Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “S” DENGAN HIPERTENSI

HEART DISEASE DI RSUD KAB. INDRAMAYU

Nama : Wiwin Ayu Komalasari A.Md.Kep


Ruang : Kidang Kencana I

JL. MURAH NARA NO.07 INDRMAYU


KODE POS45222 JAWA BARAT
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas premature, yang

meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Kedaruratan

hipertensi terjadi terjadi apabila peningkatan tekanan darah harus diturunkan dalam 1

jam. Peningkatan tekanan darah akut yang mengancam jiwa ini memerlukan

penanganan segera dalam perawatan intensif karena dapat menimbulkan kerusakan

serius pada organ lain di tubuh.

Kedaruratan hipertensi terjadi pada penderita dengan hipertensi yang tidak

terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan pengobatan. Adanya gagal

ventrikel kiri atau disfungsi otak menunjukkan kebutuhan akan perlunya menurunkan

tekanan darah segera. Hal ini memerlukan kesigapan perawat dalam menangani

perawatannya.

Mengingat peningkatan tekanan darah yang dapat mengancam jiwa ini maka

penyusun tertarik untuk menyusun asuhan keperawatan dengan hipertensi ini.

2. TUJUAN

A. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pemahaman tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada

Hipertensi.

B. Tujuan Khusus
1) Dapat melaksanakan pengkajian pada klien dengan hipertensi.

2) Dapat menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan

hipertensi.

3) Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan

hipertensi.

4) Dapat melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada klien

dengan hipertensi.

5) Dapat mendokumentasikan hasil Asuhan Keperawatan dengan

baik dan benar.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan siastoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90

mmHg. Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik

160 mmHg dan tekanan diastoliknya 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab

utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal..

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun keatas.

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg

Normal <130 <85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi

Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99

Stadium 2 (sedang) 160-169 100-109

Stadium 3 (berat) 160-209 110-119

Stadium 4 (sangat berat) ≥ 210 ≥ 120


C. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis keluar

dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatisdi toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai ketakutan dan kecemasan

dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstroktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstroksi. Medula adrenal mensekresi

epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh

darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal,

mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I


yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Pertimbangan Gerontologis. Perubahan structural dan fungsional pada

system pembuluh darah perifer bertangguangjawab pada perubahan tekanan darah

yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya

regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung

(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan

tahanan perifer.

D. MANIFESTASI KLINIS

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapunselain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,

seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan

pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan

vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai dengan system organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner


dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertropi

ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat

dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila jantung

tidak mampu lagi menhan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal

jantung kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai

nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan

nitrogen urea darah (BUN) dan kretinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat

menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang termanifestasi sebagai

paralysis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.

Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan iskemia,

insiden infark otak mencapai 80%.

E. EVALUASI DIAGOSTIK

Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting. Retina

harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengkaji

kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau jantung, yang dapat

disebabkan tingginya tekanan darah. Hipertropi ventrikel kiri dapat dikaji dengan

elektrokardiografi, protein dalam urine dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat

terjadi ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan peningkatan nitroden

urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram intravena,

arteriogram retinal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

dapat juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit

renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus dikaji dan dievaluasi.
F. PENATALAKSANAAN

Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah

terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan

mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap

program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan

kualitas hidup sehubungan dengan terapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis,

termasuk penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau;

latihan dan relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada

setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam

resiko tinggi (pris, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, di atas

85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, maka perlu

dimulai terapi obat-obatan.


Algoritma penanganan yang dikeluarkan oleh Joint National on Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure memungkinkan dokter

memilih kelompok obat yang mempunyai efektivitas tertinggi, efek samping

paling kecil, dan penerimaan serta kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia

dalam pilihan pertama; diuretic dan penyekat beta. Apabila pasien dengan
Modifikasi gaya hidup
Penurunan
hipertensi ringan sudah terkontrol berat
selama badanterapi dapat diturunkan. Agar
setahun,
Pengurangan asupan alkohol
Aktivitas
pasien mematuhi regimen terapi yangfisik berkurang
diresepkan, maka harus dicegah dengan
Pengurangan masukan natrium
Penghentian
pemberian jadual terapi obat-obatan rokok
yang rumit.

Algoritma Penanganan Hipertensi


Lanjutkan modifikasi gaya hidup
Pemilihan farmakologi awal:
Diuretik atau penyekat β lebih disukai karena terbukti
menurunkan morbiditas dan mortalitas.
ACE inhibitor, kalsium antagonis, reseptor penyekat α dan
penyekat α-β belum pernah diuji maupun dibuktikan
menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Respon tidak adekuat

Tambahkan
Naikan dosis Ganti dengan bahan kedua
obat obat lain dari jenis
yang berbeda

Tambahkan bahan kedua atau ketiga


dan/atau diuretika bila belum diresepkan
Respon tidak adekuat

Respon tidak adekuat

Anda mungkin juga menyukai