Anda di halaman 1dari 32

TUBERKULOSIS PARU

Kelompok 2 :

Olivia Maryani Reztu Andayani

Putri Handayani Rima Ulfah Mukaromah


Syifa Nazila
Rafli Maulana Hasan
Yazid Muhamad Hananto
DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit Transmisi penyakit


menular langsung yang biasanya melalui saluran
disebabkan oleh kuman TB nafas yaitu melalui
(Mycobacterium Tuberculosis). droplet yang dihasilkan
Sebagian besar kuman TB oleh pasien yang
menyerang paru, tetapi dapat terinfeksi TB paru

juga mengenai organ lainnya (Mario dan Richard,


2005).
(Depkes, 2002).
Mycobacterium Tuberculosis

Suhu optimal untuk tumbuh pada 37ºC dan


pH 6,4-7,0

Jika dipanaskan pada suhu 60ºC akan mati


dalam waktu 15-20 menit

Sangat rentan terhadap sinar matahari dan


radiasi sinar ultraviolet
FAKTOR RISIKO TB
Faktor host

Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok


memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena TB
Status nutrisi, seseorang dengan berat badan
kurang, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
terkena TB
Penyakit sistemik, pasien dengan penyakit-penyakit
seperti keganasan, gagal ginjal, diabetes, ulkus dan
peptikum, memiliki risiko untuk terkena TB.
Immunocompromised, seseorang yang terkena
HIV memiliki risiko untuk terkena TB primer ataupun
reaktifasi TB
FAKTOR RISIKO TB
Faktor Lingkungan

Orang yang tinggal serumah dengan seorang


penderita TB akan berisiko untuk terkena TB
Orang yang tinggal di lingkungan yang banyak terjadi
kasus TB juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena
TB

Sosioekonomi rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk


terkena TB

(Horsburgh, 2009)
PATOGENESIS TB

Kuman yang bersarang di jaringan paru akan


berbentuk sarang tuberkulosis pneumoni kecil
dan disebut sarang primer atau fokus Ghon.

Dari sarang primer akan timbul peradangan


saluran getah bening menuju hilus dan juga
diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus.
Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
Selanjutnya kompleks primer dapat menjadi :

 Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.


 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa
garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus dan dapat
terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.
 Berkomplikasi dan menyebar

(Amin dan Bahar, 2009).


KLASIFIKASI TB PARU

TB Paru BTA positif

 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 TB Paru BTA Negatif


spesimen dahak menunjukkan
BTA positif.  Hasil pemeriksaan dahak
 Hasil pemeriksaan satu spesimen 3 kali menunjukkan BTA
dahak menunjukkan BTA positif dan negatif, gambaran klinis
kelainan radiologi menunjukkan dan kelainan radiologi
gambaran tuberkulosis aktif. menunjukkan tuberkulosis
 Hasil pemeriksaan satu spesimen aktif.
dahak menunjukkan BTA positif dan  Hasil pemeriksaan dahak
biakan positif. 3 kali menunjukkan BTA
negatif dan biakan
menunjukkan tuberkulosis
Berdasarkan hasil positif (PDPI, 2011).
pemeriksaan sputum
TIPE PASIEN BERDASARKAN RIWAYAT
PENGOBATAN

1. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

2. Kasus kambuh (Relaps)


Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif
(apusan atau kultur).

3. Kasus setelah putus berobat (Default )


Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan
atau lebih dengan BTA positif.
4. Kasus setelah gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.

5. Kasus Pindahan (Transfer In)


Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.

6. Kasus Lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA (+) setelah selesai pengobatan ulangan
(Depkes, 2007).
GEJALA KLINIS TB

1. Gejala respiratori
Gejala respiratori sangat bervariasi dari mulai
tidak bergejala sampai gejala yang cukup
berat bergantung dari luas lesi. Gejala
respiratorik terdiri dari :

 Batuk darah
 Sesak nafas
 Nyeri dada
2. Gejala sistemik

Gejala sistemik yang timbul dapat berupa :

 Demam.

 Keringat malam.
 Anoreksia.

 Berat badan menurun


(PDPI, 2011).
UPAYA PENGOBATAN

Tujuan Pengobatan :

 Menyembuhkan pasien dan mengembalikan


kualitas hidup dan produktivitas.
 Mencegah kematian.
 Mencegah kekambuhan.
 Mengurangi penularan.
 Mencegah terjadinya resistensi obat

(PDPI, 2011).
PRINSIP PENGOBATAN TB
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi
beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.

