Anda di halaman 1dari 15

Apakah penyakit TBC itu ?

TBC biasanya disebut penyakit paruparu. Penyakit ini sangat menular.


Penularannya melalui pernafasan, percikan ludah waktu batuk, bersin atau
bercakapcakap dan melalui udara yang mengandung kuman TBC.

Gejala TBC, Penyebab dan Cara Pengobatan Penyakit TBC


Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan
yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat
kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi
perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas
TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium
tuberculosis ini pun tinggi.

Penyakit TBC Menular Lewat Udara

Tingkat prevalensi penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar 289 per


100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk. Bahkan
27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal seperti yang dilaporkan
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011
mengenai
tuberkulosis
(TBC)
di
Indonesia.
Laporan tersebut juga meliris bahwa angka penjaringan penderita baru TBC
meningkat 8,46 persen dari 744 penderita TBC di 2010 menjadi 807 per
100.000 penduduk di 2011. Namun, kabar baiknya angka kesembuhan pada
2011 mencapai target sebesar 83,7 persen dan angka keberhasilan
pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar 90,3 persen.
Gejala Penyakit TBC
Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam
tapi tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti

influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan
berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah),
perasaan
tidak
enak
(malaise),
dan
lemah.
Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala penyakit
tuberculosis
yang
perlu
Anda
ketahui.
Gejala utama
Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.
Gejala tambahan yang sering dijumpai
Dahak bercampur darah/batuk darah
Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
Demam/meriang lebih dari sebulan
Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
Badan lemah dan lesu
Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
"Paling mudah untuk mengetahui seseorang terkena tuberkulosis jika dia
berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas. Walaupun tidak bisa
langsung ditetapkan tuberkulosis karena harus didiagnosis, tapi itu salah satu
pertanda. Jika Anda lemas, batuk tak berhenti, nyeri pada dada, dan keringat
pada malam hari, langsung segera periksa," tambah dr Arifin Nawas Sp(P),
salah seorang tenaga ahli klinis tuberkulosis di RSUP Persahabatan di tempat
sama.
Menurutnya, untuk memastikan seseorang terkena TB atau tidak, tim medis
melakukan diagnosis dengan mengadakan pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung (BTA) dan gambaran radio logis (foto rontgen).
Penyebab Infeksi TBC
Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat
menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah
bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat
mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini.

Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular, yaitu
lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin &
dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak semua orang yang menghirup
udara yang mengandung kuman TBC akan sakit.

Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh
yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC
akan "tertidur". Namun,pada mereka yang mengalami kekurangan gizi, daya
tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus menghirup udara yang
mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih mudah
terinfeksi TBC (menjadi 'TBC aktif') atau dapat juga mengakibatkan kuman
TBC yang "tertidur" di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).
Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa
gejala apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga
sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat
dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC terus
merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat
penyakitnya telah cukup parah.
Pengobatan Penyakit TBC
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik,
terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan
berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes
tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka
panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat.
Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk meminum
obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya setelah
2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien
menjadi
malas
meminum
obat
dan
kontrol
ke
dokter.
Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena
sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak mempan pada
kuman TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obat lain yang
lebih mahal dan "keras". Hal ini harus dihindari dengan pengobatan TBC
sampai tuntas.
Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan
menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang
biasanya
terjadi
pada
pengobatan
TBC
adalah
nyeri
perut,
penglihatan/pendengaran terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi,

muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki/tangan, lemas,


sampai mata/kulit kuning.
Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul
pada dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis,
mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium
jika diperlukan.
Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun
sebaiknya harus diatur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih
serius/berbahaya. Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara:
Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif.
Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan
yang sehat, dan berolahraga.
Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat).
Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita.
Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan
diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak
mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya.
VAKSIN BCG
Manfaat imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin) pada balita adalah untuk
memberikan kekebalan terhadap penyakit TB (tuberkolosis) yang diberikan
hanya 1 kali. Usia efektif dilakukannya imunisasi pada 2-3 bulan. Alasannya,
karena imunologi terhadap BCG belum bisa bangkit dengan baik pada bayi
yang baru lahir. Suntikan ini akan menampakkan "bisul" kecil di daerah yang
disuntik. Bila tidak, harus dilakukan suntikan ulang.
Menurut keterangan dari jadwal pemberian imunisasi terbaru IDAI, imunisasi
BCG pada bayi optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan. Apabila vaksin
ini diberikan setelah umur 3 bukan, maka perlu dilakukan uji tuberculin. Jika
tuberculin praBCG tidak dimungkinkan, maka BCG bisa diberikan, akan tetapi
harus dilakukan observasi dalam 7 hari. Jika ada reaksi lokal cepat di tempat
suntikan (accelerated local), maka perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut
(diagnostic TB).

Tujuan Imunisasi BCG


Tujuan atau manfaat imunisasi BCG (Basil Calmette Guerin) yaitu untuk
mencegah bayi atau anak terserang dari penyakit TBC yang berat, seperti:
meningitis TBC dan TBC milier. Ini dikarenakan bayi atau anak masih rentan
terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis penyebab penyakit TBC, akibat adanya
kontak dengan penderita TBC yang ada di sekitarnya, seperti: orang tua,
keluarga, pengasuh, dan lain sebagainya.
Lokasi Penyuntikan Imunisasi BCG
Menurut badan kesehatan WHO, lokasi penyuntikan imunisasi BCG sebaiknya
di lengan kanan atas. Akan tetapi pada praktiknya di Indonesia, selain ada
yang dilakukan di lengan kanan atas, adapula yang dilakukan di paha.
Perbedaan lokasi penyuntikan ini seringkali dihubungkan dengan estetika,
yang konon bisa merusak keindahan tubuh si kecil. Padahal, jika dilakukan di
lengan kanan atas pun sebenarnya luka/bekas yang ditimbulkan pun tidak
terlalu besar. Efek samping BCG umumnya juga tidak menimbulkan
panas/demam.
Tanda Keberhasilan Vaksinasi BCG
Tanda keberhasilan imunisasi BCG dapat dilihat dengan munculnya benjolan
kecil dan bernanah seperti bisul pada bagian yang disuntik. Akan tetapi jika
kita lihat lebih seksama, benjolan atau bisul kecil itu mempunyai ciri yang khas
dan berbeda dari bisul pada umumnya. Terlebih lagi, bisul bekas imunisasi
BCG tersebut tidak menimbulkan sakit jika disentuh. Seiring dengan
berjalannya waktu, benjolan tersebut akan mengempis dengan sendirinya
dengan membentuk luka parut.
Jika Timbul Reaksi Lain
Apabila ada reaksi lain setelah vaksinasi BCG, misalnya bisul atau benjolan
tersebut tidak sembuhsembuh dan malah menjadi koreng, maka Anda patut
mewaspadainya. Terlebih bila ada pembengkakan pada kelenjar limfe di ketiak
atau di pangkal paha bayi (tergantung lokasi yang disuntik). Hal tersebut
sebagai salah satu pertanda bahwa si anak dulunya pernah terinfeksi TB,
sehingga memungkinkan timbulnya reaksi berlebih pasca pemberian vaksin.

