 25-26 minggu datang kontrol rutin
pemeriksaan Hb. Keluhan (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi :-
DM :-
Riwayat Persalinan: -
Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
Keluhan :-
Riwayat KB : -
Riwayat Obstetri
a. Paritas : G1P0A0
b. HPHT : 18/10/21
c. HPL : 25/07/22
d. UK : 25-26 minggu
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan penimbangan berat badan ibu hamil, dilanjutkan dengan pemeriksaan
tanda-tanda vital ibu hamil meliputi tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama
kehamilan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama
Mens Terakhir) dan HPL (Hari Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin.
Untuk mendeteksi dini faktor resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Diberikan suplemen tablet Fe dan edukasi. Pada pasien ini, diminta datang untuk datang kembali
2 minggu lagi.
Hasil Pemeriksaan:
C. Status Generalis
Tensi : 110/80
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
28/3/22
Permasalahan
A. Identitas Pasien
Nama : Fitri Lestari
Umur : 27 tahun
Paritas : G1P0A0
Alamat : Kendal
RM : 1534495
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan penimbangan berat badan ibu hamil, dilanjutkan dengan pemeriksaan
tanda-tanda vital ibu hamil meliputi tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama
kehamilan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama
Mens Terakhir) dan HPL (Hari Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin.
Untuk mendeteksi dini faktor resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Diberikan suplemen tablet Fe dan edukasi.
Hasil Pemeriksaan:
B. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita 27 tahun G1P0A0 Gravida 37-38 minggu datang untuk cek Hb rutin,
sebelumnya Hb pasien 10,9. Pasien rutin konsumsi tablet penambah darah. Keluhan (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : -
DM :-
Riwayat Persalinan: -
Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
Riwayat Menstruasi
a) Menarche : 11 tahun
b) Siklus haid : 28 hari
c) Lama haid : 5-7 hari
d) Keluhan :-
Riwayat KB : -
Riwayat Obstetri
a) Paritas : G1P0A0
b) HPHT : 5/07/21
c) HPL : 12/04/22
d) UK : 37-38 minggu
C. Status Generalis
Tensi : 120/80
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
11/4/22
Permasalahan
A. Identitas Pasien
Nama : Fina Metika
Umur : 23 tahun
Paritas : G1P0A0
Alamat : Pasinan Timur
RM : 1530499
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu hamil meliputi
tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama kehamilan. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama Mens Terakhir) dan HPL (Hari
Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin. Untuk mendeteksi dini faktor
resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Hasil Pemeriksaan:
B. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita 23 tahun G1P0A0 Gravida 36 minggu datang untuk cek lab. Pasien mengatakan
tekanan darah selalu normal. Tidak ada keluhan seperti pusing, pandangan kabur, kaki
bengkak, sesak, nyeri ulu hati, mual/muntah
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : -
DM :-
Riwayat Persalinan: -
Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
Keluhan :-
Riwayat KB : -
Riwayat Obstetri
a. Paritas : G1P0A0
b. HPHT : 3/08/21
c. HPL : 10/05/22
d. UK : 36 minggu
C. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Tensi : 140/90
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
14/3/22
Permasalahan
A. Identitas Pasien
Nama : Miftahul Jannah
Umur : 25 tahun
Paritas : G1P0A0
Alamat : Cungkungan
RM : 1218277
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu hamil meliputi
tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama kehamilan. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama Mens Terakhir) dan HPL (Hari
Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin. Untuk mendeteksi dini faktor
resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Hasil Pemeriksaan:
B. Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita 25 tahun G1P0A0 Gravida 19-20 minggu datang untuk cek lab. Keluhan (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi: -
DM :-
Riwayat Persalinan: -
Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
Riwayat Menstruasi
a) Menarche : 13 tahun
b) Siklus haid : 28 hari
