PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
tahan asam yang sering dikenal dengan sebutan Basil Tahan Asam (BTA).
parenkim paru, bakteri ini juga dapat menginfeksi organ lain (TB ekstra-
paru), termasuk pleura, kelenjar getah bening, tulang, dan organ ekstra-
menurun sebesar 45% antara tahun 2000 dan 2019 dari 7,1 juta pada 2019
menjadi 5,8 juta pada 2020. Hal ini dikarenakan kekurangan yang
kematian pada tahun 2021 sebanyak 25 orang atau sekitar 3,7% dari semua
kasus TB (Dinas Kesehatan Kabupaten, 2021). Balai Kesehatan
pengelolaan rekam medis yang baik dan terorganisir (Rahmi et al., 2019).
bulan untuk secara efektif mengurangi jumlah kuman dalam tubuh mereka.
pengobatan baru tercapai 73% pada tahun 2021. Salah satu permasalahan
1
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Peneliti
2
Sebagai informasi tambahan yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti
2. Bagi Institusi
3. Bagi Masyarakat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
5. Tuberkulosis
a. Definisi
2021).
b. Patogenesis
4
kuman TB yang terdeposit melebihi kemampuan makrofag,
Indonesia, 2021).
c. Faktor Risiko
3. Perokok.
5
7. Orang yang tinggal atau bekerja di lingkungan dengan
d. Gejala Klinis
berikut:
2. Batuk berdahak
4. Nyeri dada
5. Sesak napas
4. Menggigil
5. Demam
e. Klasifikasi
6
Klasifikasi TB berdasarkan Pedoman Diagnosis dan
sebagai TB paru.
7
Kasus kambuh: kasus di mana pasien sebelumnya
turut.
8
Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan.
MDR.
f. Pengobatan
a. Tahap awal
9
Pengobatan diberikan setiap hari dan kombinasi
muncul.Tahap lanjutan
b. Tahap Lanjutan
10
hemolitik
agranulositosis, trombositopenia
neuritis perifer
(Kemenkes, 2020)
Kategori Obat
(2(HRZE)/4(HR)
kekambuhan
(pengobatan ulang)
11
(Kemenkes, 2016)
(Kemenkes, 2020)
g. Pengobatan Herbal
mentah seperti daun, bunga, buah, biji, batang kayu, kulit kayu,
untuk produk herbal jadi dan dapat mencakup bahan herbal yang
12
biologis lainnya. Herbal juga termasuk olahan yang dibuat dengan
antara lain :
1. Daun Sambiloto
2. Kunyit
13
yang diinfeksi dengan Mtb dan diperlakukan dengan
3. Bawang Putih
14
kimia dalam bawang putih bekerja melalui mekanisme
al., 2017)
h. Pencegahan
diseminata.
15
positif. Namun, jika anak tersebut tidak menunjukkan gejala
akan dipantau dan dievaluasi minimal satu kali per bulan. Jika
16
seseorang yang memberikan peranan penuh terhadap pasien agar
6. Pengetahuan
a. Definisi
b. Tingkat pengetahuan
yaitu:
1. Tahu (Know)
17
yang dipelajari merupakan tingkatan pengetahuan yang
paling rendah.
2. Memahami (Comprehention)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
struktur organisasi.
5. Sintesis (Synthesis)
18
kesatuan baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kapasitas
sebelumnya.
6. Evaluasi (Evaluation)
1. Tingkat pendidikan
pengetahuan.
2. Pekerjaan
19
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus
3. Umur
4. Minat
5. Pengalaman
20
lebih tinggi daripada pengetahuan ibu dari anak yang tidak
6. Lingkungan
7. Informasi
(Wardhani, 2022).
7. Kepatuhan
a. Definisi
21
sebagai respon terhadap permintaan orang lain (Rahmawati,
2015).
yaitu:
pasien.
22
PMO memiliki peran penting dalam pengobatan pasien.
tersebut.
23
responsif, dan memberikan perhatian terhadap pasien
24
< 0,05) yang artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
nilai signifikansi dari uji Chi Square yaitu 0,80 lebih besar dari
2021)
(Simatupang, 2018)
25
C. Kerangka Berfikir
asam yang sering dikenal dengan sebutan Basil Tahan Asam (BTA).
melalui droplet nucleus (<5 microns) yang keluar ketika seorang yang
disebabkan oleh diagnosa yang tepat, pemilihan obat yang benar dan
26
variabel terikat. Variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan pasien TB
27
Pengobatan TB paru
Kepatuhan dipengaruhi :
Keberhasilan Terapi Keberhasilan dipengaruhi :
a. Tingkat pengetahuan
- Motivasi
b. Kepatuhan - Dukungan keluarga
- Pengawas Minum
Obat (PMO)
Kesembuhan Pasien
Keterangan :
28
Variabel yang diteliti
D. Hipotesis
29
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien TB paru yang
1. Kriteria inklusi
30
a. Pasien TB paru yang sedang melakukan pengobatan di Balai
2. Kriteria eksklusi
1. Bahan :
2. Alat :
31
D. Variabel Penelitian
1. Klasifikasi Variabel
2. Definisi Operasional
Operasional
peneliti Tingkat 24 .
