Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

idak semua penderita hipertensi mengenali atau mengalami keluhan atau

gejala, maka hipertensi disebut sebagai “silent killer”. Berdasarkan hasil dari

Riset Kesehatan Dasar (RiskesDas) pada tahun 2013 pravelensi di Indonesia

sebesar 25,8% sedangkan pravelesi hipertensi di Indonesia tahun 2018

meningkat menjadi 34,1%. Pada tahun 2019 kasus hipertensi menurut Dinas

Kesehatan Jawa Tengah sebesar 57,8% kemudian mengalami peningkatan

pada tahun 2020 dan 2021 yaitu sebesar 72%. Sedangkan data profil

kesehatan 2020 di kabupaten Klaten 32,38% mengalami hipertensi. 2

Hipertensi primer, juga dikenal sebagai hipertensi tanpa penyebab yang

diketahui, dan hipertensi sekunder, juga dikenal sebagai hipertensi yang

disebabkan oleh penyakit lain seperti hipertensi ginjal, adalah dua jenis

hipertensi. (Mangendai., dkk, 2017). Hingga 50% orang dengan hipertensi

sekunder memiliki masalah dengan jaringan ginjal. Hiperfungsi dari kelainan

jaringan sel juxtaglomerular adalah salah satu penyebabnya. Hipertensi juga

dapat disebabkan oleh kelainan pada jaringan parenkim ginjal yang


disebabkan oleh infeksi atau tumor serta stenosis renovaskular.(Nadeak, B.,

2020)

Pada pasein hipertensive renal disease kepatuhan minum obat merupakan

upaya agar tekanan tetap terkontrol. Namun, ketika mengobati penyakit

kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang, seperti hipertensi,

masalah ketidakpatuhan sering ditemui. Kepatuhan pasien terhadap

pengobatan sangat penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak

dapat disembuhkan tetapi harus dikendalikan untuk mencegah komplikasi

yang fatal. 5

Selain kepatuhan, 5
mengatakan bahwa pengobatan Kurangnya

pengetahuan tentang terapi dan konsekuensi dari tidak mengobati hipertensi

adalah akar penyebab kegagalan pengobatan hipertensi. Oleh karena itu,

untuk mengurangi beban penyakit dan menurunkan angka kematian

kardiovaskular, sangat penting untuk memiliki pengetahuan tentang cara

mengobati hipertensi. mengobati hipertensi dan pengobatan terbaik. 6. 

Berdasarakan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk

mengetahui hubungan tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat

pada pasien hypertensive renal disease di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro.


B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat pengetahuan pada pasien hipertensive renal disease di

RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro tentang penyakit hipertensi ?

2. Bagaimana kepatuhan pada pasien hipertensive renal disease di RSUP dr.

Soeradji Tirtonegoro tentang penyakit hipertensi ?

3. Apakah terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum

obat antihipertensi pada pasien hipertensive renal disease di RSUP

dr.Soeradji Tirtonegoro?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pada pasien hipertensi di RSUP dr.

Soeradji Tirtonegoro tentang penyakit hipertensi.

2. Untuk mengetahui kepatuhan pada pasien hipertensi di RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro tentang penyakit hipertensi.

3. Untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan pasien hipertensi minum obat

antihipertensi dengan tingkat pengetahuan hipertensi pasien hypertensive

renal disease di RSUP dr.Soeradji Tirtonegoro.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti

Peneliti dapat mempelajari lebih lanjut tentang hipertensi dari temuan

penelitian ini, yang dapat membantu mereka mematuhi pengobatan..

2. Bagi Institusi pendidikan


institusi pendidikan dapat menggunakan temuan penelitian ini sebagai bahan

bacaan dan bahan perbandingan.

3. Bagi Instansi Rumah Sakit

Manajemen rumah sakit hipertensi dapat mengambil manfaat dari temuan

penelitian sebagai bahan evaluasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hipertensi

a. Pengertian

Kondisi apabila tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi dan

tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi (Perhimpunan Dokter

Hipertensi Indonesia 2019).

b. Klasifikasi hipertensi

Tabel I. Klasifikasi Hipertensi JNC VIII

TDS
Klasifikasi TDD (mmHg)
(mmHg)

a. Tanpa diabetes/CKD
< 60 tahun < 140 < 90
≥ 60 tahun < 150 < 90

< 140 < 90


b. Dengan diabetes/CKD
< 140 < 90
Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)

Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi
140-159 90-99
derajat 1

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi International Society of Fhoertension

Global

Sedangkan menurut penelitian Krisnanda (2017) terdapat 2 kategori

hipertensi yang dilihat menurut penyebabnya :

1) Hipertensi primer atau essensial

Dengan insiden antara 80-95%, hipertensi primerpenyebabnya tidak

diketahui.

