PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan usap alat makan, yaitu :
Mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan sampel pada usap alat makan.
Mahasiswa dapat mengetahui bakteri yang terdapat pada alat makan (piring, gelas, sendok,
dll).
Mahasiswa dapat membaca hasil pemeriksaan usap alat makan secara bakteriologis
1.4 Manfaat
Dengan melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui bakteri apa saja
yang terdapat pada alat pejamah makanan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Semua alat makan yang mempunyai peluang bersentuhan dengan makanan harus selalu
dijaga dalam keadaan bersih dan tidak ada sisa makanan yang tertinggal pada bagian-bagian
alat makan tersebut. Apabila hal tersebut dibiarkan, akan memberi kesempatan kuman yang
tidak dikehendaki untuk berkembang biak dan membusukkan makanan. (Winarno, 1993).
Menurut ketentuan Direktur Jenderal PPM & PLP, inspeksi atau uji sanitasi alat makan
atau alat masak perlu dilakukan pada tempat-tempat pengolahan makanan dan sampel
sebaiknya diambil dari lima jenis alat makan atau alat masak yang ada, yaitu :
1. Sendok
2. Gelas
3. Piring
4. Mangkok
5. Panci, dan lain-lain.
Dalam pelaksanaan uji sanitasi alat makan atau alat masak hendaknya memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Untuk cangkir atau gelas uji usap dilakukan pada permukaan luar dan dalam bagian bibir
yang terkena atau biasanya bersinggungan langsung dengan konsumen.
2. Untuk sendok/garpu pada permukaan bagian luar dan dalam cekungan sendok atau garpu.
3. Untuk piring, uji usap dilakukan pada permukaan dalam piring makan dimana makanan
diletakkan
4. Setiap satu alat makan menggunakan satu swab.
Alat makan yang kurang bersih dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit.
Penyakit tersebut dapat berupa infeksi saluran pernafasan. Oleh karena itu perlu diupayakan
agar alat makan yang akan dipakai harus memenuhi syarat kesehatan. (Surasri, 1989)
2.2 Menguji Kebersihan Secara Bakteriologi
1. Pengambilan usapan kapas steril (swab) pada peralatan yang disimpan. Nilai kebersihan
dihitung dengan angka sebagai berikut:
a. Angka kuman sebanyak-banyaknya 100/cm dari permukaan alat yang diperiksa
b. Angka kuman E Coli harus 0/cm2
2. Pengambilan usapan kapas steril pada peralatan dilakukan segera setelah pencucian. Hal
ini untuk menguji proses pencucian karena semakin lama akan semakin banyak terjadi
pencemaran bakteri yang berasal dari udara dan akan memberikan penyimpangan lebih
tinggi dari keadaan yang sebenarnya.
Menurut Depkes RI (1988), seperti dikutip dalam skripsi Patoni (1995), alat makan
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Syarat bahan alat makan. Alat makan yang kontak langsung dengan makanan tidak
boleh terbuat dari bahan-bahan yang mengandung racun.
2. Syarat konstruksi alat makan. Alat makan harus utuh (tidak cacat) dan mudah
dibersihkan.
3. Syarat kebersihan. syarat kebersihan alat makan ada 2, yaitu :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.1 Alat
1. Kapas steril 1 buah
2. Lampu spirtus dan korek api
3. Tabung reaksi 5 buah
4. Petridish 12 buah
5. Pipet sedot 6 buah
6. Penggaris (untuk mengukur luas alat makan)
7. Lidi swab
8. Piring sebagai sampel
9. Beakerglass kecil
10. Ose Bulat
11. Sarung tangan steril
12. Cool box
13. Label dan alat tulis
14. Inkubator
3.1.2 Bahan
1. Alkohol 70%
2. 1 buah tabung berisi buffer pepton 10 ml
3. PCA ( Plate Count Agar )
4. Endo Agar
1 1 1 1 1
2 2 2 2 2
Kontro Kontr
l BP ol
5. Beri label pada 5 tabung reaksi yang berisi buffer pepton tersebut dengan format 10 -1,
10-2, 10-3, 10-4, 10-5
6. Ambil 1 buah pipet sedot steril, masukkan ke buffer pepton yang berisi kapas tadi
sebanyak 1 ml ke tabung reaksi 10-1
