OLEH :
BT2101065
1C
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. DEFINISI
Hemoptoe cct sups tb adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri microbacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberkulosis
masuk kedalam jaringan paru melalui udara dan selanjutnya mengalami
proses yang dikenal sebagai fokus primer dari ghon (Wijaya, 2013).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang biasanya menyerang parenkim
paru, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis. TB
dapat mengenai hampir kesemua bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10
minggu setelah ajanan (Smeltzer & Bare, 2015).
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium
Tuberkulosis yanng hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,
tapi yang paling banyak adalah paru-paru. Tuberkulosis adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis dengan gejala
yang sangat bervariasi (Padila, 2013).
Jadi, TB Paru merupakan penyakit infeksi yang biasanya menyerang paru
– paru khususnya bagian parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tuberkulosis yang terhirup oleh manusia melalui
udara. Namun tidak hanya paru – paru, bagian tubuh lainnya juga dapat
terserang penyakit ini seperti meninges, ginjal, tulang dan lain sebagainya.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat disembuhkan dengan
pengobatan yang tepat dan teratur.
B. ETIOLOGI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium
Tuberkulosis yanng hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,
tapi yang paling banyak adalah paru-paru. Tuberkulosis adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis dengan gejala
yang sangat bervariasi (Padila, 2013).
Jadi, TB Paru merupakan penyakit infeksi yang biasanya menyerang paru
– paru khususnya bagian parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tuberkulosis yang terhirup oleh manusia melalui
udara. Namun tidak hanya paru – paru, bagian tubuh lainnya juga dapat
terserang penyakit ini seperti meninges, ginjal, tulang dan lain sebagainya.
Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat disembuhkan dengan
pengobatan yang tepat dan teratur.
C. PATOFISIOLOGI
Ketika seorang penderita TB Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka
secara tidak sengaja percikan dahak yang mengandung kuman atau bakteri
jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari
atau suhu udara yang panas, percikan dahak tadi menguap ke udara.
Dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang
terkandung dalam dahak tadi terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup
oleh orang sehat maka orang itu berrisiko terkena infeksi bakteri
tuberkulosis (Muttaqin, 2008).
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang
tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer
atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian
jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura
(Setiati, 2014:865). Bakteri yang masuk ke paru – paru dapat bertahan
hidup dan menyebar ke limfe serta aliran darah sehingga dapat
menyebabkan seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang terinfeksi
oleh bakteri ini (Nurarif, 2015).
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit
spesifik-tuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai
10 minggu setelah pemajanan (Sudoyo, 2013).
Infeksi primer mungkin hanya berukuran mikroskopis dan karenanya tidak
tampak pada foto rongten. Tempat infeksi primer dapat mengalami proses
degenerasi nekrotik (perkejuan) tetapi bisa saja tidak, yang menyebabkan
pembentukan rongga yang terisi oleh massa basil tuberkel seperti keju, sel-
sel darah putih yang mati, dan jaringan paru nekrotik. Pada waktunya,
material ini mencair dan dapat mengalir ke dalam percabangan
trakeobronkial dan di batukkan (Asih, 2004:82).
Produksi sputum merupakan gejala yang tidak khas pada banyak penyakit
paru. Umumnya, sputum merupakan produk peradangan atau infeksi
saluran pernapasan, namun dapat juga berasal dari alveolus. Akibat sekresi
mukus yang berlebihan meliputi batuk, sumbatan saluran pernapasan dan
obstruksi saluran pernapasan (Ringel, 2012).
Saluran perapasan mempunyai beberapa alat untuk mengekspresikan
ketidaksenangannya atau iritasinya. Saluran pernapasan dan parenkim paru
mempunyai beberapa reseptor, tetapi batuk merupakan respon utama paru
terhadap rangsangan bahaya. Reseptor iritan di seluruh saluran pernapasan
dapat memicu batuk sebagai suatu usaha untuk membersihkan materi-
materi bahaya. Jenis batuk pembersih tenggorokan lebih sering berkaitan
dengan iritasi saluran pernapasan atas. Adanya sputum menunjukan
adanya infeksi, peradangan saluran pernapasan (Ringel,2012).
Dahak manusia merupakan sumber infeksi yang paling penting. Saat
penderita batuk, bersin maupun berbicara maka akan terjadi percikan
dahak yang sangat kecil yang mengandung kuman atau bakteri TB yang
melayang-layang diudara. Sehingga dengan mudah akan terhirup oleh
manusia yang sehat dan menyebabkan orang sehat tersebut tertular
penyakit TB Paru karena ketidaktahuannya dalam mencegah penularan
(Crofton, 2002).
D. MANIFESTASI KLINIK
Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit
yang mempuyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga
memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik :
1) Gejala Respiratorik, meliputi :
a) Batuk
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering(non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan
yang lanjut adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh
darah yang pecah.
b) Batuk Darah
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah.Berat ringannya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c) Sesak Nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan
bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang
menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita dengan stadium lanjut :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal
dan sebagainya
Insufisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).(Wahid
Abdul & Suprapto Imam, 2013).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Darah
Pada saat tuberculosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah leukosit
yang sedikit meninggi dengan diferensiasi pergeseran ke kiri. Jumlah
limfosit masih di bawah normal.Laju endap darah mulai meningkat.
