TUBERKULOSIS PARU
Oleh :
Rahma Dani
NIM. 2208438095
Pembimbing :
dr. Zarfiardi Aksa Fauzi Sp.P(K)
KEPANITERAAN KLINIK
PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
organ lain.1 Tuberkulosis sebagai salah satu dari 10 penyakit teratas penyebab
kematian di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama kematian oleh agen
infeksius tunggal.2
tuberkulosis (TB) pada 2021 diperkirakan mencapai 10,6 juta kasus yang
meningkat dari sebelumnya 10,1 juta kasus pada tahun 2020. Incidence rate TB
(kasus baru per 100.000 populasi per tahun) diperkirakan meningkat 3,6% antara
tahun 2021 dan 2022. Adapun negara yang menyumbang dua pertiga dari total
global adalah di India (28%), Indonesia (9,2%), diikuti China (7,4%), Filipina
TB terbanyak di dunia, yaitu sebanyak 824.000 kasus pada tahun 2021. Hasil riset
jumlah prevalensi TB paru klinis yang tersebar di seluruh Indonesia yaitu 1,0%.
1
2
sekitar 35 per 100.000 penduduk atau terdapat sekitar 93.000 orang meninggal
akibat tuberkulosis pada tahun 2018. Sedangkan di Riau, pada tahun 2019
TB tahun 2035 dan bebas TB tahun 2050 sehingga kasus mengenai tuberkulosis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Mycobacterium tuberculosis dan juga dikenal sebagai bakteri tahan asam (BTA).
cukup tinggi menyebabkan bakteri ini tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai
2.2. Epidemiologi
diperkirakan pada tahun 2019 terdapat insidens kasus TB sejumlah 10 juta (8,9-
11 juta), kasus meninggal dengan HIV negatif 1,2 juta (1,1-1,3 juta), dan kasus
Diperkirakan terdapat 92.000 kematian pada kasus TB-HIV negatif dan 4.700
3
4
2.3. Etiologi
yang ditularkan melalui droplet orang yang terinfeksi. Droplet dapat ditularkan
penderita saat batuk, bersin dan berbicara. Bakteri ini merupakan bagian dari
sedikit melengkung, tidak berspora, dan tidak berkapsul dengan panjang 1-4
mikron dan lebar sekitar 0,3-0,6 mikron. Dinding M. tuberculosis terdiri dari
lapisan lemak yang cukup tinggi (60%) dan tersusun oleh asam mikolat, lilin
sulfolipids yang berperan dalam virulensi.1 Unsur lain yang menyusun dinding sel
bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya
penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam-alkohol. Oleh karena itu, M.
tuberculosis seringkali disebut sebagai bakteri tahan asam (BTA) atau acid fast
bacilli (AFB).1
Proses pembelahan dari satu menjadi dua membutuhkan waktu sekitar 20 jam. 7
Bakteri diwarnai dengan metode Ziehl Neelsen, memerlukan media khusus untuk
berbentuk batang berwarna merah. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar
5
BTA positif apabila orang tersebut batuk dan atau bersin dan menghasilkan
percikan dahak (droplet nuclei), kemudian terhirup oleh orang lain. Daya
penularan M.TB dipengaruhi oleh banyaknya kuman yang berasal dari paru-paru
penderita, daya tahan tubuh manusia yang terhirup, dan lamanya pemaparan.
HIV/AIDS, kurang gizi, tidak ada atau kurangnya ventilasi ruangan, padatnya
2.5. Klasifikasi
1. Tuberkulosis bakteriologis
paru dengan hasil pemeriksaan BTA sputum positif, kultur bakteri MTB positif,
dengan BTA, biakan maupun GeneXpert dari contoh uji jaringan yang terkena,
TB paru klinis adalah pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan BTA negatif
namun hasil pemeriksaan foto toraks mengarah ke TB, pasien TB paru BTA
negatif namun tidak ada perbaikan klinis setelah di berikan antibiotik non OAT,
dan mempunyai faktor risiko TB, pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara
klinis dan kemudian terkonfimasi secara bakteriologis positif, maka pasien ini
1. Tuberkulosis paru
paru dan tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.13
dan/atau hilus), abdomen, traktus genitourinarius, kulit, sendi, usus, tulang dan
slaput otak.1,14
1. Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
saja.
2. Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
3. Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H) dan
4. Extensive Pre XDR : adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap
salah satu OAT golongan fluorokuinolon atau minimal salah satu dari OAT
5. Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga
resistan terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah
satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan
Amikasin).
6. Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
1. TB kasus baru
dinyatakan sembuh oleh dokter atau pernah mendapatkan OAT lengkap selama 6
klinis.
Pasien TB paru yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir (pemeriksaan sputum BTA kembali positif pada akhir pengobatan atau
Pasien yang pernah diobati dan dinyatakan loss to follow up (klasifikasi ini
5. TB lain-lain
mendapatkan antiretroviral atau hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.
Pasien TB dengan hasil tes HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV
negatif pada saat diagnosis TB, dengan catatan apabila pada pemeriksaan
selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif , maka pasien menjadi TB HIV
positif.
Pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB
ditetapkan, jika terdapat hasil tes HIV pada pemeriksaan selanjutnya maka harus
2.6. Patofisiologi
9
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Infeksi diawali
tuberculosis. Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB.
Karena ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet
non spesifik. Kuman TB yang terdeposisi tersebut sebagian besar akan segera
difagosit dan dicerna oleh sistem imun nonspesifik yaitu makrofag, namun Ketika
GOHN. Sistem imun akan merespon dengan membentuk barrier atau pembatas di
Jika respon imun tidak dapat mengontrol infeksi ini, maka barrier ini dapat
ditembus oleh kuman TB yang kemudian akan menyebar hingga ke jaringan dan
organ yang lebih jauh. Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran
terkena. Jika fokus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe
10
yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer
terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks
primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional yang
telah terbentuk. Sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik,
proliferasi kuman TB akan terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap
hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru
Komplek primer ini dapat sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama
bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik dan sarang perkapuran di hilus).
Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi
Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar
ini.
lainnya misalnya pada tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
umumnya terletak disegmen apikal dari lobus superior maupun lobus inferior.
Sarang dini ini pada awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik kecil. Sarang
pneumonik ini akan dapat diresopsi kembali dan sembuh kembali dengan tidak
meninggalkan cacat ataupun sarang tadi pada mulanya meluas, tetapi segera
2.7. Diagnosis
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 yaitu gejala lokal (sesuai organ
yang terlibat) dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru, maka
hingga simptomatik.
12
b. Batuk berkembang dari batuk biasa menjadi purulen hingga batuk darah
(gross haemopthysis).
c. Sesak napas.
d. Nyeri dada.
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun.
pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak
nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan
kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.
keadaan umum pasien dimulai dari ringan sampai berat. Pasien dapat terlihat
kurus atau berat badan menurun, suhu badan demam subfebris, konjungtiva mata
atau kulit yang pucat karena anemia. Umumnya pada pemeriksaan fisik pasien
tidak menunjukkan suatu kelainanpun terutama pada kasus-kasus dini atau yang
daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior serta daerah
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
ditemukan suara nafas melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat
cairan. Selain itu, dapat ditemukan juga pembengkakan kelenjar getah bening di
a. Pemeriksaan Sputum
Pagi-Sewaktu (SPS).1
14
kesehatan
Mycobacterium tuberculosis.1
b. GeneXpert MTB/RIF
(dengan real time PCR) dan mengidentifikasi sekuens asam nukleat pada
genom TB. Lama pengelolaan uji sampai selesai memakan waktu 1-2 jam.
c. Pemeriksaan Radiologi
schwarte atau penebalan pleura. Luas lesi yang tampak pada foto rontgen toraks
Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di
d. Uji Tuberkulin
dewasa. Uji ini akan mempunyai makna bila didapatkan konversi bula atau
apabila kepositifan dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan
infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif. Alur diagnosis
2.8. Penatalaksanaan
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, untuk
Tahap lanjutan, pasien mendapat jenis obat lebih sedikit namun dalam
jangka waktu yang lama. Tahap ini penting untuk membunuh sisa
hari
Intensif 2 bln 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bln 2 1 - - 48
a. Pasien kambuh
sebelumnya
21
c. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow up)
Berikut jenis dan efek samping OAT seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1.1,6
Lini Pertama
Jenis Sifat Efek Samping
Isoniazid (H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik, gangguan
fungsi hati, kejang
Rifampisin (R) Bakterisidal Flu syndrome, gangguan gastrointestinal,
urine berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, skin rash, sesak
nafas, anemia hemolitik
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi
hati, gout artritis
Streptomisin (S) Bakterisidal Gangguan keseimbangan dan pendengaran,
syok anafilaktik, anemia, agranulositosis,
trombositopeni
Etambutol (E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis
perifer
22
Lini Kedua
Grup Golongan Jenis obat
A Florokuinolon Levofloksasin, mosifloksasin, gatifloksasin
B OAT suntik Kanamisin, amikasin, kapreomisin,
lini kedua streptomisin
C OAT oral lini Etionamid/protionamid, sikloserin/terizidon.
kedua Clofazimin, linezolid
D D1 OAT lini pertama: pirazinamid, etambutol,
isoniazid dosis tinggi
D2 OAT baru: bedaquiline, delamanid,
pretonamid
D3 OAT tambahan: asam para aminosalisilat,
imipenemsilastatin, meropenem, amoksilin
clavulanat, thioasetazon
23
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien
Nama : Tn. IR
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Supir
Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan batuk darah yang bercampur dahak sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien pernah batuk berdarah keluar
sebanyak 500 ml. Darah berwarna merah segar. Sebelumnya pasien mengalami
Pasien juga mengeluhkan demam yang naik turun sejak 3 bulan SMRS.
Demam terutama dirasakan saat sore dan malam hari. Keringat malam (+),
Keluhan sesak napas (+), sesak tidak dipengaruhi debu, cuaca, makanan dan
aktivitas. Pasien mengelukan nyeri dada sebalah kanan (+) nyeri dada dirasakan
Penurunan nafsu makan (+), Penurunan berat badan (+) dalam 6 bulan ini
berat badan turun 20 kg. Mual (-), muntah (-). Pilek (-), nyeri tenggorokan (-).
Riwayat vaksin covid-19 (3x), BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien
merupakan rujukan dari RSUD Selasih setelah dirawat selama 6 hari kemudia
PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan umum
Nadi : 70 x/menit
Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,4°C
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan :
BMI :
Kepala : Normocephal
Mata :Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+)
Hidung : Napas cuping hidung (-), keluar cairan (-), keluar darah (-)
Thoraks Paru
26
Inspeksi
Dinamis : Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, sela iga melebar (-)
Thoraks Jantung
Abdomen
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien tidak teraba,
masa (-)
Ekstremitas
Atas : Pucat (+/+), sianosis (-/-), ekstremitas teraba hangat, edem (-),
Bawah : Pucat (+/+), sianosis (-/-), ekstremitas teraba hangat, edem (-),
27
PEMERIKSAAN PENUNJANG
▪ Basofil : 0,4%
pH : 7,45
28
pCO2 : 38 mmHg
PO2 : 96 mmHg
HCO3 : 26 mmol/L
TCO2 : 28 mmol/L
BE :2
SO2C : 98
Elektrolit (29-01-2022)
▪ K+ : 3,6 mmol/L
Pemeriksaan Mikrobiologi
• Non Reaktif
Interpretasi rontgen :
Identitas sesuai
Marker R
Tulang scapula, clavicula, costae, intak dan tidak ada tanda-tanda fraktur
Pulmo:
RESUME
TN. IR 46 tahun datang ke RSUD Arifin Achmad dengan keluhan batuk darah
yang bercampur dahak sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien pernah
batuk berdarah keluar sebanyak 500 ml. Darah berwarna merah segar.
