Anda di halaman 1dari 4

Hitam: Materi

Merah: Penjelasan

Biru: Sumber data

Materi TB ( Tuberkulosis)
A. Definisi:

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis yang masih merupakan permasalahan serius yang
ditemukan pada penduduk dunia termasuk dunia termasuk Indonesia. Penyakit paru yang disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis ditemukan telah menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia dan
telah menjadi masalah kesehatan utama secara global. (Sarmen, 2017) WHO 2014, menunujukkan pada
tahun 2013 diperkirakan 9,0 juta orang (sekitar 8.600.000-9.400.000) menderita tuberculosis dan 1,5
juta meninggal karena penyakit tuberculosis. (Journal of Health and Medical Science. Volume 1, Nomor
2, April 2022. Halaman 46-57)

B. Gejala Penderita TBC aktif

Gejala yang timbul pada TBC aktif dapat berupa : (Fisik)

1. Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih).

2. Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah.

3. Nyeri dada saat bernapas atau batuk.

4. Berkeringat di malam hari.

5. Hilang nafsu makan.

6. Penurunan berat badan.

7. Demam dan menggigil.

8. Kelelahan.

Penyakit tuberculosis mempunyai dampak tidak hanya menyerang kesehatan fisik, namun mencakup
psikologis, ekonomi dan kesejahteraan sosial. Secara mental, seseorang yang telah terinfeksi
tuberkulosis paru umumnya akan merasakan seperti ketakutan akan pengobatan, efek samping
dalam melakukan pengobatan, kemungkinan menularkan penyakit ke orang lain, kehilangan
pekerjaan serta ketakutan akan ditolak dan didiskriminasi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya,
selain itu ketakutan terbesarnya adalah, kematian (Sari, Mubasyiroh, & Supardi, 2017).(JMM (Jurnal
Masyarakat Mandiri) | Vol. 6, No. 5, October 2022, hal. 3838-3846)

C. Gejala yang mungkin ditemukan pada penderita TBC anak, yakni :

1. Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu.

2. Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh.

3. Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).

4. Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu.

5. Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif.

6. Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutrisi.

D. Penularan TBC

Penularan TBC terjadi melalui udara, yaitu dari droplet atau percikan dahak yang ke luar pada saat
penderita TBC batuk, bersin, atau berbicara. Ketika pasien batuk, bersin atau berbicara tanpa menutup
mulut dan menggunakan masker, kuman TBC otomatis akan keluar ke sekitar pasien itu. Entah jatuh ke
benda-benda di sekitarnya atau bahkan langsung terhirup oleh orang lain.

E. Pencegah penyakit TBC

1. Menjemur alat tidur yang kita gunakan seperti kasur, bantal, bantal guling.

2. Setiap pagi membuka jendela dan pintu agar udara dan sinar matahari masuk.

3. Makan makanan yang bergizi, tidak merokok dan minum minuman keras, dan harus olahraga secara
teratur.

4. Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat serta memiliki daya tahan tubuh yang kuat dapat
mencegah penularan penyakit TBC. (Dipublikasikan pada 5 years ago , Redaktur: Andrean W. Finaka,
Riset : Arlyta Dwi Anggraini / Desain : Gemawan Dwi Putra / View :
7.576)https://indonesiabaik.id/infografis/cegah-tbc-dengan-hidup-bersih-dan-sehat

F. Penularan TBC dapat dicegah melalui beberapa cara. Berikut cara yang bisa dilakukan untuk
mencegah penularan penyakit TBC: /Seseorang yang sudah terkena TBC

1. Memberikan pengobatan TB yang berkualitas dan teratur pada pasien TBC hingga sembuh, agar dapat
mencegah penularan kepada orang lain;

2. Menutup mulut pada saat batuk atau bersin sebagai etika batuk. Hal ini agar dapat mencegah kuman
TBC menyebar di udara;
3.Membuang dahak dan ludah di tempat yang benar. Dahak dan ludah yang mengandung kuman TBC
dapat mengambang dan menyebar di udara;

4. Membuat ventilasi udara rumah yang baik dan terkena cahaya matahari. Ventilasi udara yang baik
dapat menggantikan kuman TBC. Selain itu, cahaya matahari dapat membunuh kuman TBC; Pasien TBC
seharusnya memakai masker saat beraktivitas di luar rumah, untuk menghindari penularan kepada
orang lain;

5.Upayakan untuk memisahkan peralatan pribadi pasien, seperti handuk, peralatan makan dan juga
peralatan mandi pasien dengan orang lain termasuk keluarga sekalipun.

