Anda di halaman 1dari 23

FARMAKOTERAPI PENYAKIT TROPIS TUBERKULOSIS (TBC)

Di susun oleh : Erine Febrian (1101027) Dosen pembimbing : Husnawati, M.Si, Apt

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PEKANBARU 2014

PENGERTIAN TUBERKULOSIS
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. M. tuberculosis Disebut dengan basil tahan asam karena dinding selnya yang tebal yang terdiri dari lapisan lilindan lemak yang terdiri dari asam lemak mikolat.

EPIDEMIOLOGI

Tuberkulosis merupakan penyakit yang paling umum didunia , dengan perkiraan sepertiga populasi terinfeksi dan 2,5 juta orang meninggal setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Pada tahun 1990-an, situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkatdan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden countries). Menyikapi haltersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah: Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara negara yang sedang berkembang. Kegagalan program TB selama ini. Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur kependudukan. Dampak pandemi HIV.

penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Jadi penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan perlengkapan tidur

Gejala Klinis
Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang memiliki gejala: Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke Fasyankes dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.

PATOGENITAS
Secara klinis terdiri dari primer dan pasca primer. Basil tuberkel
Basil tuberkel Nafas/cerna/luka Permukaan alveolar paru

Nekrosis perkijuan (lesi proliferatif)

Radang /lesi eksudatif

Jaringan keju mencair keluar sisa rongga sumber kumankuman batuk berdarah.

Gejala klinik pada anak


Bb turun 3 bulan berturut turut , tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yg tepat Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, dapat disertai dengan keringat malam) Pembesaran kalenjer limfe superfisialis yg tidak sakit, paling sering didaerah leher, ketiak dan lipatan paha Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk > 30 hari, nyeri dada

Diagnosa
Pemeriksaan jasmani Pemeriksaan dahak mikroskopis (SPS) Pemeriksaan Biakan Pemeriksaan Radiologik Pemeriksaan serologi, Pemeriksaan darah Uji tuberkulin

Klasifikasi TB
Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman, maka tuberkulosis dibedakan menjadi Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis Ekstra Paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchym paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Tipe Penderita
Kasus Baru Kambuh (Relaps) Pindahan Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) gagal

Tujuan Terapi
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Sasaran terapi Jumlah basil tuberkulosa

Strategi terapi : basmi basil ( hambat dan hilangkan )

Penatalaksanaan TB
Tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari selama 2 bulan , minimal 3 obat ( cegah resistensi) perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. 2 obat (INH dan Rifampisin)

Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi. Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin, Pirazinamid, dan Streptomisin. Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer. Kode huruf : H = Isoniazid R = Rifampisin Z = Pirazinamid E = Etambutol S = Streptomisin

Panduan OAT di Indonesia


Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3. Penderita baru TB Paru BTA (+), BTA (-), Rntgen (+) sakit berat TB Ekstra Paru berat Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3 Penderita kambuh (relaps) Penderita gagal (failure) Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).

Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3. Penderita baru BTA (-), rntgen (+) sakit ringan, Penderita TB ekstra paru ringan.

obat sisipan (HRZE) Bila pada akhir tahap intensif : BTA (+) dengan kategori 1 atau penderita BTA (+) pengobatan ulang dengan kategori 2, Hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

Panduan OAT di Indonesia


Kategori -1 2HRZE/4H3R3
Tahap pengobatan Lamanya pengobatan H 300 mg R 450 mg Z 500 mg E 250 mg Jumlah /kali minum obat

Intensif (dosis harian)

2 bulan

60

Lanjutan(dosis 3x seminggu)

4 bulan

54

Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3

Tahap pengobatan

Lamanya pengobatan

H 300 mg

R 450 mg

Z 500 mg

E 250 mg

500 mg

Jumlah /kali minum obat

Intensif (dosis harian)

2 bulan

60

1 bulan Lanjutan(dosis 3x seminggu) 5bulan

1 2

1 1

3 -

3 1

30 66

Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3

Tahap pengobatan

Lamanya pengobatan

H 300 mg

R 450 mg

Z 500 mg

Jumlah /kali minum obat

Intensif (dosis harian)

2 bulan

60

Lanjutan(dosis 3x seminggu)

4 bulan

54

obat sisipan (HRZE)

Tahap pengobatan

Lamanya pengobatan

H 300 mg

R 450 mg

Z 500 mg

E 250 mg

Jumlah /kali minum obat

Intensif (dosis harian)

1bulan

30

Pengobatan TB pada keadaan khusus


Pasien HIV Anak anak Ibu hamil dan menyusui Pasien dengan kelainan hati Pasien dengan gang. Fungsi ginjal TBC dengan tambahan kortikosteroid TB dengan DM

Resistensi OAT
Resistensi primer Terinfeksi M. tuberculosis dan telah resisten terhadap OAT tertentu Resistensi Sekunder Selama pengobatan muncul organisme yang tahan OAT Penyebab utama : ketidak patuhan minum obat

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai