Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

“KASUS TUBERKULOSIS PARU”

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI


MINGGU 1
DISUSUN OLEH:
NITHA RYANTI
NIM. 892233037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES YARSI PONTIANAK
TAHUN 2024
1. Pengertian

Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).Selain itu
TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ
tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani
Rab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)
tuberkulosis primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2)
tuberkulosis sekunder: kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan
aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi
tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009)

Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan adanya
infiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis serta
pembentukan kavitas.

2. Penyebab dan faktor predisposisi


TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan menjadi
terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia, granuloma,
dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015).Ketika seseorang penderita TB
paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet
nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya.
Akibat terkena sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet atau nuklei
tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan
pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat,
maka orang itu berpotensi terkena bakteri tuberkulosis (Muttaqin Arif, 2012).
Menurut Smeltzer&Bare (2015), Individu yang beresiko tinggi untuk tertular
virus tuberculosis adalah:
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunnosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka
yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan
HIV).
c. Pengguna obat-obat IV dan alkhoholik.
d. Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma; tahanan;
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan
dewasa muda antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalkan diabetes,

gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi).


f. Individu yang tinggal didaerah yang perumahan sub standar kumuh.
g. Pekerjaan (misalkan tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktivitas
yang beresiko tinggi
3. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB
adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantarai sel. Sel
efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya sel T) adalah sel
imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respons ini
disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil.Gumpalan basil yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan alveolus,
biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,
biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,
basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri
namun tidak membunuh organisme tersebut.Sesudah hari- hari pertama,
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjer getah
bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu sehingga membentuk seltuberkel epiteloid, yang
dikelilingi oleh limfosit.Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai
20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblas menimbulkan respons berbeda.Jaringan granulaasi menjadi lebih
fibroblas membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru disebut Fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjr
getah bening regional dan lesi primer disebut Kompleks Ghon.Kompleks
Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang
kebetulan menjalani pemeriksaan radio gram rutin.Namun kebanyakan
infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan radiografi.

Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, yaitu
bahan cairan lepas kedalam bronkus yang berhubungan dan menimbulkan
kavitas. Bahan tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat berulang kembali
dibagian lain dari paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus.
Walaupun tanpa pengobatan, kavitas yang kecil dapat menutup dan
meninggalkan jaringan parut fibrosis.Bila peradangan merada, lumen bronkus
dapat menyepit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat denagan
taut bronkus dan rongga.Bahan perkijuan dapat mengental dan tidak dapat
kavitas penu dengan bahan perkijuan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul
yang tidak terlepas.Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala demam
waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi
tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme yang lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagaipenyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri.Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan TB miler, ini
terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak
organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ – organ
tubuh.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis

Arif Mutaqqin (2012), menyatakan secara umum gejala klinik TB paru


primer dengan TB paru DO sama. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang
terlibat ) dan gejala sistematik.
1) Gejala respratorik

a) Batuk

Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang


paling sering dikeluhkan.
b) Batuk darah
Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan

utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan.


c) Sesak nafas
Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
d) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.Gejala

ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena TB.


2) Gejala sistematis
a) Demam
Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau
malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan
semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan semakin pendek.
b) Keluhan sistemis lain
Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan, dan malaise.Timbulnya keluhan biasanya
bersifat gradual muncul dalam beberapa minggusampai
bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak
nafas.
Gejala reaktivasi tuberkulosis berupa demam menetap yang naik dan
turun (hectic fever), berkeringat pada malam hari yang menyebabkan
basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan
hemoptisis.Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitif dan sangat non spesifik
terutama pada fase awal penyakit.Pada fase lanjut diagnosis lebih mudah
ditegakkan melalui pemeriksaan fisik, terdapat demam penurunan berat
badan, crackle, mengi, dan suara bronkial. (Darmanto, 2009)

Gejala klinis yang tampak tergantung dari tipe infeksinya.Pada tipe


infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat
berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer
dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam
bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.
Tanpa pengobatan tipe infeksi primer dapat sembuh dengan sendirinya,
hanya saja tingkat kesembuhannya 50%. TB postprimer terdapat gejala
penurunan berat badan, keringat dingin pada malam hari, tempratur
subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis
akibat dari terlukanya pembuluh darah disekitar bronkus, sehingga
menyebabkan bercak-bercak darah pada sputum, sampai ke batuk darah
yang masif, TB postprimer dapat menyebar ke berbagai organ sehingga
menimbulkan gejala-gejala seperti meningitis, tuberlosis miliar,
peritonitis dengan fenoma papan catur, tuberkulosis ginjal, sendi, dan
tuberkulosis pada kelenjar limfe dileher, yakni berupa skrofuloderma.
(Tabrani Rab, 2016)

b. Komplikasi

Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada


TB paru adalah:
1) Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas.
2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.

3) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis


(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
5) Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, dan sebagainya.
6) Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
6. Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi

tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case finding).


1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,
berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-

kelompok populasi tertentu misalnya:


a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG
Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi anak yang berumur
kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi dapat mengurangi makna pada
tes tuberkulin.
Dilakukan pemeriksaan dan pengawasan pada pasien yang dicurigai
menderita tuberkulosis, yakni:

a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan
pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif
harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes Heafnya

positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit paru.


c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai

kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah 8
minggu dan ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG. Apabila
tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan harus
diberikan.
4) Kemoprofilaksis dengan mengggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12
bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi
yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a) Bayi dibawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena

resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB,


b) Anak dan remaja dibawah dibawah 20 tahun dengan hasil tuberkulin

positif yang bergaul erat dengan penderita TB yang menular,


c) Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari negatif

menjadi positif,
d) Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat

immunosupresif jangka panjang,


e) Penderita diabetes melitus.
5) Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis
kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun ditingkat rumah sakit
oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan
Pemberantasan Tuberkulosis Paru Indonesia-PPTI). (Mutaqqin Arif,
2012)

Arif Mutaqqin (2012), mengatakan tujuan pengobatan pada penderita TB


paru selain mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan,
resistensi terhadap OAT, serta memutuskan mata rantai penularan. Untuk
penatalaksanaan pengobatan tuberkulosis paru, berikut ini adalah beberapa
hal yang penting untuk diketahui.

Mekanisme Kerja Obat anti-Tuberkulosis (OAT)


a. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat.
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin (R) dan

Streptomisin (S).
2) Intraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rifampisin dan Isoniazid

(INH).
b. Aktivitas sterilisasi, terhadap the persisters (bakteri semidormant)
1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Rimpafisin dan

Isoniazid.
2) Intraseluler, untuk slowly growing bacilli digunakan Rifampisin dan
Isoniazid. Untuk very slowly growing bacilli, digunakan Pirazinamid
(Z).
c. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas

bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.


1) Ekstraseluler, jenis obat yang digunakan ialah Etambutol (E), asam

para-amino salistik (PAS), dan sikloserine.


2) Intraseluler, kemungkinan masih dapat dimusnahkan oleh Isoniazid
dalam keadaan telah terjadi resistensi sekunder.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).Panduan obat yang digunakan terdiri atas
obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004)
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi TB paru, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologi, apusan sputum dan riwayat pengobatan sebelumnya.Disamping
itu, perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB paru yang dikenal
sebagai Directly Observed Treatment Short Course (DOTSC).

DOTSC yang direkomendasikan oleh WHO terdiri atas lima komponen,


yaitu:

a. Adanya komitmen politis berupa dukungan para pengambil keputusan


dalam penanggulangan TB paru.
b. Diagnosis TB paru melalui pemeriksaan sputum secara mikroskopik
langsung, sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan
radiologis dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki
sarana tersebut.
c. Pengobatan TB paru dengan paduan OAT jangka pendek dibawah
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO), khususnya
dalam dua bulan pertama di mana penderita harus minum obat setiap hari.
d. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
Pencatatan dan pelaporan yang baku.
7. Pengkajian focus
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru (Irman

Somantri, p.68 2009).


a. Data Pasien
Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan
perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang
tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya
cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat
terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4
tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-paru
(extrapulmonary) disbanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB
diluar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia<3
tahun. Angka kejadia (pravelensi) TB paru pada usia 5-12 tahun cukup
rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru
menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas
pada paru-paru).

b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul.

2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah

paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang

sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.


6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat

badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.


7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian
dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke
sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak bayangan
hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB
paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti
Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.

e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya


1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya
2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.
3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan

penyakitnya
4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
f. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja, jumlah

penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi
dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang
mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh
perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
g. Faktor Pendukung:
1) Riwayat lingkungan.
2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat

dan tidur, kebersihan diri.


3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,

pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

8. Pemeriksaan penunjang
1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.
2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam).
3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini
tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas;
pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak
bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru

karena TB paru.
5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.
b. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Pola aktivitas dan istirahat
Subyektif: rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas

pendek), sulit tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.


Obyektif: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40-41oC) hilang timbul.
2) Pola Nutrisi
Subyektif: anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Obyektif: turgor kulit jelek, kulit kering/berisik, kehilangan lemak sub

kutan.
3) Respirasi
Subyektif: batuk produktif/non produktif sesak nafas, sakit dada. Obyektif: mulai
batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau
bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar
didaerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak simetris (effusi pleura),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran
bronkogenik).
4) Rasa nyaman/nyeri
Subyektif: nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Obyektif: berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah,
nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
timbul pleuritis.
5) Integritas Ego
Subyektif: faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak

berdaya/tak ada harapan.