c) Lama haid : 5-7 hari
d) Keluhan :-
Riwayat KB :-
Riwayat Obstetri
a) Paritas : G1P0A0
b) HPHT : 4/11/21
c) HPL : 11/08/22
d) UK : 19-20 minggu
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Tensi : 120/80
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
24/6/22
27/6/22
27/6/22
22/6/22
B. Pemeriksaan Fisik
TD : 110/70
Nadi : 70 x/menit
RR : 20 x/menit
BB : 55 kg
C. Diagnosis
TB paru
D. Tata Laksana
FDC 3 tablet 2 KDT (fase lanjut)
B6 1 x 25 mg
Tgl Pelaksanaan
22/6/22
B. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80
Nadi : 70 x/menit
RR : 20 x/menit
BB : 55 kg
C. Diagnosis
TB paru
D. Tata Laksana
FDC 3 tablet 2 KDT (fase lanjut)
B6 1 x 25 mg
Tgl Pelaksanaan
22/6/22
B. Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80
Nadi : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
BB : 79 kg
C. Diagnosis
Limfadenitis TB
D. Tata Laksana
FDC 5 tablet 2 KDT (fase lanjut)
B6 1 x 25 mg
Tgl Pelaksanaan
22/6/22
B. Pemeriksaan Fisik
TD : 100/70
Nadi : 70 x/menit
RR : 20 x/menit
BB : 43 kg
C. Diagnosis
TB paru
D. Tata Laksana
FDC 3 tablet 2 KDT (fase lanjut)
B6 1 x 25 mg
Tgl Pelaksanaan
2/4/22
3/6/22
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya
jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul silastik (lentur), panjangnya sedikit
lebih pendek dari pada batang korek api. Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon
yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun demikian, efek sampingan yang
dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat
dan kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke poli KIA PKM Singojuruh untuk bongkar pasang implant. Dokter melakukan
anamnesa. Pasien tidak sedang hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 120/80), saat ini
pasien sudah memiliki 2 anak. Pasien memiliki riwayat KB implant sebelumnya pada tanggal 3
Juli 2019, diminta untuk cabut implant 3 Juni 2022. Dokter menjelaskan kembali definisi KB,
metode, kelebihan dan kekurangan KB. Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang
diinginkan. Pasien memilih menggunakan KB implant. Prosedur pemasangan:
1. Pasien diminta untuk mencuci lengan kiri
2. Mempersiapkan alat (duk steril, kassa steril, cairan antiseptik/povidone iodine, scapel,
handscoon steril, spuit, lidocaine, trocar, batang implant yang belum dibuka, plester,
epinefrin bila terjadi syok anafilaktik, klem U)
3. Asepsis tempat pemasangan implant
4. Anestesi local dengan lidocaine
5. Tutup dengan duk steril
6. Raba implan yang sebelumnya terpasang, fikasasi implant, insisi sekitar 0,5 cm
7. Ambil implan yang terpasang dengan klem U. Pastika pasien mengetahui implant yang
sebelumnya sudah diambil
8. Masukan trokar yang sudah berisi batang implan sampai batas hitam
9. Masukan pendorong trokar sambil diputar
10. Pastikan 2 batang implant terpasang
11. Tarik trocar keluar
12. Asepsis kembali
13. Tutup luka dengan kassa dan plester
14. KIE pasien untuk menghidari luka dari air
15. Pasien diminta kontrol kembali 1 minggu pasca pemasangan implant.
Tgl Pelaksanaan
3/6/22
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya
jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul silastik (lentur), panjangnya sedikit
lebih pendek dari pada batang korek api. Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon
yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun demikian, efek sampingan yang
dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat
dan kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke poli KIA PKM Singojuruh untuk bongkar pasang implant. Dokter melakukan
anamnesa. Pasien tidak sedang hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 110/70), saat ini
pasien sudah memiliki 2 anak. Pasien memiliki riwayat KB implant sebelumnya pada tanggal 3
Juli 2019, diminta cabut implant tgl 3 Juli 2022. Dokter menjelaskan kembali definisi KB,
metode, kelebihan dan kekurangan KB. Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang
diinginkan. Pasien memilih menggunakan KB implant. Prosedur pemasangan:
1. Pasien diminta untuk mencuci lengan kiri
2. Mempersiapkan alat (duk steril, kassa steril, cairan antiseptik/povidone iodine, scapel,
handscoon steril, spuit, lidocaine, trocar, batang implant yang belum dibuka, plester,
epinefrin bila terjadi syok anafilaktik, klem U)
3. Asepsis tempat pemasangan implant
4. Anestesi local dengan lidocaine
5. Tutup dengan duk steril
6. Raba implan yang sebelumnya terpasang, fikasasi implant, insisi sekitar 0,5 cm
7. Ambil implan yang terpasang dengan klem U. Pastika pasien mengetahui implant yang
sebelumnya sudah diambil
8. Masukan trokar yang sudah berisi batang implan sampai batas hitam
9. Masukan pendorong trokar sambil diputar
10. Pastikan 2 batang implant terpasang
11. Tarik trocar keluar
12. Asepsis kembali
13. Tutup luka dengan kassa dan plester
14. KIE pasien untuk menghidari luka dari air
15. Pasien diminta kontrol kembali 1 minggu pasca pemasangan implant.
Tgl Pelaksanaan
18/5/22
18/6/22
14/3/22
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
Pendaftaran
Pengukuran tinggi dan berat badan anak
Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
Pelayanan kesehatan
14/3/22
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
Pendaftaran
Pengukuran tinggi dan berat badan anak
Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
Pelayanan kesehatan
Monitoring
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada bayi/anak yang datang ke poli KIA
2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
3. Ibu mengetahui asupan gizi yang diperlukan oleh anak
4. Ibu mengetahui bahwa pemberian ASI juga dapat menjadi metode KB natural dengan
adanya efek LAM (lactation amenorrhea method)
Tgl Pelaksanaan
14/3/22
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
Pendaftaran
Pengukuran tinggi dan berat badan anak
Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
Pelayanan kesehatan
Konseling gizi
Monitoring
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada bayi/anak yang datang ke poli KIA
2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
3. Ibu mengetahui asupan gizi yang diperlukan oleh anak
4. Ibu mengetahui bahwa pemberian ASI juga dapat menjadi metode KB natural dengan
adanya efek LAM (lactation amenorrhea method)
Tgl Pelaksanaan
14/3/22
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
Pendaftaran
Pengukuran tinggi dan berat badan anak
Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
Pelayanan kesehatan
14/3/22
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
Pendaftaran
Pengukuran tinggi dan berat badan anak
Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
Pelayanan kesehatan
14/3/22
Latar Belakang
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi
yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun
prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi
balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi
ukuran keberhasilan program yang sudah diupayakan oleh pemerintah. Selain masalah
pertumbuhan, ditemukan pula adanya keterlambatan atau gangguan pada perkembangan
anak, baik dalam satu maupun lebih dari dua sector perkembangan, yakni motorik kasar, motorik
halus, personal sosial, maupun
bahasa dan bicara. Kejadian gangguan tumbuh kembang ini dapat terjadi karena beberapa factor
yang berasal dari internal maupun eksternal, seperti situasi dan gizi ibu, situasi bayi dan balita,
lingkungan, maupun psiko-sosial-ekonomi keluarga.
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan stimulasi, deteksi, dan
intervensi dini terhadap tumbuh kembang anak yang dapat dilakukan dengan skrining di dalam
keluarga maupun di dalam lingkungan anak. Kegiatan pengukuran tinggi dan berat badan
anak serta skrining perkembangan anak sederhana berdasarkan tahapan usia ini pun
dapat dilakukan oleh orang tua/keluarga anak serta dalam kegiatan posyandu yang tentunya
akan dipantau oleh para kader di setiap wilayah puskesmas. Oleh karena itu, pelatihan mengenai
tumbuh kembang anak ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperluas dan
memperbaharui ilmu mengenai elemen-elemen pertumbuhan dan perkembangan anak terhadap
para kader di puskesmas, sehingga dapat diterapkan dalam deteksi dini di setiap wilayah kerja.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di Poli KIA. Sasaran kegiatan adalah balita. Metode deteksi dengan
1. Mengidentifikasi kondisi anak melalui anamnesa kepada orangtua
2. Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak balita
3. Menginterpretasikan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan anak balita ke dalam
kurva WHO yang terdiri dari berat badan berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi
badan
4. Menyampaikan hasil pengukuran balita kepada orangtua
5. Memberikan edukasi (pendidikan kesehatan) kepada orangtua tentang stunting mulai dari
pengertian, penyebab, tanda, cara mencegah dan cara mengatasi stunting
6. Pelayanan kesehatan dan konseling gizi
Tgl Pelaksanaan
14/3/22
Latar Belakang
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi
yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun
prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi
balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi
ukuran keberhasilan program yang sudah diupayakan oleh pemerintah. Selain masalah
pertumbuhan, ditemukan pula adanya keterlambatan atau gangguan pada perkembangan
anak, baik dalam satu maupun lebih dari dua sector perkembangan, yakni motorik kasar, motorik
halus, personal sosial, maupun
bahasa dan bicara. Kejadian gangguan tumbuh kembang ini dapat terjadi karena beberapa factor
yang berasal dari internal maupun eksternal, seperti situasi dan gizi ibu, situasi bayi dan balita,
lingkungan, maupun psiko-sosial-ekonomi keluarga.
