Anda di halaman 1dari 118

UKM

Tgl Pelaksanaan

 10/3/22

Jenis UKM = Penyuluhan HT


Judul Laporan Kegiatan

 Penyuluhan Gambaran Umum, Gizi, dan Skrining Hipertensi dan Diabetes Mellitus
pada Lansia di Dusun Kendal
Latar Belakang

 Permasalahan

Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh
gagalnya seorang untuk mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan kondisi stres
fisiologis nya. Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut
usia meliputi: Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun Lansia juga berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual.

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah
kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri).
Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas
apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan
normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya. Diabetes adalah penyakit yang
berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang
tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak
diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika
diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa penderita.

Lansia banyak yang tidak paham dengan penyakit hipertensi, dan diabetes mellitus.
Masih banyak yang tidak mau dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan dan pengobatan
lebih lanjut

 Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan


1. Pengumpulan pengunjung lansia di Balai Dusun Kendal
2. Pendataan pengunjung
Gambaran Pelaksanaan

 Gambaran pelaksanaan kegiatan, dll


 Perencanaan dan Intervensi
Penyuluhan, Skrining dan Pemberian Obat pada Lansia
1. Menjelaskan pengertian, faktor risiko, gejala, skrining, pencegahan, komplikasi penyakit
Hipertensi dan DM
2. Memperagakan cara tensi mandiri
3. Edukasi pola makan penderita Hipertensi dan DM
4. Tanya jawab

Skrining Tekanan Darah dan Glukosa Sewaktu


1. Pemeriksaan tensi dengan tensimeter air raksa
2. Pemeriksaan glukosa darah
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan
Tgl Pelaksanaan

 10/3/22

Jenis UKBM/UKM = PHBS cuci tangan


Judul Laporan Kegiatan

 Penyuluhan PHBS mengenai Cuci Tangan 6 Langkah Menurut WHO di SDN 3


Sumberbaru
Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
dasar kesadaran sehingga anggota keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,
mau dan mampu mempraktekkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat.
Pada siswa sekolah dasar (SD), masalah kesehatan yang dihadapi terkait dengan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) yang belum diterapkan dengan baik, sehingga menimbulkan
permasalahan kesehatan, seperti masalah cacingan, diare dan saluran pernafasan akut (ISPA).
Berdasarkan hasil pengamatan kran air di sekolah terdapat kran air di depan kelas. Beberasa
siswa belum mengetahui cara cuci tangan yang benar sesuai anjuran WHO.

 Permasalahan
 Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll

Gambaran Pelaksanaan

 Metode pembinaan =
1. Pemberiaan materi cuci tangan 6 langkah menurut WHO
2. Melakukan praktek langsung di kran air
 Gambaran pelaksanaan kegiatan, dll
Tgl Pelaksanaan

 7/3/22

Jenis UKBM/UKM = Penapisan TB


Judul Laporan Kegiatan

 Tn. Bawang, 73 tahun, Gumirih, Banyuwangi , NIK 351012190646003


 Batuk sejak sekitar 1 bulan yang lalu, badan terasa greges terutama malam hari dan
keringat dingin, batuk dahak +, penurunan BB +, Riwayat merokok (-)
 Tensi 130/80, BB 41 kg, SpO2 98%
 TCM

Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jrang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Pelaksanaan penanggulangan TBC di puskesmas Singojuruh yaitu membuat strategi penapisan
TBC dengan cara pemeriksaan dahak menggunkana Tes Cepat Molekuler.

 Permasalahan
 Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll

Gambaran Pelaksanaan

 Metode pembinaan
 Gambaran pelaksanaan kegiatan, dll
1. Menanyakan identitas pasien
2. Anamnesis terarah untuk TBC
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Membuat formulir penapisan TBC untuk pertama kali
Tgl Pelaksanaan

 10/3/22

Jenis UKBM/UKM = Skrining dan Penyluhan Pengendalian Penyakit Menular


Judul Laporan Kegiatan

 Penyuluhan dan Skrining Kusta Sejak Dini

Latar Belakang
Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
leprae. Penyakit kusta awalnya menyerang saraf perifer, selanjutnya dapat menyerang kulit,
mukosa mulut, saluran napas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis,
kecuali susunan saraf pusat. Kusta termasuk jenis penyakit infeksi yang perkembangannya
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu, host (kekebalan tubuh manusia), agent (kuman/bakteri),
serta environment (lingkungan). Masa inkubasi dari bakteri M. leprae bervariasi tergantung dari
3 faktor di atas sampai menimbulkan manifestasi klinis. Angka kejadian kusta sebagai penyakit
menular memiliki prevalensi yang masih cukup tinggi seperti di India, brazil, dan Indonesia. Di
tahun 2004 hingga 2014 Indoneisa menempati peringkat ketiga kasus kusta tertinggi di dunia.
Minimnya pengetahuan tentang penyakit kusta menyebablan pengidap terlambat berobat
sehingga pasien kemungkinan baru akan berobat setelah timbulnya kecacatan akibat kerusakan
jaringan yang berat dan menjadi potensi sumber penularan kuman. Deteksi sedini mungkin dapat
mencegah timbulnya kecacatan. Diketahui bahwa tidak semua orang dapat langsung terkena
manifestasi penyakit ini pun bila sudah terinfeksi karena sistem imun yang baik. Pencegahan dari
penyakit kusta yatu dengan adanya upaya imunisasi BCG pada bayi.dan menerapkan PHBS pada
aktivitas sehari-hari. Pentingnya penjelasan mengenai gejala awal penyakit kusta dan pengobatan
dari penyakit ini perlu diinformasikan kepada masyarakat dan melakukan skrining sejak dini agar
segera melakukan pengobatan di fasilitas kesehatan apabila keluhan yang dirasakan mengarah ke
diagnosis penyakit kusta.

 Permasalahan
Tingkat pengetahuan dan skrining penyakit kusta yang masih kurang. Sehingga angka
kecacatan masih belum teratasi.
Gambaran Pelaksanaan

 Metode pembinaan
Metode pembinaan berbentuk kegiatan penyuluhan secara langsung kepada siswa dan
siswi kelas 4 di SDN 3 Sumberbaru. Penyuluhan menjelaskan apa itu penyakit Kusta,
penyebab penyakit kusta, cara penularan, gejala awal yang dapat timbul hingga
komplikasi serta pengobatan dari kusta. Kemudian melakukan skrining dengan menilai
apakan ada lesi dan pemeriksaan fisik saraf.
 Gambaran pelaksanaan kegiatan
a. Memberi penyuluhan di kelas
b. Melakukan tanya jawab
c. Mendata siswa siswi kelas 4 SDN 3 Sumberbaru
d. Melakukan skrining dengan anamnesis terarah, dan pemeriksaan fisik
Tgl Pelaksanaan

 22/3/22

Jenis UKBM/UKM = Penyuluhan COVID-19


Judul Laporan Kegiatan

 Vaksinasi Sebagai Upaya Pencegahan COVID 19

Latar Belakang
Sampai saat ini jumlah yang terinfeksi Covid-19 masih terus bertambah, tidak hanya di Indonesia
namun juga di dunia. Menurut data Satgas Covid-19 jumlah kasus aktif corona di Indonesia
capai 1.791.221 kasus per tanggal 26 Mei 2021. Untuk menanggulangi hal tersebut berbagai
negara sedang menjalankan program pemberian Vaksin Covid-19 termasuk Indonesia. Sejak
vaksin Covid-19 tiba di Indonesia, tidak sedikit masyarakat yang belum setuju akan anjuran
pemerintah untuk menjalani vaksinasi Covid-19.

Vaksinasi atau imunisasi bertujuan untuk membuat sistem kekebalan tubuh seseorang mampu
mengenali dan dengan cepat melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Tujuan yang ingin
dicapai dengan pemberian vaksin Covid-19 adalah menurunnya angka kesakitan dan angka
kematian akibat virus ini. Meskipun tidak sepenuhnya bisa melindungi seseorang dari infeksi
virus corona, vaksin ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya gejala yang berat dan
komplikasi akibat Covid-19.

Upaya edukasi dan komunikasi kepada masyarakat harus dilakukan seimbang antara vaksinasi
dan protokol kesehatan. Langkah penanganan pandemi Covid-19 tidak bisa dilakukan secara
tunggal, harus komprehensif dengan melibatkan protokol kesehatan yang ketat demi menekan
lebih banyak jumlah orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, meskipun telah mendapatkan
Vaksinasi Covid-19, protokol kesehatan 5 M harus tetap dijalankan untuk mencegah tertular
kembali atau menulari orang lain.

Gambaran Pelaksanaan

 Metode pembinaan
Metode pembinaan berbentuk kegiatan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat
di Balai Desa Alas Malang. Penyuluhan menjelaskan apa itu secara umum penyakit
COVID-19 dan mengenai vaksinasi
 Gambaran pelaksanaan kegiatan
a. Melakukan skrining covid kepada masyarakat yang hadir
b. Dokter internsip melakukan penyuluhan
c. Tanya jawab seputar COVID-19 dan vaksinasi
d. Setelah penyuluhan, masyarakat ikut vaksinasi covid
Tgl Pelaksanaan
 22/3/22

Jenis UKBM/UKM = Vaksinasi COVID 19


Judul Laporan Kegiatan

 Vaksinasi COVID 19 untuk Dosis Satu, Dua, dan Tiga di Balai Desa Alas Malang

Latar Belakang
Vaksin merupakan produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme atau zat yang
sudah diolah sedemikian rupa sehingga aman dan jika diberikan kepada seseorang akan membuat
kekebalan tubuh secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu. Pemerintah terus mengupayakan
pelaksaan suntik vaksin Covid-19 untuk seluruh masyarakat di Indonesia. Mulai dari awal tahun
2021 hingga saat ini vaksin Covid-19 tengah didistribusikan ke seluruh masyarakat Indonesia.
Pemberian vaksin ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat untuk mengurangi dan
memutus rantai penularan Covid-19.
Dalam menanggulangi pandemi Covid-19, upaya vaksinasi dilakukan tidak hanya menjadi satu-
satunya upaya untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Selama belum mencapai
kekebalan kelompok (herd immunity), maka pencegahan yang efektif saat ini adalah mematuhi
protokol kesehatan 5M yaitu dengan double mask dengan masker medis dilapisi bagian luarnya
dengan masker kain agar menutupi rongga dari masker medis tersebut, menjaga jarak, mencuci
tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas.
Vaksinasi Covid-19 memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk
banyak orang. Komisi Fatwa MUI Pusat sudah memberikan fatwa bahwa vaksin Covid-19 halal
dan suci. Oleh karenanya, meskipun masih banyak beredar isu mengenai vaksin yang belum jelas
kebenarannya, masyarakat tidak perlu ragu dan khawatir untuk melakukan vaksinasi Covid-19
guna kepentingan bersama.
Gambaran Pelaksanaan

 Gambaran pelaksanaan kegiatan


Sebelum menerima vaksinasi, masyarakat didata dan dilakukan skrining covid-19 dengan
anamnesis terarah (riwayat penyakit sekarang, penyakit komorbid, penyakit kronis, dan
riwayat vaksinasi covid-19 sebelumnya), mengukur suhu dan tensi. Kemudian
masyarakat menerima vaksin sesuai dosis.
Tgl Pelaksanaan

 13/5/22

Jenis UKBM/UKM = Penapisan TB


Judul Laporan Kegiatan
Moh. Imam Suhadak, 47 tahun, Gebang, RM 1505170
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Pelaksanaan penanggulangan TBC di puskesmas Singojuruh yaitu membuat strategi penapisan
TBC dengan cara pemeriksaan dahak menggunkana Tes Cepat Molekuler.

 Permasalahan
 Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll

Gambaran Pelaksanaan

 Metode pembinaan
 Gambaran pelaksanaan kegiatan, dll
1. Menanyakan identitas pasien
2. Anamnesis terarah untuk TBC
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Membuat formulir penapisan TBC untuk pertama kali
Tgl Pelaksanaan

 11/5/22

Jenis UKBM/UKM = Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care


Judul Laporan Kegiatan
Pemeriksaan Antenatal Care
Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang diberikan saat
hamil sampai sebelum melahirkan. ANC penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap
berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal sehingga komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara memadai.

 Permasalahan
A. Identitas Pasien
 Nama : Sarifatul Nicmah
 Umur : 29 tahun
 Paritas : G2P1A0
 Alamat : Andong
 RM : 1529466
 Nama suami : Miswandi

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan penimbangan berat badan ibu hamil, dilanjutkan dengan pemeriksaan
tanda-tanda vital ibu hamil meliputi tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama
kehamilan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama
Mens Terakhir) dan HPL (Hari Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin.
Untuk mendeteksi dini faktor resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Diberikan suplemen tablet Fe dan edukasi
B. Anamnesis
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang kontrol kehamilan dan cek darah. Keluhan (-).
 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi :-
DM :-
 Riwayat Persalinan
I. : Hamil aterm, penolong bidan, tidak ada penyulit, anak sehat.
 Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
 Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun (SMP)
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
Keluhan :-
 Riwayat KB : -
 Riwayat Obstetri
a. Paritas : G2P1A0
b. HPHT : 29/12/21
c. HPL : 5/09/22
d. UK : 21-22 minggu
C. Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis
a. Tensi : 110/70
b. Nadi : 88 x/menit
c. RR : 20 x/menit
 Status Obstetri Status Obstetri Pemeriksaan Luar
 TFU : 19 cm
 DJJ : 135 x/menit
D. Pemeriksaan Penunjang
 Hb = 11.4
E. Diagnosis
 Ibu : G2P1A0 Gravida 21-22 minggu
 Janin : Tunggal hidup intrauterine, DJJ 135 x/menit
F. Tata Laksana
 Tablet Penambah darah (Fe 60 mg + Asam folat 0,4 mg) 2 x 1 tab
 KIE cek Hb dalam 2 minggu
Tgl Pelaksanaan