32
Terkait Penyakit jawaban
BC) Paru’.
petugas diperoleh
E. Prosedur Penelitian
sebagai berikut :
33
c. Menghubungi Kepala Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas)
penelitian.
F. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
34
G. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Mei Jun Jul Agt Se Okt Nov Des Jan Fe Mar
p b
Baca
Jurnal
BAB I
BAB II
BAB III
Seminar
Proposal
Pengajuan
EC
Pengambil
an Data
Olah Data
dan
Pembahas
an
35
Seminar
Hasil
BAB IV
Analisis Univariat
A. Karakteristik Responden
36
Tidak Bekerja 11 27,5
Pedagang 1 2,5
Wiraswasta 9 22,5
Pekerjaan PNS 2 5
Petani 3 7,5
Buruh 11 27,5
Pelajar/Mahasiswa 0 0
Lain-lain 3 7,5
37
berusia 15-55 tahun (usia produktif) dikarenakan pada usia ini orang
tubuh menurun.
analisis ini juga sesuai dengan data Profil Pendidikan Kabupaten Klaten
25,87 dan yang terakhir perguruan tinggi tercatat sebesar 8,73 persen.
paling banyak ada 2 yaitu tidak bekerja dan buruh dengan frekuensi yang
38
sama masing-masing sebanyak 11 orang (27,5%). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Rianto (2018) bahwa ketika seseorang tidak bekerja
dan kuantitas makanan yang dikonsumsi, hal ini dapat berdampak pada
TB Paru
memiliki tingkat pengetahuan kategori kurang sebanyak 1 orang (2,5%). Hasil ini
39
Hasil yang didapat dari penelitian ini dapat disebabkan karena informasi
yang diberikan oleh tenaga kesehatan saat pasien pertama kali menjalani
kesehatan, responden juga dapat mencari secara mandiri informasi terkait TB Paru
responden. Semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin banyak pula
kategori rendah sebanyak 4 orang (10%). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian
40
karena pasien yang mengacu pada prosedur terapi TB dan menjalankan semua
instruksi yang diberikan oleh tenaga kesehatan akan memberikan hasil terapi yang
baik. Selain itu tingkat kepatuhan minum obat pada pasien TB Paru sangat
penting, kerena bila pengobatan tidak dilakukan secara teratur maka akan timbul
yaitu motivasi ingin sembuh, dukungan keluarga dan PMO. Selain itu adanya
kartu pengingat yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasien TB Paru
yang dapat dibawa pulang untuk mengetahui jadwal minum obat agar dapat
Analisis Bivariat
Kepatuhan Pengobatan
Tingkat Total Nilai
Rendah Tinggi
Pengetahuan P
N % N % N %
Kurang 0 0 1 2,8 1 2,5
Cukup 1 25 8 22,2 9 22,5
0,940
Baik 3 75 27 75 30 75
Total 4 10 36 90 40 100
41
tinggi yaitu sebanyak 27 responden (75%). Hasil analisis menunjukkan bahwa
akan mampu memahami penjelasan yang diberikan serta mampu menerima dan
menggali informasi yang didapat atau diterima sehingga diharapkan pasien patuh
yang teratur dan tepat waktu, faktor efek samping obat antituberculosis yang bisa
Berdasarkan pada hasil uji Person Chi-Square pada tabel diatas diperoleh
derajat signifikansi sebesar p>0,940 (P>0,05), hal ini menunjukkan bahwa tidak
42
Klaten. Sehingga H0 diterima yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan
diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Barza A, dkk (2021) dengan
pengobatan pada pasien TB Paru di RS Medika Dramaga (0,80 > 0,05) selain itu
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendesa (2018) bahwa tidak
Paru Kota Palembang tahun 2017 (0,059 > 0,05). Namun berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ivon Saubaki (2022) dengan hasil penelitian
menunjukkan hasil uji Pearson Chi-Square yaitu nilai p < 0,001 (p < 0,05) yang
Kupang.
43
BAB V
Kesimpulan
kurang.
kategori rendah.
Wilayah Klaten.
Saran
1. Bagi instansi terkait agar dapat meningkatkan komunikasi yang baik kepada
44
kepada pasien maupun pihak keluarga (PMO) agar dapat meningkatkan
45