Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella enterica typhi dan partiphy.
kuman tersebut menulai melalui fekal-oral dan penyakit tersebut banyak terjadi di asia tenggara dan
afrika. tifus hanya terjadi pada manusia sehingga ia sebenarnya merupakan penyakit yang dapat dibasmi
habis / dilenyapkan. memang tifus telah punah di beberapa negara di asia tenggara namun pada
masanya ia merupakan penyebab utama keluhan demam pada pasien yang dirawat pada 20-30 tahun
lalu.

Kesulitan mendiagnosis tifus dengan pmeriksaan yang sekarang ada merupakan jalan buntu
untuk pengontrolan penyakit tersebut. sekarang ini metode yang dapat diandalkan adalah kultur bakteri
namun sangat terbatas pada laboratorium dan alat yang adekuat. pada percobaan kali ini , kam
menemukan protein mikro untuk mengidentifikasi adanya protein S.typhi imunogenik yang muncul pada
tahap awal infeksi tifus dengan tujuan mengetahui antigen antigen yang dapat digunakan untuk
keperluan diagnosis.

Alat dan metode

Percobaan dilakukan pada dewasa dan anak (>6bulan) dengan suhu tubuh >38 derajat celcius dan
riwayat demam kurang dari 2 minggu yang masuk rumah sakit pada periode januari hingga juni 2012.
Dilakukan perbandingan antara PCR amplifikasi dengan gold standar yaitu kultur bakteri. 13 kasus
terkonfirmasi oleh PCR dan 3 kasus dikonfirmasi oleh keduanya.

Telah dipilih 18 antigen S.typhi yang memberikan hasil serodiagnostik berbeda untuk pengekstraksi dan
purifikasi. Digunakan pemeriksaan ELISA untuk mendeteksi antigen spesifik IGM pada plasma manusia
bersamaan dengan 12 protein antigen S.typhi yang telah dipurifikasi dan juga antigen Vi Polisakarida.

Hasil

Pemeriksaan Vi, PilL dan CdtB merupakan pemeriksaan paling spesifik dan sensitive terhadap
pemeriksaan tifoid. Spesifisitas dan sensitivitas makin meningkat ketika Vi digabungkan dengan protein
antigen, mengkasilkan sensitivitas dan spesifitas 0.80 dan >0.85 berturut turut. pada pasien dengan
demam tidak teridentifikasi, terdapat respon sebesar 34-35% pada IGM tifoid.

respon antibody IGM akut terhadap antigen S.typhi

Dari 18 protein antigen yang ditargetkan untuk dipurifikasi, kami dapat menemukan dan mempurifikasi
12.

Pertama dilakukan ELISA secara sendiri menyertai protein antigen yang dipurifikasi dan Vi polisakarida
untuk mendeteksi IgM pada plasma 40 orang sehat golongan control, 17 pasien demam dengan infeksi
selain tifus, dan 32 orang lain dengan PCR maupun kultur positif terkena tifus (n=89 sampel). didapatkan
IgM yang dapat terdeteksi dengan 12 jenis protein S.typhi yang dipurifikasi dan vi Polisakarida pada
seluruh 89 sampel ELISA. Ditemukan respon IgM awal pada kebanyakan proteini antigen S.typhi sangat
berhubungan dengan satu dan lain.

Potensi diagnosis IgM dengan S.typhi

IgM melawan 12 jenis protein antigen dan Vi polisakarida meningkat dengan signifikan pada pplasma
pasien tifus dibandingkan golongan control (p<0,05). Terlebih lagi, terdapat hasil yang beda pada plasma
IgM pada pasien tifus dan pasien dengan penyakit disertai demam lainyya.

Sensitivitas dan spesifisitas antigen serodiagnostik

Didapatkan sensitivitas dan spesifisitas terbaik pemeriksaan IgM serodiagnostik didapatkan ketika
digunakan kombinasi dengan lebih dari 4 jenis antigen.

pemeriksaan serologi mempunyai hasil yan baik terhadap pemeriksaan demam tifoid. Kemiripan bentuk
bakteri dan kurang dapat diandalkannya gold standar mempersulit diagnosis tifus. Namun studi ini
mempunyai limitasi karena ukuran sample sangat kecil.

Kesimpulan

Pemeriksaan serologi mempunyia sensitivitas dan spesifisitas yang baik pada antigen S.typhi namun
membutuhkan perkembangan lebih lanjut untuk populasi yang berbeda beda.

Anda mungkin juga menyukai