PPT
DEFINISI
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatau penyakit infeksi kronik yang menyerang ampir semua
organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah paru-paru
ETIOLOGI
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Fraksi
protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat
tahan asam dan merupakan faktor terjadinya fibrosis, terbentuknya sel epiteloid, dan tuberkel.
EPIDEMIOLOGI
MENIFESTASI KLINIK
Demam
Malaise
Berat Badan turun
Rasa Lelah
Batauk (/berdarah)
Sesak nafas
Nyeri dada
Sering terserang flu
Sumber: Jurnal Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
OAT
Pengobatan Suportif/Simptomatik
Terapi pembedahan
PENCEGAHAN
d.isolasi, pemeriksaan kepada orang orang yang terinfeksi dan pengobatan khusus TBC
f.penggunaan masker
KOMPLIKASI
a.komplikasi dini: pleuritis efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus, Poncet’s arthropathy
b.komplikasi Lanjut : Obstruksi jalan napas (syndrom obstruksi pasca TB) kerusakan parenkim berat
(fibrosis paru), kor-pulmonal, amiloidosis paru, ARDS, TB Milier, jamur paru (aspergilositis) dan
kavitas.
PROGNOSIS
Prognosis baik bila diagnosis dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, prognosis buruk biasanya
terdapat pada penderita Tb ekstra pulmonaly, gangguan kekebalan tubuh (HIV), orang-orang lanjut
usia dan pernah memiliki riwayat TB sebelumnya
LAPORAN
DEFINISI
Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatau penyakit infeksi kronik yang menyerang ampir semua
organ tubuh manusia dan yang terbanyak adalah paru-paru. Tuberkulosis merupakan infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh
mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal
yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).
ETIOLOGI
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan bahwa
penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah sistem sirkulasi.
Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua, sementara
SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian. Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia pertama pada golongan penyakit infeksi. Sementara itu
dari hasil laporan yang masuk ke subdit TB P2MPL Departemen Kesehatan tahun ,2001 terdapat
50.443 penderita BTA positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga
perempat dari kasus TB ini berusia 15 – 49 tahun.
MENIFESTASI KLINIK
Demam: Biasanya subfebril menyerupai demam influenza Tetapi kadang-kadang suhu badan
dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali,. Begitu seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini,
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkulosis yang masuk
Malaise: Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun),
sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
Berat Badan turun
Rasa Lelah
Batuk (/berdarah): . Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar, karena
terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-
bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk
darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
Sesak nafas
Nyeri dada: Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik/melepaskan napasnya.
Sering terserang flu
PATOFISIOLOGI
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat kecil,
kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya
kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan
menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan
bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan
membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut
Fokus Primer GOHN.
Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu
kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan
terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena.
Jika focus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat
adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar
limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).
DIAGNOSIS
1. Berdasarkan gejala klinik, Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin
ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan
kurus atau berat badan menurun.
2. Pemeriksaan fisik/jasmani, Pada perneriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan suatu
kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik.
Demikian juga bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit menemukan kelainan pada
pemeriksaan fisis, karena hantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit dinilai
secara palpasi, perkusi dan auskultasi. Secara anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit
dibedakan dengan pneumonia biasa,
3. Pemeriksaan bakteriologik,
4. Radiologik, Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih dibandingkan
pemeriksaan sputum, tetapi dalam beberapa hal pmeriksaan ini memberikan keuntungan seperti
pada tuberkulosis anak-anak, dan tuberkulosis milier, Pada kedua hal tadi diagnosis dapat diperoleh
melalui pemeriksaan radiologis dada, sedangkan pemeriksaan sputum hamper selalu negatif.
Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen
apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah hilus
menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial)
5. Pemeriksaan penunjang
Sputum, Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis
tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga
dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat
sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif, Dalam hal ini dianjurkan
satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2 liter dan
diajarkan melakukan reflex batuk Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat mukolitik
eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila mash sulit,
sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil dengan brushing atau bronchial washing
atau BAL (broncho alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan
lambung., Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya,
Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.
Tes Tuberkulin, Permeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutara pada anak-anak (balita), Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D. (Purified Protein Derivative) intrakutan.
T.U, (intermediate strength), Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T,U, dapat diberikan dulu 1 atau
2 T.U (first strength). Kadang-kadang bila dengan 5 T.L'. masih memberikan hasil negatif dapat
diulangi dengan 250 T.U (second strength) Bila dengan 250 T.U, mash merr berikan hasil negatif
berarti tuberkulosis dapat disingkirkan, Umumnya tes Mantouks dengan 5 TU, saja sudah cukup
berarti.
PENATALAKSANAAN
•OAT
Obat Primer (obat antituberkulosis tingkat satu): isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin,
etambutol
Obat Sekunder (obat antituberkulosis tingkat dua): kanamisin, pas (para amino salicylic acid),
tiasetazon, etionamid, protio-namid, sikloserin, viomisin, kapreomisin, amikasin, ofloksasin,
siprofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, klofazimin.
•Pengobatan Suportif/Simptomatik
Pengobatan yang diberikan kepada penderita TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan
klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, dapat rawat jalan. Selain OAT kadang perlu pengobatan
tambahan atau suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi
gejala/keluhan.
a. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan (pada
prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita tuberkulosis, kecuali untuk penyakit
komorbidnya) Program P2 TB → Evaluasi/ Follow -up → sepenuhnya Program - Paduan obat:
Program/ WHO - Obat gratis (+) Evaluasi Lab., foto toraks, penderita bayar sendiri Pengobatan
Individual, disertai evaluasi / followup.
c. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas atau keluhan lain.
b. Pengobatan suportif / simtomatik yang diberikan sesuai dengan keadaan klinis dan indikasi rawat
•Terapi pembedahan
lndikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
b. Penderita batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif
2. lndikasi relatif
-Bronkoskopi
-Punksi pleura
-BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah
mendapatkan pengobatan yang adekuat
PENCEGAHAN
d.isolasi, pemeriksaan kepada orang orang yang terinfeksi dan pengobatan khusus TBC
f.penggunaan masker
KOMPLIKASI
a.komplikasi dini: pleuritis efusi pleura, empiema, laringitis, TB usus, Poncet’s arthropathy
b.komplikasi Lanjut : Obstruksi jalan napas (syndrom obstruksi pasca TB) kerusakan parenkim berat
(fibrosis paru), kor-pulmonal, amiloidosis paru, ARDS, TB Milier, jamur paru (aspergilositis) dan
kavitas.
PROGNOSIS
Prognosis baik bila diagnosis dan pengobatan dilakukan sedini mungkin, prognosis buruk biasanya
terdapat pada penderita Tb ekstra pulmonaly, gangguan kekebalan tubuh (HIV), orang-orang lanjut
usia dan pernah memiliki riwayat TB sebelumnya
Sumber: