Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang
sebagian besar disebabkan oleh kuman mycobacterium
tuberkulosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam
tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru.
Kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke
bagian tubuh lain melalui sistem peredaran darah. Sistem
saluran limfe, melalui saluran nafas (bronchi) atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium
tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1 – 4 /um dan tebal 0,3 – 0,6 /um.
Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak lipid. Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant (tidur). Di dalam jaringan, kuman hidup
sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasma
makrofag. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini
menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan
yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan
oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada
bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberculosis. (Departemen Kesehatan RI,
2004 )
C. Patofisiologi/Penularan
Daya penularan dari seorang penderita tuberculosis
ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam
penderita, persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam
udara serta dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan
berada di udara di sekitar penderita tuberculosis. Dan
kuman dapat terlihat langsung dengan mikroskop pada
sediaan dahaknya penderita BTA positif adalah sangat
menular.
Penderita tuberculosis eksterna paru tidak menular,
kecuali penderita itu menderita tuberculosis paru. Penderita
tuberculosis BTA positif mengeluarkan kuman-kuman ke
udara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu
batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering
dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman
tuberculosis dan dapat tetap bertahan di udara selama
beberapa jam.
Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhisap
oleh orang lain jika kuman tersebut sudah menetap dalam
paru dari orang yang menghirupnya, mereka mulai
membelah diri (berkembang biak) dan terjadi infeksi, ini
adalah cara bagaimana infeksi tersebut menyebar dari satu
orang ke orang lain. Orang yang serumah dengan penderita
Tuberculosis Paru BTA positif adalah orang yang besar
kemungkinan terpapar dengan kuman tuberculosis.
(Suparman waspadji Sarwono, 2005)
D. Epidemiologi
Tuberculosis Paru masih merupakan problem
kesehatan masyarakat terutama di negara-negara yang
sedang berkembang. Angka kematian sejak awal abad ke 20
mulai berkurang. Sejak ditetapkannya prinsip pengobatan
dengan perbaikan gizi dan tata cara kehidupan penderita.
Keadaan penderita lebih baik sejak ditemukannya obat
streptomycin. ( Doenges E. Marilynn, 2002)
Penyakit Tuberculosis Paru sebagian besar menyerang usia
produktif kerja yang di atas 25 tahun dengan ekonomi
lemah dan sebagian besar orang yang telah terinfeksi (80 –
90). Pada umumnnya 2 atau 3 % dari mereka yang baru
terkena infeksi akan timbul tuberkulosis paru-paru.
Bila mempertimbangkan kepekaan seseorang terhadap
tuberculosis, maka harus diperiksa dua faktor resiko :
1. Resiko mendapatkan infeksi.
2. Resiko timbulnya penyakit klinik, tergantung dari faktor-
faktor berikut.
- Infeksi diantara masyarakat.
- Kepadatan penduduk.
- Keadaan sosial kurang baik.
- Pengobatan yang tidak teratur.
E. Gambaran Klinik/Gejala
Gejala-gejala paling umum pada penderita
Tuberculosis Paru adalah :
1. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza dan
kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40 – 41 0C
serangan demam dapat sembuh kembali begitulah
seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini,
sehingga klien merasa tidak terbebas dari serangan
demam influenza. Dan keadaan ini sangat dipengaruhi
daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena
adanya iritasi pada bronkus, batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama.
Mungkin saja bentuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum) keadaan berlanjut
adalah batuk darah (hemoptoe) karena terdapat
pembuluh daran yang pecah. Kebanyakan batuk darah
pada tuberculosis terjadi pada kavitasi, tapi juga terjadi
pada ulkus dinding bronkus.
Pada penyakit yang ringan (baru timbul) belum
dirasakan sesak nafas, sesak nafas akan ditemukan pada
penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru-paru.
3. Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan nyeri dada timbul
bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
4. Malaise
Penyakit tuberculosis bersifat radang yang menahun.