7. Lakukan sedot sempul sebanyak 3 kali pada tabung reaksi 10-1 , kemudian ambil
kembali sebanyak 3 ml
8. Masukkan ke tabung reaksi 10-2 sebanyak 1 ml, dan 1 ml lagi ke petridish 1 (10 -1)
kemudian 1 ml lagi ke petridish 2 (10-1)
9. Ambil 1 buah pipet sedot steril yang baru, masukkan ke tabung reaksi 10 -2 , kemudian
ambil cairan sebanyak 3 ml
10. Masukkan ke tabung reaksi 10-3 sebanyak 1 ml, dan 1 ml lagi ke petridish 1 (10 -2)
kemudian 1 ml lagi ke petridish 2 (10-2)
11. Ambil 1 buah pipet sedot steril yang baru, masukkan ke tabung reaksi 10 -3 , kemudian
ambil cairan sebanyak 3 ml
12. Masukkan ke tabung reaksi 10-4 sebanyak 1 ml, dan 1 ml lagi ke petridish 1 (10 -3)
kemudian 1 ml lagi ke petridish 2 (10-3)
13. Ambil 1 buah pipet sedot steril yang baru, masukkan ke tabung reaksi 10 -4 , kemudian
ambil cairan sebanyak 3 ml
14. Masukkan ke tabung reaksi 10-5 sebanyak 1 ml, dan 1 ml lagi ke petridish 1 (10 -4)
kemudian 1 ml lagi ke petridish 2 (10-4)
15. Ambil 1 buah pipet sedot steril yang baru, masukkan ke tabung reaksi 10 -5 , kemudian
ambil cairan sebanyak 2 ml
16. Masukkan k petridish 1 (10-5) kemudian 1 ml lagi ke petridish 2 (10-5)
17. Lakukan dekat dengan spirtus yang menyala
18. Simpan pada suhu 37oC
E.A 1
Kel 1
(2D3B)
2. Ambil media dari tabung reaksi yang berisi buffer pepton sebanyak 10 ml
menggunakan ose jarum
3. Oleskan pada media Endo Agar dengan cara zig – zag
4. Simpan pada suhu 37oC dalam inkubator
Pembacaan hasil :
Negatif tidak ada koloni berwarna kilat logam
Positif ditandai dengan tumbuhnya koloni berwarna kilat logam
Hasil yang positif dilanjutkan dengan rangkaian tes biokomia (TSIA,
SC, SIM dan MRVP)
BAB IV
L = π.r2
22
= x 8,752
7
22
= x 76,5625
7
= 240,625 cm2
HJK (Hitung Jumlah Kuman)
RATA -
PENGENCERAN PETRI 1 PETRI 2
RATA
1 : 10 0 1 0,5
1 :100 1 0 0,5
1 : 1000 0 0 0
1 : 10000 2 1 1,5
1 : 100000 0 0 0
Kontrol BP -
Kontrol PCA -
Jadi, koloni yang terdapat pada piring yang dijadikan sampel adalah :
Jumlah HJK
2,5
=0,01 koloni/cm 2
240,625
Jadi, jumlah koloni yang ada pada sampel alat makan yang diperiksa yaitu pada piring
adalah sebanyak 0,01 koloni/cm 2.
4.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan sampel jumlah kuman pada sendok dilakukan
dengan cara sapuan atau swab, dengan satu kali usapan secara zig -zag. Berdasarkan hasil
pemeriksaan pada alat makan piring dengan menggunakan metode usap/swab ini, maka
didapatkan dari hasil perhitungan jumlah koloni/cm2 yaitu sebanyak 0,01 koloni/cm2. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa alat makan tersebut memenuhi persyaratan standart
kesehatan mengenai sanitasi alat makan. Hal ini dikarenakan jumlah koloni yang didapatkan
pada sampel (piring) belum melebihi nilai ambang batas yaitu 100 koloni / cm2.
1. Bahan pencuci.
2. Kualitas air pencuci.
3. Cara pencucian.
4. Adanya sumber pencemaran kuman
dan arah angin.
5. Kondisi ruang penyimpanan, debu di
udara dan kelembaban ruangan.
6. Adanya sinar matahari langsung
yang masuk ke dalam ruang
penirisan/ penyimpanan.
7. Kondisi rak penyimpanan.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum, dapat diketahui bahwa pemeriksaan alat makan pada sampel
(piring) sebanyak 0,01 koloni /cm2. Angka tersebut masih memenuhi standar dan
peralatan tersebut masih layak untuk digunakan dalam penyajian makanan bagi
konsumen.
5.2 Saran
Jika Angka koloni melebihi standar maka hal tersebut dapat diminimalisasi dengan
mengadakan pencucian ulang menggunakan detergen ditambah dengan jeruk nipis dan
abu gosok, dimana pada suatu penelitian mahasiswa telah membuktikan bahwa
penggunaan abu gosok dan jeruk nipis efektif mengurangi jumlah koloni kuman
sehingga alat makan akan lebih bersih dan layak untuk digunakan.