Sebagai tindakannya, Anda bisa langsung berkonsultasi kepada dokter


spesialis anak.
Jika Tidak Muncul Benjolan
Pertanyaannya, pasca imunisasi BCG tapi tidak muncul benjolan/bisul, apa
berarti gagal? Jika benjolan atau bisul tidak muncul, bukan berarti
vaksinasinya gagal. Antibodi yang sudah diberikan melalui vaksinasi tersebut
tetap terbentuk, hanya saja kadarnya rendah. Hal ini bisa saja terjadi karena
beberapa faktor, misalnya, dosis yang diberikan terlalu rendah, daya tahan si
kecil sedang tidak baik, atau bisa juga disebabkan oleh kualitas vaksin itu
sendiri oleh karena penyimpan yang kurang benar misalnya. Jadi, jika anak
Anda tidak timbul bisul/benjolan tidak perlu khawatir, karena booster (ulangan
vaksinasi) bisa diperoleh dari alam, yang terpenting sebelumnya sudah
pernah divaksinasi.
Biaya Imunisasi BCG
Biaya imunisai BCG tergolong murah, dengan catatan dilakukan di puskesmas
atau rumah sakit pemerintah karena masih mendapat subsidi. Sebagai
gambaran, harga imunisasi BCG sebesar Rp10.000/tahun 2011 di salah satu
balai imunisasi di Bandung. Biaya tersebut belum termasuk PPN 10% dan
jasa vaksinasi.

Gratis karena 100% disubsidi pemerintah. Jadwal imunisasi ini mengikuti


aturan UCI (Universal Child Immunization) - yang tujuannya mengejar
cakupan imunisasi sesegera mungkin, 5 vaksin (dasar) sebelum anak berusia
1 tahun
1. Hepatitis B: diberikan saat lahir (dg uniject), umur 2, 3, 4 bulan
(bersamaan dengan DTP Combo), harus diberikan dalam 12 jam
pertama. Aman diberikan pada semua bayi di atas 1.500 gram. (dulu
batasnya berat lahir 2.000 gram).
2. Polio oral: diberikan saat lahir (pulang dari Rumah Sakit), umur 2,3,4
bulan

3. BCG: diberikan saat usia 1 bulan


4. DTP Combo Hepatitis B: diberikan umur 2, 3, 4 bulan
5. Campak: diberikan pada usia 9 bulan
Ikatan Dokter Anak Indonesia mengeluarkan jadwal imunisasi (vaksinasi)
lengkap untuk anak Indonesia, tidak hanya terbatas pada vaksin gratis di atas,
namun diperluas banyak vaksin lainnya. Sifatnya wajib, tidak lagi dianjurkan,
karena setiap anak Indonesia punya HAK untuk sehat dan kebal terhadap
penyakit2 di bawah ini.Karena tidak (belum) disubsidi pemerintah maka orang
tua harus membayar untuk mendapatkan vaksin ini.

1. HIB (Hemophyllus influenza tipe B) Diberikan pada 2, 4, 6, 15-18


bulan (total 4 kali vaksinasi). Mencegah radang paru (pneumonia),
radang telinga tengah (otitis media) yang berisiko tuli konduksi pada
anak, epiglotitis, radang selaput otak (meningitis) yang bila
berkomplikasi menjadi ensefalitis (radang otak) menyebabkan
kematian/cacat otak. Contoh merek vaksin: Hiberix
2. PCV (Pneumokokus). Diberikan pada usia 2, 4, 6, 12-15 bulan (total 4
kali pemberian vaksinasi). Spektrum penyakit yang bisa dicegah sama
dengan HIB (meningitis, pneumonia) ditambah mencegah
bakteremia/sepsis (yaitu infeksi berat bakteri dalam darah).
3. Rotavirus Mencegah spektrum penyakit karena virus rota berupa diare
rotavirus, meningitis dan miokarditis karena rotavirus. Efektif diberikan
sedini mungkin, namun tidak efektif pada anak di atas usia 1 tahun.
Mencegah diare pada usia balita. Diberikan pada usia 2 bulan dan 4
bulan (rotarix Glaxo), atau 2,4,6 bulan (rotate MSD)
4. Influenza Mencegah spectrum influenza pada bayi dan anak, dan
mengurangi frekuensi dan beratnya common cold (selesma) yang
disebabkan rhinovirus. Diberikan mulai umur 6 bulan sampai usia
dewasa, satu kali setahun

