Anda di halaman 1dari 8

DD TBC

PPT

DEFINISI

Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatau penyakit infeksi kronik yang menyerang ampir semua
organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah paru-paru

ETIOLOGI

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Fraksi
protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis, terbentuknya sel epiteloid, dan tuberkel.

EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi TB di Indonesia, walaupun prevalensinya menunjukkan penurunan yang signifikan


survey epidemiologi tahun 1980 – 2004 secara nasional telah mencapai target yang sudah
ditetapkan tahun 2015 yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO memprediksikan kurang lebih
690.000 tau 289/1000 terdapat penderita TB di Indonesia.

MENIFESTASI KLINIK

 Demam
 Malaise
 Berat Badan turun
 Rasa Lelah
 Batauk (/berdarah)
 Sesak nafas
 Nyeri dada
 Sering terserang flu

(IPD JILID 1 EDISI VI, Hal. 863-869)


PATOFISIOLOGI

Sumber: Jurnal Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI

DIAGNOSIS

1. berdasarkan gejala klinik,


2. pemeriksaan fisik/jasmani,
3. pemeriksaan bakteriologik,
4. radiologik, dan
5. pemeriksaan penunjang

PENATALAKSANAAN

 OAT
 Pengobatan Suportif/Simptomatik
 Terapi pembedahan

PENCEGAHAN

a.menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak

b.memberikan vaksin BCG

c.penyuluhan kepada masyarakat tentang gaya hidup sehat

d.isolasi, pemeriksaan kepada orang orang yang terinfeksi dan pengobatan khusus TBC

e.ventilasi rumah dan sinar matahari harus cukup

f.penggunaan masker

g.hindari udara dingin

h.menjemur kasur dan bantal terutama pada pagi hari


i.semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu uga mencucinya dan tidak boleh
digunakan orang lain

j.makanan harus tinggi karbohidrat dan protein

KOMPLIKASI

a.komplikasi dini: pleuritis efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus, Poncet’s arthropathy

b.komplikasi Lanjut : Obstruksi jalan napas (syndrom obstruksi pasca TB) kerusakan parenkim berat
(fibrosis paru), kor-pulmonal, amiloidosis paru, ARDS, TB Milier, jamur paru (aspergilositis) dan
kavitas.

PROGNOSIS

Prognosis baik bila diagnosis dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, prognosis buruk biasanya
terdapat pada penderita Tb ekstra pulmonaly, gangguan kekebalan tubuh (HIV), orang-orang lanjut
usia dan pernah memiliki riwayat TB sebelumnya

(IPD JILID 1 EDISI VI, Hal 873)

LAPORAN

DEFINISI

Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatau penyakit infeksi kronik yang menyerang ampir semua
organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah paru-paru. Tuberkulosis merupakan infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh
mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal
yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

ETIOLOGI

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.


Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat
hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam
suhu 600 C dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan,
sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis dan
terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2005) 6 Basil ini tidak berspora sehingga mudah
dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium
tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara
yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup
bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri juga dapat masuk ke sistem
pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga
dapat menimbulkan asam lambung meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de
Jong, 2005).
EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi TB di Indonesia, walaupun prevalensinya menunjukkan penurunan yang signifikan


survey epidemiologi tahun 1980 – 2004 secara nasional telah mencapai target yang sudah
ditetapkan tahun 2015 yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO memprediksikan kurang lebih
690.000 tau 289/1000 terdapat penderita TB di Indonesia.

Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan bahwa
penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah sistem sirkulasi.
Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua, sementara
SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian. Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia pertama pada golongan penyakit infeksi. Sementara itu
dari hasil laporan yang masuk ke subdit TB P2MPL Departemen Kesehatan tahun ,2001 terdapat
50.443 penderita BTA positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga
perempat dari kasus TB ini berusia 15 – 49 tahun.

MENIFESTASI KLINIK

 Demam: Biasanya subfebril menyerupai demam influenza Tetapi kadang-kadang suhu badan
dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali,. Begitu seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini,
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk
 Malaise: Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
 Berat Badan turun
 Rasa Lelah
 Batuk (/berdarah): . Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
 Sesak nafas
 Nyeri dada: Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik/melepaskan napasnya.
 Sering terserang flu
PATOFISIOLOGI

Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil,
kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya
kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan
menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan
bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan
membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut
Fokus Primer GOHN.

Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu
kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan
terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena.
Jika focus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat
adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar
limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).

DIAGNOSIS

1. Berdasarkan gejala klinik, Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin
ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan
kurus atau berat badan menurun.