 19/3/22

Jenis UKBM/UKM = Membina UKBM / Kader HIV


Judul Laporan Kegiatan
Penyegaran Materi kepada Kader HIV
Latar Belakang
AIDS yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah
kesehatan global. Sekitar 60 juta orang tertular HIV dan 25 juta telah meninggal akibat AIDS,
sedangkan saat ini orang yang hidup dengan HIV sekitar 35 juta. Di Asia terdapat 4,9 juta orang
yang terinfeksi HIV, 440 ribu diantaranya adalah infeksi baru dengan menyebabkan kematian
sebanyak 300 ribu orang pada tahun 2007. Di Indonesia, sudah dapat dikatakan memasuki tahap
epidemi terkonsentrasi karena prevalensi HIV mulai konstan diatas 5 % pada populasi kunci
seperti pada pekerja seks, LSL, waria dan pengguna napza suntik.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV-AIDS yang lebih terarah, terpadu dan komprehensif. Pengetahuan HIV-
AIDS secara komprehensif dan benar di masyarakat menjadi indikator yang sangat penting.
Dengan demikian masyarakat diharapkan mampu mengenali stigma dan diskriminasi yang ada di
masyarakat dan bagaimana cara menguranginya.
Diharapkan partisipasi masyarakat difasilitasi oleh kader sebagai penggeraknya secara nyata
dapat meningkatkan layanan kesehatan dan kualitas hidup ODHA melalui layanan komprehensif
HIV berkesinambungan.
Gambaran Pelaksanaan

 Metode pembinaan
Metode pembinaan berbentuk penyampaian materi HIV secara langsung kepada kader
HIV di puskesmas Singojuruh.
 Gambaran pelaksanaan kegiatan
a. Mengumpulkan para kader HIV di puskesmas singojuruh
b. Kata sambutan dari Ka. Puskesmas
c. Penyampaian materi HIV oleh dokter internsip
d. Melakukan sharing dan tanya jawab antara kader dan dokter
Tgl Pelaksanaan

 29/3/22

Jenis UKBM/UKM = Membina Kemitraan UKS


Judul Laporan Kegiatan
Pentingnya Peran Tiwisada dalam Usaha Kesehatan Sekolah
Latar Belakang
Usaha Kesehatan Sekolah disingkat UKS adalah program pemerintah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat atau
kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah. Melalui Program UKS diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang harmonis dan optimal, agar
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Tiwisada atau yang disebut Dokter kecil adalah siswa yang memenuhi kriteria dan telah dilatih
untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri
sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya.
Kader tiwisada ini sangatlah berperan penting. Karena tanpa mereka UKS tidak berjalan dengan
baik. Peran mereka sebagai promotor dan motivator kesehatan sangatlah besar dilingkungan
sekolah. Selain rentan terhadap masalah kesehatan, anak usia sekolah juga berada pada kondisi
yang sangat peka terhadap stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan, dan ditanamkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik. maka diperlukan dukungan dari (UKS) yang dalam
pelaksanaannya melibatkan pada upaya promotif dan preventif disamping juga upaya kuratif dan
rehabilitatif yang berkualitas.
Gambaran Pelaksanaan
Metode pembinaan dengan presentasi materi UKS kepada pelajar SD kelas 4-6 yang bertugas
sebagai dokter kecil. Setelah para tiwisada berkumpul di Aula. Dokter internsip melakukan
presentasi materi berisi pengertiaan UKS, tujuan, sasaran, TRIAS UKS, pengertian dokter kecil,
syarat menjadi dokter kecil, tugas dan kewajiban dokter kecil. Kemudian melakukan sesi tanya
jawab antara dokter kecil dan dokter.
Tgl Pelaksanaan

 7/3/22

Jenis UKBM/UKM = Pengobatan TB


Judul Laporan Kegiatan = Pengobatan TB
Identitas Pasien
Irma Siti Soleha, 28 tahun, Wijenan Lor, Banyuwangi, RM 1518245
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien yang sudah melakukan tes TCM dengan hasil positif (+) TB dilakukan pemeriksaan GDA
dan HIV. Pasien diminta kontrol rutin ke poli TB di PKM Singojuruh sesuai dengan jadwal
untuk dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan terapi.
Hasil Pemeriksaan:
A. Anamnesis
Kontrol TB paru untuk ambil obat. Keluhan batuk berkurang, BB mulai meningkat dan
keringat malam jarang muncul

B. Pemeriksaan Fisik
 TD : 110/70
 Nadi : 70 x/menit
 RR : 16 x/menit
 BB : 53 kg
C. Diagnosis
TB paru

D. Tata Laksana
 FDC 3 tablet 4 KDT (fase intensif)
 B6 1 x 1 tablet
Tgl Pelaksanaan

 13/6/22

Jenis UKBM/UKM = Pengobatan TB


Judul Laporan Kegiatan = Pengobatan TB
Identitas Pasien
Supardi, 62 tahun, Kelampokan, RM 1533338
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien yang sudah melakukan tes TCM dengan hasil positif (+) TB atau membawa foto Rontgen
paru dengan kesan mengarah ke TB, dilakukan pemeriksaan GDA dan HIV. Pasien diminta
kontrol rutin ke poli TB di PKM Singojuruh sesuai dengan jadwal untuk dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan terapi.
Hasil Pemeriksaan:
A. Anamnesis
Batuk berdahak sejak ± 1 bulan yll. Hasil tes TCM negatif TB. Px membawa hasil foto
rontgen paru.

B. Pemeriksaan Fisik
 TD : 110/70
 Nadi : 70 x/menit
 RR : 16 x/menit
 BB : 58 kg
 TCM : MTB not detected
 Ro Paru : Infiltrat +
C. Diagnosis
TB paru terkonfirmasi klinis

D. Tata Laksana
 FDC 4 tablet 4 KDT (fase intensif)
 B6 1 x 1 tablet
Tgl Pelaksanaan

 13/6/22

Jenis UKBM/UKM = Pengobatan TB


Judul Laporan Kegiatan = Pengobatan TB
Identitas Pasien
Buang, 73 tahun, Krajan, RM 1534948
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien yang sudah melakukan tes TCM dengan hasil positif (+) TB atau membawa foto Rontgen
paru dengan kesan mengarah ke TB, dilakukan pemeriksaan GDA dan HIV. Pasien diminta
kontrol rutin ke poli TB di PKM Singojuruh sesuai dengan jadwal untuk dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan terapi.
Hasil Pemeriksaan:
A. Anamnesis
Kontrol rutin mengambil obat. Keluhan (-)

B. Pemeriksaan Fisik
 TD : 120/80
 Nadi : 70 x/menit
 RR : 20 x/menit
 BB : 34 kg
C. Diagnosis
TB paru

D. Tata Laksana
 FDC 2 tablet 2 KDT (fase lanjut)
 B6 1 x 1 tablet
Tgl Pelaksanaan

 30/5/22

Jenis UKBM/UKM = Penyuluhan KIA


Judul Laporan Kegiatan = Penyuluhan Gizi Ibu Hamil
Latar Belakang
Ibu hamil membutuhkan asupan zat gizi yang baik untuk tumbuh kembang janinya, untuk itu
dibutuhkan asupan gizi yang beragam untuk mencukupi zat gizi yang terkandung dalam
makanan tersebut. Penentuan status gizi (PSG) sangat penting pada tumbuh kemang bayi balita,
tujuan dari penentuan status gizi itu sebagai awal perbaikan gizi di suatu masyarakat kususnya
ibu hamil agar kebutuhan gizi bayi balita terpenuhi. Adapun penyebab kekurangan enrgi kronis
yang paling sering didapatkan pada ibu hamil ialah kebiasaan makan ataupun memilih milih
makanan.
Anemia dan kekurangan energi kronik (KEK) adalah penyebab terbesar dikalangan ibu hamil
dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu, dan rendahnya pendidikan ibu menjadi rendahnya
asupan gizi dan pola makan yang benar. Penyebab anemia adalah kekurangan zat besi (Fe)
sedangkan zat besi sangat dibutuhana untuk ibu hamil dalam perkembangan otak bayi pada awal
kelahirannya. Pada trimester I kehamilan ini yang paling sering ibu hamil mengalami anemia,
dikarenakan pola makan yang tidak baik disebabkan ibu pada trimester I mengalami mual yang
menimbulkan kurangnya napsu makan.

Gambaran Pelaksanaan
A. Metode pembinaan
Metode promkes yang digunakan adalah penyuluhan langsung kepada ibu hamil yang
datang kontrol kehamilan di Pustu Cantuk.
B. Gambaran pelaksanaan kegiatan
a) Mengumpulkan ibu hamil yang datang kontrol ke Pustu
b) Memberi penyuluhan
 Kebutuhan zat gizi saat hamil
 Pesan gizi seimbang ibu hamil
 Cara mencegaha anemia dan hiperemesesis gravidarum
c) Melakukan tanya jawab antara dokter dan ibu hamil
d) Melakukan anamnesa perorangan, pemeriksaan fisik, pengukuran TB, BB,
pemeriksaan kehamilan, dan terapi
Tgl Pelaksanaan

 30/5/22

Jenis UKBM/UKM = Penyuluhan KB


Judul Laporan Kegiatan = Penyuluhan KB Pasca Persalinan
Latar Belakang
KB pasca persalinan sebenarnya bukan hal yang baru, karena sejak 2007, melalui program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) didalamnya terdapat amanat
persalinan yang memuat tentang perencanaan penggunaan KB setelah bersalin. Penerapan KB
pasca persalinan ini sangat penting karena kembalinya kesuburan pada seorang ibu setelah
melahirkan tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi sebelum datangnya siklus haid, bahkan pada
wanita menyusui. Kontrasepsi seharusnya sudah digunakan sebelum aktifitas seksual dimulai,
oleh karena itu sangat strategis untuk memulai kontrasepsi seawal mungkin setelah persalinan.
Seorang ibu yang baru melahirkan bayi biasanya mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi,
sehingga waktu setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak seorang ibu
menggunakan kontrasepsi. Tujuan pelayanan KB pasca persalinan adalah untuk mengatur jarak
kehamilan/kelahiran dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan sehingga setiap keluarga
dapat merencanakan kehamilan dengan aman dan sehat.
Pelayanan KB pasca persalinan dimulai dengan pemberian informasi dan konseling yang sudah
dimulai sejak masa kehamilan. Tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan memegang peranan
penting dalam memberikan informasi dan konseling KB pasca persalinan. Kurangnya akseptor
keluarga berencana pasca persalinan dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang KB. Pengetahuan
dan pemahaman yang baik tentang KB pasca persalinan dapat mencegah peledakan penduduk
dan mewujudkan keluarga yang sejahtera.
Gambaran Pelaksanaan
A. Metode pembinaan
Metode promkes yang digunakan adalah penyuluhan langsung kepada ibu hamil yang
datang kontrol kehamilan di Pustu Cantuk.
B. Gambaran pelaksanaan kegiatan
a) Mengumpulkan ibu hamil yang datang kontrol ke Pustu
b) Memberi penyuluhan
 Definisi KB
 Manfaat KB
 Metode kontrasepsi pasca persalinan
 Keuntungan dan kekurangan KB
c) Melakukan tanya jawab antara dokter dan ibu hamil
d)
Tgl Pelaksanaan

 1/4/22

Jenis UKBM/UKM = Penyuluhan TB


Judul Laporan Kegiatan = Kenali Gejala Tuberculosis
Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Tuberculosis atau TB merupakan penyakit infeksi
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya mempengaruhi paru-
paru. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui droplet dari tenggorokan dan paru-paru
seseorang dengan penyakit pernapasan aktif. Data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2014 menunjukkan TB membunuh 1,5 juta orang di dunia, kematian terjadi pada 890.000
laki-laki, 480.000 pada perempuan dan 180.000 pada anak-anak. Terdapat enam negara yang
memiliki jumlah kasus baru TB terbesar di dunia yakni India sebesar 2.200.000 kasus, Indonesia
sebesar 1.000.000 kasus, Cina sebesar 930.000 kasus, Nigeria sebesar 570.000 kasus, Pakistan
sebesar 500.000 kasus dan Afrika Selatan sebesar 450.000 kasus.
Penderita TB berpotensi menularkan pada keluarga, tetangga atau masyarakat yang kontak
dengan penderita yang tidak diobati. Hal ini ditambah dengan dukungan faktor – faktor yang
mempercepat terjadinya penularan, seperti kondisi rumah yang tidak sehat, lama kontak dengan
orang, adanya infeksi penyakit HIV, malnutrisi, kepadatan penghuni rumah, serta faktor lain
yang mendukung.
Kepadatan penghuni merupakan salah satu faktor risiko TB. Dimana semakin padat rumah maka
perpindahan penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan
cepat, apabila terdapat anggota keluarga yang menderita TB dengan BTA positif yang secara
tidak sengaja batuk. Bakteri mycobacterium Tuberkulosis akan menetap di udara selama kurang
lebih 2 jam sehingga memiliki kemungkinan untuk menularkan penyakit pada anggota yang
belum terpajan bakteri M.Tuberkulosis.
Permasalahan

 Kepadatan rumah antar warga di dusun Gambor

Gambaran Pelaksanaan
A. Metode pembinaan
Metode yang digunakan adalah penyuluhan langsung kepada warga dusun Gambor.
B. Gambaran pelaksanaan kegiatan
a) Mengumpulkan warga lokal dusun Gambor
b) Memberi penyuluhan
 Definisi TBC
 Penularan TBC
 Gejala TBC
 Pencegahan TBC
 Alur pemeriksaan dan pengobatan TBC
c) Melakukan tanya jawab
Tgl Pelaksanaan

 28/3/22

Jenis UKBM/UKM = Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care


Judul Laporan Kegiatan
Pemeriksaan Antenatal Care
Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang diberikan saat
hamil sampai sebelum melahirkan. ANC penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap
berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal sehingga komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara memadai.