Obyektif: menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah

tersinggung.
9. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mokus dalam
jumlah berlebihan, eksudat dalam jalan alveoli, sekresi bertahan/sisa
sekresi
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, keletihan,

keletihan otot pernapasan


c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan


d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
10. Rencana keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Pada tahap ini tujuan perlu ditetapkan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Sasaran SMART yaitu spesific (spesifik), measurable (terukur),
achievable (dapat dicapai), realistic (realistis), dan timely (tepat waktu) harus
diidentifikasi saat menetapkan tujuan. Sedangkan tindakan perawatan yang akan
dilakukan perlu diprioritaskan berdasarkan pada kebutuhan pasien dan
keseriusan masalah yang telah teridentifikasi (Hanif, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Making, M. A., Banhae, Y. K., Aty, M. Y. V. B., Mau, Y., Abanit, Selasa, P., & Israfil.
(2023). Analisa Faktor Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Pencegahan Tb Paru
Pada Kontak Serumah Selama Era New Normal Covid 19. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 5(1), 43–50.
Sejati, A., & Sofiana, L. (2021). Faktor-Faktor Terjadinya Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 10(2), 122. https://doi.org/10.15294/kemas.v10i2.3372
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN TUBERKULOSIS PARU

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

MINGGU 1

DISUSUN OLEH:

NITHA RYANTI

NIM. 892233037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES YARSI PONTIANAK

TAHUN 2024
FORMAT PENGKAJIAN

BIODATA

Nama : Ny. D

JenisKelamin : Perempuan

Umur : 48 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Pekerjaan : IRT

A g a m a : Islam

Pendidikan Terakhir : Tamat SD

Alamat : -

No.Regester : 34021

Tanggal MRS : 02 Maret 2024

Tanggal Pengkajian : 04 Maret 2024


RIWAYAT KESEHATAN :
1. Riwayat kesehatan sekarang
c) Keluhan utama saat masuk Puskesmas :
Pasien mengatakan badan lemah, tidak bertenaga
Pasien mengatakan keluhan batuk berdarah, pasien sesak nafas, dan nyeri pada
dada, TD: 100/70 mmHg, HR: 98 x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 37,1 oC.
d) Keluhan saat pengkajian (PQRST) :
Saat dilakukan pengkajian pada hari sabtu, tanggal 20 Mei 2017 harirawatanke
4, dengan kesadaran kompos mentis kooperatif, keadaan umum sedang, pasien
mengeluh sesak nafas, nyeri dada, batuk produktif masih terdapat bercak darah,
makan pasien habis ¼ porsi, keringat malam dan susah tidur. TD: 110/70
mmHg, HR: 73x/menit, RR: 26 x/menit, suhu: 36,8oC. Pasien terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter/menit.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4 bulan
dan dihentikan sendiri oleh pasien.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4 bulan
dan dihentikan sendiri oleh pasien.
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
1. Waktu tidur : 3 jam
2. Waktu Bangun : 30 menit
3. Masalah tidur : sering merasa lapar, merasa gelisah, sering berkemih
4. Hal-hal yang mempermudah tidur : minum obat lelap
5. Hal-hal yang mempermudah Klien terbangun : sering berkemih
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : 1 kali/hari warna kuning konsistensi lembek, perubahan selama sakit tidak ada
masalah dalam BAB
2. BAK : pasien menggunakan kateter menetap (hari ke-4), warna urine kuning,
perubahan selama sakit
3. Kesulitan BAB/BAK : tidak ada
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut : tidak ada
C. POLA MAKAN DAN MINUM :
1. Jumlah dan jenis makanan : 5 sedok, makanan padat
2. Waktu Pemberian Makan : Jam 07:00,01:00,18:00
3. Jumlah dan Jenis Cairan : 1 gelas air putih
4. Waktu Pemberian Cairan : Setiap 1 jam sekali
5. Pantangan : tidak boleh makan makanan manis, seperti kue dan komsumsi gula
berlebihan
6. Masalah Makan dan Minum :
a. Kesulitan mengunyah : tidak ada kesulitan
b. Kesulitan menelan : tidak ada kesulitan menelan
c. Mual dan Muntah : tidak ada
d. Tidak dapat makan sendiri : tidak ada
7. Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah
D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :
1. Pemeliharaan Badan : badan terlihat lusuh dan kulit kering
2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut : gigi terlihat warna kuning dan ada beberapa gigi
sudah tinggal tunggul, mulut terlihat kotor
3. Pemeliharaan Kuku : kuku terlihat hitam dan panjang
E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :
DATA PSIKOSOSIAL
a. Pola Komunikasi : komunikasi baik dengan keluarga
b. Orang yang paling dekat dengan Klien : sepupunya
c. Rekreasi : tidak ada data
d. Hobby : suka memancing
e. Penggunaan waktu senggang : tidak ada
f. Dampak dirawat di Rumah Sakit : tubuh terlihat bersih, makanan teratur
g. Hubungan dengan orang lain / Interaksi sosial : berhubungan baik dengan tetangga
h. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : sepupunya
DATA SPIRITUAL
a. Ketaatan Beribadah : pasien mengatakan sholat 5 waktu
b. Keyakinan terhadap sehat / sakit : pasien mengatakan tidak percaya bahwa dia bisa
mengalami sakit diabetes
c. Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien mengatakan yakin bahwa bisa sembuh
walaupun sulit
PEMERIKSAAN FISIK :