 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan


obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang
Pengawas Menelan Obat (PMO)

(Depkes, 2007).
TAHAP PENGOBATAN TB
Tahap Awal (Intensif) Tahap Lanjutan

1) Pada tahap intensif (awal) 1) Pada tahap lanjutan pasien


pasien mendapat obat setiap mendapat jenis obat lebih
hari dan perlu diawasi secara sedikit, namun dalam jangka
langsung untuk mencegah waktu yang lebih lama.
terjadinya resistensi obat.
2) Tahap lanjutan penting
2) Bila pengobatan tahap untuk membunuh kuman
intensif tersebut diberikan persistent sehingga
secara tepat, biasanya mencegah terjadinya
pasien menular menjadi tidak kekambuhan (Depkes,
menular dalam kurun waktu 2 2007).
minggu. (Depkes, 2007).
PENCEGAHAN TB

Proteksi terhadap paparan TB

Diagnosis dan tatalaksana dini merupakan cara


terbaik untuk menurunkan paparan terhadap
TB. Risiko paparan terbesar terdapat di bangsal
TB dan ruang rawat, dimana staf medis dan
pasien lain mendapat paparan berulang dari
pasien yang terkena TB.
PENCEGAHAN TB

Vaksinasi BCG (Bacillus


Calmette Guerin)

BCG merupakan vaksin hidup yang berasal dari


M.bovis. Fungsi BCG adalah melindungi anak
terhadap TB diseminata dan TB ekstra paru berat
(TB meningitis dan TB milier).

BCG tidak memiliki efek menurunkan kasus TB


paru pada dewasa. BCG diberikan secara
intradermal kepada populasi yang belum terinfeksi.
PENCEGAHAN TB

Terapi Pencegahan

Tujuan terapi pencegahan adalah untuk mencegah


infeksi TB menjadi penyakit, karena penyakit TB
dapat timbul pada 10 % orang yang mengalami
infeksi TB.
Obat yang digunakan biasanya adalah isoniazid (5
mg/kg) selama 6 bulan. Jika memungkinkan,
dilakukan dengan pengamatan langsung.
STUDI KASUS TBC DI
NUNUKAN
10 ANAK MENINGGAL
Dalam waktu sekitar sebulan ini, pihak Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Nunukan menemukan 130 kasus
Tuberculosis atau TBC pada anak-anak. "Ini meningkat
pastinya. Kalau berapanya? Kami kurang tahu pasti.
Tetapi jauh meningkat karena ini saja 130 kasus," ujar dr
Sholeh SpA, dokter spesialis anak di RSUD Nunukan.
Dia mengungkapkan, para penderita ini kebanyakan
anak-anak yang tinggal di kawasan pedalaman. Aspek
kurangnya intensitas pelacakan oleh tenaga medis serta
terbatasnya akses kesehatan menjadi pemicu kenaikan
kasus TBC.
"Jika saat ini ditemukan 130 kasus pada anak,
kemungkinan besar terdapat jumlah yang sama
dari penderita dewasa. Karena sifat TBC anak itu
bukan muncul begitu saja tetapi lebih kepada
penularan dari orangtua," ujarnya yang
memperkirakan jumlah penderita TBC sebulan
terakhir mencapai lebih 300 orang.
Pihaknya mengimbau agar orangtua anak juga
melakukan pemeriksaan. Sebab, percuma anak
sembuh jika orangtuanya masih mengidap TBC.
"Anak-anak itu mayoritas ketularan," katanya.
Setahun belakangan ini pihak RSUD Nunukan mencatatkan 10
kasus kematian akibat TBC. Pasien meninggal akibat terlambat
ditangani.

"Pokoknya kalau anak beratnya susah nambah, bawa ke kami.


Karena kami temukan banyak kasus TBC, jangan sampai terlambat,"
ujarnya.

TBC bisa dipicu gaya hidup tidak sehat. Gejala yang muncul
biasanya batuk disertai darah untuk dewasa. Sedangkan untuk anak,
gejala yang tampak biasanya berat badan yang tak kunjung bertambah,
nafsu makan kurang, demam, berkeringat saat malam juga nyeri di
bagian dada.
Pengobatan juga pencegahan TBC tergolong
serius. Dia menyebutkan, pengidap TBC akan
diberikan antibiotik tertentu dengan waktu cukup
lama. Sementara untuk mencegahnya, dokter akan
memberikan vaksin Bacillus Calmette Guerin
(GCB) agar penularannya terhenti.
"Karena jika terlambat diatasi, nyawa pengidap
bisa melayang kapan saja," ujarnya. (*)

Sumber : Tribun News


BERDASARKAN STUDI KASUS YANG ADA
DIATAS MAKA DAPAT DISIMPULKAN :

1. Kurangnya tenaga medis untuk daerah pedalaman


serta terbatasnya akses kesehatan

2. Terdapat 10 kasus kematian TBC dalam setahun


belakangan ini

3. Masih banyak penderita TBC yang belum melakukan


pemeriksaan khususnya untuk orang dewasa karena
sifat TBC anak itu bukan muncul begitu saja tetapi
lebih kepada penularan dari orangtua
STRATEGI BINA SUASANA
Sasaran : Tokoh Masyarakat, Pemuka Agama, Tenaga Kesehatan,
kelompok pendorong

Bentuk Bina Suasana :


 Mengadakan penyuluhan tentang TBC melalui rembuk warga
 Tokoh masyarakat/tenaga kesehatan memberikan imbauan secara
intensif, terutama untuk penderita agar memakai masker, tidak
meludah sembarangan, dan menjauhkan penderita dari jangkauan
anak-anak
 Tokoh masyarakat/petugas kesehatan mempraktekkan PHBS
dengan metode sederhana pada masyarakat (pemanfaatan media)
TARGET PENCAPAIAN BINA
SUASANA

 Masyarakat mau dan siap mempraktikkan


perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
 Menurunnya angka kejadian penyakit TBC &
penularan kepada anak-anak
 Terciptanya suasana kondusif pada masyarakat
dan pengendalian TBC dapat ditekan
semaksimal mungkin
STRATEGI ADVOKASI

Sasaran : Pejabat daerah Nunukan, Dinas Kesehatan Daerah,


pemangku jabatan terkait

Bentuk Kegiatan :
 Menjalin kemitraan lintas sektor antara tokoh masyarakat
dengan pejabat daerah terkait
 Menginformasikan kondisi terkait kejadian TB kepada
pemerintah/pemangku kepentingan
 Pelaksanaan lobby-ing yang dilakukan antara tokoh masyarakat
dengan pemangku kepentingan terkait masalah TB di Nunukan
TARGET PENCAPAIAN ADVOKASI

 Terciptanya tindak lanjut kesepakatan dalam pemecahan masalah


kasus TB di Nunukan
 Ada instruksi langsung dari pejabat daerah/pemangku kepentingan
dalam mengatasi permasalahan kasus TB di Nunukan
 Penanganan medis kepada mayarakat penderita TB sampai ke
pedalaman & memaksimalkan fasilitas kesehatan
 Terciptanya kerja sama antara pejabat/pemangku kepentingan
dengan masyarakat, dalam melakukan upaya pengendalian kasus
TB di Nunukan
EVALUASI DAN PEMBINAAN

Sasaran : Kepala desa/Perangkat desa dan Pejabat Daerah Terkait

Bentuk Kegiatan :
 Musyawarah dalam mendalami kasus TB

antara tokoh masyarakat desa dengan


pejabat daerah
TARGET PENCAPAIAN EVALUASI &
PEMBINAAN

 Adanya perencanaan jangka panjang dalam


mencegah adanya kasus TB serupa di Nunukan
 Adanya sistem pencatatan & pelaporan
perkembangan kesehatan di desa/kelurahan
 Adanya pengembangan/cara dalam meningkatkan
pengetahuan mayarakat terhadap pentingnya
menjaga kesehatan & proteksi dini penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

 http://kaltim.tribunnews.com/2018/02/13/ Dari 130 Kasus


TBC di Nunukan 10 Anak Meninggal Karena Terlambat
Ditangani
 Buku pedoman program kesehatan di daerah bermasalah
kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/401
65/Chapt;jsessionid=331760632E2BB685094B944983D29
07A?sequence=4

Anda mungkin juga menyukai