2) Hipertensi sekunder
Kondisi yang mendasari seperti stenosis arteri ginjal, pheochromocytoma,

parenkim ginjal, dan sebagainya dapat menyebabkan hipertensi sekunder..

c. Etiologi

Gagal ginjal dewasa dapat secara signifikan diperburuk oleh hipertensi.

Hipertensi sekunder, yang ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin serum

atau proteinuria pada urinalisis, adalah bentuk penyakit ginjal hipertensi.

Goutulonefritis dan kelainan saat lahir adalah dua penyebab hipertensi..

d. Patofisiologi

Angiotensinogen, angiotensin I, ACE, angiotensin II, dan aldostoerone

termasuk di antara zat yang meningkat ketika renin beredar ke seluruh tubuh

sebagai akibat dari kerusakan ginjal yang disebabkan oleh penyakit ginjal.

Hipoksia merangsang pembentukan renin, yang pada gilirannya meningkatkan

jumlah renin dalam darah. Zat-zat ini mengubah hal-hal berikut: vasokonstriksi

pembuluh darah serta peningkatan resitensi. Vasokonstriksi pembuluh darah juga

diperburuk oleh fakta bahwa ACE menurunkan kadar bradikinin, yang

menurunkan kadar Nitric Oxide (NO). Juga meningkatkan reabsorpsi atau retensi

natrium (natriuresis tekanan ginjal). Hipertensi dan peningkatan resistensi perifer

total dan curah jantung akan dihasilkan dari situasi ini.. 7

e. Pengobatan farmakologi
ACE-inhibitor adalah obat lini pertama karena mereka mengurangi al

buminuria selain kontrol teknan darah, CCB maupun diuretik (diuretik loop jika

eGFR <30 ml/menit/1,73m2 ) bisa ditambahkan 8

1) ACE-inhibitor

Kelas pertama obat untuk hipertensi adalah ACE inhibitor. Obat penargetan

ACE inhibitor termasuk Rampiril, Captopril, Lisinopril, dan Enalpril. Di berbagai

keadaan hipertensi, ACE inhibitor menurunkan rata-rata tekanan darah diastolik

dan sistolik dan vaskular sistemik resistance.Angiotensin Converting Enzyme

(ACE) adalah dipeptidyl carboxypeptidase yang mengandung seng.In vitro, enzim

ini memiliki substrat yang tidak terlalu spesifik.Sebuah rantai polipeptida tunggal

dengan dua domain membentuk ACE.N dan C. Setiap domain memiliki dua

katalitik situs.Kapiler paru mengandung ACE pada konsentrasi tertinggi.Tubul

proksimal ginjal, saluran pencernaan, jantung, dan otak semuanya mengandung

ACE.ACE adalah enzim sirkulasi globular dan enzim pengikat membran..

(Widiasari, 2018)

2) Calcium Channel Blocker (CCB)

Dengan mencegah ion kalsium memasuki otot polos dan pembuluh darah,

obat CCB mengikat dan memblokir saluran kalsium tipe-L yang ditemukan di sel

otot polos jantung dan pembuluh darah jantung. Ini mencegah ion kalsium dari

relaksasi otot dan menyebabkan vasodilatasi, yang menurunkan resistensi


pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Darah vena Amlodipine dan

nifedipine adalah dua contoh dari kelas obat ini.

3) Diuretik 

Thiazide hydroclorthiazid adalah lini pertama pilihan obat golongan diuretik

ntuk sebagian besar pasien dengan hipertensi. Obat ini berkerja dengan

menghambat kontransporter natrium klorida yang diekresikan dalam tubulus distal

nefrom, efek antihipertensi awal obat ini melibatkan penginkatan ekresi natrium

dan penurunuan volume ekstraseluler yang mengakibatkan penurunan curah

jantung. obat ini juga memberikan efek jangka panjang melalui oenurunan

resitensi pembuluh darah.

