Anda di halaman 1dari 12

REFERAT PENYULUHAN

CEKATAN (CEGAH, KENALI, ATASI DAN TUNTASKAN) TUBERKULOSIS PADA


ANAK

Pembimbing:
Dr. dr. Hj. Sri Sofyani, M. Ked(Ped), Sp.A(K)

PPDS Pembimbing:
dr. Nadira

Penyusun:
Muhammad Hafizh Athif Matondang – 210131153
Vega Inriani – 210131257

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tuberkulosis masih merupakan penyakit penting sebagai penyebab morbiditas dan
mortalitas, dan tingginya biaya kesehatan. Setiap tahun diperkirakan 9 juta kasus TB baru dan 2
juta di antaranya meninggal. Dari 9 juta kasus baru TB di seluruh dunia, 1 juta adalah anak usia
25%. Kematian akibat TB didunia sebanyak 95% dan 98% terjadi pada negara‐negara
berkembang (Marlinae et al., 2019)
Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun‐
tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka
kematian yang disebabkan oleh TB. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global
penyakit TB, karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TB tidak terkendali. Hal ini
disebabkan banyaknya penderita TB yang tidak berhasil disembuhkan. WHO melaporkan adanya
3 juta orang meninggal akibat TB tiap tahun dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Tiap
tahun ada 9 juta penderita TB baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita
oleh orang‐orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun. Di negara‐negara miskin
kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah
Asia Tenggara menanggung bagian yang terberat dari beban TB global yakni sekitar 38% dari
kasus TB dunia. Dengan munculnya HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TB akan
meningkat.   Data WHO pada tahun 2014 menunjukkan TB membunuh 1,5 juta orang di dunia,
kematian terjadi pada 890.000 laki‐laki, 480.000 pada perempuan dan 180.000 pada anak‐anak.
Terdapat enam negara yang memiliki jumlah kasus baru TB terbesar di dunia yakni India sebesar
2.200.000 kasus, Indonesia sebesar 1.000.000 kasus, Cina sebesar 930.000 kasus, Nigeria
sebesar 570.000 kasus, Pakistan sebesar 500.000 kasus dan Afrika Selatan sebesar 450.000
kasus. Di Indonesia Pada tahun 2013 angka insiden TB sebesar 183 per 100.000 penduduk
dengan angka kematian TB sebesar 25 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2014 angka insiden
meningkat menjadi 399 per 100.000 penduduk dengan angka kematian yang juga meningkat
menjadi 41 per 100.000 penduduk.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dilakukannya penulisan makalah ini adalah untuk memahami pentingnya
mencegah, mendeteksi dini dan melakukan pengobatan TB hingga tuntas pada anak serta sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.3 MANFAAT PENULISAN
Penulisan makalah ini diharapkan dapat membantu mengembangkan pemahaman penulis
serta pembaca khususnya peserta Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) mengenai
pentingnya kesadaran untuk mencegah, mendeteksi dini serta melakukan pengobatan TB hingga
tuntas pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI TUBERKULOSIS


Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yaitu Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru – paru, namun didapati bisa menyerang organ
lain seperti ginjal, tulang dan otak. Tidak semua orang yang terinfeksi TB langsung menunjukan
gejala, sehingga TB dapat dikategorikan sebagai TB laten dan TB aktif (CDC, 2016)
2.2 PENULARAN INFEKSI TUBERKULOSIS
Tuberkulosis adalah penyakit yang menular melalui udara (airborne disease). Penularan
penyakit ini adalah melalui percikan sputum orang yang telah terinfeksi dan dibatukkan atau
dibersinkan kemudian terhirup ke dalam saluran napas. Partikel bakteri ini dapat bertahan di
udara hingga beberapa jam tergantung dari kondisi lingkungan (PDPI,2021). Umumnya
penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Kuman
TB dapat bertahan pada lingkungan yang gelap dan lembab sehingga dengan ventilasi udara
dapat mengurangi jumlah percikan serta sinar matahari dapat membunuh kuman TB.
Resiko terinfeksi penyakit TB dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seberapa
infeksiusnya sumber infeksi, seberapa erat kontak terhadap sumber infeksi, jumlah bakteri yang
terdapat pada percikan sputum, dan yang paling penting adalah kondisi imunitas seseorang
(Marlinae et al., 2019). Bila partikel bakteri yang terhirup dalam jumlah sedikit, kuman TB dapat
segera dimusnahkan oleh sistem imun tubuh. Namun apabila jumlah kuman yang masuk
melebihi kemampuan pertahanan sistem imun tubuh, maka kuman TB dapat berkembang biak
hingga menyebar ke organ lain melalui pembuluh darah maupun pembuluh limfe (PDPI, 2021).
Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin infeksius pasien tersebut
(Kemenkes, 2009).