5. MMR Mencegah Measles (campak), Mumps (gondongan/parotitis/bof),


Rubella (campak Jerman). Diberikan pada usia 15 bulan dan 5-6 tahun
(total 2 kali pemberian). Tidak terbukti menyebabkan anak autis.
6. Tifoid. Mencegah demam tifoid, diberikan mulai anak berusia 2 tahun,
diulang setiap 3 tahun
7. Hepatitis A Mencegah hepatitis A akut. Diberikan mulai usia 2 tahun,
diberikan 2 kali, dengan interval 6-12 bulan (jarak vaksin berikutnya).
8. Varisela - Memberikan perlindungan seumur hidup terhadap virus
varisela zoster (termasuk mencegah Herpes Zoster) dengan 1 kali
pemberian vaksin mulai anak usia 1 tahun.
9. HPV (Human Papilloma Virus) hanya pada perempuan mulai usia
10 tahun ke atas. Mencegah kanker cervix (kanker leher rahim).
Diberikan 3 kali dengan interval 1 bulan, dan 6 bulan.
IDAI juga merekomendasikan booster vaksinyang di Posyandu agar kadar
immunoglobulin tetap berada pada level protektif (sudah di luar program
Posyandu juga).
1. Polio perlu ulangan pada 18-24 bulan dan 6 tahun
2. DTP perlu diulang pada 18-24 bulan, 5 tahun, 10 tahun (Td) dan 18
tahun (Td)
3. Campak diulang pada umur 24 bulan, 6 tahun. Jika anak sudah
mendapat vaksin MMR pada usia 15 bulan, campak 24 bulan tak usah
diberikan

Jadwal baru IDAI sedikit berbeda dengan jadwal imunisasi di Posyandu


--> agar respons imun lebih baik
- BCG: dianjurkan di umur 0-2 bulan, namun paling optimal di usia 2 bulan
- Hepatitis B usia 1 bulan tetap diberikan
- DTP dan Polio : dianjurkan pada usia 2, 4, 6 bulan (selisih 2 bulan), bukan
di 2,3, 4 bulan. Setiap anak diharapkan mendapat minimal 1x vaksin polio

injeksi (biasanya gabungan dengan vaksin lain spt Infanrix HIB yang berisi
Polio injeksi, HIB, dan DTP yang tak panas).
Khusus pada bayi yang lahir dari ibu dengan Hepatitis B
- Perlu sekali diberikan Imunoglobulin Hepatitis B (Hyperhep-B) sebagai
pembunuh virus yang siap tempur untuk mematikan virus hepatitis yang
sudah masuk ke bayi (penularan via cairan tubuh: darah, lendir vagina,
ketuban, keringat, dan ASI). Berikan sedini mungkin < 48 jam pertama
sesudah bayi lahir agar efektif (sembari diberikan vaksin hepatitis B program
pemerintah).
- Vaksin hepatitis B umur 1 bulan harus tetap diberi, tidak menunggu DTP
Combo 2 bulan, agar imunitas segera terbentuk. Pada bayi prematur/berat
lahir < 2.000 gram pun tetap diberikan segera sesudah lahir, ulangan saat bayi
berat badan mencapai 2 kg, dan selanjutnya sesuai jadwal IDAI.
- Dengan 2 vaksinasi tadi (vaksin hepatitis B dan Imunoglobulin Hepatitis B)
akan memberikan perlindungan > 90% terhadap kemungkinan bayi terinfeksi
hepatitis B yang berisiko tinggi menjadi kanker hati di usia remaja.
- Harga vaksin ini Rp 2,2 juta, hanya diberikan 1 kali
- Vaksin hepatitis B dan Imunoglobulin Hepatitis B, aman diberikan pada
semua bayi > 1.500 gram.
Pertanyaan yang sering ditanyakan:
1. Anak saya batuk pilek tapi ga demam, bolehkah imunisasi?- Boleh.
Sebetulnya demam ringanpun boleh imunisasi tapi takutnya akan rancu
dengan demam yg timbul akibat imunisasinya.
2. Anak saya ketinggalan imunisasi x nya, sekarang umur sekian, masih
bisa diberikan tidak?- Bisa. Hanya rotavirus yang harus selesai maksimal
usia 32 minggu utk rotateq, dan 24 minggu utk rotarix. Kedua vaksin rotavirus
harus sudah dimulai sebelum usia 14 minggu. Banyak vaksin lain yg malah
masih diberikan pad orang dewasa.Utk imunisasi campak yg tertinggal, bila
terlewat hingga usia lebih dari 1 tahun sebaiknya kejar ketinggalan langsung
dengan imunisasi MMR.
3. Saya ditawari vaksin x, pentingkah?- semua vaksin penting. Vaksin
hanya dibuat utk penyakit2 penting yg membahayakan karena angka
kematiannya atau angka kecacatannya tinggi. Penyakit ecek2 biarpun
menyebalkan tidak akan dibuat vaksinnya.