A. Kesan Umum / Keadaan Umum : pasien tampak meringis karena nyeri dikaki, pasien
tampak gelisah

Tinggi badan : 158cm Berat Badan : 75kg

B. Tanda-tanda Vital

Suhu Tubuh : 37,8 Nadi : 87x/m

Tekanan darah : 125/80mmHg Respirasi : 15x/m

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :

1. Kepala dan rambut

a. Bentuk Kepala : normal, tulang kepala pada umumnya bulat dengan tonjolan frontal
dibagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
Ubun-ubun : normal

Kulit kepala : normal

b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak kering, dan tidak berminyak

Bau : tidak ada bau yang khas

Warna : hitam da nada sedikit yang sudah putih

c. Wajah : normal, tulang simetris, berbentuk oval

Warna kulit : pucat

Struktur Wajah : simetris

2. M a t a

a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : normal dan simetris

b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :

c. Konjunctiva dan sclera :

d. P u p i l : refleks pupil terhadap cahaya (+), terdapat gangguan penglihatan apabila


sudah mengalami komplikasi retinopati diabetik maupun katarak.

e. Kornea dan Iris : normal

f. Ketajaman Penglihatan / Visus : *) : 18/18 kaki atau dalam satuan meter adalah 6/6 m

g. Tekanan Bola Mata : *) : normal

3. H i d u n g

a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : normal

b. Lubang Hidung : adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman syaraf hidung
menurun

c. Cuping Hidung : normal

4. Telinga

a. Bentuk Telinga : simetris

Ukuran Telinga : simetris

Ketegangan telinga : normal

b. Lubang Telinga : kotor


c. Ketajaman pendengaran : fungsi pendengaran menurun

5. Mulut dan Faring : normal

a. Keadaan Bibir : kering

b. Keadaan Gusi dan Gigi : merah muda dan gigi ada yang sudah tidak utuh

c. Keadaan Lidah : sedikit putih

6. L e h e r :

a. Posisi Trakhea : normal

b. Tiroid : normal

c. Suara : normal

d. Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran

e. Vena Jugularis : tidak ada pembesaran

f. Denyut Nadi Coratis : normal

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :

a. Kebersihan : terlihat kurang bersih

b. Kehangatan : terasa dingin

c. Warna : sedikit pucat

d. Turgor : elastis

e. Tekstur : kasar

f. Kelembapan : terasa dingin

g. Kelainan pada kulit : ada oedema pada kaki

E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak :

a. Ukuran dan bentuk payudara : normal

b. Warna payudara dan Areola : merah muda

c. Kelainan-kelainan Payudara dan Putting : agak kehitam-hitaman

d. Axila : hitam

F. Pemeriksaan Thorak / Dada :


1. Inspeksi Thorak

a. Bentuk Thorak : simetris

b. Pernafasan

- Frekuensi : 14x/m

- Irama : eupnea

c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : tidak ada

2. Pemeriksaan Paru

a. Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus )

b. Perkusi : normal

c. Auskultasi

- Suara nafas : normal

- Suara Ucapan : normal

- Suara Tambahan : tidak ada

3. Pemeriksaan Jantung

a. Inspeksi dan Palpasi

- Pulpasi : normal

- Ictus Cordis : normal

b. Perkusi : normal

Batas-batas Jantung : normal

c. Aukultasi

- Bunyi Jantung I : bunyi normal

- Bunyi Jantung II : bunyi normal

- Bising/murmur : tidak ada bising

- Frekuensi Denyut Jantung : 80x/per menit

G. Pemeriksaan Abdomen

a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : tidak terkaji

- Benjolan/massa : tidak terkaji

b. Auskultasi

- Peristaltik Usus : tidak ada peristaltic usus

- Bunyi Jantung Anak/BJA : normal

c. Palpasi

- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan

- Benjolan /massa : tidak ada

- Tanda-tanda Ascites : tidak ada

- Hepar : normal

- Lien : normal

- Titik Mc. Burne : normal

d. Perkusi

- Suara Abdomen : normal

- Pemeriksaan Ascites : normal

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya

1. Genetalia

a. Rambut pubis : normal

b. Meatus Urethra : normal

c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal : tidak ada


kelainan

2. Anus dan Perineum

a. Lubang Anus : normal

b. Kelainan-kelainan pada anus : tidak ada kelainan

c. Perenium : normal

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimis )


a) Kesimestrisan otot : simetris

b) Pemeriksaan Oedema : ada oedema

c) Kekuatan otot : lemah

d) Kelainan-kelainan pada ekstrimitas dan kuku : tidak ada

e) CRT : kulit tidak kembali cepat setelah ditekan 2 detik

J. Pemeriksaan Neorologi

1. Tingkat kesadaran ( secara kualitatif ) : sadar

2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) :tidak ada

3. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : normal 15

4. Fungsi Motorik : normal

5. Fungsi Sensorik : normal

6. Refleks :

a) Refleks Fisiologis : normal

b) Refleks Patologis :normal

K. Pemeriksaan Status Mental

a. Kondisi emosi/Perasaan : merasa sedih dengan penyakitnya

b. Orientasi : normal

c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) : mudah lupa

d. Motifikasi ( kemampuan ) : normal

e. Persepsi : normal

f. Bahasa : normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Diagnosa Medis : TB Paru

B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis : -


Mahasiswa, 05 Maret 2024
Nitha Ryanti

NIM :892233037
DIAGNOSA KEPERAWATAN

DiagnosaKeperawatan Ditemukan masalah Dipecahkan


Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan
dengan eksudat dalam
jalan alveoli
2. Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan
hiperventilasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
PERENCANAAN KEPERAWATAN

N
DiagnosaKeperawatan NOC NIC
o
1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan Manajemen jalan
jalan nafas berhubungan tindakan nafas
dengan eksudat dalam jalan keperawatan selama 1. Bersihkan jalan
alveoli 2x24 Jam nafas dengan
diharapakan status teknik chin lift
pernafasan : atau jaw thrust
pertukaran gas sebagai mana
dengan kriteria mestinya
hasil : 2. Posisikan pasien
1. Tekanan parsal untuk
oksigen di darah memaksimalkan
arteri (PaO2) tidak ventilasi
ada deviasi dari 3. Identifikasi
kisaran normal kebutuhan
2. Tekanan parsial aktual/potensial
karbondioksisa di pasien untuk
darah arteri memasukkan alat
(PaCO2) tidak ada
deviasi dari kisaran
normal
4. Saturasi oksigen membuka jalan
tidak ada deviasi nafas
dari kisaran normal 3. Lakukan
5. Keseimbangan
fisioterapi dada
ventilasi dan
sebagai mana
perfusi tidak ada
mestinya
deviasi dari kisaran
4. Buang secret
normal
dengan
memotivasi
Tanda-tanda vital
pasien untuk
dengan kriteria hasil :
melakukan batuk
6. Suhu tubuh tidak
atau menyedot
ada deviasi dari
lender
kisaran normal
5. Instruksikan
7. Denyut nadi radial
bagaimana agar
tidak ada deviasi
bias melakukan
dari kisaran normal
batuk efektif
8. Tingkat pernafasan
6. Auskultasi suara
tidak ada deviasi
nafas
dari kisaran normal
7. Posisikan untuk
9. Irama pernafasan
meringankan
tidak ada deviasi
sesak nafas
dari kisaran normal
Monitor pernafasan
10. Tekanan darah
1. Monitor
sistolik tidak ada
kecepatan, irama,
deviasi dari kisaran
kedalaman dan
normal
kesulitan
11. Tekanan darah
bernafas
diastolik tidak ada
2. Catat
deviasi dari kisaran
pergerakan
normal
dada, catat
ketidaksimetrisan

, penggunaan otot
bantu pernafasan
dan retraksi otot
3. Monitor suara
nafas
tambahan
4. Monitor pola
nafas
5. Auskultasi
suara nafas,
catat area
dimana terjadi
penurunan
atau tidak
adanya
ventilasi dan
keberadaan
suara nafas
tambahan
6. Kaji perlunya
penyedotan
pada jalan
nafas
dengan
auskultasi
suara nafas
ronki di paru
7. Monitor

kemampuan
batuk efektif
pasien
Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan (misalnya
nebulizer)
2. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan
berhubungan dengan tindakan nafas
hiperventilasi keperawatan selama 1. Bersihkan jalan
2x24 Jam diharapkan nafas dengan
statuspernafasan : teknik chin lift
ventilasidengan atau jaw thrust
kriteriahasil : sebagai mana
1. Frekuensi mestinya
pernafasan tidak 2. Posisikan pasien
ada deviasi dari untuk
kisaran normal memaksimalkan
2. Irama pernafasan ventilasi
tidak ada deviasi 3. Identifikasi
dari kisaran normal kebutuhan
3. Suara perkusi nafas aktual/potensial
tidak ada deviasi pasien untuk
dari kisaran normal memasukkan alat
4. Kapasitas vital membuka jalan
tidak ada deviasi nafas
dari dari kisaran 4. Lakukan
normal
fisioterapi dada
sebagai mana
mestinya
5. Buang secret
dengan
memotivasi
pasien untuk
melakukan batuk
atau menyedot
lender
6. Instruksikan
bagaimana agar
bias melakukan
batuk efektif
7. Auskultasi suara
nafas
8. Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
Terapi oksigen
1. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
2. Siapkan

peralatan oksigen
dan berikan
melalui system
humidifier
3. Berikan oksigen
tambahan seperti
yang
diperintahkan
4. Monitor aliran
oksigen
5. Monitor

efektifitas terapi
oksigen
6. Amati tanda-
tanda
hipoventialsi
induksi oksigen

7. Konsultasi
dengan tenaga
kesehatan lain
mengenai
penggunaan
oksigen
tambahan selama
kegiatan dan atau
tidur

3. Ketidakseimbangan nutrisi Nafsu makan Manajemen nutrisi


kurang dari kebutuhan Kriteria Hasil : a) Tentukan status
tubuh berhubungan dengan a) Hasrat/keinginan gizi pasien dan
intake nutrisi tidak adekuat untuk makan kemampuan
meningkat pasien untuk
b) Energi untuk makan memenuhi
meningkat kebutuhan gizi
c) Intake makanan b) Identifikasi
adekuat adanya alergi
d) Intake nutrisi atau intoleransi
adekuat makanan yang
e) Intake cairan dimiliki pasien
adekuat c) Instruksikan
pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
(diet)
d) Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang diet yang
dibutuhkan
e) Ciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi
makan ( misalnya
: bersih, santai,
dan bebas dari
bau yang
menyegat)
f) Lakukan dan
bantu pasien
terkait perawatan
mulut sebelum
makan
g) Anjurkan pasien
untuk duduk
pada posisi tegak
saat makan jika
memungkinkan
h) Monitor kalori
dan asupan
makanan
i) Monitor
kecendrungan
penurunanberat
badan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No DiagnosaKeperawatan TindakanKeperawatan Paraf


1. ketidakefektifan bersihan jalan - posisikan pasien untuk
nafas berhubungan dengan memaksimalkan ventilasi
eksudat jalan nafas alveoli - monitor pernafasan pasien
- monitor keefektifan pasien
dalam batuk efektif.
2. ketidakefektifan pola nafas - memposisikan pasien
berhubungan dengan untuk memaksimalkan
hiperventilasi ventilasi
- auskultasi suara nafas
pasien
- mengajarkan cara batuk
efektif
- mengajarkan tekhnik nafas

dalam

3. Ketidakseimbangan nutrisi - mengidentifikasi adanya


kurang dari kebutuhan tubuh alergi atau intoleransi
berhubungan dengan intake makanan
nutrisi tidak adekuat - kolaborasi dengan ahli gizi
tentang diet yang dilakukan
- monitor kecenderungan

berat badan
EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl DiagnosaKeperawatan EvaluasiKeperawatan Paraf


05/3 16. Ketidakefektifan S: pasien mengatakan
bersihan jalan nafas dahaknya susah keluar
berhubungan dengan eksudat O: pasien tampak batuk
dalam jalan alveoli berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk, batuk
produktif, pasien tidak
mampu batuk efektif
A: masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
06/3 17. ketidakefektifan pola S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan nafas masih terasa sesak
hiperventilasi O: pasien tampak sesak,
RR: 26x/menit, pasien
terpasang oksigen 3
liter/menit
A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
06/3 18. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
nutrisi kurang dari kebutuhan tidak nafsu makan
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak lemah,
intake nutrisi tidak adekuat
pucat, pasien
menghabiskan makan ¼
porsi
A: masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
07/3 19. Ketidakefektifan S: pasien mengatakan
bersihan jalan nafas dahaknya susah keluar
berhubungan dengan eksudat O: pasien tampak batuk
dalam jalan alveoli berdahak, pasien tampak
memaksakan batuk, batuk
produktif, pasien tidak
mampu batuk efektif
A: masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
20. ketidakefektifan pola S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan nafas masih terasa sesak
hiperventilasi O: pasien tampak sesak,
RR: 24x/menit, pasien
terpasang oksigen
3liter/menit
A : masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan
08/3 21. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
nutrisi kurang dari kebutuhan masih tidak nafsu makan
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak lemah,
intake nutrisi tidak adekuat pucat, pasien
menghabiskan makan ¼
porsi
A: masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
22. Ketidakefektifan S: pasien mengatakan

