Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESUME MATA KULIAH ILMU DASAR KEPERAWATAN

"TUBERCULOSIS (TB)"

Dosen Pembimbing :

Mega Arianti P , S.Kep., Ns.,M.Kep

DIVA MUNAWAROH

202102063

S1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2022

TUBERCULOSIS (TB)

PENGERTIAN TB
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang menular yaitu
Mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Kondisi ini, kadang disebut juga dengan TB paru.
Terkadang, penyakit ini sulit terdeteksi di awal karena bakteri penyebab TBC bisa dalam
keadaan “tidur” atau tidak aktif menginfeksi paru-paru. Bakteri tuberkulosis ini menyerang
paru-paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas.

Penderita TBC biasanya juga mengalami gejala lain seperti berkeringat di malam hari dan
demam. Jika tidak ditangani dengan segera, TBC dapat berakibat fatal. Bakteri Mycobacterium
tuberculosis dapat menginfeksi bagian organ tubuh lainnya, seperti ginjal, tulang, sendi,
kelenjar getah bening, atau selaput otak, kondisi ini dinamakan dengan TB ekstra paru.

ETIOLOGI/PENYEBAB

Penyebab TBC adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di paru-paru. Penularan


tuberkulosis terjadi ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri
tuberkulosis. Bakteri dikeluarkan oleh penderita TBC saat batuk dan bersin dalam bentuk
droplet atau percikan lendir.

Penting untuk diketahui bahwa orang yang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis bisa
saja tidak langsung menularkan bakteri pada orang lain. Hanya orang dengan penyakit TB paru
aktif saja yang dapat menyebarkan bakteri tersebut kepada orang lain.

Untuk memahami bagaimana bakteri penyebab tuberkulosis menginfeksi tubuh dan


menimbulkan sejumlah gejala TBC, Anda perlu memahami tahapan infeksinya. Dilansir dari
buku Tuberculosis, saat masuk ke dalam tubuh, bakteri Mycobacterium tuberculosis akan
melalui tiga tahapan infeksi TBC, yaitu:

1. Infeksi primer

Infeksi primer terjadi saat menghirup udara yang mengandung bakteri penyebab tuberkulosis.
Bakteri masuk melalui mulut dan hidung hingga mencapai paru-paru, lalu mulai memperbanyak
diri.

2. Infeksi laten
Sistem imun akan melakukan perlawanan ketika bakteri mulai berkembang biak. Respons
sistem imun yang kuat dapat menghancurkan bakteri atau menahan perkembangan infeksinya.
Saat imun tubuh mampu menahan perkembangbiakan bakteri, M. tuberculosis akan masuk ke
dalam status dorman, yaitu kondisi di mana bakteri tidur atau tidak aktif menginfeksi. Pada
tahap ini, orang yang terinfeksi tidak akan merasa sakit atau tidak menunjukkan gejala. Kondisi
ini dikenal juga dengan TB laten. Penderita TB laten tidak bisa menularkan penyakit TBC.

3. Infeksi aktif

Sebaliknya, jika respons sistem imun lemah terhadap infeksi bakteri tuberkulosis, bakteri akan
lebih bebas memperbanyak diri dan menyerang sel-sel sehat di paru-paru. Apabila bakteri
sebelumnya dalam status dorman, respons sistem imun yang lemah menyebabkan bakteri
bangun dari tidurnya dan kembali aktif menginfeksi. Kondisi aktifnya infeksi bakteri TBC ini
adalah onset dari penyakit TB paru aktif, yaitu ketika infeksi TBC menunjukan kemunculan
gejala awal.

PATOFISIOLOGI (CARA PENULARAN - TIMBULNYA GEJALA)

Pada TBC laten, penderitanya tidak mengalami gejala. Umumnya, penderita baru menyadari
dirinya menderita tuberkulosis setelah menjalani pemeriksaan untuk penyakit lain. Sementara
bagi penderita TBC aktif, gejala yang muncul dapat berupa :

• Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih)

• Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah


• Nyeri dada saat bernapas atau batuk

• Berkeringat di malam hari

• Hilang nafsu makan

• Penurunan berat badan

• Demam dan menggigil

• Kelelahan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa prosedur pemeriksaan medis yang umum dilakukan untuk mendiagnosis TBC adalah:

1. Tes kulit (Mantoux test)

Tes kulit, atau mantoux tuberculin skin test (TST), merupakan metode yang paling sering
digunakan dalam pemeriksaan TBC. Biasanya, tes ini dilakukan di negara-negara dengan angka
kejadian TBC yang rendah, di mana kebanyakan orang hanya memiliki TBC jenis laten di dalam
tubuhnya.

Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan yang disebut dengan tuberkulin. Itu
sebabnya, tes ini disebut juga dengan nama uji tuberkulin. Tuberkulin disuntikkan di bagian
bawah lengan. Setelah itu, diminta untuk kembali ke dokter dalam waktu 48-72 jam setelah
tuberkulin disuntikkan.

Tim medis akan mengecek apakah terdapat pembengkakan (benjolan), pengerasan, indurasi di
bagian tubuh. Jika ternyata ada, tim medis akan mengukur indurasi tersebut. Hasil diagnosis
TBC akan bergantung pada ukuran pembengkakan tersebut. Semakin besar area yang bengkak
akibat suntikan tuberkulin, semakin besar pula kemungkinan terinfeksi oleh bakteri TBC.
Namun, tes kulit dengan cairan tuberkulin belum dapat menunjukkan apakah memiliki TBC jenis
laten atau penyakit TBC aktif.

2. The Interferon Gamma Release Assays (IGRA)

IGRA adalah jenis pemeriksaan TBC terbaru yang dilakukan dengan mengambil sedikit sampel
darah. Tes darah dilakukan untuk mengetahui bagaimana sistem imun tubuh merespons bakteri
penyebab TBC. Pada prinsipnya, sistem imun tubuh memproduksi molekul yang disebut dengan
sitokin.

Tes IGRA bekerja dengan cara mendeteksi salah satu jenis sitokin bernama interferon gamma.
Untuk diagnosis TBC biasanya akan berguna ketika hasil tes kulit tuberkulin menunjukkan
adanya bakteri M. tuberculosis, tapi masih perlu memastikan jenis TBC tersebut.

3. Sputum smear microscopy

Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya TBC adalah sputum smear
microscopy, atau mengambil sedikit cairan dahak untuk diperiksa di bawah mikroskop. Mungkin
lebih mengenalnya dengan nama tes dahak atau pemeriksaan BTA untuk mengetahui adanya
bakteri TBC pada saat batuk. Ada cara lain yang dapat meningkatkan akurasi sputum smear,
yaitu dengan menggunakan mikroskop fluorescent.

Cahaya yang dikeluarkan dari mikroskop jenis ini menggunakan lampu berkekuatan merkuri
yang tinggi, sehingga lebih banyak area sampel dahak yang terlihat dan proses mendeteksi
bakteri akan jauh lebih cepat. Potensi penularan TBC ditentukan oleh banyaknya kuman yang
terdapat dalam pemeriksaan sputum atau sampel dahak. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan sputum untuk TBC, makin tinggi risiko penderita menularkan penyakitnya kepada
orang lain.

4. Rontgen thorax TB paru

Hasil rontgen dada (thorax) dapat memberikan gambaran klinis dari kondisi paru-paru
seseorang sehingga bisa mendeteksi penyakit TBC. Pemeriksaan TBC ini mungkin dilakukan
setelah satu spesimen tes dahak BTA menunjukkan hasil positif dan dua spesimen lainnya
negatif. Dari foto rontgen thorax dapat diketahui apakah terdapat tanda-tanda infeksi bakteri
di paru-paru.

Hasil foto rontgen thorax yang abnormal menunjukan bakteri TB aktif menginfeksi bagian paru-
paru. Itu sebabnya sering disebut dengan gambaran tuberkulosis aktif. Dalam artikel ilmiah
Pulmonary Tuberculosis: Role of Radiology, menjelaskan hasil rontgen abnormal ditandai
dengan kemunculan area putih berbentuk iregular di sekitar area paru-paru yang ditunjukkan
dengan bayangan berwarna hitam. Area putih tersebut merupakan lesi, yaitu kerusakan
jaringan yang terjadi akibat infeksi. Semakin luas area putih menandakan semakin besar
kerusakan yang disebabkan infeksi bakteri di paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

Yosia, Mikhael. TBC (Tuberculosis). Diakses pada tanggal 3 September 2022,


Website:https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/pengertian-tbc/

Pittara. (2022). TBC (Tuberkulosis). Diakses pada tanggal 3 September 2022,


Website:https://www.alodokter.com/tuberkulosis

Yosia, Mikhael. (2020). Berbagai Metode Pemeriksaan untuk Mendiagnosis TBC. Diakses pada
tanggal 3 September 2022, Website:https://hellosehat.com/pernapasan/tbc/pemeriksaan-tbc/

Anda mungkin juga menyukai