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan stimulasi, deteksi, dan
intervensi dini terhadap tumbuh kembang anak yang dapat dilakukan dengan skrining di dalam
keluarga maupun di dalam lingkungan anak. Kegiatan pengukuran tinggi dan berat badan
anak serta skrining perkembangan anak sederhana berdasarkan tahapan usia ini pun
dapat dilakukan oleh orang tua/keluarga anak serta dalam kegiatan posyandu yang tentunya
akan dipantau oleh para kader di setiap wilayah puskesmas. Oleh karena itu, pelatihan mengenai
tumbuh kembang anak ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperluas dan
memperbaharui ilmu mengenai elemen-elemen pertumbuhan dan perkembangan anak terhadap
para kader di puskesmas, sehingga dapat diterapkan dalam deteksi dini di setiap wilayah kerja.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di Poli KIA. Sasaran kegiatan adalah balita. Metode deteksi dengan
1. Mengidentifikasi kondisi anak melalui anamnesa kepada orangtua
2. Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak balita
3. Menginterpretasikan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan anak balita ke dalam
kurva WHO yang terdiri dari berat badan berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi
badan
4. Menyampaikan hasil pengukuran balita kepada orangtua
5. Memberikan edukasi (pendidikan kesehatan) kepada orangtua tentang stunting mulai dari
pengertian, penyebab, tanda, cara mencegah dan cara mengatasi stunting
6. Pelayanan kesehatan dan konseling gizi
Tgl Pelaksanaan
18/3/22
14/3/22
Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-
bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi. Imunisasi sangat penting untuk
melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular. Salah satunya vaksin imunisasi campak. Vaksin
Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada usia 6 tahun. Campak merupakan
penyakit infeksi yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, umumnya
menyerang anak – anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan dunia. Virus
berdiam dalam sistem pernapasan, sehingga virus menular dengan berbagai cara, misalnya
melalui batuk, bersin, atau sentuhan. Karena virus ini menyebar melalui udara, virus ini dapat
bertahan hidup di luar tubuh selama 2 jam. Virus ini dapat tetap hidup pada di permukaan,
gagang pintu, atau objek apapun dan menginfeksi siapa saja yang menyentuhnya.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi campak
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien
Asepsis dengan kassa dan alkohol pada tempat penyuntikan
Berikan imunisasi 0.5 ml/SC pada deltoid sinistra
Asepsis kembali
KIE orang tua pasien efek pasca imunisasi
Tgl Pelaksanaan
14/3/22
Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-
bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi. Imunisasi sangat penting untuk
melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular. Salah satunya vaksin imunisasi campak. Vaksin
Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada usia 6 tahun. Campak merupakan
penyakit infeksi yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, umumnya
menyerang anak – anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan dunia. Virus
berdiam dalam sistem pernapasan, sehingga virus menular dengan berbagai cara, misalnya
melalui batuk, bersin, atau sentuhan. Karena virus ini menyebar melalui udara, virus ini dapat
bertahan hidup di luar tubuh selama 2 jam. Virus ini dapat tetap hidup pada di permukaan,
gagang pintu, atau objek apapun dan menginfeksi siapa saja yang menyentuhnya.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi campak
14/3/22
Latar Belakang
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi
imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1
bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4
dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Untuk imunisasi
lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah
penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan
fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi sampak
14/3/22
Latar Belakang
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi
imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1
bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4
dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Untuk imunisasi
lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah
penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan
fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi sampak
12/7/22
Latar Belakang
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi
imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1
bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4
dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Untuk imunisasi
lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah
penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan
fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi sampak
10/5/22
Kegiatan pemberian
suplementasi vitamin A ini
dilakukan di
poli imunisasi Puskesmas
Sungailiat, dilaksanakan dari
pukul 8.00 - 12.00.