4. Kenapa utk penyakit2 berbahaya seperti penyakit x,y,z tidak ada


vaksinnya?- banyak penyakit berbahaya sedang diteliti vaksinnya, tp
seringkali kendalanya banyak. Jadi sabar saja, seandainya vaksinnya sudah
ditemukan pasti akan dilaunching ke masyarakat.
5. Saya dengar vaksin x punya efek samping yg berbahaya. Amankah
vaksin x? - penelitian terhadap vaksin bisa dibilang adlaah penelitian paling
mendalam terhadap suatu obat. Vaksin akan dilaunching kalau terbukti efektif
dan aman dalam penelitian sevelum dijual. Efek samping vaksin kadang kala
baru terlihat setelah dipakai oleh jutaan pemakai. Bila efek samping tersebut
berbahaya maka pasti vaksin tersebut ditarik dari peredaran dan diteliti lagi
hingga ditemukan vaksin yg lebih aman.
6. Bolehkah imunisasi dengan vaksin yg berbeda merk?- sebaiknya pakai
vaksin yg sama merknya, tapi berbagai vaksin sudah diteliti apakah bisa
berganti2 merk dan ternyata bisa dilakukan pergantian merk bila terpaksa
karena hasil penelitian mendapatkan hasil kadar antibodi yg masih adekuat
utk perlindungan walaupun tidak optimal. Sejauh ini yg masih tidak boleh
berbeda merk adalah imunisasi rotavirus dan pneumokokus.
7. Suntikan BCG anak saya tidak meninggalkan bekas. Haruskah
diulang?- bila yakin sudah disuntikkan dan kualitas vaksin yg dipakai
memang masih bagus maka tidak usah diulang.
8. Anak saya sudah terkena campak. Apakah masih perlu imunisasi
campak?- masih. Karena banyak penyakit dengan tampilan mirip campak dan
bahkan dokterpun sering tertipu. Jadi tetap berikan imunisasi campak biarpun
anak anda sudah terkena "campak".
SUMBER VAKSIN
Vaksin BCG ini mengandung kuman hidup Mycobacterium bovis yang telah dilemahkan
(live atteuated). Kuman ini berhasil di-isolasi dari sapi oleh Calmette dan Guren yang saat itu
bekerja di the Institute Pasteur di Paris, Prancis. Setelah di subkulture bolak balik selama 13
tahun, maka didapatkan strain kuman yang sudah kurang keganasannya pada sapi dan mancit
percobaan. Vaksin BCG pertama kali dipergunakan untuk manusia untuk mencegah infeksi
kuman TBC adalah pada tahun 1921 setelah dilakukan uji coba klinik yang banyak pada
binatang percobaan.
KEGUNAAN VAKSIN BCG

aksin BCG memperlihatkan efektifitas sebagai berikut :

Mengurangi resiko berbagai bentuk penyakit tuberkulosis sekitar 50%

Mengurangi bentuk berat penyakit TBC di organ lain, seperti meningitis


tuberkulosis anak hingga paling sedikit 70%

Efek perlindungan ini berlangsung hingga 10 tahun lamanya, tetapi tidak


diketahui apakah masih terdapat efek perlindungan ini setelah jangka waktu
tersebut