bersihan jalan nafas dahaknya sudah berkurang

08/3 berhubungan dengan eksudat O: pasien tampak mampu


dalam jalan alveoli dalam batuk efektif,
pasien tampak
mengeluarkan sekret
dengan baik
A: masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
08/3 23. ketidakefektifan pola S: pasien mengatakan
nafas berhubungan dengan sudah tidak merasakan
hiperventilasi sesak
O: pasien tampak sesak,
RR: 21x/menit,
A :masalah teratasi

P : intervensi dihentikan
24. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
nutrisi kurang dari kebutuhan nafsu makan mulai ada
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak
intake nutrisi tidak adekuat menghabiskan
makanannya dengan
lahap, pasien

menghabiskan makan ½
porsi
A: masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
25. Ketidakseimbangan S: pasien mengatakan
nutrisi kurang dari kebutuhan nafsu makan mulai ada
tubuh berhubungan dengan O: pasien tampak
intake nutrisi tidak adekuat menghabiskan
makanannya dengan
lahap, pasien
menghabiskan makan ½
lebih porsi.
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
NYERI AKUT
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS:
 Pasien mengatakan badan lemah, tidak bertenaga
 Pasien mengatakan keluhan batuk berdarah, pasien sesak nafas, dan nyeri pada
dada
 Keluarga mengatakan pasien pernah minum OAT tahun 2016 selama 4 bulan dan
dihentikan sendiri oleh pasien.
 Pasien mengeluh batuk berdahak dan sulit mengeluarkan dahak
DO:
 Pasien Batuk produktif, Sekret berwarna putih kekuning kuningan kental sedikit
cair, TD=100/70mmHg, nadi = 68x/menit, Pernapasan= 28x/menit, Suhu=36,5oC,
pasien terpasang O2 10liter/menit dengan NRM.
2. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan eksudat dalam jalan alveoli
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat
mengatasi atau mengeluarkan dahak dengan batuk efektif
4. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang akan dilakukan yaitu mengajarkan teknik batuk efektif
B. Strategi Komunikasi Dalam Tindakan Keperawatan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat siang ibu perkenalkan saya Nitha Ryanti Mahasiswa profesi Ners dari STIKes
Yarsi Pontianak, tujuan saya hari ini datang yaitu untuk mengajarkan ibu teknik batuk
efektif dan memebrikan posisi semi fowler pada ibu supaya ibu bisa mengeluarkan
scret/dahaknya, sehingga saya berharap tindakan ini bisa membantu ibu lebih merasa
nyaman dan rileks
b. Evaluasi/validasi
Ibu bagaimana apakahkesulitan mengeluarkan dahak masih ibu rasakan?
c. Kontrak
1) Topik
Dari keluhan dan masalah yang ibu ceritakan, saya akan mengajarkan ibu teknik
batuk efektif mengeluarkan dahak dan memebrikan posisi semi fowler
2) Tempat
Saya akan mengajarkan teknik batuk efektik disini ya bu
3) Waktu
Waktu yang saya butuhkan kurang lebih 30 menit ya bu, apakah ibu bersedia?
Baik jika bersedia saya akan langsung mengajarkanya ya bu.
2. Tahap Kerja
a. Posisikan tubuh klien
b. Jika pasien duduk/baring,anjurkan untuk duduk/baring dengan posisi semi fowler
dengan seluruh punggung bersandar pada kursi/tempat tidur
c. Jika pasien baring, berikan posisi semi fowler
d. Berikan waktu untuk pasien rileks terlebih dahulu
e. Lalu lakukan latihan dengan cara menarik nafas lalu batuk dengan kuat, sambil
menutup mulut dengan tangan dan dialas dengan tisue untuk mengeluarkan dahak
f. Bersama pasien mengidentifikasi untuk mengencangkan otot selama 5 sampai7 detik,
kemudian bimbing pasien untuk merileksasikan otot 20 sampai 30 detik
g. Selama mengencangkan otot pasien dianjurkan merasakan kencangnya otot dan selama
relaksasi anjurkan pasien konsentrasi merasakan rileksnya
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Pasien mengatakan nyaman dibagian dada setelah dilakukan tindakan batuk efektif
b. Evaluasi Objektif
Pasien tampak nyaman dan lebih baik
c. Rencana Tindak Lanjut
Baik bu sekarang saya sudah mengajarkan teknik batuk efektif dan ibu juga sudah
memprakteknya tadi, untuk selanjutnya jika ibu merasa sesak didada dan terasa banyak
dahaknya lagi teknik batuk efektif ini bisa dilakukan lagi ya bu
d. Kontrak yang akan datang
Baik bu pada hari-hari berikutnya saya akan kembali datang untuk menanyakan dan
mencoba ibu untuk mempraktekan teknik batuk efektif yang sudah saya ajarkan tadi
untuk mengetahui apakah ibu masih ingat atau tidak yang saya ajarkan ya bu
e. Topik
Mengevaluasi pengetahuan pasien
LOG BOOK HARIAN MAHASISWA