Sebelumnya pasien mengalami batuk dengan bercak darah sejak 5 bulan yang lalu
SMRS. Pasien juga mengeluhkan demam yang naik turun sejak 3 bulan SMRS.
Demam terutama dirasakan saat sore dan malam. Keringat malam (+), Keluhan
sesak napas (+), sesak tidak dipengaruhi debu, cuaca, makanan dan aktivitas.
Pasien mengelukan nyeri dada sebalah kanan yang dirasakan saat pasien batuk
dan nyeri menjalar ke punggung. Penurunan nafsu makan (+), Penurunan berat
badan dalam 6 bulan, turun 75 -> 55 kg. Pasien merupakan rujukan dari RSUD
Selasih setelah dirawat selama 6 hari. Pada pemeriksaan fisis didapatkan suara
napas tambahan ronkhi kiri dan kanan. Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan
DIAGNOSIS
Daftar Masalah
31
- Hemoptisis
- Anemia
- Sindrom Dispepsia
TATALAKSANA
Non farmakoterapi :
▪ O2 4 lpm NK
▪ Tirah baring
Farmakoterapi :
▪ Inj. Lansoprazole 2 x 30 mg
▪ Curcuma 3 x 1 tab
Rencana
KI hemoptisis
Edukasi
Mengkonsumsi OAT secara rutin sesuai anjuran dan tepat waktu hingga
pengobatan selesai
Makan makanan tinggi kalori dan protein untuk memenuhi kebutuhan tubuh
Edukasi tentang efek samping obat kepada pasien, seperti urin dan keringat
PEMBAHASAN
berupa batuk darah yang bercampur dahak dan sebelumnya pasien mempunyai
riwayat batuk dengan bercak darah sejak 5 bulan SMRS. Pasien juga
mengeluhkan sesak napas yang tidak dipengaruhi aktivitas dan istirahat. Pasien
juga mengeluhkan nyeri dada sebelah kanan (+), nyeri dada dirasakan ketika
pasien batuk. Riwayat demam (+), keringat malam hari (+). Pasien juga
minggu disertai gejala tambahan seperti: batuk berkembang dari batuk biasa
menjadi purulen hingga batuk darah (gross haemopthysis), sesak napas, nyeri
dada dan gejala sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia, dan
menerus berkembang dalam paru dan disertai dengan adanya perlawanan dari
33
34
nafsu makan dan penurunan berat badan 5 kg dalam 1 bulan. Berdasarkan teori,
leptin yang memiliki efek menurunkan nafsu makan. Konsentrasi leptin pada
tubuh sebanding dengan massa lemak pada tubuh dan meningkat oleh inflamasi.
produksi leptin dan dikaitkan dengan penurunan nafsu makan pada pasien.
Sedangkan penurunan berat badan pada pasien terjadi akibat infeksi TB yang
tubuh sehingga terjadi proses penurunan massa otot dan lemak (wasting).20,21
lapangan paru. Pada pasien TB paru, suara ronkhi timbul akibat peningkatan
BTA sputum, kultur sputum, maupun tes cepat molekuler (TCM) GeneXpert
Pasien didiagnosis dengan TB paru bakteriologis kasus baru status HIV (-)
on OAT. Penangangan TB paru pada pasien ini sudah mengacu pada pedoman
penatalaksanaan TB paru dengan pemberian OAT. Pada pasien ini dengan berat
badan 55 kg diberikan OAT 4FDC 1 x 4 tab untuk fase intensif dan diberikan
35
Indonesia. 2021.
http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/
Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
8. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, Adelberg’s. Medical
36
37
May;9(5):385.
19. Rasmin M, Jusuf A, Yunus F, Amin M, Aditama TY, Syafiuddin T, et. al.
Publishing. 2018;299-327.
20. Van Crevel R, Karyadi E, Netea MG, Verhoef H, Nelwan RH, West CE, van