f. Terapi non farmkologi

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet misalnya dapat

digunakan untuk memperbaiki tekanan darah dengan cara meningkatkan natrium,

menjaga kadar gula darah supaya tetap terjada di batas normal, serta tidak minum

alkohol. kesadaran konsumen karena nonfarmasetika diperlakukan sama dengan

ilmu pertanian. Namun, dalam konteks penelitian pertanian, kemanjuran dapat

ditingkatkan, karena pasien dengan hipertensi diperlakukan dengan cara yang

sama seperti hewan non-peternakan untuk tujuan memberikan informasi kepada

pasien. (Siregar, 2021)

g. Komplikasi

Jika tekanan darah tinggi tidak diobati, komplikasi dapat terjadi, termasuk

stroke jika mempengaruhi otak. Ketika arteri yang memasok otak menjadi
menebal atau hipertrofi, yang mengurangi aliran darah ke daerah yang disuplai,

hipertensi kronis dapat menyebabkan stroke. Selain itu, hipertensi kronis dapat

menyebabkan stroke. , sirkulasi kardiovaskular akan mengakibatkan gagal jantung

dan infark miokard. Jika penyakit ginjal kronis akan disebabkan oleh ginjal.

Sementara itu, akan menyebabkan retinopati jika mengenai mata. (Mangendai et

al., 2017)

2. Pengetahuan

a. Pengertian

Indra seseorang seperti mata, hidung, telinga, dan sebagainya adalah panca

indera yang digunakan manusia untuk melihat dunia di sekitar mereka.

Penginderaan, atau mengetahui suatu objek, adalah dasar untuk pengetahuan.

Indera pendengaran, atau telinga, dan penglihatan, atau mata, membentuk

sebagian besar pengetahuan seseorang. (Notoatmodjo,2014)

b. Tingkat Pengetahuan

Notoatmodjo (2014) mengatakan bahwa pengetahuan manusia tentang objek

memiliki tingkatan yang berbeda. Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6

tingkatan secara garis besar, yaitu:

1) Tahu

Tahu merupakan suatu kondisi di mana seseorang dapat mengingat sesuatu

dari masa lalu setelah mengamatinya.

2) Memahami
Memahami merupakan kondisi ketika inidivdu dapat mengintrepesikan atau

menjelaskan dengan benar mengenai apa yang telah diketahuinya.

3) Aplikasi

Aplikasi adalah alat unik di mana pengguna dapat mencapai tujuan di bawah

serangkaian kondisi yang berbeda..

4) Analisis

Analisis adalah suatu keadaan dimana seseorang mampu membedakan,

memisahkan, dan mengklasifikasikan suatu objek yang diketahui namun tetap ada

hubungannya satu dengan yang lain.

5) Sintesis

Seseorang yang mampu mensintesiskan pengetahuannya ke dalam hubungan

logis dalam suatu keseluruhan yang baru dikatakan memiliki sintesis.

6) Evaluasi

Kapasitas seorang individu untuk mengevaluasi suatu objek menggunakan

kategori yang ditetapkan sendiri adalah subjek evaluasi.

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2016), ada fator penyebab yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu:

1) Tingkat pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan karakter dan kemampuan

seseorang melalui pendidikan. Melalui pengajaran, pendidikan ini mempengaruhi

pola pikir seseorang untuk menjadi dewasa..

2) Informasi

Informasi merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman atau

isntrusksi serta dapat diperoleh dari pembelajaran. Informasi ini juga bisa

diperoleh melakui kehidupan sehari-hari karena informasi dapat dijumpai di

sekitar lingkungan kita baik melalui keluarga,teman, atau media lainnya.

3) Lingkungan

Lingkungan fisik, biologis, atau sosial seseorang dikenal sebagai lingkungan

mereka. Lingkungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap faktor

pengetahuan

4) Usia

Usia dapat mengubah cara orang melihat sesuatu dan cara mereka berpikir.

Seiring bertambahnya usia, kemampuan untuk mahami informasi dan sikap

mental akan meningkat, meningkatkan pengetahuan.