 Permasalahan
A. Identitas Pasien
 Nama : Arlin Silva
 Umur : 20 tahun
 Paritas : G1P0A0
 Alamat : Sukorejo
 RM : 152503
B. Anamnesis
 Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita usia 20 tahun G1P0A0 Gravida 25-26 minggu datang kontrol rutin
pemeriksaan Hb. Keluhan (-)
 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi :-
DM :-
 Riwayat Persalinan: -
 Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
 Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
Keluhan :-
 Riwayat KB : -
 Riwayat Obstetri
a. Paritas : G1P0A0
b. HPHT : 18/10/21
c. HPL : 25/07/22
d. UK : 25-26 minggu
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan penimbangan berat badan ibu hamil, dilanjutkan dengan pemeriksaan
tanda-tanda vital ibu hamil meliputi tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama
kehamilan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama
Mens Terakhir) dan HPL (Hari Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin.
Untuk mendeteksi dini faktor resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Diberikan suplemen tablet Fe dan edukasi. Pada pasien ini, diminta datang untuk datang kembali
2 minggu lagi.
Hasil Pemeriksaan:
C. Status Generalis
 Tensi : 110/80
 Nadi : 76 x/menit
 RR : 20 x/menit

D. Status Obstetri Status


Obstetri Pemeriksaan Luar
 TFU : 20 cm
 DJJ : 143 x/menit
E. Pemeriksaan Penunjang
 Hb = 10,5
F. Diagnosis
 Ibu : G1P0A0 Gravida 25-26 minggu dengan anemia ringan
 Janin : Tunggal hidup intrauterine, DJJ 143 x/menit
G. Tata Laksana
 Tablet Penambah darah (Fe 60 mg + Asam folat 0,4 mg) 2 x 1 tab
 KIE cek Hb dalam 2 minggu
Tgl Pelaksanaan

 28/3/22

Jenis UKBM/UKM = Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care


Judul Laporan Kegiatan
Pemeriksaan Antenatal Care
Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang diberikan saat
hamil sampai sebelum melahirkan. ANC penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap
berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal sehingga komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara memadai.

 Permasalahan
A. Identitas Pasien
 Nama : Fitri Lestari
 Umur : 27 tahun
 Paritas : G1P0A0
 Alamat : Kendal
 RM : 1534495

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan penimbangan berat badan ibu hamil, dilanjutkan dengan pemeriksaan
tanda-tanda vital ibu hamil meliputi tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama
kehamilan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama
Mens Terakhir) dan HPL (Hari Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin.
Untuk mendeteksi dini faktor resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Diberikan suplemen tablet Fe dan edukasi.
Hasil Pemeriksaan:
B. Anamnesis
 Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita 27 tahun G1P0A0 Gravida 37-38 minggu datang untuk cek Hb rutin,
sebelumnya Hb pasien 10,9. Pasien rutin konsumsi tablet penambah darah. Keluhan (-)
 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : -
DM :-
 Riwayat Persalinan: -
 Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
 Riwayat Menstruasi
a) Menarche : 11 tahun
b) Siklus haid : 28 hari
c) Lama haid : 5-7 hari
d) Keluhan :-
 Riwayat KB : -
 Riwayat Obstetri
a) Paritas : G1P0A0
b) HPHT : 5/07/21
c) HPL : 12/04/22
d) UK : 37-38 minggu
C. Status Generalis
 Tensi : 120/80
 Nadi : 76 x/menit
 RR : 20 x/menit

D. Status Obstetri Status


Obstetri Pemeriksaan Luar
 TFU : 28 cm
 Leopold I : Bokong
 Leopold II : Puki
 Leopold III : Presentasi kepala
 Leopold IV : Sudah masuk PAP
 DJJ : 138 x/menit
E. Pemeriksaan Penunjang
 Hb = 12,2
F. Diagnosis
 Ibu : G1P0A0 Gravida 37-38 minggu
 Janin : Tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala, DJJ 143 x/menit
G. Tata Laksana
 Tablet Penambah darah (Fe 60 mg + Asam folat 0,4 mg) 1 x 1 tab
Tgl Pelaksanaan

 11/4/22

Jenis UKBM/UKM = Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care


Judul Laporan Kegiatan
Pemeriksaan Antenatal Care
Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang diberikan saat
hamil sampai sebelum melahirkan. ANC penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap
berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal sehingga komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara memadai.

 Permasalahan
A. Identitas Pasien
 Nama : Fina Metika
 Umur : 23 tahun
 Paritas : G1P0A0
 Alamat : Pasinan Timur
 RM : 1530499

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu hamil meliputi
tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama kehamilan. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama Mens Terakhir) dan HPL (Hari
Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin. Untuk mendeteksi dini faktor
resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Hasil Pemeriksaan:
B. Anamnesis
 Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita 23 tahun G1P0A0 Gravida 36 minggu datang untuk cek lab. Pasien mengatakan
tekanan darah selalu normal. Tidak ada keluhan seperti pusing, pandangan kabur, kaki
bengkak, sesak, nyeri ulu hati, mual/muntah
 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : -
DM :-
 Riwayat Persalinan: -
 Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
 Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
Keluhan :-
 Riwayat KB : -
 Riwayat Obstetri
a. Paritas : G1P0A0
b. HPHT : 3/08/21
c. HPL : 10/05/22
d. UK : 36 minggu
C. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
 Tensi : 140/90
 Nadi : 80 x/menit
 RR : 20 x/menit

D. Status Obstetri Status


Obstetri Pemeriksaan Luar
 TFU : 27 cm
 Leopold I : Bokong
 Leopold II : Puka
 Leopold III : Presentasi kepala
 Leopold IV : Belum masuk PAP
 DJJ : 138 x/menit
E. Pemeriksaan Penunjang
 Hb = 12,2
 Pemeriksaan proteinuria sedang tidak bisa di lab. PKM
F. Diagnosis
 Ibu : G1P0A0 Gravida 36 minggu dengan hipertensi gestasional,
dd/preklamsi
 Janin : Tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala, DJJ 138 x/menit
G. Tata Laksana
 Rujuk untuk pemeriksaan proteinuria dan konsultasi Sp.OG
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Melakukan Pemeriksaan Antenatal Care


Judul Laporan Kegiatan
Pemeriksaan Antenatal Care
Latar Belakang
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang diberikan saat
hamil sampai sebelum melahirkan. ANC penting untuk menjamin agar proses alamiah tetap
berjalan normal dan mendeteksi ibu hamil yang tidak normal sehingga komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara memadai.

 Permasalahan
A. Identitas Pasien
 Nama : Miftahul Jannah
 Umur : 25 tahun
 Paritas : G1P0A0
 Alamat : Cungkungan
 RM : 1218277

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan diawali dengan anamnesa dan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu hamil meliputi
tekanan darah, nadi, keluhan yang dirasakan selama kehamilan. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan kehamilan dengan menentukan (Hari Pertama Mens Terakhir) dan HPL (Hari
Perkiraan Lahir). Dilakukan pemeriksaan denyut jantung janin. Untuk mendeteksi dini faktor
resiko pada ibu hamil disarankan untuk memeriksakan kadar Hb.
Hasil Pemeriksaan:
B. Anamnesis
 Riwayat Penyakit Sekarang
Wanita 25 tahun G1P0A0 Gravida 19-20 minggu datang untuk cek lab. Keluhan (-)
 Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi: -
DM :-
 Riwayat Persalinan: -
 Riwayat ANC
Rutin kontrol ke bidan
 Riwayat Menstruasi
a) Menarche : 13 tahun
b) Siklus haid : 28 hari
c) Lama haid : 5-7 hari
d) Keluhan :-
 Riwayat KB :-
 Riwayat Obstetri
a) Paritas : G1P0A0
b) HPHT : 4/11/21
c) HPL : 11/08/22
d) UK : 19-20 minggu
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
 Tensi : 120/80
 Nadi : 80 x/menit
 RR : 20 x/menit

D. Status Obstetri Status


Obstetri Pemeriksaan Luar
 TFU : 16 cm
 DJJ : 131 x/menit
E. Pemeriksaan Penunjang
 Hb = 10,1
F. Diagnosis
 Ibu : G1P0A0 Gravida 19-20 minggu dengan anemia ringan
 Janin : Tunggal hidup intrauterine, DJJ 131 x/menit
G. Tata Laksana
 Tablet Penambah darah (Fe 60 mg + Asam folat 0,4 mg) 2 x 1 tab
 KIE cek Hb dalam 2 minggu
Tgl Pelaksanaan

 24/6/22

Jenis UKBM/UKM = Penapisan TB


Judul Laporan Kegiatan = Penapisan TB
Identitas
Samsiyah, 66 th, Krajan, RM 1515577
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Pelaksanaan penanggulangan TBC di puskesmas Singojuruh yaitu membuat strategi penapisan
TBC dengan cara pemeriksaan dahak menggunkana Tes Cepat Molekuler.
Gambaran Pelaksanaan

 Gambaran pelaksanaan kegiatan


1. Menanyakan identitas pasien
2. Anamnesis terarah untuk TBC
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Membuat formulir penapisan TBC untuk pertama kali
Tgl Pelaksanaan

 27/6/22

Jenis UKBM/UKM = Penapisan TB


Judul Laporan Kegiatan = Penapisan TB
Identitas
Suwarni, 56 th, Kunir, RM 1535781
S = Batuk sejak hampir 1 bulan, batuk berdahak sulit dikeluarkan dan tidak disertai darah,
keringat malam (+), px merasa berat badannya terus menurun.
O = Tensi 110/70 mmHg, Suhu 36,8 C, FR 70 x/meit, BB 40 kg
A = Susp. TB paru
P = Tes TCM
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Pelaksanaan penanggulangan TBC di puskesmas Singojuruh yaitu membuat strategi penapisan
TBC dengan cara pemeriksaan dahak menggunkana Tes Cepat Molekuler.
Gambaran Pelaksanaan

 Gambaran pelaksanaan kegiatan


1. Menanyakan identitas pasien
2. Anamnesis terarah untuk TBC
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Membuat formulir penapisan TBC untuk pertama kali
Tgl Pelaksanaan

 27/6/22

Jenis UKBM/UKM = Penapisan TB


Judul Laporan Kegiatan = Penapisan TB
Identitas Pasien
Asmani, 60 th, Krajan, NIK 3510124504620002
S = Batuk sejak hampir 1 bulan, demam (+), keringat malam (+), BB menurun (+), pasien sudah
foto thoraks
O = Tensi 90/60 mmHg, Suhu 36,8 C, FR 70 x/meit, BB 40 kg
Ro Thorax = infiltrate apex paru sinistra
A = Susp. TB paru
P = Tes TCM
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Pelaksanaan penanggulangan TBC di puskesmas Singojuruh yaitu membuat strategi penapisan
TBC dengan cara pemeriksaan dahak menggunkana Tes Cepat Molekuler.
Gambaran Pelaksanaan

 Gambaran pelaksanaan kegiatan


1. Menanyakan identitas pasien
2. Anamnesis terarah untuk TBC
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Membuat formulir penapisan TBC untuk pertama kali
Tgl Pelaksanaan

 22/6/22

Jenis UKBM/UKM = Pengobatan TB


Judul Laporan Kegiatan = Pengobatan TB
Identitas Pasien
M. M. Samin,, 47 th, Krajan, RM 1532625
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien yang sudah melakukan tes TCM dengan hasil positif (+) TB atau membawa foto Rontgen
paru dengan kesan mengarah ke TB, dilakukan pemeriksaan GDA dan HIV. Pasien diminta
kontrol rutin ke poli TB di PKM Singojuruh sesuai dengan jadwal untuk dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan terapi.
Hasil Pemeriksaan:
A. Anamnesis
Kontrol rutin mengambil obat. Keluhan (-)

B. Pemeriksaan Fisik
 TD : 110/70
 Nadi : 70 x/menit
 RR : 20 x/menit
 BB : 55 kg
C. Diagnosis
TB paru

D. Tata Laksana
 FDC 3 tablet 2 KDT (fase lanjut)
 B6 1 x 25 mg
Tgl Pelaksanaan

 22/6/22

Jenis UKBM/UKM = Pengobatan TB


Judul Laporan Kegiatan = Pengobatan TB
Identitas Pasien
Indra Wahyudi, 34 tahun, Umbulrejo, RM 1534824
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien yang sudah melakukan tes TCM dengan hasil positif (+) TB atau membawa foto Rontgen
paru dengan kesan mengarah ke TB, dilakukan pemeriksaan GDA dan HIV. Pasien diminta
kontrol rutin ke poli TB di PKM Singojuruh sesuai dengan jadwal untuk dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan terapi.
Hasil Pemeriksaan:
A. Anamnesis
Kontrol rutin mengambil obat. Keluhan (-)

B. Pemeriksaan Fisik
 TD : 120/80
 Nadi : 70 x/menit
 RR : 20 x/menit
 BB : 55 kg
C. Diagnosis
TB paru

D. Tata Laksana
 FDC 3 tablet 2 KDT (fase lanjut)
 B6 1 x 25 mg
Tgl Pelaksanaan

 22/6/22

Jenis UKBM/UKM = Pengobatan TB


Judul Laporan Kegiatan = Pengobatan TB
Identitas Pasien
Sahlan, 50 tahun, Cawang, RM 1534467
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien yang sudah melakukan FNAB pada region colli dengan kesismpulan radang granulomatik
tuberculosa dengan infeksi sekunder, sudah dilakukan pemeriksaan GDA dan HIV. Pasien
diminta kontrol rutin ke poli TB di PKM Singojuruh sesuai dengan jadwal untuk dilakukan
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan terapi.
Hasil Pemeriksaan:
A. Anamnesis
Kontrol rutin mengambil obat. Keluhan (-)

B. Pemeriksaan Fisik
 TD : 120/80
 Nadi : 84 x/menit
 RR : 20 x/menit
 BB : 79 kg
C. Diagnosis
Limfadenitis TB

D. Tata Laksana
 FDC 5 tablet 2 KDT (fase lanjut)
 B6 1 x 25 mg
Tgl Pelaksanaan

 22/6/22

Jenis UKBM/UKM = Pengobatan TB


Judul Laporan Kegiatan = Pengobatan TB
Identitas Pasien
Irwati, 32 tahun, Krajan, RM 1513496
Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu jenis penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dimana seseorang dapat tertular melalui
percikan ludah (droplet) ketika penderita TB batuk, bersin, berbicara ataupun meludah.
Meskipun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang dapat diobati, TB Paru masih tetap
menjadi masalah kesehatan global yang utama.
Faktor utama tuberkuosis adalah factor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberculosis
adalah pada usia dewasa muda di Indonesia. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih
banyak menyeranag laki-laki, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor
ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah
untuk terkena penyakit. Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan factor
lingkungan terutama pada penderita tuberculosis. Kuman M. tuberculosis dapat hidup di tempat
yang lembab, jarang terkena sinar matahari. Faktor kelima adalah pekerjaan yang menjadi factor
risiko kontak langsung dengan penderita.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien yang sudah melakukan tes TCM dengan hasil positif (+) TB atau membawa foto Rontgen
paru dengan kesan mengarah ke TB, dilakukan pemeriksaan GDA dan HIV. Pasien diminta
kontrol rutin ke poli TB di PKM Singojuruh sesuai dengan jadwal untuk dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan terapi.
Hasil Pemeriksaan:
A. Anamnesis
Kontrol rutin mengambil obat. Keluhan (-)

