Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

TUBERCOLOSIS (TBC)
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
TUGAS
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah 1
Dosen pengajar : Sri Mulati Nendah, S.Kp, M.M, M.Kep (SM)

Disusun oleh:

1. Ela solehah 221FK0696


2. Haura Al banina 221FK06100
3. Indar Sri Sugiarti 221FK06104
4. Ikpi Abdul Jabar 221FK06103
5. Novi Novianti 221FK06113
6. Risa Novi Santi 221FK06121
7. Salman Alfarizi 221FK06123
8. Siti Kalsyah 221FK06128

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA GARUT
2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam paru-paru dan
mengakibatkan pengidapnya mengalami sesak napas disertai batuk kronis. TB adalah
salah satu penyakit menular yang perlu Di waspadai. Menurut data dari WHO, pada
tahun 2020 sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat penyakit TB. Bahkan kini, TB
adalah penyakit yang menduduki peringkat kedua dalam daftar penyakit paling banyak
menyebabkan kematian setelah COVID-19. Meski begitu, TB masih bisa diobati dengan
penanganan yang tepat.
Namun angka tersebut tidak lebih banyak dari jumlah pasien yang berhasil
diselamatkan. Sejak tahun 2000-2018, 58 juta nyawa berhasil melawan penyakit ini
dengan pengobatan medis. TB adalah penyakit yang dapat menular secara droplet, yaitu
ketika seseorang tidak sengaja menghirup percikan ludah dari orang lain pengidap TB.
paling sering melalui batuk atau bersin, sehingga risikonya cukup tinggi.
2. ETIOLOGI
Penyebab TBC Paru Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, TB adalah
penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, tepatnya Mycobacterium
tuberculosis. Tahap infeksi bakteri pada pengidap TB melewati tiga tahapan, di antara
sebagai berikut.
1. Infeksi Primer
Tahap ini terjadi saat udara yang mengandung bakteri penyebab TB terhirup oleh
hidung atau mulut hingga masuk menuju paru-paru dan berkembang biak.
2. Infeksi Laten
Ketika bakteri mulai berkembang, sistem imun akan melakukan perlawanan. Ketika
sistem imun berhasil melawannya, maka bakteri akan “tertidur” dan tidak aktif
menginfeksi. Sehingga, orang yang terinfeksi tidak akan merasakan gejala apapun.
3. Infeksi Aktif
Sebaliknya, saat imun tubuh tidak berhasil melawan bakteri yang masuk dan
berkembang biak, maka bakteri akan bebas menyerang sel-sel sehat pada paru-paru.
Kondisi ini akan membuat pengidapnya merasakan gejala.
3. PATHOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Patofisiologi tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang menular melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru individu yang
telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif batuk, bersin, atau meludah,
droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika terinhalasi oleh individu lain, droplet infeksius
akan terkumpul di paru-paru dan organisme akan berkembang dalam waktu 2–12 minggu.
Kontak pertama bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan host dapat menyebabkan
infeksi tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu kompleks Ghon.
Kompleks Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di bagian
tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian subpleura
paru-paru. Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi laten. Fibrosis
terjadi bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh kapsul fibrosis.
Nodul fibrokaseosa ini sering kali mengandung mycobacteria dan berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat berkembang
lebih lanjut, terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat yang purulen dan
mengandung basil tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan jaringan paru. Namun,
bila infeksi tuberkulosis dapat ditekan atau dilawan oleh sistem imun, infeksi tuberkulosis
dapat menjadi infeksi laten.
Individu dengan infeksi tuberkulosis laten tidak dapat menularkan bakteri tetapi infeksi
laten dapat teraktivasi bila host mengalami imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan menjadi
infeksi tuberkulosis sekunder. Lesi tuberkulosis sekunder umumnya berada di apeks paru-
paru
4. TANDA DAN GEJALA
Gejala umum ditimbulkan oleh TBC di paru-paru antara lain:

a. Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu


b.Batuk darah atau dahak (dahak)
c. Sakit dada
d.Mudah lelah dan lemah
e. Demam
f. Panas dingin
g.Keringat malam
h.Kehilangan nafsu makan
i. Penurunan berat badan
Sementara, apabila TBC sudah menyebar ke organ lain dapat menyebabkan:
a. Darah dalam urin dan kehilangan fungsi ginjal, jika TB mempengaruhi ginjal
b.Sakit punggung dan kekakuan, kejang otot, dan ketidakteraturan tulang belakang jika TB
mempengaruhi tulang belakang
c. Mual dan muntah
d.Kebingungan
e. Kehilangan kesadaran, jika TBC menyebar ke otak
5. KOMPLIKASI
1. Kerusakan paru-paru permanen
Kerusakan permanen pada paru-paru dapat terjadi bila tuberkulosis tidak segera ditangani atau
bila pengobatannya tidak dijalani dengan baik.

2. Penyebaran tuberkulosis ke organ lain


TBC yang tidak ditangani dapat menyebar luas ke organ lain dan menyebabkan komplikasi,
seperti nyeri dan patah tulang belakang, kerusakan sendi, meningitis, gangguan kelenjar getah
bening, gangguan pada hati atau ginjal, serta penyakit jantung.

3. Kematian
TBC yang menyebar luas ke organ-organ lain berisiko menyebabkan kematian.
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
A. Panduan OAT dan peruntukannya
1). Kategori-1(2 HRZE/ 4H3R3) diberikan untuk pasien baru .
a). Pasien baru TB paru BTA positif
b). Pasien TB paru BTA negatif thorak positif
c). pasien TB ekstra paru
2). Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya.
a). Pasien kambuh
b). Pasien Gagal
c). Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus (Default)
3). OAT sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk tahap kategori-1
yang diberikan selama sebulan (28 hari)
B. Jenis dan dosis obat OAT
1. Isoniasid (H)
Obat ini sanagat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif.dosis harian yang
dianjurkan 5 mg/kg BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3x seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg BB.
2. Rifamisin (R)
Dapat membunuh kuman semi dormanf yang tidak dapat dibunuh isoniasid.dosis
10mg/kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun 3x seminggu.
3. Pirasinamid (Z)
dapat memmbunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.dosis harian
dianjurkan 25mg/kgBB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3x seminggu.
4. streptomisin (S)
dosis harian dianjurkan 15mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3x
seminggu diberikan dengan dosis yang sama.penderita berumur sampai 60 tahun
dosisnya 0,75 gr/hari.sedangkan untuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERCOLOSIS (TBC)

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Suku Bangsa :
Agama :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
No. Register :
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Suku Bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub. Dengan Klien :

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama.
Keluhan utama ialah keluhan yang paling menganggu klien. Keluhan
utama digunakan untuk menentkan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien terhadap penyakitnya. Keluhan utama yang biasa
timbul ialah :Batuk, peningkatan produksi sputum
b. Riwayat Kesehatan Sekarang ( P Q R S T )
Pengkajian yang dilakukan dimulai dengan perawat menanyakan
tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga alasan dibawa
ke rumah sakit, seperti sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan
berapa kali keluhan dirasakan, bagamana sifat dan hebatnya keluhan
yang dirasakan, dimana pertama kali keluhan di rasakan, apa yang
dilakukan ketika keluhan tersebut timbul, keadaan apa yang
memperberat atau memperingan keluhan, usaha apa yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan tersebut apakah usaha yang dilakukan
berhasil
c. Riwayat kesehatan Dahulu