3. Kepatuhan

a. Pengertian

Tingkat kepatuhan pasien terhadap rejimen obat yang diresepkan termasuk

interval dan dosis dikenal sebagai kepatuhan. (Zeber et al. 2013). Kepatuhan

merupakan istilah untuk menggambarkan perilaku individu Ketika melaksanakan

suatu perintah (Sinuraya et al., 2018)


b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Menurut Puspita (2016), terdapat faktor yang bisa mempengaruhi kepatuhan

antara lain yaitu :

1) Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan erat kaitannya dengan pengetahuan. Seseorang dapat menjadi

lebih dewasa secara intelektual dan berpengetahuan melalui pembelajaran

informal dan formal. Pasien hipertensi akan tedorong motivasinya untuk patuh

dengan pengobatan yang telah disarankan tenaga medis karena mereka akan

menyadari keuntungan dari mengikuti pengobatan medis. Pasien yang tahu

banyak tentang hipertensi akan lebih tahu tentang penyakitnya, cara

mengobatinya dengan benar, dan bahaya jika tidak mengontrol tekanan darah

secara teratur sehingga ini membuat lebih patuh berobat dan akan mengikuti

anjuran dokter untuk rutin minum obat. Pasien dengan pendidikan rendah

berpeluang lima kali lebih besar untuk tidak minum obat antihipertensi, menurut

Pramana et al. (2019).Kemampuan seseorang untuk menyerap informasi

meningkat seiring dengan tingkat pengetahuan..

2) Dukungan keluarga

Sikap, perilaku, dan pengaruh keluarga terhadap pasien sakit merupakan aspek

dukungan keluarga. Dukungan keluarga sangat membantu pasien hipertensi dalam

menjalankan program kesehatan karena hipertensi memerlukan pengobatan

seumur hidup. Selain itu, penderita hipertensi cenderung lebih mudah mengikuti
anjuran medis. Menurut Tumenggung (2013), semangat pasien untuk patuh

berobat sangat meningkat dengan dukungan keluarga..

3) Peran petugas kesehatan

Karena petugas adalah yang paling banyak berinteraksi dengan pasien, maka

tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan prima memberikan dampak positif

bagi pasien. Tenaga kesehatan juga dapat menjadi titik kontak untuk konseling

kesehatan dan wadah bagi seseorang, masyarakat, maupun keluarga dan untuk

mendiskusikan solusi dari berbagai masalah kesehatan. Penderita hipertensi

menurut Pratama dan Ariastuti (2016), memerlukan bantuan tenaga kesehatan

karena tenaga kesehatan memiliki mayoritas informasi mengenai penyakit dan

pengobatannya. Pasien akan lebih patuh untuk pengobatan jika mereka menerima

dukungan dari petugas kesehatan.

4) Motivasi

Keterkaitan yang terjalin antara kebutuhan, dorongan, dan tujuan inilah yang

menghasilkan motivasi yang tinggi. Penderita hipertensi akan termotivasi untuk

mengikuti pengobatan karena membutuhkan pemulihan, dan tujuan ini merupakan

akhir dari siklus motivasi. Menurut Pratama dan Ariastuti (2016) ) penelitian,

pasien dengan hipertensi lebih mungkin untuk menindaklanjuti pengobatan

mereka jika mereka termotivasi (p = 0,02). Kebutuhan dan dorongan pasien untuk

mencapai tujuan mereka sembuh dari hipertensi ditunjukkan oleh tingginya

tingkat motivasi seseorang.


5) Lama menderita

Kebanyakan penderita hipertensi akan merasa bosan dengan pengobatan, dan

angka kesembuhan yang diharapkan tidak sesuai dengan yang seharusnya dicapai

Untuk pasien yang sudah lama menderita tekanan darah tinggi tetapi belum

mencapai remisi, dokter akan menambah jenis obat atau menambah dosis.

Akibatnya, pasien lebih cenderung menjadi bosan dan tidak patuh dengan

pengobatan.

4. RSUP Umum Pusat Dokter Soeradji Tirtonegoro Klaten

RSUP Dr. Soeradji Titronegoro Klaten membawahi Soeradji Titronegoro

Klaten yang berfokus pada kesehatan, yang didirikan pada 20 Desember

1927.Pembuat rotiPada tahun 1954, Dr. RSUPSejak itu, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia telah sepenuhnya mengelola Soeradji

Tirtonegoro, yang dipimpin oleh Dr. Soepaat Soemosoedirdjo.Dr. RSUP Tahun

2020 sebagai Rumah Sakit Pendidikan Satelit Drs, Soeradji Titrtonegoro

memenuhi semua persyaratan.Salah satu pusat di Departemen Kedokteran dan

Rumah Perawatan pasien yang tidak terluka dan berfungsi sebagai pusat bisnis

satuan.