Anak yang datang untuk jadwal
imunisasi diberikan vitamin A
sesuai dosis usianya.
Sebelum pemberian vitamin A,
dilakukan penimbangan berat
badan, pengukuran
tnggi badan dan pengukuran
status gizi anak tersebut,
kemudian vitamin A
diserahkan kepada orangtuanya
untuk diberikan kepada
anaknya.
Kegiatan pemberian
suplementasi vitamin A ini
dilakukan di
poli imunisasi Puskesmas
Sungailiat, dilaksanakan dari
pukul 8.00 - 12.00.
Anak yang datang untuk jadwal
imunisasi diberikan vitamin A
sesuai dosis usianya.
Sebelum pemberian vitamin A,
dilakukan penimbangan berat
badan, pengukuran
tnggi badan dan pengukuran
status gizi anak tersebut,
kemudian vitamin A
diserahkan kepada orangtuanya
untuk diberikan kepada
anaknya.
Pasien P2A0 postpartum, telah melewati persalinan kala III, dan uterus berkontraksi dengan baik
serta tidak ada perdarahan aktif, mulai IMD dengan melakukan kontak kulit ibu dan bayi (di
dada ibu minimal 1 jam)
Biarkan bayi mencari puting dan mulai menyusu
Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
Ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi
Posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya.
Lanjutkan asuhan perawatan neonatal seperti menimbang, pemberian vitamin K1, salep
mata
Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya
Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24
jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu
Berikan informasi bahwa ASI ekslusif diberikan hingga umur 6 bulan dan diteruskan
hingga berumur 2 tahun
Sebelum menyusui, cuci puting dan punggung ibu sebaiknya diberi sandaran dan sikunya
didukung selama menyusui
Saat menyusui pastika posisi kepala, leher, dan tubuh bayi dalam satu garis lurus
Badan bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi melekat ke ibu
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
Mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah membuka lebar, areola masuk ke mulut bayi, tidak
hanya puting susu
Tgl Pelaksanaan
3/7/22
Kegiatan pemberian
suplementasi vitamin A ini
dilakukan di
poli imunisasi Puskesmas
Sungailiat, dilaksanakan dari
pukul 8.00 - 12.00.
Anak yang datang untuk jadwal
imunisasi diberikan vitamin A
sesuai dosis usianya.
Sebelum pemberian vitamin A,
dilakukan penimbangan berat
badan, pengukuran
tnggi badan dan pengukuran
status gizi anak tersebut,
kemudian vitamin A
diserahkan kepada orangtuanya
untuk diberikan kepada
anaknya.
Kegiatan pemberian
suplementasi vitamin A ini
dilakukan di
poli imunisasi Puskesmas
Sungailiat, dilaksanakan dari
pukul 8.00 - 12.00.
Anak yang datang untuk jadwal
imunisasi diberikan vitamin A
sesuai dosis usianya.
Sebelum pemberian vitamin A,
dilakukan penimbangan berat
badan, pengukuran
tnggi badan dan pengukuran
status gizi anak tersebut,
kemudian vitamin A
diserahkan kepada orangtuanya
untuk diberikan kepada
anaknya.
Pasien P3A0 postpartum, telah melewati persalinan kala III, dan uterus berkontraksi dengan baik
serta tidak ada perdarahan aktif, mulai IMD dengan melakukan kontak kulit ibu dan bayi (di
dada ibu minimal 1 jam)
Biarkan bayi mencari puting dan mulai menyusu
Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
Ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi
Posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya.
Lanjutkan asuhan perawatan neonatal seperti menimbang, pemberian vitamin K1, salep
mata
Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya
Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24
jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu
Berikan informasi bahwa ASI ekslusif diberikan hingga umur 6 bulan dan diteruskan
hingga berumur 2 tahun
Sebelum menyusui, cuci puting dan punggung ibu sebaiknya diberi sandaran dan sikunya
didukung selama menyusui
Saat menyusui pastika posisi kepala, leher, dan tubuh bayi dalam satu garis lurus
Badan bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi melekat ke ibu
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
Mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah membuka lebar, areola masuk ke mulut bayi, tidak
hanya puting susu
Tgl Pelaksanaan
10/5/22
3/7/22
3/6/22
Tgl Pelaksanaan
3/6/22
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke Pustu Cantuk untuk KB. Dokter melakukan anamnesa. Pasien tidak sedang
hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 120/80), sebelumnya tidak ada riwayat
pemakaian KB lain. Pasien saat ini memiliki 2 anak. Dokter menjelaskan definisi KB, metode,
kelebihan dan kekurangan KB. Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang diinginkan.