2. Pemeriksaan fisik/jasmani, Pada perneriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan suatu
kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik.
Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit menemukan kelainan pada
pemeriksaan fisis, karena hantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai
secara palpasi, perkusi dan auskultasi. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit
dibedakan dengan pneumonia biasa,

3. Pemeriksaan bakteriologik,

4. Radiologik, Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih dibandingkan
pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa hal pmeriksaan ini memberikan keuntungan seperti
pada tuberkulosis anak-anak, dan tuberkulosis milier, Pada kedua hal tadi diagnosis dapat diperoleh
melalui pemeriksaan radiologis dada, sedangkan pemeriksaan sputum hamper selalu negatif.

Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen
apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial)

5. Pemeriksaan penunjang

Sputum, Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga
dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat
sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif, Dalam hal ini dianjurkan
satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter dan
diajarkan melakukan reflex batuk Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik
eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila mash sulit,
sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil dengan brushing atau bronchial washing
atau BAL (broncho alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan
lambung., Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya,
Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.

Tes Tuberkulin, Permeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutara pada anak-anak (balita), Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. (Purified Protein Derivative) intrakutan.

T.U, (intermediate strength), Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T,U, dapat diberikan dulu 1 atau
2 T.U (first strength). Kadang-kadang bila dengan 5 T.L'. masih memberikan hasil negatif dapat
diulangi dengan 250 T.U (second strength) Bila dengan 250 T.U, mash merr berikan hasil negatif
berarti tuberkulosis dapat disingkirkan, Umumnya tes Mantouks dengan 5 TU, saja sudah cukup
berarti.

PENATALAKSANAAN

•OAT

Obat Primer (obat antituberkulosis tingkat satu): isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin,
etambutol

Obat Sekunder (obat antituberkulosis tingkat dua): kanamisin, pas (para amino salicylic acid),
tiasetazon, etionamid, protio-namid, sikloserin, viomisin, kapreomisin, amikasin, ofloksasin,
siprofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, klofazimin.

•Pengobatan Suportif/Simptomatik

Pengobatan yang diberikan kepada penderita TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan
klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, dapat rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan
tambahan atau suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi
gejala/keluhan.

1. Penderita rawat jalan

a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (pada
prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita tuberkulosis, kecuali untuk penyakit
komorbidnya) Program P2 TB → Evaluasi/ Follow -up → sepenuhnya Program - Paduan obat:
Program/ WHO - Obat gratis (+) Evaluasi Lab., foto toraks, penderita bayar sendiri Pengobatan
Individual, disertai evaluasi / followup.

b. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam

c. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.

2. Penderita rawat inap


a. Indikasi rawat inap : TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb : - Batuk darah (profus) - Keadaan
umum buruk - Pneumotoraks - Empiema - Efusi pleura masif / bilateral - Sesak napas berat (bukan
karena efusi pleura) TB di luar paru yang mengancam jiwa : - TB paru milier - Meningitis TB

b. Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat

•Terapi pembedahan

lndikasi operasi

1. Indikasi mutlak

a. Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif

b. Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif

c. Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif

2. lndikasi relatif

a. Penderita dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang

b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan

c. Sisa kaviti yang menetap. Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)

-Bronkoskopi

-Punksi pleura

-Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage) Kriteria Sembuh

-BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah
mendapatkan pengobatan yang adekuat

-Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/ perbaikan

-Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.

PENCEGAHAN

a.menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak

b.memberikan vaksin BCG

c.penyuluhan kepada masyarakat tentang gaya hidup sehat

d.isolasi, pemeriksaan kepada orang orang yang terinfeksi dan pengobatan khusus TBC

e.ventilasi rumah dan sinar matahari harus cukup

f.penggunaan masker

g.hindari udara dingin

h.menjemur kasur dan bantal terutama pada pagi hari


i.semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu uga mencucinya dan tidak boleh
digunakan orang lain

j.makanan harus tinggi karbohidrat dan protein

KOMPLIKASI

a.komplikasi dini: pleuritis efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus, Poncet’s arthropathy

b.komplikasi Lanjut : Obstruksi jalan napas (syndrom obstruksi pasca TB) kerusakan parenkim berat
(fibrosis paru), kor-pulmonal, amiloidosis paru, ARDS, TB Milier, jamur paru (aspergilositis) dan
kavitas.

PROGNOSIS

Prognosis baik bila diagnosis dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, prognosis buruk biasanya
terdapat pada penderita Tb ekstra pulmonaly, gangguan kekebalan tubuh (HIV), orang-orang lanjut
usia dan pernah memiliki riwayat TB sebelumnya

Sumber:

(IPD JILID 1 EDISI VI, Hal. 863-869)

(IPD JILID 1 EDISI VI, Hal 873)

Anda mungkin juga menyukai