2.Sputum
Pemeriksaan sputum penting karena dengan ditemukannya kuman BTA,
diagnosis tuberculosis sudah dapat dipastikan.Kriteria sputum BTA positif
adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada
satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 ml
sputum.
3.Tes Tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan
diagnosis tuberculosis terutama pada anak-anak (balita). Biasanya dipakai
cara Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D
(purified protein derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (intermediate
strength)
4.Foto Thoraks
Foto thoraks dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan radiologi
standar. Jenis pemeriksaan radiologi lain hanya atas indikasi Top foto,
oblik, tomogram dan lain-lain. (Huda Amin & Kusuma Hardhi, 2016).
1. Rifampisin
2. INH
3. Pirazinamid
4. Streptomisin
5. Etambutol
2. Pengobatan suportif
A. Indikasi mutlak
1. Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak
tetap positif
2. Penderita batuk darah yang pasif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
3. Penderita dengan fistula bronkopleura dan emiema yang tidak
dapat diatasi secara konsevatif
B. Indikasi relatif
1. Bronkoskopi
2. Pungsi pleura
3. Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
a. BTA mikroskopik negatif 2 kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.
b. Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/perbaikan
c. Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif
(Huda Amin & Kusuma Hardhi, 2016).
A.PENGKAJIAN
1) Data Klien
2) Riwayat Kesehatan
6) Faktor Pendukung
a) Riwayat lingkungan.
b) Pola hidup : Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola
istirahat dan tidur, kebersihan diri.
c) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang
penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
7) Pemeriksaan Diagnostik
8) Pemeriksaan Fisik
1.) Inspeksi
a) Leher
Trakea yang normal dalam garis lurus di antara otot
sternokleidomastoideus pada leher dan mudah digerakkan serta
dengan mudah kembali ke posisi garis tengah setelah digeser.
b) Dada
1. Vocal premitus adalah vibarsi yang dirasakan ketika pasien
mengatakan “77” (tujuh tujuh). Vibrasi normal bila terasa
di atas batang bronkus utama. Bila teraba di atas perifer
paru, hal ini menunjukkan konsolidasi sekresi atau efusi
pleura ringan sampai sedang
2. Fremitus ronkhi adalah vibrasi yang teraba di atas sekresi
dan kongesti pada bronkus atau trakea
3. Emfisema subkutan menyebabkan krepitasi diatas daerah
yang terkena. Bila di auskultasi, juga terdengar crackles.
Hal ini dapat berpindah ke daerah yang berbeda tergantung
padraks atau pneumomediastinum ke dalam jaringan
subkutan menyebabkan emfisema subkutan
3.) Perkusi
4.) Auskultasi
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Observasi
Terapeutik
Kolaborasi
PEMANTAUAN RESPIRASI
Observasi
Teraupetik
PEMANTAUAN RESPIRASI
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
pernapasan
TERAPI AKTIVITAS
Observasi
Teraputik
Edukasi
Kolaborasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelasanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutuan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah,2016).
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi Formatif
S : Data Subjektif Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
didasarkan, dikeluhkan, dikemukakan klien.
O : Data Objektif Perkembangan yang bisa diamati yang dilakukan oleh perawat
atau tim kesehatan lainnya.
A : Analisis Penelitian dari dua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
perkembangan kearah perbaikan atau kemunduran.
P : Planning Rencana penanganan klien yang didasarkan oleh hasil analisis diatas
yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah
belum teratasi.
Evaluasi Sumatif
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang
akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap
dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar di dapat data-data, masalah
atau rencana yang perlu dimodifikasi.
S : Data Subjektif Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
didasarkan, dikeluhkan, dikemukakan klien.
O : Data Objektif Perkembangan yang bisa diamati yang dilakukan oleh perawat
atau tim kesehatan lainnya.
A : Analisis Penelitian dari dua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
perkembangan kearah perbaikan atau kemunduran.
P : Planning Rencana penanganan klien yang didasarkan oleh hasil analisis diatas
yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah
belum teratasi.
E : Evaluasi Yaitu penilaian tentang sejauh mana rencana tindakan dari evaluasi
telah dilaksanakan dan sejauh masalah klien teratasi.
Abd, Wahid & Iman Suprapto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan
Keperawatan Pada Ganggguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Media
Andra Saferi Wijaya & Yesssie Mariza Putri. (2013). KMB 2 Keperawatan
Medikal Bedah Keperawatan Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika
Caroline Bunker Rosdahl & Mary T. Kowalski. (2017). Buku Ajar Keperawatan
Dasar Edisi 10 : Jakarta: EGC
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, (2018). Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI
Rohmah & Walid. (2016). Proses Keperawatan: Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta :
Ar-Ruzz