Catatan Tambahan (10 September 2015) : Menurut Wikipedia tentang daya


proteksi vaksin BCG ini bisa berlangsung hingga 15 tahun lamanya. Tapi ini
tergantung dari 2 hal, yaitu : Letak geografis negara dan dari laboratorium yang
mana strain kuman pembuat vaksin BCG ini berasal

Vaksin BCG diketahui kurang efektif pada orang dewasa, terutama untuk
mereka yang mempunyai resiko penularan yang tinggi, vaksin ini tidak cukup
melindungi

SEDIAAN VAKSIN BCG

BCG
Nama: Bacillus Calmette-Guerine
Penyakit: Tuberculosis (TBC)
Waktu pemberian: usia 0-2 bulan
Harga asal: IDR 315.000 Amerika

Efek samping yang sering : demam, scar di tempat suntikan


1.

DESKRIPSI
Imunisasi BCG untuk mencegah tuberkulosis paru, kelenjar, tulang dan radang otak yang bisa
menimbulkan kematian atau kecacatan.
Vaksin ini adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup
yang sudah dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin = BCG).
2. INDIKASI
Menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC)
3. CARA PEMBERIAN

Cara pemberian melalui suntikan. Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa.
disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan
suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26) .
Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada
bayi umur 2 atau 3 bulan. EFEK SAMPING
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi
dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu
diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan

Orang dewasa juga bisa menerima imunisasi ini. Meski demikian,


keefektifannya akan lebih rendah sehingga jarang dianjurkan
kecuali bagi mereka yang berisiko tinggi (misalnya, petugas medis
yang menangani pasien TB).
Imunisasi BCG memang efektif untuk melindungi dan menurunkan
risiko komplikasi TB berupa meningitis TB pada anak-anak, namun
bukan berarti kita terlindungi sepenuhnya. Kita harus tetap berhatihati dan waspada.
Vaksin ini hanya perlu dijalani sebanyak satu kali melalui suntikan
oleh dokter atau petugas medis.
Peringatan

Wanita yang sedang hamil atau menyusui sebaiknya tidak


menerima vaksin ini atau berkonsultasi dengan dokter sebelum
menerima imunisasi BCG.

Harap berhati-hati bagi yang pernah menerima imunisasi

BCG, pernah mengalami infeksi TB, memiliki sistem kekebalan


tubuh yang lemah (misalnya, pengidap kanker atau HIV), serta bayi
yang serumah dengan orang yang diduga atau sedang mengidap
TB.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera hubungi


dokter.
Dosis vaksin BCG

Vaksin BCG hanya bisa diberikan melalui suntikan oleh dokter dan
petugas medis. Dosis imunisasi BCG yang akan diberikan adalah
0.05 mL untuk bayi. Biasanya dosis disesuaikan lagi bila penerima
vaksin berusia di atas 1 tahun.
Menggunakan Vaksin BCG dengan Benar
Vaksin BCG harus diberikan dengan dosis tepat sesuai yang
dibutuhkan sehingga pemberiannya hanya bisa dilakukan oleh
dokter dan petugas medis.
Perhatikan isi kemasan vaksin BCG sebelum digunakan. Cairan
vaksin BCG harus bening dan tanpa partikel. Jangan digunakan jika
cairan telah berubah warna, berisi partikel, atau kemasannya bocor.
Mintalah pada petugas medis untuk memberikan yang baru.
Kenali Efek Samping dan Bahaya Vaksin BCG
Vaksin BCG umumnya aman dan jarang memicu efek samping,
namun risiko kemunculannya tetap ada. Efek samping yang
mungkin terjadi setelah menerima vaksin ini meliputi demam dan
terbentuknya benjolan pada lokasi suntikan.

Anda mungkin juga menyukai