2.3 KLASIFIKASI KASUS TB


Kasus TB anak dapat dibagi atas:
a) Terduga TB anak
Adalah anak yang mempunyai keluhan atau gejala klinis mendukung TB
b) Pasien TB anak
a. Pasien TB anak yang terkonfirmasi bakteriologis
Adalah anak yang terdiagnosis dengan hasil pemeriksaan lab ditemukan kuman
TB
b. Pasien TB anak terdiagnosis secara klinis
Adalah anak yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi
didiagnosis sebagai pasien TB oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan
pengobatan TB
Selain pengelompokan pasien berdasarkan definisi tersebut, pasien juga diklasifikasikan
menurut:
1. Lokasi Anatomi dari penyakit
2. Riwayat pengobatan sebelumnya
3. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
4. Status HIV
2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi dari Penyakit
1. Tuberkuosis Paru
Adalah TB yang terjadi pada jaringan paru. Pasien yang menderita TB paru dan TB
ekstra paru secara bersamaan, diklasifikasikan sebagi pasien TB paru
2. TB ekstra paru
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, seperti: pleura (selaput pembungkus
paru), kelenjar limfe, abdomen (rongga perut), saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak
dan tulang
2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Riwayat Pengobatan Sebelumnya
1. Pasien Baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah
meminum OAT (Obat Anti TB) selama kurang dari 1 bulan.
2. Pasien yang pernah diobati TB
Adalah pasien yang sebelumnya pernah meminum OAT selama 1 bulan atau lebih, yang
selanjutnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pasien kambuh: Pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh dan saat ini kembali
didiagnosis TB baik karena kambuh atau terinfeksi kembali.
2. Pasien yang diobati Kembali setelah gagal: Pasien TB yang pernah diobati dan
dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir.
3. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat: Pasien yang pernah diobati
dan dinyatakan putus berobat.
4. Lain-lain: Pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan
sebelumnya tidak diketahui.
3. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
2.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat
Pengelompokan disini berdasarkan hasil uji kepekaan kuman TB terhadap OAT yang
akan diberikan dan dapat berupa:
1. Mono resistan (TB MR): Kuman TB kebal terhadap salah satu jenis OAT lin pertama
saja.
2. Poli resistan (TB PR): Kuman TB kebal terhadap lebih dari satu jenis OAT lini
pertama selain Isoniazid dan Rifampisin secara bersamaan.
3. Multi drug resistant (TB MDR): Kuman TB kebal terhadapt Isoniazid dan Rifampisin
secara bersamaan.
4. Extensive drug resistant (TB XDR): TB MDR yang sekaligus juga kebal terhadap
salah satu OAT lini kedua jenis suntikan.
5. Resistan Rifampisin (TB RR): Kuman TB kebal terhadap Rifampisin dengan atau
tanpa resistensi terhadap OAT lain.
2.3.4 Klasifikasi Pasien TB Berdasarkan Status HIV
Pemeriksaan HIV wajib ditawarkan pada semua pasien TB anak. Berdasarkan
pemeriksaan HIV, TB pada anak diklasifikasikan sebagai:
1. HIV positif
2. HIV negatif
3. HIV tidak diketahui
2.4 GEJALA KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk
dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,
badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai
pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, dan lain-lain.
Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke
sarana pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka
(suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
(Kemenkes, 2009).

2.6 TATALAKSANA TUBERKULOSIS


Tatalaksana TB anak terdiri atas terapi (pengobatan) dan profilaksis (pengobatan
pencegahan). Pengobatan TB diberikan pada anak yang sakit TB, sedangkan pengobatan
pencegahan diberikan pada anak sehat yang berkontak dengan pasien TB (profilaksis primer)
atau anak yang terinfeksi TB tanpa sakit TB (profillaksis sekunder).
Tujuan utama pemberian obat anti TB adalah sebagai berikut:
1. Menyembuhkan pasien TB
2. Mencegah kematian akibat TB atau efek jangka panjangnya
3. Mencegah TB kambuh
4. Mencegah terjadinya penularan kuman TB yang kebal terhdapa pengobatan
5. Mencegah terjadinya penularan kuman TB
6. Mencapai seluruh tujuan pengobatan dengan efek samping seminimal mungkin
7. Mencegah reservasi sumber infeksi di masa yang akan datang
2.6.1 Obat anti tuberkulosis (OAT)
OAT yang diberikan pada anak berbeda dengan orang dewasa, dimana OAT dewasa
memiliki 4 jenis obat, sedangkan OAT yang diberikan pada anak-anak hanya memiliki 3 jenis
obat, karena anak umunya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit dari orang dewasa.
Pemberian 4 macam OAT pada fase intensif hanya diberikan kepada anak dengan TB berat.
Untuk mempermudah pemerian OAT dan meningkatkan keteraturan minum obat, paduan
OAT disediakan dalam bentuk paket KDT (Kombinasi Dosis Tetap), yang berisi 3 jenis obat:
Rifampisin (R)75 mg, INH (H) 50 mg, dan Pirazinamid (Z) 150 mg dalam satu paket. Dosis
yang dianjurkan dapat dilihat pada tabel berikut.
Berat badan (kg) Fase Intensif (2 bulan) RHZ (75/50/150) Fase Lanjutan (4 bulan) RH
(75/50)
5-7 1 tablet 1 tablet
8-11 2 tablet 2 tablet
12-16 3 tablet 3 tablet
17-22 4 tablet 4 tablet
23-30 5 tablet 5 tablet
>30 OAT dewasa