B. Pemeriksaan Fisik
 TD : 100/70
 Nadi : 70 x/menit
 RR : 20 x/menit
 BB : 43 kg
C. Diagnosis
TB paru

D. Tata Laksana
 FDC 3 tablet 2 KDT (fase lanjut)
 B6 1 x 25 mg
Tgl Pelaksanaan

 2/4/22

Jenis UKBM/UKM = Suntik KB


Judul Laporan Kegiatan
Identitas
Yunita Sari, 31 th, Cantuk, RM 1534775
Latar Belakang
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi merupakan upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Metode
kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode
Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal) dan metode kontrasepsi dengan alat seperti
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida. Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), Alat Kontraepsi Bawah Rahim (AKDR), Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP.
Kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi berupa cairan mengandung hormonal yang
disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodik berguna untuk mencegah kehamilan. Terdapat
2 jenis kontrasepsi suntik yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin. Suntikan kombinasi
adalah kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintetis estrogen dan progesteron yaitu 25 mg depo
medroksi progesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat disuntikkan intramuskular dengan
jangka waktu 28 hari. Suntikan progestin merupakan jenis suntikan yang mengandung sintesa
progestin. Mengandung 150 mg depo medroxi progesterone asetat yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntikan secara intramuskular dan Depo Noristerat yang mengandung 200 mg
noretindron enantat diberikan setiap 2 bulan secara intramuscular.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke poli KIA PKM Singojuruh untuk KB. Dokter melakukan anamnesa. Pasien
tidak sedang hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 120/80), saat ini pasien sudah
memiliki 2 anak. Dokter menjelaskan definisi KB, metode, kelebihan dan kekurangan KB.
Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang diinginkan. Pasien memilih menggunakan KB
hormonal dengan suntik kombinasi tiap 2 bulan yaitu medroxyprogesterone acetate (hormon
progesteron) 65 mg/mL dan estradiol cypionate (hormon estrogen) 7,5 mg/mL. Prosedur
penyuntikan:
 Melakukan tindakan asepsis pada bokong dengan kapas beralkohol untuk mencegah
infeksi
 Injek secara intramuskular, yakni tegak lurus 90° dengana kulit
Tgl Pelaksanaan

 3/6/22

Jenis UKBM/UKM = KB Implan


Judul Laporan Kegiatan = Pemasangan KB Implan
Identitas
Iswatin, 42 th, Cantuk, RM 1507395
Latar Belakang
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi merupakan upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Metode
kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode
Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal) dan metode kontrasepsi dengan alat seperti
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida. Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), Alat Kontraepsi Bawah Rahim (AKDR), Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP.
Alat KB yang ditempatkan di bawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara
mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormone akan
mengalir ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk KB bekerja efektif
selama 5 tahun. Jika dalam waktu tersebut pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk dapat
segera diangkat. Tapi jika tidak, pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain.
Hanya sesekali ia perlu memeriksakan kesehatan ke dokter atau bidan yang memasangkan susuk
tersebut.

Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya
jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul silastik (lentur), panjangnya sedikit
lebih pendek dari pada batang korek api. Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon
yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun demikian, efek sampingan yang
dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat
dan kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter.

Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke poli KIA PKM Singojuruh untuk bongkar pasang implant. Dokter melakukan
anamnesa. Pasien tidak sedang hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 120/80), saat ini
pasien sudah memiliki 2 anak. Pasien memiliki riwayat KB implant sebelumnya pada tanggal 3
Juli 2019, diminta untuk cabut implant 3 Juni 2022. Dokter menjelaskan kembali definisi KB,
metode, kelebihan dan kekurangan KB. Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang
diinginkan. Pasien memilih menggunakan KB implant. Prosedur pemasangan:
1. Pasien diminta untuk mencuci lengan kiri
2. Mempersiapkan alat (duk steril, kassa steril, cairan antiseptik/povidone iodine, scapel,
handscoon steril, spuit, lidocaine, trocar, batang implant yang belum dibuka, plester,
epinefrin bila terjadi syok anafilaktik, klem U)
3. Asepsis tempat pemasangan implant
4. Anestesi local dengan lidocaine
5. Tutup dengan duk steril
6. Raba implan yang sebelumnya terpasang, fikasasi implant, insisi sekitar 0,5 cm
7. Ambil implan yang terpasang dengan klem U. Pastika pasien mengetahui implant yang
sebelumnya sudah diambil
8. Masukan trokar yang sudah berisi batang implan sampai batas hitam
9. Masukan pendorong trokar sambil diputar
10. Pastikan 2 batang implant terpasang
11. Tarik trocar keluar
12. Asepsis kembali
13. Tutup luka dengan kassa dan plester
14. KIE pasien untuk menghidari luka dari air
15. Pasien diminta kontrol kembali 1 minggu pasca pemasangan implant.
Tgl Pelaksanaan

 3/6/22

Jenis UKBM/UKM = KB Implan


Judul Laporan Kegiatan = Pemasangan KB Implan
Identitas
Siti Maemunah, 40 th, Cantuk, RM 1507396
Latar Belakang
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi merupakan upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Metode
kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode
Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal) dan metode kontrasepsi dengan alat seperti
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida. Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), Alat Kontraepsi Bawah Rahim (AKDR), Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP.
Alat KB yang ditempatkan di bawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara
mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormone akan
mengalir ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk KB bekerja efektif
selama 5 tahun. Jika dalam waktu tersebut pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk dapat
segera diangkat. Tapi jika tidak, pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain.
Hanya sesekali ia perlu memeriksakan kesehatan ke dokter atau bidan yang memasangkan susuk
tersebut.

Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun.
Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya
jika memang ingin hamil lagi. Berbentuk kapsul silastik (lentur), panjangnya sedikit
lebih pendek dari pada batang korek api. Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon
yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit. Namun demikian, efek sampingan yang
dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai harus mengkonsultasikan riwayat
dan kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter.

Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke poli KIA PKM Singojuruh untuk bongkar pasang implant. Dokter melakukan
anamnesa. Pasien tidak sedang hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 110/70), saat ini
pasien sudah memiliki 2 anak. Pasien memiliki riwayat KB implant sebelumnya pada tanggal 3
Juli 2019, diminta cabut implant tgl 3 Juli 2022. Dokter menjelaskan kembali definisi KB,
metode, kelebihan dan kekurangan KB. Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang
diinginkan. Pasien memilih menggunakan KB implant. Prosedur pemasangan:
1. Pasien diminta untuk mencuci lengan kiri
2. Mempersiapkan alat (duk steril, kassa steril, cairan antiseptik/povidone iodine, scapel,
handscoon steril, spuit, lidocaine, trocar, batang implant yang belum dibuka, plester,
epinefrin bila terjadi syok anafilaktik, klem U)
3. Asepsis tempat pemasangan implant
4. Anestesi local dengan lidocaine
5. Tutup dengan duk steril
6. Raba implan yang sebelumnya terpasang, fikasasi implant, insisi sekitar 0,5 cm
7. Ambil implan yang terpasang dengan klem U. Pastika pasien mengetahui implant yang
sebelumnya sudah diambil
8. Masukan trokar yang sudah berisi batang implan sampai batas hitam
9. Masukan pendorong trokar sambil diputar
10. Pastikan 2 batang implant terpasang
11. Tarik trocar keluar
12. Asepsis kembali
13. Tutup luka dengan kassa dan plester
14. KIE pasien untuk menghidari luka dari air
15. Pasien diminta kontrol kembali 1 minggu pasca pemasangan implant.
Tgl Pelaksanaan

 18/5/22

Jenis UKBM/UKM = IUD


Judul Laporan Kegiatan = Pemasangan IUD
Identitas
Supiyati, 37 th, Gebang, RM 1535290
Latar Belakang
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi merupakan upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Metode
kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode
Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal) dan metode kontrasepsi dengan alat seperti
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida. Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), Alat Kontraepsi Dalam Rahim (AKDR), Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP.
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan
indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang
dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Jenis alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) menurut
bentuknya dibagi menjadi bentuk terbuka (open device) misalnya Lippes Loop, CU-T, Cu-7,
Margulies, Spring Coil, Multiload, Nova-T. Bentuk tertutup (closed device) misalnya Ota ring,
Antigon, Grafen Berg Ring. Menurut tambahan obat atau metal dibagi menjadi medicated
intrauterine device (IUD), misalnya Cu-T-200, 220, 300, 380A; Cu-7, Nova-T, ML-Cu 250, 375,
selain itu ada Copper-T, Copper-7, Multi Load, dan Lippes Load. AKDR hormonal ada dua jenis
yaitu Progestasert-T dan LNG-20 (Setyaningrum, 2016). Jenis AKDR Cu T-380A adalah jenis
AKDR yang beredar di Indonesia. Mnanfaat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim menurut
Kemenkes RI (2014) antara lain yaitu efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang,
sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat, tidak merubah hormone. Naamun,
terdapat efek samping yaitu haid lebih lama dan banyak, spotting, perubahan siklus haid.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke poli KIA PKM Singojuruh untuk pasang IUD. Dokter melakukan anamnesa.
Pasien tidak sedang hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 120/80), saat ini pasien
sudah memiliki 2 anak. Pasien memiliki riwayat KB suntik. Dokter menjelaskan kembali definisi
KB, metode, kelebihan dan kekurangan KB. Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang
diinginkan. Pasien memilih menggunakan KB IUD. Prosedur pemasangan:
1. Pasien diminta untuk melepas celana dalam
2. Duduk di kursi dengan posisi litotomi
3. Mempersiapkan alat (korentang, handscoon, kassa steril, pinset anatomis, larutan
antiseptik, spekulum cocor bebek, klem ovum, tenakulum, sonde uteri, IUD, gunting,
klem lengkung panjang, larutan asam, bak isi klorin)
4. Arahkan lampu sorot ke alat genital pasien
5. Cuci tangan, pake handscoon, pasang lengan AKDR
6. Asepsis genital externa dengan larutan antiseptik
7. Masukan spekulum
8. Asepsis portio dengan NaCl
9. Tes IVA dengan larutan asam tunggu selama 1 menit, nilai apakah ada perubahan pada
portio. Bila tidak ada perubahan, asepsis portio dengan betadine
10. Jepit cervix dengan tenakulum di jam 11
11. Masukan sonde uteri untuk mengukur cavum uteri, sampe ada tahanan
12. Atur leher biru pada tabung inserter pada IUD dengan posisi horizontal sesuai panjang
cavum uteri
13. Masukan tabung inserter berisi AKDR ke dalam kanalis servikalis sampai ada tahanan
14. Tarik tabung inserter hingga pangkal dan terasa AKDR sudah lepas, tarik keluar
pendorong. Lalu dorong kembali tabung inserter sampe ada tahanan. Keluarkan tabung
15. Gunting benang sisakan 3-4 dari portio
16. Lepas tenakulum
17. Atasi perdarahan dengan kassa steril dan klem lengkung panjang
18. Lepas spekulum
19. Pasien kontrol kembali 1 minggu post pemasangan
Tgl Pelaksanaan

 18/6/22

Jenis UKBM/UKM = Penyuluhan Jiwa


Judul Laporan Kegiatan = Kelolas Stress
Latar Belakang
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan berjalan begitu cepat karena pengaruh globalisasi.
Masyarakat menghadapi masalah yang semakin beragam sebagai akibat modernisasi dan
perkembangan dunia. Masalah hubungan sosial dan tuntutan lingkungan seiring harapan untuk
meningkatkan pencapaian diri ketidaksanggupan pribadi untuk memenuhi tuntutan tersebut bisa
menimbulkan stres dalam diri seseorang. Beberapa faktor penyebab umum dari stres antara lain:
masalah pekerjaan, ujian, problem rumah tangga, sakit, kurang tidur dan banyak lainnya.
Stres merupakan istilah yang membingungkan karena adanya pendapat-pendapat yang sangat
beranekaragam. Dalam arti umum stres merupakan pola reaksi serta adaptasi umum, dalam arti
pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam maupun luar individu yang
bersangkutan, dapat nyata maupun tidak nyata sifatnya. Stres sendiri dapat berbentuk bermacam-
macam tergantung dan ciri-ciri individu yang bersangkutan, kemampuan untuk menghadapi
(coping skills) dan sifat stresor yang dihadapinya.
Namun perlu ditekankan disini, stress tidak selamanya membuat orang menjadi tidak waras
sehingga terpaksa harus berada di rumah sakit jiwa. karena stress mempunyai beberapa
tingkatan. Jadi selama individu tersebut masih mengalami stress yang ringan, maka individu
tersebut hanya akan sering memikirkannya dan berusaha untuk memecahkan masalah yang
menjadi penyebab stress. Tapi tidak juga menutup kemungkinan bahwa semua orang mungkin
saja sekarang dalam keadaan stress. Dalam mengatasi stress bisa dimulai dengan teknik
relaksasi.
Gambaran Pelaksanaan
A. Metode pembinaan
Metode promkes yang digunakan adalah penyuluhan langsung kepada penduduk lokal
gambor di rumah kepala desa. Selain penyuluhan, diadakan juga konseling dan pengobatan
gratis
B. Gambaran pelaksanaan kegiatan
a) Mengumpulkan warga lokal Desa Gambor di rumah kepala desa
b) Memberi penyuluhan
 Definisi stress
 Penyebab stress
 Reaksi stress (positif dan negatif)
 Gejala stress
 Teknis relaksasi mengatasi stress
 Peran dalam mengatasi kerabat yang menderita stress
c) Melakukan tanya jawab/konseling mengenasi kelola stress dan pengobatan gratis
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Monitoring Bayi/Anak


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas Bayi/Anak
An. Siti Nur Aisyah, 1 tahun, Pasinan Barat, RM 1527202
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : sehat
 BB : 9,7 kg
 TB : 74 cm
 LK : 45,2 cm
 Kesan Gizi : Gizi baik
C. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan di bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir langsung menangis, BBL 2700 gr,
PB 49 cm
D. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2,3,4 bulan
 DPT : 2,3,4 bulan
 Hep.B : 0,2,3,4 bulan
 Polio : 2,3,4 bulan
 Campak : 9 bulan
E. Riwayat Gizi dan Makanan
Pasien dari lahir hingga sekarang masih minum ASI. Saat usia 0-6 bulan pasien hanya ASI
Eksklusif. Pasien makan bubur susu sejak usia 6 bulan dan mulai diperkenalkan makanan
keluarga sejak usia 12 bulan. Saat ini pasien makan sesuai menu makanan keluarga seperti
tahu, tempe, ikan, ayam, telur, sayur, buah dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari. Ibu
pasien tidak mengeluh kesulitan makan pada anak.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup

F. Riwayat Tumbuh Kembang


 3 bulan : Mengangkat kepala
 4 bulan : Tengkurap
 6 bulan :Duduk
 8 bulan : Merangkak
 9 bulan : Berdiri berpegangan
 11 bulan : Bicara belum jelas
 12 bulan : Beridiri, meramabat, berjalan

Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.

Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
 Pendaftaran
 Pengukuran tinggi dan berat badan anak
 Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
 Pelayanan kesehatan

Monitoring dan evaluasi


1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada bayi/anak yang datang ke poli KIA
2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
3. Ibu mengetahui asupan gizi yang diperlukan oleh anak
4. Ibu mengetahui bahwa pemberian ASI juga dapat menjadi metode KB natural dengan
adanya efek LAM (lactation amenorrhea method)
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Monitoring Bayi/Anak


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas Bayi/Anak
An. M Abrisam, 4 bulan, Pasinan, RM 1532683
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 4,58 kg
 PB : 55 cm
 LK : 42 cm
 Kesan Gizi : gizi baik
C. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan di bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir langsung menangis, BBL 2550 gr,
PB 43 cm
D. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2,3,4 bulan
 DPT : 2,3,4 bulan
 Hep.B : 0,2,3,4 bulan
 Polio : 2,3,4 bulan
E. Riwayat Gizi dan Makanan
Pasien dari lahir hingga sekarang masih minum ASI. Ibu pasien tidak mengeluh kesulitan
makan pada anak.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup

F. Riwayat Tumbuh Kembang


 2 bulan : Menggenggam
 3 bulan : Mengangkat kepala
 4 bulan : Tengkurap 9 bulan

Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.

Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
 Pendaftaran
 Pengukuran tinggi dan berat badan anak
 Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
 Pelayanan kesehatan

Monitoring
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada bayi/anak yang datang ke poli KIA
2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
3. Ibu mengetahui asupan gizi yang diperlukan oleh anak
4. Ibu mengetahui bahwa pemberian ASI juga dapat menjadi metode KB natural dengan
adanya efek LAM (lactation amenorrhea method)
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Monitoring Bayi/Anak


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas Bayi/Anak
An. Kayla Sifa Bella, 20 bulan, Pasinan, NIK 351012620720001
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 8,1 kg
 TB : 75 cm
 LK : 47 cm
 Kesan Gizi : Gizi kurang, pendek
C. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan di bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir langsung menangis, BBL 2730 gr,
PB 40 cm
D. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2,3,4 bulan
 DPT : 2,3,4 bulan
 Hep.B : 0,2,3,4 bulan
 Polio : 2,3,4 bulan
 Campak : 9 bulan
E. Riwayat Gizi dan Makanan
Pasien dari lahir hingga sekarang masih minum ASI. Saat usia 0-6 bulan pasien hanya ASI
Eksklusif. Pasien makan bubur susu sejak usia 6 bulan dan mulai diperkenalkan makanan
keluarga sejak usia 12 bulan. Saat ini pasien makan sesuai menu makanan keluarga seperti
tahu, tempe, ayam, telur dengan frekuensi makan 3 kali sehari. Ibu pasien mengeluh
kesulitan makan pada anak.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan nutrisi belum memenuhi gizi seimbang

F. Riwayat Tumbuh Kembang


 3 bulan : Mengangkat kepala
 4 bulan : Tengkurap
 6 bulan :Duduk
 8 bulan : Merangkak
 9 bulan : Berdiri berpegangan
 11 bulan : Bicara belum jelas
 12 bulan : Beridiri, meramabat, berjalan
 18 bulan : Berlari

Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.

Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
 Pendaftaran
 Pengukuran tinggi dan berat badan anak
 Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
 Pelayanan kesehatan
 Konseling gizi

Monitoring
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada bayi/anak yang datang ke poli KIA
2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
3. Ibu mengetahui asupan gizi yang diperlukan oleh anak
4. Ibu mengetahui bahwa pemberian ASI juga dapat menjadi metode KB natural dengan
adanya efek LAM (lactation amenorrhea method)
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Monitoring Bayi/Anak


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas Bayi/Anak
By. Felysia Inez, 2 bulan, Krajan, RM 1539949
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 3,8 kg
 PB : 52 cm
 LK : 38,5 cm
 Kesan Gizi : gizi baik
C. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan di bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir langsung menangis, BBL 2750 gr,
PB 42 cm
D. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2 bulan
 DPT : 2 bulan
 Hep.B : 0,2 bulan
 Polio : 2 bulan
E. Riwayat Gizi dan Makanan
Pasien dari lahir hingga sekarang masih minum ASI. Ibu pasien mengeluh kesulitan makan
pada anak.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup

F. Riwayat Tumbuh Kembang


 2 bulan : Menggenggam

Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.

Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
 Pendaftaran
 Pengukuran tinggi dan berat badan anak
 Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
 Pelayanan kesehatan

Monitoring dan evaluasi


1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada bayi/anak yang datang ke poli KIA
2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
3. Ibu mengetahui asupan gizi yang diperlukan oleh anak
4. Ibu mengetahui bahwa pemberian ASI juga dapat menjadi metode KB natural dengan
adanya efek LAM (lactation amenorrhea method)
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Monitoring Bayi/Anak


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas Bayi/Anak
Khanza Loya Arestia, 18 bulan, Kemiri, RM 1520468
A. Anamnesis
Kontrol
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 9 kg
 TB : 82 cm
 LK : 47 cm
 Kesan Gizi : gizi baik
C. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan di bidan, usia kehamilan cukup bulan, lahir langsung menangis, BBL 3100 gr,
PB 47 cm
D. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2,3,4 bulan
 DPT : 2,3,4 bulan
 Hep.B : 0,2,3,4 bulan
 Polio : 2,3,4 bulan
 Campak : 9 bulan
E. Riwayat Gizi dan Makanan
Pasien dari lahir hingga sekarang masih minum ASI. Saat usia 0-6 bulan pasien hanya ASI
Eksklusif. Pasien makan bubur susu sejak usia 6 bulan dan mulai diperkenalkan makanan
keluarga sejak usia 12 bulan. Saat ini pasien makan sesuai menu makanan keluarga seperti
tahu, tempe, ikan, ayam, telur, sayur, buah dengan frekuensi makan 3-4 kali sehari. Ibu
pasien tidak mengeluh kesulitan makan pada anak.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup

F. Riwayat Tumbuh Kembang


 3 bulan : Mengangkat kepala
 4 bulan : Tengkurap
 6 bulan :Duduk
 8 bulan : Merangkak
 9 bulan : Berdiri berpegangan
 11 bulan : Bicara belum jelas
 12 bulan : Beridiri, meramabat, berjalan
 15 bulan : Berlari

Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi tidak bisa
dipisahkan. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan
sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala yang dapat dibaca
pada buku pertumbuhan. Sedangkan perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-
alat tubuh. Enam tahun pertama sangatlah penting dan merupakan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat bagi seorang anak. Untuk itu penting memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak agar tumbuh kembangnya tidak terlambat. Dalam hal ini, peranan ibu-bapak
dan pengasuh menjadi sangat penting
Pelayanan tumbuh kembang anak menjadi sangat penting karena kelainan tumbuh kembang yang
dideteksi secara dini akan mendapatkan intervensi yang sesuai. Dalam melakukan penilaian
terhadap pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi
tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran antopometri. Pengukuran antropometri
ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar
lengan atas.
Permasalahan
1. Pemantauan tumbuh kembang perlu dilakukan secara rutin pada bayi dan balita untuk
mendeteksi beberapa masalah tumbuh kembang yang sampai saat ini masih ditemukan di
dalam wilayah Puskesmas Singojuruh
2. Terdapat beberapa masalah tumbuh kembang seperti gizi kurang, stunting, dan gangguan
beberapa aspek perkembangan pada balita
3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai pentingnya mengikuti program imunisasi
wajib, asupan gizi seimbang, serta stimulasi dini pada pertumbuhan dan perkembangan
anak.

Gambaran Pelaksanaan
Pelaksanaan di lakukan di poli KIA PKM Singojuruh. Target sasaran adalah ibu yang memiliki
balita, ibu menyusui, dan ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah:
 Pendaftaran
 Pengukuran tinggi dan berat badan anak
 Pengisian hasil pengukuran anak pada Kartu Menuju Sehat
 Pelayanan kesehatan

Monitoring dan evaluasi


1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan pada bayi/anak yang datang ke poli KIA
2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi
3. Ibu mengetahui asupan gizi yang diperlukan oleh anak
4. Ibu mengetahui bahwa pemberian ASI juga dapat menjadi metode KB natural dengan
adanya efek LAM (lactation amenorrhea method)
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Deteksi dini stunting


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas Bayi/Anak/Klpk sasarn deteksi staunting
An. Kayla Sifa Bella, 20 bulan, Pasinan, RM NIK 351012620720001
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 8,1 kg
 TB : 75 cm
 LK : 47 cm
 Kesan Gizi : Gizi kurang, pendek

Latar Belakang
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi
yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun
prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi
balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi
ukuran keberhasilan program yang sudah diupayakan oleh pemerintah. Selain masalah
pertumbuhan, ditemukan pula adanya keterlambatan atau gangguan pada perkembangan
anak, baik dalam satu maupun lebih dari dua sector perkembangan, yakni motorik kasar, motorik
halus, personal sosial, maupun
bahasa dan bicara. Kejadian gangguan tumbuh kembang ini dapat terjadi karena beberapa factor
yang berasal dari internal maupun eksternal, seperti situasi dan gizi ibu, situasi bayi dan balita,
lingkungan, maupun psiko-sosial-ekonomi keluarga.

Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan stimulasi, deteksi, dan
intervensi dini terhadap tumbuh kembang anak yang dapat dilakukan dengan skrining di dalam
keluarga maupun di dalam lingkungan anak. Kegiatan pengukuran tinggi dan berat badan
anak serta skrining perkembangan anak sederhana berdasarkan tahapan usia ini pun
dapat dilakukan oleh orang tua/keluarga anak serta dalam kegiatan posyandu yang tentunya
akan dipantau oleh para kader di setiap wilayah puskesmas. Oleh karena itu, pelatihan mengenai
tumbuh kembang anak ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperluas dan
memperbaharui ilmu mengenai elemen-elemen pertumbuhan dan perkembangan anak terhadap
para kader di puskesmas, sehingga dapat diterapkan dalam deteksi dini di setiap wilayah kerja.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di Poli KIA. Sasaran kegiatan adalah balita. Metode deteksi dengan
1. Mengidentifikasi kondisi anak melalui anamnesa kepada orangtua
2. Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak balita
3. Menginterpretasikan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan anak balita ke dalam
kurva WHO yang terdiri dari berat badan berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi
badan
4. Menyampaikan hasil pengukuran balita kepada orangtua
5. Memberikan edukasi (pendidikan kesehatan) kepada orangtua tentang stunting mulai dari
pengertian, penyebab, tanda, cara mencegah dan cara mengatasi stunting
6. Pelayanan kesehatan dan konseling gizi
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Deteksi dini stunting


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas Bayi/Anak/Klpk sasarn deteksi staunting
Arumi Nasha Razeta, 11 bulan, Krajan Barat, RM 1532865
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 8 kg
 TB : 66 cm (pendek)
 LK : 44 cm
 Kesan Gizi : Pendek

Latar Belakang
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi
yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun
prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi
balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi
ukuran keberhasilan program yang sudah diupayakan oleh pemerintah. Selain masalah
pertumbuhan, ditemukan pula adanya keterlambatan atau gangguan pada perkembangan
anak, baik dalam satu maupun lebih dari dua sector perkembangan, yakni motorik kasar, motorik
halus, personal sosial, maupun
bahasa dan bicara. Kejadian gangguan tumbuh kembang ini dapat terjadi karena beberapa factor
yang berasal dari internal maupun eksternal, seperti situasi dan gizi ibu, situasi bayi dan balita,
lingkungan, maupun psiko-sosial-ekonomi keluarga.

Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan stimulasi, deteksi, dan
intervensi dini terhadap tumbuh kembang anak yang dapat dilakukan dengan skrining di dalam
keluarga maupun di dalam lingkungan anak. Kegiatan pengukuran tinggi dan berat badan
anak serta skrining perkembangan anak sederhana berdasarkan tahapan usia ini pun
dapat dilakukan oleh orang tua/keluarga anak serta dalam kegiatan posyandu yang tentunya
akan dipantau oleh para kader di setiap wilayah puskesmas. Oleh karena itu, pelatihan mengenai
tumbuh kembang anak ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperluas dan
memperbaharui ilmu mengenai elemen-elemen pertumbuhan dan perkembangan anak terhadap
para kader di puskesmas, sehingga dapat diterapkan dalam deteksi dini di setiap wilayah kerja.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di Poli KIA. Sasaran kegiatan adalah balita. Metode deteksi dengan
1. Mengidentifikasi kondisi anak melalui anamnesa kepada orangtua
2. Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak balita
3. Menginterpretasikan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan anak balita ke dalam
kurva WHO yang terdiri dari berat badan berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggi
badan
4. Menyampaikan hasil pengukuran balita kepada orangtua
5. Memberikan edukasi (pendidikan kesehatan) kepada orangtua tentang stunting mulai dari
pengertian, penyebab, tanda, cara mencegah dan cara mengatasi stunting
6. Pelayanan kesehatan dan konseling gizi
Tgl Pelaksanaan

 18/3/22

Jenis UKBM/UKM = Tracing penyakit menular


Judul Laporan Kegiatan = Tracing Skabies pada Siswa SDN 1 Cantuk
Identitas
Siswa dan siswi kelas 4 dan 5 SDN 1 Cantuk
Latar Belakang
Skabies merupakan penyakit infestasi parasit pada kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei.
Skabies merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum terjadi di seluruh dunia dengan
estimasi prevalensi sebanyak 300 juta individu yang terserang. Prevalensi skabies di Indonesia
menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) berdasarkan data dari
puskesmas seluruh Indonesia tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan menduduki urutan ketiga dari
12 penyakit kulit terbanyak. Faktor yang mengakibatkan tingginya prevalensi skabies antara lain
kelembapan yang tinggi, rendahnya sanitasi, kepadatan, malnutrisi, higiene personal yang buruk,
pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Meskipun skabies
bukan merupakan keadaan yang fatal atau mengancam jiwa, tetapi penyakit ini dapat menjadi
berat dan persisten, yang dapat mengarah ke kelemahan tubuh dan infeksi kulit sekunder.
Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa skabies dapat terjadi pada semua usia, terutama
anak kecil. Usia pasien terbanyak adalah pada kelompok usia 5-14 tahun, yaitu sebanyak 180
pasien (63,8%). Kelompok usia ini paling banyak didapatkan skabies karena penularan sangat
mungkin didapat dari teman satu sekolah, yang kemudian dibawa ke rumah dan berikutnya
menular ke orang lain atau anggota keluarga yang tinggal serumah dengan pasien, disamping
merupakan usia sekolah sehingga sebagian besar anak belum dapat melakukan cara merawat diri
(membersihkan diri) sendiri. Sebagian pasien tertular dari teman satu pondok pesantren, yang
kemungkinan disebabkan karena sering menggunakan handuk dan alat lainnya secara bergantian.
Beberapa pasien tidak mengetahui kemungkinan asal sumber penularan, yang mungkin selain
beberapa faktor di atas, juga dapat berasal dari hewan peliharaan, dan akibatnya rantai penularan
tidak juga terputus. Sehingga untuk berikutnya perlu ditanyakan apakah pasien memiliki hewan
peliharaan di rumah
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dimulai dengan paparan mengenai penyakit skabies secara langsung kepada siswa dan
siswi kelas 4 dan 5 di SDN 1 Cantuk. Dokter internsip menjelaskan apa itu penyakit skabies,
penyebab penyakit, cara penularan, gejala awal yang dapat timbul hingga komplikasi serta
pengobatan dari skabies. Kemudian melakukan skrining serta tracing dengan menilai apakah ada
lesi dan kontak erat.

