Penyebab Tuberkulosis
Meskipun cara penularannya mirip dengan pilek atau flu, TBC tidak menular
semudah itu. Kamu perlu berkontak dekat dengan pengidap TBC dalam waktu lama
(beberapa jam) untuk bisa tertular penyakit ini. Selain itu, tidak semua pengidapnya bisa
menularkan penyakitnya. Anak-anak yang mengidap TBC, mereka tidak bisa menularkannya
ke anak lain maupun orang dewasa.
Gejala Tuberkulosis
Tuberkulosis tidak selalu menunjukkan gejala sakit. Para ahli membedakan TBC menjadi
dua jenis, yaitu:
TBC laten
Pada jenis TBC ini, bakteri dalam keadaan tidak aktif sehingga pengidapnya tidak
mengalami gejala apapun.Karena itu, jenis laten bersifat tidak menular. Tetapi, pengobatan
TBC perlu kamu lakukan agar tidak berkembang menjadi TBC aktif.
TBC aktif
Bakteri TBC dapat menular dan menimbulkan sejumlah gejala setelah infeksi terjadi.
Tanda dan gejala TB aktif meliputi:
Nyeri dada.
Kelelahan.
Demam
Panas dingin.
Jika menginfeksi organ lain, tanda dan gejalanya bisa bervariasi tergantung organ mana yang
terinfeksi.Misalnya, TBC tulang belakang dapat menyebabkan sakit punggung, dan TBC di
ginjal dapat menyebabkan urine berdarah.
Semua orang berisiko tertular tuberkulosis. Tetapi, ada beberapa faktor yang
meningkatkan risiko penularannya, seperti:
Melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat mengidap penyakit atau meminum obat-
obatan tertentu.
Bayi dan anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya masih berkembang.
Orang lanjut usia yang sistem kekebalan tubuhnya mulai menurun.
Individu yang bepergian ke daerah dengan kasus TBC tinggi.
Konsumsi alkohol berlebihan yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Perokok aktif maupun pasif.
Bekerja di fasilitas kesehatan yang mengharuskan berkontak erat dengan orang sakit.
Tinggal bersama pengidap TBC.
Pengobatan Tuberkulosis
1. Tahap Awal
Pada tahap awal, obat untuk TBC diberikan setiap hari. Hal ini bertujuan untuk
menurunkan jumlah kuman dalam tubuh pasien.Pengobatan tahap awal diberikan selama dua
bulan. Ketika pengobatan dijalani secara rutin, setidaknya selama dua minggu, potensi
penularan penyakit TBC pun berkurang pesat.
2. Tahap Lanjutan
Obat antituberkulosis tahap lanjutan ditujukan untuk membunuh sisa-sisa kuman yang
masih ada dalam tubuh pasien. Alhasil, tingkat kekambuhan penyakit makin kecil. Bahkan,
penyakit TBC bisa hilang sama sekali.Jenis obat TBC yang digunakan pada tahap ini
berkurang. Namun, jangka waktu konsumsinya lebih lama.
Beberapa Jenis Obat TBC
Beberapa obat TBC yang wajib dikonsumsi oleh penderita, di antaranya:
1. Isoniazid (H)
Isoniazid bersifat bakterisidal atau membunuh kuman. Antibiotik untuk TBC ini bisa
menimbulkan efek samping, berupa neutopati terifer, psikosis toksis, gangguan fungsi hati,
hingga kejang.
2. Rifampisin (R)
Sama seperti isoniazid, rifampisin bersifat bakterisidal. Efek samping obat ini bisa
memicu flu, gangguan saluran cerna, urine berwarna merah, gangguan fungsi hati,
trombositopeni, demam, ruam kulit, sesak napas, dan anemia hemolitik.
3. Pirazinamid (Z)
Memiliki sifat bakterisidal, pirazinamid bisa menyebabkan efek samping, berupa
gangguan pencernaan dan fungsi hati, maupun artritis gout.