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia (tidak
ada nafsu makan). Badan semakin kurus (berat badan
turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam
dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat
dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
F. Penanganan
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis penderita sering tidak menunjukkan
suatu kelainan. Tempat kelainan yang paling dicurigai
adalah bagian apeks (puncak) paru. bila dicurigai adanya
infiltrat yang agak luas. Didapatkan perkusi yang redup dan
auskultasi suara nafas yang bronkial. Akan didapatkan juga
suara nafas tambahan berupa ronki basah kasar dan
nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan
pleura, suara nafasnya menjadi vesikuler melemah. Bila
terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan
suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan
suara amforik.
Pada tuberculosis yang lanjut dengan fibrosis yang
luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot
interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan
menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang
menjadi lebih hiperinflasi bila jaringan fibrotik amat luas
yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru-paru, akan
terjadi pengecilan daerah aliran darah paru sehingga
meningkatnya tekanan arteri pulmonalis (hipertensi
pulmonal) lalu akan terjadi “corpulmonal” dan akan
mengakibatkan gagal jantung kanan. Di sini akan
didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung
kanan seperti : Tachipnoe, tachikardia, sianosis, tekanan
vena jugularis meningkat, hepatomegali, asites dan edema.
Bila tuberculosis mengenai pleura sering terbentuk efusi
pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam
pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi
memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar
sama sekali.
a. Pemeriksaan bakteriologis
- Sputum
Tanda pasti penderita tuberculosis ditetapkan
dengan pemeriksaan kultur, namun biaya mahal dan
membutuhkan waktu 6 – 8 minggu. Pemeriksaan
dahak ini lebih cepat dan lebih murah. Pemeriksaan
tersebut berupa pemeriksaan mikroskopis dari dahak
yang telah dibuat sediaan apus dan diwarnai secara
Ziehl Nelson bila kuman basil tahan asam dijumpai
dua kali dari tiga kali pemeriksaan penderita disebut
penderita BTA positif. Pemeriksaan sputum secara
mikroskopis ini merupakan satu-satunya cara dimana
diagnosis dapat dipastikan ini sangat penting untuk
dilaksanakan mengingat ketepatan dan efesiensinya
dalam menentukan penderita tuberculosis.
b. Pemeriksaan radiologi (foto rontgen).
Diagnosis yang didasarkan pada pemeriksaan
radiologi (foto rontgen) belum merupakan diagnosis pasti.
Kelainan-kelainan yang dijumpai pada foto rontgen
thorax mungkin dapat disebabkan oleh tuberculosis atau
keadaan lain. Dimana gambaran pada foto rontgen
tersebut tidak selalu spesifik untuk tuberculosis. Pada
beberapa orang yang sebelumnya menderita tuberculosis
dan sekarang sudah sembuh (sebab itu tidak perlu
pengobatan) dapat mempunyai gambaran foto rontgen
thorax seperti tuberculosis yang memerlukan
pengobatan. Pemeriksaan foto rontgen thorax mungkin
berguna pada penderita-penderita suspek yang belum
pernah diobati sebelumnya dengan hasil pemeriksaan
sputum negatif.
c. Tes tuberkulin
Tes tuberkulin hanya mempunyai nilai yang terbatas
dalam pekerjaan klinis. Terutama bila penyakit
tuberculosis banyak dijumpai suatu hasil tes yang positif
tidak selalu diikuti dengan penyakit. Demikian juga hasil
tes negatif tidak selalu menyingkirkan tuberculosis. Tes
tuberkulin ini mungkin hanya berguna dalam
menentukan diagnosis dari penderita-penderita yang
sputum negatif (terutama pada anak-anak yang
mempunyai kontak dengan seorang penderita
tuberkulosis yang menular). Namun penderita-penderita
tersebut harus diperiksa oleh dokter yang
berpengalaman.
G. Pengobatan
Pengobatan tuberculosis adalah memutuskan rantai
penularan dengan menyembuhkan penderita tuberculosis
paling sedikit 85 % dari seluruh kasus tuberculosis BTA
positif yang ditemukan dan mencegah resistensi. Tata cara
pemberian obat tuberculosis paru.

Anda mungkin juga menyukai