G. Kelompok orang yang berisiko tinggi tertular TBC, yaitu :

1. Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh.

2. Petugas medis yang sering merawat penderita TBC.

3. Orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak.

4. Pengguna NAPZA

5. Penderita penyakit ginjal stadium lanjut.

6. Orang yang mengalami kekurangan gizi.

Pada penderita tuberculosis penggunaan zat gizi menjadi terganggu akibat adanya infeksi.
Kurangnyaasupan gizi dapat mengakibatkan imunitas penderita tuberculosis menjadi menurun disertai
dengan gejala mual dan muntah (Dhanny & Sefriantina, 2022). Seorang penderita yang memiliki gizi
yang baik akan mampu mencegah penyebaran penyakit di dalam tubuh, namun sebaliknya bila seorang
penderita mengalami kurang gizi maka akan sangat mudah diserang oleh bakteri lain. Oleh karena itu
dibutuhkan asupan zat gizi yang cukup banyak untuk meningkatkan energi dan daya tahan tubuh guna
melawan penyakit. Gizi merupakan faktor pendukung bagi penanggulangan penyakit infeksi seperti
Tuberkulosis, dengan asupan gizi yang seimbang dapat membantu mempercepat proses
penyembuhan.Dengan demikian salah satu upaya dalam pengendalian penyebaran pengendalian
tuberculosis di Indonesia antara lain melalui upaya pelayanan gizi yang berkualitas bagi pasien
Tuberkulosis (Jahiroh & Prihartono, 2017; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

7. Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, orang
yang menjalani transplantasi organ, dan lain sebagainya.

8. Orang yang sedang dalam terapi obat imunosupresif, misalnya penderita lupus, psoriasis,
rheumatoid arthritis, atau penyakit Crohn.

H. Serangkaian pemeriksaan TBC lainnya untuk mendukung diagnosis, yaitu :

1. Tes kulit mantoux atau tuberculin skin test.


2. Tes darah IGRA (Interferon Gamma Release Assay).

3. Bronkoskopi

4. Foto Rontgen

5. CT scan

(Rabu, 24 Agustus 2022 14:07 WIB. Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten,
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1375/tbc)

Selain pemeriksaan yang di lakukan pentingnya perencanaan kebutuhan gizi dan pemantauan terhadap
asupan makanan serta status gizi pasien, disamping pemantauan terhadap pengobatan Tuberkulosis.
Untuk itu disusun Pedoman Pelayanan Gizi Pada Pasien Tuberkulosis, dengan harapan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan gizi
bagi pasien Tuberkulosis untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Makanan sehat tidak perlu mahal yang
terpenting adalah adanya nutrisi baik mikro maupun makro yang dapat diperoleh dari berbagai ekstrak
tanaman (Syamsu, Nuryanti, & Azis, 2021).

Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa pasien TB akan menderita defisiensi dan juga bisa
mengakibatkan malnutrisi sebagai dampak dari mengkonsumsi obat. Efek yang timbul pada penderita TB
antara lain terjadinya defisiensi zat gizi dan bahkan dapat mengakibatkan malnutrisi. Berdasarkan
penelitian Latifah, dkk (2021), bahwa pada penderita TB mengalami defisiensi kalsium, zat besi dan zink.
Defisiensi atau kekurangan zat-zat ini akan mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu sehingga akan
dapat menimbulkan penyakit baru bagi penderita TB. (Jurnal Abdikemas Vol. 4 Nomor 2. Desember 2022
DOI: 10.36086/j.abdikemas.v4i2)

Anda mungkin juga menyukai