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Penampilan, kesadaran
b. Tanda- tanda vital :
TD, nadi, respirasi, suhu, saturasi oksigen
c. Pengkajian fisik head to toe
1. Kepala
Bentuk : Simetris terhadap bahu
Bentuk : Lonjong
Kebersihan : Tidak terdapat adanya kotoran
Keadaan : Tidak terdapat lesi
2. Mata
Posisi : Simetris antara kedua mata
Sklera : putih
Konjungtiva : Tidak pucat
Kebersihan : Bersih
Gerakan Bola Mata : Dapat di gerakan ke segala arah
Ketajaman penglihatan : Dapat membaca tulisan Pada jarak +_ 35cm
3. Hidung
Posisi : Simetris keadaan hidung
Warna : Sama dengan kulit wajah
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
Fungsi Penciuman : Baik mampu membedakan bau
4. Telinga
Posisi : Simetris antara kedua telinga
Warna : Sama dengan kulit wajah
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
Fungsi Pendengaran : klien bisa mendengar dengan baik
5. Mulut
 Bibir
Warna : Merah ke hitam hitaman
Tekstur : Halus
Mukosa : Lembab
Kondisi : Tidak tampak adanya stomatis
Keluhan : Tidak ada keluhan
 Gigi
Warna : Putih kekuningan
Kondisi : Tidak terdapat carries karang gigi dan tampak bersih
 Lidah
Warna : Merah muda
Tekstur : Halus
Mukosa : Lembab
Kondisi : Tidak adanya stomatis
Pergerakan Lidah : Dapat digerakan ke semua arah
6. Leher
Kesemetrisan : Simetris
KGB : Tidak terkaji
JVP : Tidak terkaji
Thyroid : Tidak terkaji
Pergerakan : Dapat di gerakan Kesegara arah
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
7. Dada
Kesimetrisan : Simetris
Bunyi Paru : Versikuler
Bunyi Jantung : Reguler
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
8. Abdomen
Permukaan : Datar
Bising Usus : Tidak terkaji
Nyeri Tekan : nyeri tekan epigastrium (-
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
9. Genetalia
genetalia tidak terkaji
10. Ekstremitas
 Atas
tidak ada luka dan edema, terpasang infuse di tangan kiri
 Bawah
Odema : Tidak ada
Pergerakan : Dapat digerakan ke segala arah
4. Pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan kimia klinik


Hasil CT SCAN
Hasil pemeriksaan thorax
Hasil AGD
Parameter Hasil Normal
Gula darah sewaktu 56 mg % 75-115 mg%

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 1.Data Sekret yang mengental Ketidakefektifan bersihan
DS : jalan nafas
•Pasien mengatakan
mengeluh sering batuk
berdahak
kental selama 1 Minggu
• Pasien mengatakan badan
terasa lemas
• Pasien mengatakan pada
malam hari tubuhnya sering.
. berkeringat.
DO :
•Pasien tampak lemas
• Terdapat dahak berwarna
putih kental
. • Terdengar suara ronchi
didaerah paru
•TD : 110/70
. • N : 80×/menit
. •S : 37,2 °C
. •RR : 20×/menit
2 DS : Intake yang tidak adekuat Defisit nutrisi
. • Pasien mengatakan mual
•Pasien mengatakan nafsu
makan berkurang
. •Pasien mengatakan badan
terasa lemas
DO :
•Pasien hanya menghabiskan
1/4 porsi makan yang
dihidangkan
• Pasien terlihat lemas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif d.d pasien batuk berdaha
selama 1 Minggu ,pasien terlihat lemas , terdapat dahak
berwarna putih kental dan terdengar suara ronchi paru
2.Defisit nutrisi d.d pasien tidak nafsu makan ,pasien hanya
menghabiskan 1/4 porsi makan yang disediakan,dan pasien
merasa mual.

C. PERENCANAAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi


criteria hasil
1 Bersihan Setelah Observasi :
jalan nafas dilakukan •Monitor pola nafas
tidak efektif tindakan (frekuensi
b.d sekret keperawatan kedalaman usaha
yang selama 2×24 nafas)
mengental jam , •Monitor bunyi
diharapkan nafas tambahan
pasien akan •Monitor sputum
mencapai : (warna ,aroma,jumla
manajemen h)
jalan Terapeutik :
nafas •Atur posisi semi
meningkat .Krit Fowler atau Fowler
eria Hasil : •Berikan air hangat
1.Produksi •Lakukan
sputum penghisapan lendir
menurun. kurang dari 15 detik
2.Ronchi •Berikan
menurun oksigen ,bila perlu
. 3.Pola Nafas Edukasi :
membaik •Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari ,jika tidak
ada kontra
indikasi
•Anjurkan teknik
batuk efektif
2 Defisit nutrisi Setelah Observasi :
b.d intake dilakukan •Identifikasi status
nutrisi tidak tindakan nutrisi
adekuat keperawatan •Monitor asuoan
selama 2×24 makanan
jam , Terapeutik :
diharapkan •Lakukan oral
pasien akan hygiene
mencapai : •Sajikan makanan
masalah Defisit secara menarik dan
nutrisi suhu yang sesuai
dapat teratasi . •Berikan asupan
Kriteria Hasil : tambahan susu
1. Klien Edukasi :
Kooperatif •Anjurkan posisi
. 2.Nafsu duduk yang nyaman
makan klien
meningkat
. 3.Porsi makan
dihabiskan
. 4. IMT >20
SUMBER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI

Anda mungkin juga menyukai