Pasien memilih menggunakan KB pil kombinasi Planotab (Ethinylestradiol 0.03 mg dan
Levonorgestrel 0.15 mg). Pasien sudah menggunakan kb pil selama 1 tahun. Prosedur:
Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien
Menjelaskan definisi KB pil, mekanisme, kelebihan dan kekurangan KB pil
Mendata pasien sebagai akseptor KB pil kombinasi
Memberikan dan menjelaskan ulang cara menggunkan KB pil
Pasien datang kembali 1 bulan ke pustu untuk mengambil KB pil
Tgl Pelaksanaan
2/8/2022
Permasalahan
Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di rumahnya. Masih ada
masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran pembuangan air, kebun,
kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk. Aspek utama
yang diperhatikan dalam kunjungan ini adalah inspeksi jamban keluarga di rumah masyarakat.
Meminta ijin ke pemilik rumah untuk melakukan inspeksi jamban
Pengisian formulir sesuai dengan isian daftar oleh petugas Kesehatan lingkungan
Penyuluhan jamban sehat
Inspeksi jamban keluarga oleh petugas Puskesmas dan dokter internsip
Pemberian kriteria jamban keluarga sehat
Intervensi
Diberikan edukasi mengenai pentingnya setiap rumah memiliki jamban keluarga. Atau bila hal
ini tidak memungkinkan, dapat dibuat jamban bersama (jamban umum) di wilayah pemukiman.
Hal ini bertujuan agar tidak terulangnya kebiasaan untuk buang air besar di sungai, kali, kebun
atau saluran pembuangan air. Kemudian dilakukan pencatatan data tentang kepemilikan jamban
sehat keluarga oleh petugas puskesmas dan perangkat desa sehingga warga yang membutuhkan
bantuan untuk membuat jamban dapat memperoleh bantuan dari Dinas Kesehatan.
Tgl Pelaksanaan
2/8/2022
Permasalahan
Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di rumahnya. Masih ada
masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran pembuangan air, kebun,
kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk serta profil
keluarga. Pengamatan juga dilakukan terhadap kebiasaan masyarakat sekitar kali yang sedang
mencuci baju dan memandikan anaknya.
Intervensi
Diberikan edukasi kepada masyarakat bahwa air bersih adalah tidak keruh, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. Walaupun air yang kotor hanya mereka gunakan untuk mencuci dan
tidak dikonsumsi, tapi tetap saja dapat berdampak pada kesehatan khususnya kesehatan kulit.
Edukasi mengenai pemberantasan jentik nyamuk juga perlu ditekankan. Bak mandi harus secara
berkala dikuras dan disikat bagian dinding bak nya. Apabila ada genangan air harus ditutup
Tgl Pelaksanaan
2/8/2022
Latar Belakang
Kesehatan lingkungan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut WHO, ruang
lingkup kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,
pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan,
pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan,
perumahan dan pemukiman, aspek kesling dan transportasi udara, perencanaan daerah dan
perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, serta
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Salah satu upaya kesehatan
lingkungan adalah penyediaan air bersih. Syarat air yang bersih adalah tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air minum sebaikya memiliki pH yang netral. Upaya
kesehatan lingkungan yang lainnya adalah pengendalian pencemaran udara dengan pengendalian
asap rokok dan pencegahan pencemaran tanah oleh ekskreta manusia dengan penggunaan
jamban sehat.
Permasalahan
Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum menyadari bahaya merokok. Terlebih lagi terdapat salah satu
anggota keluarga (kepala keluarga) yang merokok di dalam rumah padahal terdapat anak usia
balita dirumah.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk serta profil
keluarga khususnya kebiasaan merokok di keluarga.
Intervensi
Diberikan edukasi mengenai bahaya merokok pada anggota keluarga yang masih merokok.