4. Streptomisin (S)
Streptomisin memiliki sifat bakterisidal. Efek samping yang ditimbulkan obat
antituberkulosis ini, berupa nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan anafilaktik, anemia, agranulositosis, serta trombositopeni.
BTA positif menandakan adanya bakteri tahan asam pada sampel dahak orang yang
diduga terinfeksi TBC. Sementara BTA negatif artinya ada kemungkinan tidak terjadinya
infeksi TBC.Pasien kategori I kasus baru memiliki BTA positif, tapi belum pernah
mendapatkan pengobatan antituberkulosis selama kurang dari 4 minggu.
Golongan ini juga bisa memiliki BTA negatif dengan TB ekstra paru, yaitu infeksi
bakteri menyerang organ selain paru) yang berat.Berdasarkan rumus yang direkomendasikan
oleh WHO, kombinasi obat standar nasional untuk kategori I kasus baru adalah 2(HRZE) /
4(HR)3.
Berikut keterangannya:
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
Nah, angka pada rumus kombinasi obat merupakan durasi konsumsi dan frekuensi pemberian
per minggu. Angka yang terdapat di depan regimen obat untuk TBC merupakan durasi
konsumsinya, sedangkan angka dibelakang regimen merupakan berapa kali pemakaian obat
dalam seminggu.
2. Kategori II
3. Kategori III
Kriteria kategori ini adalah pasien dengan hasil rontgen positif dengan kondisi TB
ekstra paru ringan. Pasien kategori III harus memperoleh kombinasi obat TBC, berupa
2(HRZ) / 4 (HR)3
Pasien dengan BTA tetap positif setelah menjalani pengobatan ulang. Kombinasi obat
TBC untuk pasien kasus kronik adalah 1 HRZE.
5. Kategori Anak
Sementara itu, pasien TBC anak harus memperoleh kombinasi obat TBC, berupa
2(HRZ) / 4(HR) atau 2HRZA(S) / 4-10HR.
Untuk mempermudah konsumsi obat TBC yang cukup banyak, kini tersedia kombinasi
obat yang terdiri dari 2-4 jenis obat antituberkulosis (OAT). Kombinasi ini dikenal sebagai
FDC atau fixed drug combination. Keuntungan FDC, antara lain:
Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga efektivitasnya lebih
tinggi dan kemungkinan terjadinya efek samping bisa ditekan
Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pengobatan jadi lebih
sederhana
Meningkatkan kepatuhan pasien untuk mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran
dokter
Pencegahan Tuberkulosis
Sampai saat ini sebenarnya tidak ada cara pasti untuk sepenuhnya mencegah
penyebaran TBC.Namun, ada sejumlah tindakan yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi
penyebaran penyakit ini:
1. Pemberian Vaksin
Tuberkulosis dapat kamu cegah melalui pemberian vaksin BCG (Bacillus Calmette-
Guerin). Di Indonesia, vaksin wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan.Vaksin
BCG juga dianjurkan bagi anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa yang belum pernah
menerimanya pada waktu bayi.
TBC adalah penyakit yang menular melalui udara saat pengidapnya bersin atau batuk.
Risiko infeksi bisa berkurang dengan membuat sistem sirkulasi udara atau ventilasi yang
bagus dalam rumah.
Sebab, bakteri penyebab TBC dapat mengendap lebih lama dalam rumah apabila
sistem ventilasi kurang layak.
Kamu bisa meningkatkan sistem imun dengan menerapkan pola hidup sehat.
Misalnya seperti mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang dan rutin
berolahraga. Sebab, sistem imun yang baik dapat membantu kamu terhindar dari berbagai
macam penyakit, termasuk bakteri penyebab TBC.
Komplikasi Tuberkulosis
Tuberkulosis bisa fatal apabila tidak segera terobati. Seiring waktu, bakteri dapat
merusak organ paru-paru maupun organ lain yang terinfeksi.
Selain itu, tuberkulosis juga dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti erythema nodosum.