Gedung poliklinik rawat jalan Dr.Pada 12 Juli 2019, Menteri Kesehatan RI

Nila Moeloek meresmikan Soeradji Tirtonegoro. Karena gedung ini memiliki

lima lantai dengan pelayanan terpadu dan menggunakan sistem pengobatan

tunggal untuk semuanya, pendaftaran ke jalur pelayanan pengobatan akan


berjalan melaluinya. Pendaftaran pasien, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan

penunjang, dan pengobatan semua difasilitasi di gedung ini. ER dan CME

berada di lantai satu, NICU level II dan level III berada di lantai dua, dan ICU,

Ruang ICCU, dan HCI berada di lantai 3.

B. Penelitian Relevan

1. Penelitian oleh Khurin dalam Wahyuni, dkk., 2021 berjudul Hubungan

Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Hipertensi di RS Anwar Medika

Sidoarjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan dengan kepatuhan pasien hipertensi di RS Anwar Medika

dengan hasil Sig 0,000 (<0,05). Hal ini dikarenakan responden yang

berpengetahuan tinggi memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara

efektif mengobati hipertensi dan risiko tidak minum obat secara teratur

sehingga responden dapat lebih patuh berobat (Wahyuni,dkk., 2021)

2. Penelitian oleh Nia Indriana, dkk., 2020 dengan judul Hubungan Tingkat

Pengetahuan dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Hipertensi di

RSUP X Cilacap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

tingkat pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan obat pada pasien

hipertensi di RSUP X Cilacap dengan nilai p = 0,005 (p<0,05). Pendidikan

yang rendah merupakan faktor risiko yang signifikan untuk ketidakpatuhan

pengobatan karena kurangnya pengetahuan. Namun ada yang berpendapat

jika semakin tinggi tingkat pendidikan maka mengakses informasi untuk


meningkatkan kualitas hidup dan menambah luasnya ilmu pengetahuan

semakin mudah.(Indriana, dkk., 2020)

3. Studi yang dilakukan Anna Paczkowska, et al., 2021 Dampak pengetahuan

pasien pada kepatuhan dan kemanjuran pengobatan hipertensi: studi pusat

tunggal di Polandia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan

tentang tekanan darah mempengaruhi pengobatan dan perilaku hidup sehat

serta meningkatkan efektivitas pengobatan tekanan darah. .dan pengetahuan

yang kurang (3,9%).(Paczkowska et al., 2021)

4. Sebuah studi yang dilakukan oleh Ayodapo AO, et al., berjudul Edukasi

Pasien dan Kepatuhan Obat di antara Pasien Hipertensi di Rumah Sakit

Tersier, South Western Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi

pasien termasuk kedalaman pengetahuan pasien tentang hipertensi mampu

meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi. Kepatuhan

meningkat dengan meningkatnya kesadaran akan tekanan. Pengetahuan

menyeluruh tentang hipertensi dan pengobatannya mencegah kebingungan

tentang pengobatan dan keadaan penyakit..(Ayodapo et al., 2020)

C. Kerangka Berfikir

Istilah "hipertensi" mengacu pada semua jenis pengukuran yang dapat

diukur di negara mana pun. Ada dua jenis tekanan: tekanan primer dan

tekanan kedua. Hipertensi primer yaitu hipertensi yang penyebabnya belum

diketahui, dan hipertensia sekunder adalah hipertensi yang telah ditetapkan


oleh individu tertentu, termasuk gagal ginjal.Untuk meminimalkan

komplikasi akibat olahraga, salah satu aktivitas hipertensi harus dilakukan.

Ada hubungan yang kuat antara olahraga hipertensi dan aktivitas fisik, tetapi

tidak ada menjamin akan mengakibatkan aktivitas fisik akibat

olahraga.Akibat pengobatan, ketidakpatuhan dan ketidakpatuhan pasien dapat

meningkatkan pasien.Melalui penggunaan kepatuhan, seseorang dapat

mencapai tujuan yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan kualitas yang

tersembunyi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

pengobatan antihipertensi dengan pengobatan hipertensi ginjal di RSUD dr.