 Gambaran pelaksanaan kegiatan


a. Memberi paparan materi di kelas
b. Melakukan tanya jawab
c. Mendata siswa siswi kelas 4 dan 5 SDN 1 Cantuk
d. Melakukan anamnesis terarah kepada setiap siswa
e. Menanyakah siapa saja yang pernah kontak erat dengan pasien
f. Pemeriksaan fisik dan mencari lesi
g. Memberi pengobatan bagi siswa yang mempunyai gejala skabies
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Vaksinasi dasar/BIAS


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
Siti Nur Aisyah, 9 bulan, Pasinan, RM 1527202
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi campak
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : sehat
 BB : 9,7 kg
 TB : 74 cm
 LK : 45,2 cm
 Kesan Gizi : Gizi baik
C. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2,3,4 bulan
 DPT : 2,3,4 bulan
 Hep.B : 0,2,3,4 bulan
 Polio : 2,3,4 bulan
 Campak : 9 bulan

Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-
bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi. Imunisasi sangat penting untuk
melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular. Salah satunya vaksin imunisasi campak. Vaksin
Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada usia 6 tahun. Campak merupakan
penyakit infeksi yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, umumnya
menyerang anak – anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan dunia. Virus
berdiam dalam sistem pernapasan, sehingga virus menular dengan berbagai cara, misalnya
melalui batuk, bersin, atau sentuhan. Karena virus ini menyebar melalui udara, virus ini dapat
bertahan hidup di luar tubuh selama 2 jam. Virus ini dapat tetap hidup pada di permukaan,
gagang pintu, atau objek apapun dan menginfeksi siapa saja yang menyentuhnya.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi campak
 Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien
 Asepsis dengan kassa dan alkohol pada tempat penyuntikan
 Berikan imunisasi 0.5 ml/SC pada deltoid sinistra
 Asepsis kembali
 KIE orang tua pasien efek pasca imunisasi
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Vaksinasi dasar/BIAS


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
Kayla Sifa Bella, 20 bulan, Pasinan, NIK 351012620720001
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi campak lanjutan
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 8,1 kg
 TB : 75 cm
 LK : 47 cm
 Kesan Gizi : Gizi kurang, pendek
C. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2,3,4 bulan
 DPT : 2,3,4 bulan
 Hep.B : 0,2,3,4 bulan
 Polio : 2,3,4 bulan
 Campak : 9 bulan
 Campak lanjutan : 20 bulan

Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan vaksin, yakni virus atau bakteri yang sudah dilemahkan, dibunuh, atau bagian-
bagian dari bakteri (virus) tersebut telah dimodifikasi. Imunisasi sangat penting untuk
melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular. Salah satunya vaksin imunisasi campak. Vaksin
Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada usia 6 tahun. Campak merupakan
penyakit infeksi yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, umumnya
menyerang anak – anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan dunia. Virus
berdiam dalam sistem pernapasan, sehingga virus menular dengan berbagai cara, misalnya
melalui batuk, bersin, atau sentuhan. Karena virus ini menyebar melalui udara, virus ini dapat
bertahan hidup di luar tubuh selama 2 jam. Virus ini dapat tetap hidup pada di permukaan,
gagang pintu, atau objek apapun dan menginfeksi siapa saja yang menyentuhnya.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi campak

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien


 Asepsis dengan kassa dan alkohol pada tempat penyuntikan
 Berikan imunisasi 0.5 ml/SC pada deltoid sinistra
 Asepsis kembali
 KIE orang tua pasien efek pasca imunisasi
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Vaksinasi dasar/BIAS


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
M. Arbisam Reynad, 4 bulan, Pasinan, RM 1532683
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi DPT-HB-HiB 2, OPV 4, IPV
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 4,58 kg
 PB : 55 cm
 LK : 42 cm
 Kesan Gizi : gizi baik
C. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2,3,4 bulan
 DPT : 2,3,4 bulan
 Hep.B : 0,2,3,4 bulan
 Polio : 2,3,4 bulan

Latar Belakang
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi
imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1
bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4
dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Untuk imunisasi
lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah
penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan
fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi sampak

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien


 Asepsis dengan kassa dan alkohol pada tempat penyuntikan
 Berikan imunisasi Pentabio 0.5 ml/IM pada anterolateral paha kiri
 Teteskan OPV 2 tetes
 Injeksi IPV 0,5/IM
 Asepsis kembali
 KIE orang tua pasien efek pasca imunisasi
Tgl Pelaksanaan

 14/3/22

Jenis UKBM/UKM = Vaksinasi dasar/BIAS


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
By. Felysia Inez, 2 bulan, Krajan, RM 1539949
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi DPT-HB-HiB 1 dan OPV 2
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 3,8 kg
 PB : 52 cm
 LK : 38,5 cm
 Kesan Gizi : gizi baik
C. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2 bulan
 DPT : 2 bulan
 Hep.B : 0,2 bulan
 Polio : 2 bulan

Latar Belakang
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi
imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1
bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4
dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Untuk imunisasi
lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah
penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan
fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi sampak

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien


 Asepsis dengan kassa dan alkohol pada tempat penyuntikan
 Berikan imunisasi Pentabio 0.5 ml/IM pada anterolateral paha kiri
 Teteskan OPV 2 tetes
 Asepsis kembali
 KIE orang tua pasien efek pasca imunisasi
Tgl Pelaksanaan

 12/7/22

Jenis UKBM/UKM = Vaksinasi dasar/BIAS


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
Ahmad Arfan Abimana, 3 bulan, Kunir
A. Anamnesis
Kontrol dan imunisasi DPT-HB-HiB 2 dan OPV 3
B. Pemeriksaan Fisik
 KU : Sehat
 BB : 6,09 kg
 PB : 54 cm
 LK : 39,6 cm
 Kesan Gizi : gizi baik
C. Riwayat Imunisasi
 BCG : 1 bulan
 HiB : 2,3 bulan
 DPT : 2,3 bulan
 Hep.B : 0,2,3 bulan
 Polio : 2,3 bulan

Latar Belakang
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi
imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1
bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4
dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Untuk imunisasi
lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah
penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan
fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
Gambaran Pelaksanaan
Imunisasi dasar dilakukan setiap hari senin, selasa, dan rabu pada minggu ke dua dan empat di
poli KIA PKM Singojuruh. Prosedur imunisasi sampak

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien


 Asepsis dengan kassa dan alkohol pada tempat penyuntikan
 Berikan imunisasi Pentabio 0.5 ml/IM pada anterolateral paha kiri
 Teteskan OPV 2 tetes
 Asepsis kembali
 KIE orang tua pasien efek pasca imunisasi
Tgl Pelaksanaan

 10/5/22

Jenis UKBM/UKM = IMD & ASI Eksklusif


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
Dwi Siska Dewi, 25 th, Kalibaru, RM 4003462
Latar Belakang
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah perilaku pencarian punting payudara ibu sesaat setelah
lahir. Hal ini sangat dibutuhkan, karena bayi setelah lahir langsung mendapat asupan gizi dari
ASI. Pemberian ASI secara dini juga sangat bermanfaat bagi ibu,terutama untuk
merangsangkelancaran ASI. Program IMD merupakan program pendukung dari pemberian ASI
Eksklusif pada bayi.
ASI eksklusif memiliki hubungan yang kuat dengan pelaksanaan IMD. Ibu yang melaksanakan
IMD memiliki peluang 5 kali lebih banyak untuk memberikan ASI ekslusif daripada ibu yang
tidak melaksankan IMD. Ketika bayi diletakkan di dada untuk menyusu, bayi akan merasakan
kehangatan dari kulit ibu sehingga dapat menurunkan risiko kematian karena hipotermia. Selama
menyusu, bayi akan mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernapas. Pada saat itu, mungkin
ibu sudah mengeluarkan kolostrum. Bayi yang mendapatkan kolostrum akan mendapatkan
antibodi dan faktor pertumbuhan sel usus, antibodi dalam ASI dapat meningkatkan ketahanan
terhdap infeksi.
Gambaran Pelaksanaan

Kegiatan pemberian
suplementasi vitamin A ini
dilakukan di
poli imunisasi Puskesmas
Sungailiat, dilaksanakan dari
pukul 8.00 - 12.00.
Anak yang datang untuk jadwal
imunisasi diberikan vitamin A
sesuai dosis usianya.
Sebelum pemberian vitamin A,
dilakukan penimbangan berat
badan, pengukuran
tnggi badan dan pengukuran
status gizi anak tersebut,
kemudian vitamin A
diserahkan kepada orangtuanya
untuk diberikan kepada
anaknya.
Kegiatan pemberian
suplementasi vitamin A ini
dilakukan di
poli imunisasi Puskesmas
Sungailiat, dilaksanakan dari
pukul 8.00 - 12.00.
Anak yang datang untuk jadwal
imunisasi diberikan vitamin A
sesuai dosis usianya.
Sebelum pemberian vitamin A,
dilakukan penimbangan berat
badan, pengukuran
tnggi badan dan pengukuran
status gizi anak tersebut,
kemudian vitamin A
diserahkan kepada orangtuanya
untuk diberikan kepada
anaknya.
Pasien P2A0 postpartum, telah melewati persalinan kala III, dan uterus berkontraksi dengan baik
serta tidak ada perdarahan aktif, mulai IMD dengan melakukan kontak kulit ibu dan bayi (di
dada ibu minimal 1 jam)
 Biarkan bayi mencari puting dan mulai menyusu
 Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
 Ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi
 Posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya.
 Lanjutkan asuhan perawatan neonatal seperti menimbang, pemberian vitamin K1, salep
mata
 Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya
 Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24
jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu
 Berikan informasi bahwa ASI ekslusif diberikan hingga umur 6 bulan dan diteruskan
hingga berumur 2 tahun
 Sebelum menyusui, cuci puting dan punggung ibu sebaiknya diberi sandaran dan sikunya
didukung selama menyusui
 Saat menyusui pastika posisi kepala, leher, dan tubuh bayi dalam satu garis lurus
 Badan bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi melekat ke ibu
 Dagu bayi menempel pada payudara ibu
 Mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah membuka lebar, areola masuk ke mulut bayi, tidak
hanya puting susu
Tgl Pelaksanaan

 3/7/22

Jenis UKBM/UKM = IMD & ASI Ekslusif


Judul Laporan Kegiatan =
Identitas
Siska Gloria, 27 th, Padang, RM 1932011
Latar Belakang
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah perilaku pencarian punting payudara ibu sesaat setelah
lahir. Hal ini sangat dibutuhkan, karena bayi setelah lahir langsung mendapat asupan gizi dari
ASI. Pemberian ASI secara dini juga sangat bermanfaat bagi ibu,terutama untuk
merangsangkelancaran ASI. Program IMD merupakan program pendukung dari pemberian ASI
Eksklusif pada bayi.
ASI eksklusif memiliki hubungan yang kuat dengan pelaksanaan IMD. Ibu yang melaksanakan
IMD memiliki peluang 5 kali lebih banyak untuk memberikan ASI ekslusif daripada ibu yang
tidak melaksankan IMD. Ketika bayi diletakkan di dada untuk menyusu, bayi akan merasakan
kehangatan dari kulit ibu sehingga dapat menurunkan risiko kematian karena hipotermia. Selama
menyusu, bayi akan mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernapas. Pada saat itu, mungkin
ibu sudah mengeluarkan kolostrum. Bayi yang mendapatkan kolostrum akan mendapatkan
antibodi dan faktor pertumbuhan sel usus, antibodi dalam ASI dapat meningkatkan ketahanan
terhdap infeksi.
Gambaran Pelaksanaan