2.6.2 Nutrisi
Status gizi pada anak dcngan TB akan mempengaruhi kcberhasilan pengobatan TB.
Malnutrisi berat meningkatkan risiko kematian pada anak dengan TB. Penilaian status gizi
dengan mengukur berat, tinggi, lingkar lengan atas atau pengamatan gejala dan tanda malnutrisi
harus dilakukan secara rutin selama anak dalam pengobatan. Pemberian makanan tambahan
sebaiknya diberikan selama pengobatan. Air susu ibu tetap diberikan jika anak masih dalam
masa menyusu.
2.6.3 Pemantauan dan evaluasi
Orang tua harus memastikan bahw anaknya mengonsumsi obat setiap hari secara teratur.
Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu selama fase intensif, dan sekali sebulan pada
fase lanjutan. Pada setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan, kepatuhan, toleransi dan
kemungkinan adanya efek samping obat. Pada pasien TB anak dengan hasil BTA positif pada
awal pengobatan, pemantauan pengobatan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dahak
ulang pada akhir bulan ke-2, ke-5 dan ke-6.
2.6.4 Pencegahan
Pencegahan utama yang dapat dilakukan pada anak-anak adalah pemberian vaksin BCG.
Pemberian vaksinasi BCG berdasarkan Program Pengembangan Imunisasi diberikan pada bayi
0-2 bulan, apabila sudah >2 bulan harus didahului dengan uji tuberkulin negatif.
Apabila terjadi kontak antara anak dengan orang dengan sakit TB anak dapat diberikan
Profilaksis sebagai upaya pencegahan sesuai dengan keputusan dokter, selain itu dilakukan juga
investigasi terhadap orang dewasa yang berkontak untuk mencari sumber penularan dan
memberi tatalaksana yang sesuai. Anak lain yang berada di sekitar anak yang sakit TB dapat pula
terinfeksi dari sumber penularan yang sama. Investigasi kontak perlu dilakukan pada semua
kontak pasien TB baik anak maupun dewasa untuk memutus rantai penularan.
Apabila anak tinggal dengan orang dengan sakit TB, penting bagi anak tersebut untuk
meminimalisir kontak dengan orang tersebut untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi. Orang
yang terinfeksi dianjurkan menggunakan masker bedah untuk melindungi lingkungan sekitarnya
dari droplet (cipratan air liur). Ventilasi udara juga sangat penting dalam pencegahan penyebaran
kuman TB, selain untuk menyalurkan droplet ke arah tertentu, sirkulasi udara yang baik dapat
mencegah terjadinya infeksi TB.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
TB merupakan penyakit yang harus dideteksi secara dini agar tidak terjadi komplikasi
yang lebih parah. Jika didapati anak dengan gejala klinis TB seperti batuk yang lebih dari 2
minggu, penurunan berat badan yang signifikan, demam lebih dari atau sama dengan 3 minggu
tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar limfe di area ketiak dan paha, pembengkakkan pada
tulang/sendi panggul, lutut dan jari - jari tangan maupun kaki harus segera dibawa ke puskesmas
atau rumah sakit terdekat agar segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut secara cepat sehingga
penyakit ini segera diberikan pengobatan. Pengobatan TB pada anak maupun dewasa harus
dilakukan secara rutin agar tidak terjadi gagal pengobatan ataupun resistensi kuman TB terhadap
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

CDC.2016. ‘Tuberculosis’. Diakses pada 12 Mei 2022 pada


https://www.cdc.gov/tb/topic/basics/default.htm.
PDPI (2021) ‘Guideline Tuberkulosis PDPI’, in Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, pp. 1–78.
Marlinae, L. et al. (2019) DESAIN KEMANDIRIAN POLA PERILAKU KEPATUHAN MINUM
OBAT PADA PENDERITA TB ANAK BERBASIS ANDROID. 1st edn. Edited by S. Theana,
A. Lutfiani, and Marisa. Yogyakarta: CV Mine. Available at:
http://eprints.ulm.ac.id/7541/1/BUKU AJAR PENYAKIT TB.pdf.
Kemenkes. (2016). PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN DAN TATALAKSANA TB ANAK
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Anda mungkin juga menyukai