Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

TB PARU
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Besar dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada semua pihak untuk
dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan penanggulangan TB. Kerugian yang
diakibatkannya sangat besar, bukan hanya dari aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial
maupun ekonomi. Dengan demikian TB merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Karenanya perang terhadap TB berarti
pula perang terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan, dan kelemahan akibat TB.
Tujuan
Referat ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan sekaligus memenuhi tugas
Kepaniteraan Klinik Stase INTERNA Rumah Sakit Dr. Dradjat Prawiranegara Serang.
Rumusan Masalah
1. Apa definisi, epidemiologi, etiologi dan patomekanisme dari penyakit ini?
2. Bagaimana rencana diagnostik, rencana terapi medikamentosa dan nonmedikamentosa yang
diberikan pada kasus ini berdasarkan literatur yang ada?
Batasan Masalah
Dalam laporan ini penyusun membahas tentang Tuberkulosis Paru.
PEMBAHASAN
DEFINISI
Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular dan disebabkan
oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi.
Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru/berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Kuman Tuberkulosis berbentuk
batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan.
CARA PENULARAN
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara
dan lamanya menghirup udara tersebut.
EPIDEMIOLOGI
Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi dunia (2 triliyun
manusia ) terinfeksi dengan Mycobakterium tuberculosis. Angka infeksi tertinggi di Asia Tenggara,
Cina, India, Afrika, dan Amerika Latin. Tuberculosis terutama menonjol di populasi yang mengalami
stress, nutrisi jelek, penuh sesak, perawatan kesehatan yang kurang dan perpindahan penduduk.
Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasienTB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh
dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-
negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian
karena kehamilan, persalinan dan nifas.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:


• Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara sedang berkembang.
• Kegagalan program TB selama ini
• Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur
kependudukan
• Dampak pandemi HIV
FAKTOR RISIKO
• Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
• Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB
dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya
adalah pasien TB BTA (+).
• Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan
tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).
• HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB.

ETIOLOGI
Etiologi penyakit tuberculosis yaitu oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
PATOGENESIS
Kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar
kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas 1 – 2 jam, tergantung pada ada tidaknya
sinar ultaviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman
apat tahan berhari – hari sampai berbulan – bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat,
ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila
ukuran partikel < 5 mikrometer.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Disini
dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru akan
berbentuk sarang atau afek primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman
dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring, dan kulit, terjadi
limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke seluruh organ
seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh
bagian paru menjadi TB milier.
DIAGNOSIS
Gejala Klinik
• Demam: biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40-410C, demam hilang timbul
• Batuk, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (sputum). Keadaan lanjut dapat terjadi batuk darah
• Sesak napas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltratnya sudah
meliputi setengah bagian paru-paru
• Nyeri dada. Nyeri dada timbul bila infiltrate radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis
• Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan
Pemeriksaan Fisik
Dapat ditemukan konjungtiva anemis, demam, badan kurus, berat badan menurun. Tempat
kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apex paru, bila dicurga adanya infiltrate yang
luas, maka pada perkusi akan didapatkan suara redup, auskultasi bronchial dan suara tambahan ronki
basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate diliputi penebalan pleura maka suara nafas akan menjadi
vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang luas akan ditemukan perkusi hipersonor atau tympani.

Pemeriksaan Radiologis
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologis
berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan
ikat maka banyangn terlihat berupa bulatan dengan batas tegas, lesi dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdiniding tipis. Lama-lama dinding
jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan bergaris-garis. Pada kalsifikasi
bayangannya terlihat sebagai bercak-bercak pada dengan densitas tinggi.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai TB paru adalah penebalan pleura, efusi pleura,
empiema.
Diagnosis Tuberkulosis (TB)
WHO tahun 1991 memberikan criteria :
Tuberkulosis paru BTA positif.
1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
3. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.

Tuberkulosis paru BTA negatif


1. Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA sedikitnya pada 2 x pemeriksaan
tetapi gambaran radiologis sesuai TB aktif
2. Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA tetapi pada biakannya positif
KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:


• Tuberkulosis Paru
• Tuberkulosis Ekstraparu

Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:


• Tuberkulosis paru BTA positif.
• Tuberkulosis paru BTA negatif

Klasifikasi berdasar tipe pasien :


– Kasus Baru  Pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT < 1
bulan.
– Kasus Kambuh (relaps)  Pasien yang pernah mendapat pengobatan Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap.
– Kasus Drop Out  Pasien yang telah menjalani pengobatan >1 bulan dan tidak meneruskan pengobatan sampai selesai.
– Kasus Gagal Therapi  Pasien dengan BTA (+) yang masih tetap (+) atau kembali (+) pada akhir bulan ke V atau akhir
pengobatan.
– Kasus Kronik  Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih (+) setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan
kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
– Kasus Bekas TB  Pasien riwayat OAT (+) dan saat ini dinyatakan sudah sembuh.
PENGOBATAN
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS
• Kehamilan
• Ibu menyusui dan bayinya
• Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS
• Pleuritis Tuberkulosa
KOMPLIKASI

• Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
• Komplikasi dini  pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Pancet’s arthropathy
• Komplikasi lanjut  Obstruksi jalan napas  SOFT (Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis),
kerusakan parenkim berat  SOPT/fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,
sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

PROGNOSIS
• Dubia et bonam
PENUTUP
KESIMPULAN
Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular dan disebabkan
oleh Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang
terinfeksi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir
seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-
10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan
atau ketidakefektifan respon imun. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun.
Laporan TB dunia oleh WHO yang terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia
sebagai penyumbang TB terbesar nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus
baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah
penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan, dan merupakan nomor satu terbesar
dalam kelompok penyakit infeksi.
SARAN

Mengingat besar dan luasnya masalah TB, maka penyusun menyarankan dalam
penanggulangan TB harus dilakukan melalui kemitraan dengan berbagai sektor baik pemerintah,
swasta maupun lembaga masyarakat. Hal ini sangat penting untuk mendukung keberhasilan
program dalam melakukan ekspansi maupun kesinambungannya.
DAFTAR PUSTAKA
• Alsagaff, Hood dan Abdul Mukty. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University
Press. 2006.
• Mubin, Halim. Buku Panduan Praktis : Ilmu Penyakit Dalam Diagnosis dan Terapi Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.
• Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2007.
• Price, Sylvia A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Pross Penyakit, Edisi 4. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 1995.
• Sudoyo, W. Aru. et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI. 2007.

Anda mungkin juga menyukai