Model yang dikembangkan oleh Soeradji Tirtonegoro terdiri dari dua variasi:

a variasi tergantung dan variasi bebas. Oleh karena itu, pengobatan

antihipertensi pada tubuh bervariasi dan dikategorikan menjadi 3 yaitu:

rendah, sedang, dan tinggi. Variabel yang berdiri penelitian tentang tekanan

darah. Dalam hal ini MMAS-8 sesuai pasien ditemukan memiliki obat yang

minimal, hal ini menunjukkan bahwa dokter pengendalian diri memiliki obat

yang minimal.
Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Hipertensi

Hipertensi primer Hipertensi sekunder

Komplikasi pada ginjal

Pengetahuan Kepatuhan minum obat

Keberhasilan terapi
A. Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pada

penderita penyakit ginjal hipertensi di RSUD dr. Soeradji Titronegoro Klaten

(Sig > 0,05).

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien

hipertensi di RSUD Drs. RSUP Soeradji Titronegoro Klaten (Sig < 0,05).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian dilakukan melalui analisis observasional dan pengumpulan data

secara cross sectional dengan data mentah dari pasien yang telah didiagnosis

penyakit ginjal hipertensif di RSUP Soeradji Tirtonegoro, Klaten. Analisis data

dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat, dengan analisis chi-square untuk

menentukan hubungan antara penggunaan obat antihipertensi pada pasien

hypertensive renal disease.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Dalam penelitin ini populasi adalah semua pasien hipertensive renal disease

di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yaitu sebanyak 144 pasien.

2. Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien hipertensive renal

disease yang memenuhi kriteria inklusi.

Kriteria Inklusi :

1. Pasien hypertensive renal disease lebih dari 18 tahun


2. Terdapat data usia, alamat, nomor telepon pasien, dan tanggal berkunjung
dalam data rekam medik
3. Bersedia untuk menjadi responden
4. Pasien rawat jalan

Kriteria eksklusi

1. Pasien mengisi kuisioner tidak lengkap

C. Bahan dan alat yang digunakan

1. Bahan

Bahan untuk penelitian yaitu berupa data primer yang diperoleh dengan

mengisi kuesioner kepada partisipan dan data sekunder yang berupa data dari

rekam medis pasien hypertensive renal disease.

2. Alat

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu kuesioner MMAS-8 dan

HK-LS yang dikembangkan dari survei Fitry Zuchrufy Siregar tahun 2021

yang telah modifikasi.

D. Variabel penelitian

1. Klasisifikasi variabel

a. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dapat ditentukan oleh peneliti. Dalam

penelitian ini variabel bebasnya adalah pengetahuan pasien.

b. Veriabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang tidak dapat diprediksi oleh peneliti,
tetapi hanya dapat ditentukan dari variabel bebas. Dalam penelitian ini
variabel bebasnya adalah jumlah atau skor kepatuhan minum obat
antihipertensi oleh pasien hypertensive renal disease.
2. Definisi operasional variabel

Variabel Definisi operasional Alat Ukur

Pengetahuan Semua Pasien Penyakit Ginjal Hipertensi Kuisioner HK-LS

Tahu Tentang Banyak Pertanyaan Para

Peneliti Tentang Tekanan Darah Tinggi.

Kepatuhan Perilaku pasien hipertensi nefropati untuk Kuisioner MMAS-8

minum obat antihipertensi sesuai anjuran

petugas kesehatan.

E. Prosedur penelitian

1. Tahap persiapan

a. Pembuatan proposal penelitian

b. Pengajuan perizinan penelitian kepada Direktur RSUP dr. Soeradji

Tirtonegoro Klaten yang bertujuan untuk izin penelitian legal kepada penliti.

c. Pengajuan perizinan ethical clearance di Komite Etik Universitas Ahmad

Yani

2. Tahap pelaksanaan

a. Pengumpulan berkas rekam medis

b. Pengambilan sampel dengan membagikan kuisioner kepada pasien

3. Tahap akhir
a. Pemeriksaan hasil kuisioner

b. Pengolahan data SPSS

c. Penyusunan skripsi akhir.

F. Analisis Data

Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan hipertensi dengan kepatuhan minum obat. Analisis Chi Square yang

digunakan untuk menguji korelasi antar kategori variabel digunakan untuk

menganalisis data untuk melihat ada tidaknya korelasi. (Rochmawati et al., 2018).

Uji statistik Chi-Square akan didapatkan nilai p yang dalam penelitian ini

menggunakan nilai 0,1. Penelitian antara dua variabel dikatakan signifikan apabila

memiliki nilai p < 0,05 artinya Ho diterima dan Ha diterima, dan dikatakan tidak

jika nilai p > 0,05 artinya Ho diterima dan Ha ditolak .

Anda mungkin juga menyukai