Kegiatan pemberian
suplementasi vitamin A ini
dilakukan di
poli imunisasi Puskesmas
Sungailiat, dilaksanakan dari
pukul 8.00 - 12.00.
Anak yang datang untuk jadwal
imunisasi diberikan vitamin A
sesuai dosis usianya.
Sebelum pemberian vitamin A,
dilakukan penimbangan berat
badan, pengukuran
tnggi badan dan pengukuran
status gizi anak tersebut,
kemudian vitamin A
diserahkan kepada orangtuanya
untuk diberikan kepada
anaknya.
Kegiatan pemberian
suplementasi vitamin A ini
dilakukan di
poli imunisasi Puskesmas
Sungailiat, dilaksanakan dari
pukul 8.00 - 12.00.
Anak yang datang untuk jadwal
imunisasi diberikan vitamin A
sesuai dosis usianya.
Sebelum pemberian vitamin A,
dilakukan penimbangan berat
badan, pengukuran
tnggi badan dan pengukuran
status gizi anak tersebut,
kemudian vitamin A
diserahkan kepada orangtuanya
untuk diberikan kepada
anaknya.
Pasien P3A0 postpartum, telah melewati persalinan kala III, dan uterus berkontraksi dengan baik
serta tidak ada perdarahan aktif, mulai IMD dengan melakukan kontak kulit ibu dan bayi (di
dada ibu minimal 1 jam)
 Biarkan bayi mencari puting dan mulai menyusu
 Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
 Ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi
 Posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit
selama 30-60 menit berikutnya.
 Lanjutkan asuhan perawatan neonatal seperti menimbang, pemberian vitamin K1, salep
mata
 Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya
 Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24
jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu
 Berikan informasi bahwa ASI ekslusif diberikan hingga umur 6 bulan dan diteruskan
hingga berumur 2 tahun
 Sebelum menyusui, cuci puting dan punggung ibu sebaiknya diberi sandaran dan sikunya
didukung selama menyusui
 Saat menyusui pastika posisi kepala, leher, dan tubuh bayi dalam satu garis lurus
 Badan bayi menghadap ke dada ibu, badan bayi melekat ke ibu
 Dagu bayi menempel pada payudara ibu
 Mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah membuka lebar, areola masuk ke mulut bayi, tidak
hanya puting susu
Tgl Pelaksanaan

 10/5/22

Jenis UKBM/UKM = Suplementasi Gizi


Judul Laporan Kegiatan = Pemberian Vitamin A pada Ibu Postpartum
Identitas
Dwi Siska Dewi, 25 th, Kalibaru, RM 4003462
Latar Belakang
Wanita menyusui memiliki kebutuhan vitamin A yang lebih tinggi, dan risiko kekurangan
diperburuk oleh asupan gizi yang rendah. Organisasi kesehatan dunia (WHO), PBB, dan
International Vitamin A Consultative Group (IVACG) merekomendasikan pemberian dosis
tinggi vitamin A (200.000 IU) menjadi 400.000 IU sampai hari ke-60 setelah melahirkan pada
daerah yang endemik kekurangan gizi. Indonesia telah melakukan program pemberian dua
kapsul vitamin A bagi ibu nifas sejak tahun 1996, dengan dosis tinggi 200.000 IU diberikan
setelah bayi lahir satu kapsul sampai dengan 6 minggu post partum. Zat gizi esensial yang sangat
diperlukan tubuh bayi, anak balita, dan ibu nifas salah satunya adalah vitamin A. ASI berfungsi
Untuk membantu tumbuh kembang dan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit. Sejak tahun
2002 IVACG merekomendasikan suplementasi dengan tambahan dosis asupan menjadi 400.000
IU alasan untuk meningkatkan dosis suplemen retinol untuk menjamin pasokan vitamin yang
cukup untuk ibu dan untuk menyediakan jumlah retinol kepada anak melalui ASI.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien P2A0 post partum dilakukan asuhan pasca persalinan di ruang rawat inap. Untuk
memenuhi gizi ibu pasca persalinan diberikan suplementasi gizi tambahan yaitu:

 Suplemen vitamin A: 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1


kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian
 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
 Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
 Minum minimal 3 liter/hari
Tgl Pelaksanaan

 3/7/22

Jenis UKBM/UKM = Suplementasi Gizi


Judul Laporan Kegiatan = Pemberian Vitamin A pada Ibu Postpartum
Identitas
Siska Gloria, 27 th, Padang, RM 1932011
Latar Belakang
Wanita menyusui memiliki kebutuhan vitamin A yang lebih tinggi, dan risiko kekurangan
diperburuk oleh asupan gizi yang rendah. Organisasi kesehatan dunia (WHO), PBB, dan
International Vitamin A Consultative Group (IVACG) merekomendasikan pemberian dosis
tinggi vitamin A (200.000 IU) menjadi 400.000 IU sampai hari ke-60 setelah melahirkan pada
daerah yang endemik kekurangan gizi. Indonesia telah melakukan program pemberian dua
kapsul vitamin A bagi ibu nifas sejak tahun 1996, dengan dosis tinggi 200.000 IU diberikan
setelah bayi lahir satu kapsul sampai dengan 6 minggu post partum. Zat gizi esensial yang sangat
diperlukan tubuh bayi, anak balita, dan ibu nifas salah satunya adalah vitamin A. ASI berfungsi
Untuk membantu tumbuh kembang dan daya tahan tubuh bayi terhadap penyakit. Sejak tahun
2002 IVACG merekomendasikan suplementasi dengan tambahan dosis asupan menjadi 400.000
IU alasan untuk meningkatkan dosis suplemen retinol untuk menjamin pasokan vitamin yang
cukup untuk ibu dan untuk menyediakan jumlah retinol kepada anak melalui ASI.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien P3A0 post partum dilakukan asuhan pasca persalinan di ruang rawat inap. Untuk
memenuhi gizi ibu pasca persalinan diberikan suplementasi gizi tambahan yaitu:

 Suplemen vitamin A: 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah persalinan dan 1


kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian
 Mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari
 Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
 Minum minimal 3 liter/hari
Tgl Pelaksanaan

 3/6/22

Jenis UKBM/UKM = Suntik KB


Judul Laporan Kegiatan
Identitas
Sintia 25 th, Cantuk lor, NIK 3510124409970004
Latar Belakang
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi merupakan upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Metode
kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode
Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal) dan metode kontrasepsi dengan alat seperti
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida. Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), Alat Kontraepsi Bawah Rahim (AKDR), Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP.
Kontrasepsi suntik merupakan alat kontrasepsi berupa cairan mengandung hormonal yang
disuntikan ke dalam tubuh wanita secara periodik berguna untuk mencegah kehamilan. Terdapat
2 jenis kontrasepsi suntik yaitu suntikan kombinasi dan suntikan progestin. Suntikan kombinasi
adalah kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintetis estrogen dan progesteron yaitu 25 mg depo
medroksi progesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat disuntikkan intramuskular dengan
jangka waktu 28 hari. Suntikan progestin merupakan jenis suntikan yang mengandung sintesa
progestin. Mengandung 150 mg depo medroxi progesterone asetat yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntikan secara intramuskular dan Depo Noristerat yang mengandung 200 mg
noretindron enantat diberikan setiap 2 bulan secara intramuscular.
Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke poli KIA PKM Singojuruh untuk KB. Dokter melakukan anamnesa. Pasien
tidak sedang hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 110/70), saat ini pasien sudah
memiliki 2 anak. Dokter menjelaskan definisi KB, metode, kelebihan dan kekurangan KB.
Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang diinginkan. Pasien memilih menggunakan KB
hormonal dengan suntik kombinasi tiap 2 bulan yaitu medroxyprogesterone acetate (hormon
progesteron) 65 mg/mL dan estradiol cypionate (hormon estrogen) 7,5 mg/mL. Prosedur
penyuntikan:
 Melakukan tindakan asepsis pada bokong dengan kapas beralkohol untuk mencegah
infeksi
 Injek secara intramuskular, yakni tegak lurus 90° dengana kulit

Tgl Pelaksanaan

 3/6/22

Jenis UKBM/UKM = pil KB


Judul Laporan Kegiatan
Identitas
Siti Rosana, 26 th, Cantuk Lor, NIK 3510125110780002
Latar Belakang
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang
berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi merupakan upaya pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan. Metode
kontrasepsi sederhana ini terdiri dari dua yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat (Metode
Amenore Laktasi (MAL), senggama terputus (coitus interuptus), metode kalender, metode lendir
serviks, metode suhu basal badan dan simptotermal) dan metode kontrasepsi dengan alat seperti
kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida. Kontrasepsi modern terdiri dari pil, suntik, Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), Alat Kontraepsi Bawah Rahim (AKDR), Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria / MOP.
Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
sulit dilalui oleh sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga transportasi telur terganggu.
Pil ini diminum setiap hari. Keuntungan khusus menggunkana pil kombinasi antara lain
mengurangi risiko kanker endometrium, kanker ovarium, penyakit radang panggul simptomatik.
Dapat mengurangi risiko kista ovarium, dan anemia defisiensi besi. Mengurangi nyeri haid,
masalah perdarahan haid, nyeri saat ovulasi, kelebihan rambut pada wajah dan tubuh, gejala
sindrom ovarium polikistik, dan gejala endometriosis. Namun ada beberapa efek samping dari pil
kombinasi yaitu. Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin pendek, haid tidak teratur,
haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, mual, nyeri payudara, perubahan berat badan,
perubahaan suasana perasaan, jerawat (dapat membaik atau memburuk, tapi biasaya membaik),
dan peningkatan tekanan darah.

Gambaran Pelaksanaan
Pasien datang ke Pustu Cantuk untuk KB. Dokter melakukan anamnesa. Pasien tidak sedang
hamil, tidak memiliki riwayat hipertensi (TD = 120/80), sebelumnya tidak ada riwayat
pemakaian KB lain. Pasien saat ini memiliki 2 anak. Dokter menjelaskan definisi KB, metode,
kelebihan dan kekurangan KB. Dokter membantu pasien memilih jenis KB yang diinginkan.
Pasien memilih menggunakan KB pil kombinasi Planotab (Ethinylestradiol 0.03 mg dan
Levonorgestrel 0.15 mg). Pasien sudah menggunakan kb pil selama 1 tahun. Prosedur:
 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien
 Menjelaskan definisi KB pil, mekanisme, kelebihan dan kekurangan KB pil
 Mendata pasien sebagai akseptor KB pil kombinasi
 Memberikan dan menjelaskan ulang cara menggunkan KB pil
 Pasien datang kembali 1 bulan ke pustu untuk mengambil KB pil
Tgl Pelaksanaan

 2/8/2022

Jenis UKBM/UKM = Kesling (Jamban Sehat)


Judul Laporan Kegiatan = Jamban Sehat
Identitas
Nama : Keluarga Siti Holifah
Alamat : Gentengan
Latar Belakang
Kesehatan lingkungan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut WHO, ruang
lingkup kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,
pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan,
pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan,
perumahan dan pemukiman, aspek kesling dan transportasi udara, perencanaan daerah dan
perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, serta
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Salah satu upaya kesehatan
lingkungan adalah penyediaan air bersih. Syarat air yang bersih adalah tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air minum sebaikya memiliki pH yang netral. Upaya
kesehatan lingkungan yang lainnya adalah pengendalian pencemaran udara dengan pengendalian
asap rokok dan pencegahan pencemaran tanah oleh ekskreta manusia dengan penggunaan
jamban sehat.

Permasalahan

Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di rumahnya. Masih ada
masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran pembuangan air, kebun,
kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk. Aspek utama
yang diperhatikan dalam kunjungan ini adalah inspeksi jamban keluarga di rumah masyarakat.
 Meminta ijin ke pemilik rumah untuk melakukan inspeksi jamban
 Pengisian formulir sesuai dengan isian daftar oleh petugas Kesehatan lingkungan
 Penyuluhan jamban sehat
 Inspeksi jamban keluarga oleh petugas Puskesmas dan dokter internsip
 Pemberian kriteria jamban keluarga sehat
Intervensi
Diberikan edukasi mengenai pentingnya setiap rumah memiliki jamban keluarga. Atau bila hal
ini tidak memungkinkan, dapat dibuat jamban bersama (jamban umum) di wilayah pemukiman.
Hal ini bertujuan agar tidak terulangnya kebiasaan untuk buang air besar di sungai, kali, kebun
atau saluran pembuangan air. Kemudian dilakukan pencatatan data tentang kepemilikan jamban
sehat keluarga oleh petugas puskesmas dan perangkat desa sehingga warga yang membutuhkan
bantuan untuk membuat jamban dapat memperoleh bantuan dari Dinas Kesehatan.
Tgl Pelaksanaan

 2/8/2022

Jenis UKBM/UKM = Kesling (Air Bersih)


Judul Laporan Kegiatan = Air Bersih
Identitas
Nama : Keluarga Siti Holifah
Alamat : Gentengan
Latar Belakang
Kesehatan lingkungan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut WHO, ruang
lingkup kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,
pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan,
pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan,
perumahan dan pemukiman, aspek kesling dan transportasi udara, perencanaan daerah dan
perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, serta
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Salah satu upaya kesehatan
lingkungan adalah penyediaan air bersih. Syarat air yang bersih adalah tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air minum sebaikya memiliki pH yang netral. Upaya
kesehatan lingkungan yang lainnya adalah pengendalian pencemaran udara dengan pengendalian
asap rokok dan pencegahan pencemaran tanah oleh ekskreta manusia dengan penggunaan
jamban sehat.

Permasalahan

Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di rumahnya. Masih ada
masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran pembuangan air, kebun,
kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk serta profil
keluarga. Pengamatan juga dilakukan terhadap kebiasaan masyarakat sekitar kali yang sedang
mencuci baju dan memandikan anaknya.
Intervensi
Diberikan edukasi kepada masyarakat bahwa air bersih adalah tidak keruh, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. Walaupun air yang kotor hanya mereka gunakan untuk mencuci dan
tidak dikonsumsi, tapi tetap saja dapat berdampak pada kesehatan khususnya kesehatan kulit.
Edukasi mengenai pemberantasan jentik nyamuk juga perlu ditekankan. Bak mandi harus secara
berkala dikuras dan disikat bagian dinding bak nya. Apabila ada genangan air harus ditutup
Tgl Pelaksanaan

 2/8/2022

Jenis UKBM/UKM = Kesling (Bebas Asap Rokok)


Judul Laporan Kegiatan = Bebas Asap Rokok
Identitas
Nama : Keluarga Siti Holifah
Alamat : Gentengan

Latar Belakang
Kesehatan lingkungan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut WHO, ruang
lingkup kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,
pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan,
pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan,
perumahan dan pemukiman, aspek kesling dan transportasi udara, perencanaan daerah dan
perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, serta
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Salah satu upaya kesehatan
lingkungan adalah penyediaan air bersih. Syarat air yang bersih adalah tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air minum sebaikya memiliki pH yang netral. Upaya
kesehatan lingkungan yang lainnya adalah pengendalian pencemaran udara dengan pengendalian
asap rokok dan pencegahan pencemaran tanah oleh ekskreta manusia dengan penggunaan
jamban sehat.