Nama : Nitha Ryanti


Ruang : Wanita
Tanggal : 04/03/2024
Dinas : pagi
Verifikasi
Jam Kegiatan Waktu Jumlah Keterangan Ya Tdk

06:30 Operan Dinas 15 menit

07:00 Melakukan Handover


08:00 Mengobservasi tanda-tanda vital
pasien

09:30 memberikan terapi oksigen sesuai


order: Oksigen NRM 10liter/menit
- mengukur tanda-tanda vital
12:00 pasien, monitor vital sign.
Cek hasil AGD

13:15 Mengobervasi keluhan pasien

13:20 Mengevaluasi kembali Program


pasien

13:30 Operan Dinas

04, Maret 2024

Mengetahui,

PEMBIMBING KLINIK
Nama : Nitha Ryanti

Ruang : Wanita

Tanggal : 05/03/2024

Dinas : pagi

Verifikasi
Jam Kegiatan Waktu Jumlah Keterangan Ya Tdk

06:30 Operan Dinas 15 menit

07:00 Melakukan Handover


08:00 Mengobservasi tanda-tanda vital
pasien

09:30 memposisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
memonitor pernafasan pasien –
12:00

memonitor keefektifan pasien


13:15
dalam batuk efektif

13:20 Mengevaluasi kembali Program


pasien

13:30 Operan Dinas

05, Maret 2024

Mengetahui,

PEMBIMBING KLINIK
Nama : Nitha Ryanti

Ruang : Wanita

Tanggal : 06/03/2024

Dinas : pagi

Verifikasi
Jam Kegiatan Waktu Jumlah Keterangan Ya Tdk

06:30 Operan Dinas 15 menit

07:00 Melakukan Handover


08:00 Mengobservasi tanda-tanda vital
pasien

09:30 Memposisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
12:00
Mengauskultasi suara nafas
pasien

13:00
Mengajarkan cara batukefektif
13:20 Mengevaluasi kembali Program
pasien

13:30 Operan Dinas

06, Maret 2024

Mengetahui,

PEMBIMBING KLINIK
Nama : Nitha Ryanti

Ruang : Wanita

Tanggal : 07/03/2024

Dinas : pagi

Verifikasi
Jam Kegiatan Waktu Jumlah Keterangan Ya Tdk

07:00 Operan Dinas 15 menit

07:30 Melakukan Handover

mengidentifikasi adanya alergi


08:30
atau intoleransi makanan

memonitor kecenderungan
08:30 berat badan
mengajarkan teknik nafas dalam
12:00

mengevaluasi ttv pasien


13:00

13:15 Mengevaluasi kembali Program


pasien

13:45 Operan Dinas

07, Maret 2024

Mengetahui,

PEMBIMBING KLINIK
Nama : Nitha Ryanti

Ruang : Wanita

Tanggal : 08/03/2024

Dinas : pagi

Verifikasi
Jam Kegiatan Waktu Jumlah Keterangan Ya Tdk

07:00 Operan Dinas 15 menit

07:30 Melakukan Handover

Memandikan pasien
08:30 Melakukan oral hygine

Mengantikan infus rl
08:30

Menginstruksikan bagaimana agar


12:00
bias melakukan batuk efektif

13:00
Memposisikan untuk meringankan
sesak nafas

13:15 Mengevaluasi kembali Program


pasien

13:45 Operan Dinas

08, Maret 2024

Mengetahui,

PEMBIMBING KLINIK
Nama : Nitha Ryanti

Ruang : Wanita

Tanggal : 09/03/2024

Dinas : pagi

Verifikasi
Jam Kegiatan Waktu Jumlah Keterangan Ya Tdk

07:00 Operan Dinas 15 menit

07:30 Melakukan Handover

Memandikan pasien
08:30 Melakukan oral hygine

Memonitor intake dan output


08:30
pasien

12:00

Mebuang secret dengan


memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau menyedot
13:00 lender

Mengobervasi TTV pasien


Beserta keluhan pasien
13:15 Mengevaluasi kembali Program
pasien

13:45 Operan Dinas

09, Maret 2024

Mengetahui,

PEMBIMBING KLINIK

Anda mungkin juga menyukai