Merokok dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti hipertensi, stroke, masalah
kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), impotensi, bahkan kanker. Bahaya merokok tidak
hanya bagi yang merokok, namun juga bagi perokok pasif, dalam hal ini adalah keluarga
perokok yaitu anak-anaknya dan istrinya.
Tgl Pelaksanaan
2/8/2022
Latar Belakang
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah
dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing
parameter adalah sebagai berikut: (1) minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-
langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan
asap dapur, dan pencahayaan; (2) minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air
bersih, jamban (sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana
pembuangan sampah; (3) perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan.
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani
yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif
seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika
kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan
pemukiman).
Gambaran Pelaksanaan
Berdasarkan dentifikasi rumah sehat Siti Holifah. Komponen rumah seperti langit-langit,
dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap
dapur, tersedia sarana air bersih, jambah, sarana pembuangan limbah . Setiap hari jendela rumah
dibuka, dan membersihkan rumah serta halaman, tinja dibuang ke jamban, dan sampat dibuanng
di tempat sampah. Namun komponenan pencahayaan yang masih kurang. Keluarga diberikan
edukasi menegnai pencahayaan yang optimal guna memhambat pertumbuhan bakteri dan jamur
Tgl Pelaksanaan
2/8/2022
Permasalahan
Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di rumahnya. Masih ada
masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran pembuangan air, kebun,
kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk. Aspek utama
yang diperhatikan dalam kunjungan ini adalah inspeksi jamban keluarga di rumah masyarakat.
Meminta ijin ke pemilik rumah untuk melakukan inspeksi jamban
Pengisian formulir sesuai dengan isian daftar oleh petugas Kesehatan lingkungan
Penyuluhan jamban sehat
Inspeksi jamban keluarga oleh petugas Puskesmas dan dokter internsip
Pemberian kriteria jamban keluarga sehat
Intervensi
Diberikan edukasi mengenai pentingnya setiap rumah memiliki jamban keluarga. Atau bila hal
ini tidak memungkinkan, dapat dibuat jamban bersama (jamban umum) di wilayah pemukiman.
Hal ini bertujuan agar tidak terulangnya kebiasaan untuk buang air besar di sungai, kali, kebun
atau saluran pembuangan air. Kemudian dilakukan pencatatan data tentang kepemilikan jamban
sehat keluarga oleh petugas puskesmas dan perangkat desa sehingga warga yang membutuhkan
bantuan untuk membuat jamban dapat memperoleh bantuan dari Dinas Kesehatan.
Tgl Pelaksanaan
2/8/2022
Permasalahan
Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di rumahnya. Masih ada
masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran pembuangan air, kebun,
kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk serta profil
keluarga. Pengamatan juga dilakukan terhadap kebiasaan masyarakat sekitar kali yang sedang
mencuci baju dan memandikan anaknya.
Intervensi
Diberikan edukasi kepada masyarakat bahwa air bersih adalah tidak keruh, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. Walaupun air yang kotor hanya mereka gunakan untuk mencuci dan
tidak dikonsumsi, tapi tetap saja dapat berdampak pada kesehatan khususnya kesehatan kulit.
Edukasi mengenai pemberantasan jentik nyamuk juga perlu ditekankan. Bak mandi harus secara
berkala dikuras dan disikat bagian dinding bak nya. Apabila ada genangan air harus ditutup
Tgl Pelaksanaan
17/6/22
Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.
Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
Menilai 12 indikator
Keluarga masih ada yang aktif merokok. Pasien sudah berobat hipertensi secara rutin
Keluarga mempunyai askes sarana air bersih dan jamban sehat, sudah menjadi anggota
JKN. Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang hamil, tidak ada
bayi dan balita, tidak ada anggota keluarga yang menderita hipertensi, tidak ada keluarga
yang terkena TB, tidak penderita gangguan jiwa
Pasien memenuhi 11 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
berobat hipertensi secara teratur dan anggota keluarga ada yang merokok
Membuat komitmen dengan pasien dan keluarga mengenai merokok. Diberika edukasi
akibat dan bahaya merokok serta berupaya berhenti merokok
Tgl Pelaksanaan
Jenis UKBM/UKM = Advokasi
Judul Laporan Kegiatan = Adovakasi Pasien ISPA
Identitas
Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.
Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
Menilai 12 indikator
Keluarga belum menjadi anggota JKN. Istri sudah ikut program KB, anak mendapat
imunisasi dasar, ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan, keluarga mempunyai askes
sarana air bersih dan jamban sehat, sudah menjadi anggota JKN. Tidak ada yang sedang
ikut program KB, tidak ada keluarga yang hamil, tidak ada anggota keluarga yang
menderita hiperetnsi, tidak ada keluarga yang terkena TB, tidak penderita gangguan jiwa,
tidak ada yang merokok.
Pasien memenuhi 11 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
keluarga belum menjadi anggota JKN
Membuat komitmen dengan kepala keluarga untuk mendaftar menjadi anggota JKN
Tgl Pelaksanaan
15/6/22
Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.
Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
Menilai 12 indikator
Keluarga belum menjadi anggota JKN, kepala keluarga masih aktif merokok. Istri sudah
ikut program KB, anak mendapat imunisasi dasar, ASI eksklusif, pemantauan
pertumbuhan, keluarga mempunyai askes sarana air bersih dan jamban sehat, sudah
menjadi anggota JKN. Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang
hamil, tidak ada anggota keluarga yang menderita hiperetnsi, tidak ada keluarga yang
terkena TB, tidak penderita gangguan jiwa
Pasien memenuhi 10 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
keluarga belum menjadi anggota JKN, kepala keluarga masih aktif merokok.
Membuat komitmen dengan kepala keluarga untuk mendaftar menjadi anggota JKN,
edukasi akibat bahaya merokok, dan mendorong kepala keluarga untuk berhenti
merokok.
Tgl Pelaksanaan
Jenis UKBM/UKM = Advokasi
Judul Laporan Kegiatan = Adovakasi Pasien Hipertensi
Identitas
Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.
Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
Menilai 12 indikator
Pasien masih aktif merokok. Pasien sudah berobat hipertensi secara rutin. Keluarga
mempunyai askes sarana air bersih dan jamban sehat, sudah menjadi anggota JKN.
Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang hamil, tidak ada bayi
dan balita, tidak ada keluarga yang terkena TB, tidak penderita gangguan jiwa
Pasien memenuhi 11 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
berobat hipertensi secara teratur dan anggota keluarga ada yang merokok
Membuat komitmen dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pengobatan hipertensi
yang harus dilakukan secara teratur dan edukasi akibat dan bahaya merokok serta
berupaya berhenti merokok
Tgl Pelaksanaan
7/3/22
Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.
Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
Menilai 12 indikator
Pasien memiliki hipertensi namun belum berobat secara teratur, pasien masih aktif
merokok. Keluarga mempunyai askes srana air bersih dan jamban sehat, sudah menjadi
anggota JKN. Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang hamil,
tidak ada bayi dan balita, tidak ada keluarga yang terkena TB, tidak penderita gangguan
jiwa
Pasien memenuhi 10 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
berobat hipertensi secara teratur dan anggota keluarga ada yang merokok
Membuat komitmen dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pengobatan hipertensi
yang harus dilakukan secara teratur dan edukasi akibat dan bahaya merokok serta
berupaya berhenti merokok
Tgl Pelaksanaan
11/3/22
Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.
Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
Menilai 12 indikator
Pasien memiliki hipertensi namun belum berobat secara teratur, keluarga pasien masih
ada yang merokok. Keluarga mempunyai askes srana air bersih dan jamban sehat, sudah
menjadi anggota JKN. Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang
hamil, tidak ada bayi dan balita, tidak ada keluarga yang terkena TB, tidak penderita
gangguan jiwa
Pasien memenuhi 10 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
berobat hipertensi secara teratur dan anggota keluarga ada yang merokok
Membuat komitmen dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pengobatan hipertensi
yang harus dilakukan secara teratur dan eduksi akibat merokok, bahaya merokok, dan
upaya berhenti merokok
Tgl Pelaksanaan
Jenis UKBM/UKM =
Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
Latar Belakang
Permasalahan
Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll
Gambaran Pelaksanaan
Metode pembinaan
Gambaran pelaksanaan kegiatan
Tgl Pelaksanaan
Jenis UKBM/UKM =
Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
Latar Belakang
Permasalahan
Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll
Gambaran Pelaksanaan
Metode pembinaan
Gambaran pelaksanaan kegiatan