Permasalahan
Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum menyadari bahaya merokok. Terlebih lagi terdapat salah satu
anggota keluarga (kepala keluarga) yang merokok di dalam rumah padahal terdapat anak usia
balita dirumah.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk serta profil
keluarga khususnya kebiasaan merokok di keluarga.
Intervensi
Diberikan edukasi mengenai bahaya merokok pada anggota keluarga yang masih merokok.
Merokok dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti hipertensi, stroke, masalah
kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), impotensi, bahkan kanker. Bahaya merokok tidak
hanya bagi yang merokok, namun juga bagi perokok pasif, dalam hal ini adalah keluarga
perokok yaitu anak-anaknya dan istrinya.
Tgl Pelaksanaan

 2/8/2022

Jenis UKBM/UKM = Kesling (Rumah Sehat)


Judul Laporan Kegiatan = Rumah Sehat
Identitas
Nama : Keluarga Siti Holifah
Alamat : Gentengan

Latar Belakang
Rumah sehat adalah proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah
dan sarana sanitasi tiga komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Minimum yang memenuhi kriteria sehat pada masing-masing
parameter adalah sebagai berikut: (1) minimum dari kelompok komponen rumah adalah langit-
langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan
asap dapur, dan pencahayaan; (2) minimum dari kelompok sarana sanitasi adalah sarana air
bersih, jamban (sarana pembuangan kotoran), sarana pembuangan air limbah (SPAL), dan sarana
pembuangan sampah; (3) perilaku sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik yang digunakan.
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan jasmani dan rohani
yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja atau daya produktif
seseorang. Rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan, jika
kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah (lingkungan
pemukiman).
Gambaran Pelaksanaan
Berdasarkan dentifikasi rumah sehat Siti Holifah. Komponen rumah seperti langit-langit,
dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, sarana pembuangan asap
dapur, tersedia sarana air bersih, jambah, sarana pembuangan limbah . Setiap hari jendela rumah
dibuka, dan membersihkan rumah serta halaman, tinja dibuang ke jamban, dan sampat dibuanng
di tempat sampah. Namun komponenan pencahayaan yang masih kurang. Keluarga diberikan
edukasi menegnai pencahayaan yang optimal guna memhambat pertumbuhan bakteri dan jamur
Tgl Pelaksanaan

 2/8/2022

Jenis UKBM/UKM = Kesling (Jamban Sehat)


Judul Laporan Kegiatan = Jamban Sehat
Identitas
Nama : Keluarga Amroatul
Alamat : Gentengan
Latar Belakang
Kesehatan lingkungan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut WHO, ruang
lingkup kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,
pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan,
pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan,
perumahan dan pemukiman, aspek kesling dan transportasi udara, perencanaan daerah dan
perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, serta
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Salah satu upaya kesehatan
lingkungan adalah penyediaan air bersih. Syarat air yang bersih adalah tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air minum sebaikya memiliki pH yang netral. Upaya
kesehatan lingkungan yang lainnya adalah pengendalian pencemaran udara dengan pengendalian
asap rokok dan pencegahan pencemaran tanah oleh ekskreta manusia dengan penggunaan
jamban sehat.

Permasalahan

Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di rumahnya. Masih ada
masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran pembuangan air, kebun,
kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.

Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk. Aspek utama
yang diperhatikan dalam kunjungan ini adalah inspeksi jamban keluarga di rumah masyarakat.
 Meminta ijin ke pemilik rumah untuk melakukan inspeksi jamban
 Pengisian formulir sesuai dengan isian daftar oleh petugas Kesehatan lingkungan
 Penyuluhan jamban sehat
 Inspeksi jamban keluarga oleh petugas Puskesmas dan dokter internsip
 Pemberian kriteria jamban keluarga sehat
Intervensi
Diberikan edukasi mengenai pentingnya setiap rumah memiliki jamban keluarga. Atau bila hal
ini tidak memungkinkan, dapat dibuat jamban bersama (jamban umum) di wilayah pemukiman.
Hal ini bertujuan agar tidak terulangnya kebiasaan untuk buang air besar di sungai, kali, kebun
atau saluran pembuangan air. Kemudian dilakukan pencatatan data tentang kepemilikan jamban
sehat keluarga oleh petugas puskesmas dan perangkat desa sehingga warga yang membutuhkan
bantuan untuk membuat jamban dapat memperoleh bantuan dari Dinas Kesehatan.
Tgl Pelaksanaan

 2/8/2022

Jenis UKBM/UKM = Kesling (Air Bersih)


Judul Laporan Kegiatan = Air Bersih
Identitas
Nama : Keluarga Amroatul
Alamat : Gentengan
Latar Belakang
Kesehatan lingkungan adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut WHO, ruang
lingkup kesehatan lingkungan meliputi penyediaan air minum, pengelolaan air buangan dan
pengendalian pencemaran, pembuangan sampah padat, pengendalian vektor,
pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan,
pengendalian pencemaran udara, pengendalian radiasi, kesehatan kerja, pengendalian kebisingan,
perumahan dan pemukiman, aspek kesling dan transportasi udara, perencanaan daerah dan
perkotaan, pencegahan kecelakaan, rekreasi umum dan pariwisata, tindakan sanitasi yang
berhubungan dengan keadaan epidemi/ wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk, serta
tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan. Salah satu upaya kesehatan
lingkungan adalah penyediaan air bersih. Syarat air yang bersih adalah tidak keruh, tidak
berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Air minum sebaikya memiliki pH yang netral. Upaya
kesehatan lingkungan yang lainnya adalah pengendalian pencemaran udara dengan pengendalian
asap rokok dan pencegahan pencemaran tanah oleh ekskreta manusia dengan penggunaan
jamban sehat.

Permasalahan

Belum terciptanya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lingkungan
terhadap peningkatan kualitas hidup khususnya pada daerah cakupan Puskesmas Singojuruh.
Beberapa masyarakat masih belum memiliki jamban keuarga di rumahnya. Masih ada
masyarakat yang melakukan buang air besar dan kecil di saluran pembuangan air, kebun,
kali/sungai atau menumpang ke jamban tetangganya.
Gambaran Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan di Padang oleh 1 dokter internship, didampingi 2 orang penanggung jawab
kesling dari Puskesmas Singojuruh. Program kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara
skrining situasi lingkungan. Aspek yang diperhatikan adalah kebersihan, mandi cuci kakus,
sirkulasi udara, dan juga lokasi atau tempat yang rentan menjadi sarang nyamuk serta profil
keluarga. Pengamatan juga dilakukan terhadap kebiasaan masyarakat sekitar kali yang sedang
mencuci baju dan memandikan anaknya.
Intervensi
Diberikan edukasi kepada masyarakat bahwa air bersih adalah tidak keruh, tidak berwarna, tidak
berbau, dan tidak berasa. Walaupun air yang kotor hanya mereka gunakan untuk mencuci dan
tidak dikonsumsi, tapi tetap saja dapat berdampak pada kesehatan khususnya kesehatan kulit.
Edukasi mengenai pemberantasan jentik nyamuk juga perlu ditekankan. Bak mandi harus secara
berkala dikuras dan disikat bagian dinding bak nya. Apabila ada genangan air harus ditutup
Tgl Pelaksanaan

 17/6/22

Jenis UKBM/UKM = Advokasi


Judul Laporan Kegiatan = Adovakasi Pasien Hipertensi
Identitas

 Nama : Keluarga Ny. Sriwati


 Alamat : Krajan

Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.

Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
 Menilai 12 indikator
 Keluarga masih ada yang aktif merokok. Pasien sudah berobat hipertensi secara rutin
Keluarga mempunyai askes sarana air bersih dan jamban sehat, sudah menjadi anggota
JKN. Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang hamil, tidak ada
bayi dan balita, tidak ada anggota keluarga yang menderita hipertensi, tidak ada keluarga
yang terkena TB, tidak penderita gangguan jiwa
 Pasien memenuhi 11 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
berobat hipertensi secara teratur dan anggota keluarga ada yang merokok
 Membuat komitmen dengan pasien dan keluarga mengenai merokok. Diberika edukasi
akibat dan bahaya merokok serta berupaya berhenti merokok
Tgl Pelaksanaan


Jenis UKBM/UKM = Advokasi
Judul Laporan Kegiatan = Adovakasi Pasien ISPA
Identitas

 Nama Kepala Keluarga : Keluarga Naila


 Alamat : Gentengan

Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.

Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
 Menilai 12 indikator
 Keluarga belum menjadi anggota JKN. Istri sudah ikut program KB, anak mendapat
imunisasi dasar, ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan, keluarga mempunyai askes
sarana air bersih dan jamban sehat, sudah menjadi anggota JKN. Tidak ada yang sedang
ikut program KB, tidak ada keluarga yang hamil, tidak ada anggota keluarga yang
menderita hiperetnsi, tidak ada keluarga yang terkena TB, tidak penderita gangguan jiwa,
tidak ada yang merokok.
 Pasien memenuhi 11 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
keluarga belum menjadi anggota JKN
 Membuat komitmen dengan kepala keluarga untuk mendaftar menjadi anggota JKN
Tgl Pelaksanaan

 15/6/22

Jenis UKBM/UKM = Advokasi


Judul Laporan Kegiatan = Adovakasi Pasien ISPA
Identitas

 Nama Kepala Keluarga : Keluarga Safara


 Alamat : Psn Barat

Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.

Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
 Menilai 12 indikator
 Keluarga belum menjadi anggota JKN, kepala keluarga masih aktif merokok. Istri sudah
ikut program KB, anak mendapat imunisasi dasar, ASI eksklusif, pemantauan
pertumbuhan, keluarga mempunyai askes sarana air bersih dan jamban sehat, sudah
menjadi anggota JKN. Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang
hamil, tidak ada anggota keluarga yang menderita hiperetnsi, tidak ada keluarga yang
terkena TB, tidak penderita gangguan jiwa
 Pasien memenuhi 10 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
keluarga belum menjadi anggota JKN, kepala keluarga masih aktif merokok.
 Membuat komitmen dengan kepala keluarga untuk mendaftar menjadi anggota JKN,
edukasi akibat bahaya merokok, dan mendorong kepala keluarga untuk berhenti
merokok.
Tgl Pelaksanaan


Jenis UKBM/UKM = Advokasi
Judul Laporan Kegiatan = Adovakasi Pasien Hipertensi
Identitas

 Nama Kepala Keluarga : Saleh, 64 tahun


 Alamat : Krajan

Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.

Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
 Menilai 12 indikator
 Pasien masih aktif merokok. Pasien sudah berobat hipertensi secara rutin. Keluarga
mempunyai askes sarana air bersih dan jamban sehat, sudah menjadi anggota JKN.
Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang hamil, tidak ada bayi
dan balita, tidak ada keluarga yang terkena TB, tidak penderita gangguan jiwa
 Pasien memenuhi 11 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
berobat hipertensi secara teratur dan anggota keluarga ada yang merokok
 Membuat komitmen dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pengobatan hipertensi
yang harus dilakukan secara teratur dan edukasi akibat dan bahaya merokok serta
berupaya berhenti merokok
Tgl Pelaksanaan

 7/3/22

Jenis UKBM/UKM = Advokasi


Judul Laporan Kegiatan = Adovakasi Pasien Hipertensi
Identitas

 Nama Kepala Keluarga : Maseri, 68 tahun


 Alamat : Sukorejo

Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.

Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
 Menilai 12 indikator
 Pasien memiliki hipertensi namun belum berobat secara teratur, pasien masih aktif
merokok. Keluarga mempunyai askes srana air bersih dan jamban sehat, sudah menjadi
anggota JKN. Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang hamil,
tidak ada bayi dan balita, tidak ada keluarga yang terkena TB, tidak penderita gangguan
jiwa
 Pasien memenuhi 10 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
berobat hipertensi secara teratur dan anggota keluarga ada yang merokok
 Membuat komitmen dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pengobatan hipertensi
yang harus dilakukan secara teratur dan edukasi akibat dan bahaya merokok serta
berupaya berhenti merokok
Tgl Pelaksanaan

 11/3/22

Jenis UKBM/UKM = Advokasi


Judul Laporan Kegiatan = Adovakasi Pasien Hipertensi
Identitas

 Nama : Keluarga Ny. Mudayinah


 Alamat : Gayam

Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 39 Tahun 2016 tentang
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN
PENDEKATAN KELUARGA bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan pelindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga,
ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga
sebagai berikut:
a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;
c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;
d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;
e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;
f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar;
g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;
h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan;
i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;
j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan
l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan perhitungan indeks keluarga sehat dari setiap
keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indicator, mencerminkan kondisi PHBS
darikeluarga yang bersangkutan.

Gambaran Pelaksanaan
Advoksi dilakukan di Poli Umum PKM Singojuruh setelah melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien. Advokasi diawali dengan menanyakan 12 indikator keluarga
sehat pada keluarga agar terjadi peningkatan IKS (indeks keluarga sehat). Advokasi terhadap
keluarga:
 Menilai 12 indikator
 Pasien memiliki hipertensi namun belum berobat secara teratur, keluarga pasien masih
ada yang merokok. Keluarga mempunyai askes srana air bersih dan jamban sehat, sudah
menjadi anggota JKN. Tidak ada yang sedang ikut program KB, tidak ada keluarga yang
hamil, tidak ada bayi dan balita, tidak ada keluarga yang terkena TB, tidak penderita
gangguan jiwa
 Pasien memenuhi 10 dari 12 indikator keluarga sehat, yang belum terpenuhi adalah
berobat hipertensi secara teratur dan anggota keluarga ada yang merokok
 Membuat komitmen dengan pasien dan keluarga pasien mengenai pengobatan hipertensi
yang harus dilakukan secara teratur dan eduksi akibat merokok, bahaya merokok, dan
upaya berhenti merokok
Tgl Pelaksanaan


Jenis UKBM/UKM =
Judul Laporan Kegiatan =
Identitas

Latar Belakang

 Permasalahan
 Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll

Gambaran Pelaksanaan

 Metode pembinaan
 Gambaran pelaksanaan kegiatan
Tgl Pelaksanaan


Jenis UKBM/UKM =
Judul Laporan Kegiatan =
Identitas

Latar Belakang

 Permasalahan
 Gambaran sebelum pelaksanaan kegiatan, dll

Gambaran Pelaksanaan

 Metode pembinaan
 Gambaran pelaksanaan kegiatan

Anda mungkin juga menyukai