NYERI SENDI
SKENARIO 2
OLEH :
KELOMPOK 4
1. Ratyh Jihan Safira ( 09401711042 )
2. Septiana Waraningsih ( 09402011005 )
3. Puteri Puspita Sari ( 09402011011 )
4. Jauharah Az Zahra ( 09402011016 )
5. Ridwan Bachtiar Wahyudi ( 09402011021 )
6. Ananda Raihan Maulana ( 09402011022 )
7. Nur Widya Tiala ( 09402011027 )
8. Cristi Evana Doda ( 09402011033 )
9. Amalia Sumayah Ammarie ( 09402011038 )
10.Andi Muh. Kelvin Irvandi ( 09402011044 )
11.Mutmainnah Dj. Mandar ( 09402011050 )
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021
BLOK SISTEM MUSKULOSKELETAL
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan tentang diagnosis nyeri sendi, penyebab – penyebab nyeri sendi,
patofisiologi terjadinya nyeri sendi, dapat membedakan nyeri sendi akibat karena
inflamasi dan nyeri sendi akibat karena mekanik.
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diskusi kelompok yang diarahkan tutor
2. Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor
3. Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan dimaksud
untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam
4. Kuliah khusus dalam kelas
5. Aktifitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan buku
ajar, majalah, slide, tape atau video, dan internet
6. Latihan keterampilan klinik pemeriksaan sendi dan analisa gambaran radiologi
sendi
7. Praktikum di laboratorium
KASUS
SKENARIO 2 :
4. JAWABAN PERTANYAAN :
1) Jelaskan anatomi dan fisiologi dari organ terkait !
Jawaban :
Anatomi
( Sumber : Netter, Frank H. 2016. Atlas Anatomi Manusia Bahasa Latin/ Indonesia
Edisi 6 )
Fisiologi
( Sumber : Quinn, Elizabeth. 2020. The Anatomy of the Foot and Common Foot
Problems )
Menurut IASP, Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan aktual ( nyata ) dan potensial ,
atau tergambarkan seperti itu.
Rasa nyeri merupakan akibat serangkaian langkah kompleks yang berasal dari
lokasi cedera menuju otak yang menafsirkan stimulus sebagai rasa nyeri.
Nyeri, terutama adalah mekanisme protektif yang dipicu oleh stimulus terhadap
nosiseptor (Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan
rangsangan nyeri) yang merasakan bahaya ( reseptor nyeri ) yang menimbulkan
kesadaran bahwa kerusakan jaringan sedang atau akan terjadi.
1. Transduksi
Proses stimulus nyeri atau noxious stimuli (peristiwa yang sebenarnya atau
berpotensi merusak jaringan) akan diubah menjadi potensial aksi (Potensial aksi
merupakan perubahan potensial membran yang diawali pada ujung axon dan
menyebar ke seluruh badan axon (serabut-serabut saraf)) atau aktifitas elektrolit pada
ujung ujung saraf. Rangsangan intensitas tinggi seperti termal (energy panas yang
dihasilkan ketika terjadi kenaikan suhu), mekanik, elektrik dan kimiawi akan
mengaktifkan reseptor nyeri. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah ujung ujung bebas
serat saraf a delta dan c. Lalu potensial aksi tersebut akan ditransmisikan menuju
neuron susunan saraf pusat yang berhubungan dengan nyeri.
2. Transmisi
Proses penyaluran impuls dan saraf sensoris yang disalurkan melalui serabut
saraf a delta dan c kekornu dorsalis medulla spinalis. Dimana serabut saraf a delta dan
c merupakan first order neuron (menghantarkan impuls ke SSP) dari perifer ke kornu
dorsalis medulla spinalis. Pada kornu dorsalis neuron aferen primer bersinaps dengan
neuron susunan saraf pusat.
Dari sini jaringan neuron tersebut akan naik ke atas di medulla spinalis menuju
batang otak dan thalamus di thalamus akan terjadi hubungan timbal balik antara
thalamus dan pusat pusat yang lebih tinggi diotak yang mengurusi respon persepsi dan
efektif yang berhubungan dengan nyeri.
3. Modulasi
Proses interaksi antara system analgesic endogen dengan impuls nyeri yang
masuk ke kornu posterior dimedula spinalis. System analgesic endogen (Analgetik
endogen yang dimaksud ialah endorfin, serotonin dan noradrenalin. 4. Persepsi, adalah
hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan unik dari proses-proses tersebut di
atas, sehingga menghasilkan suatu perasaan yang subjektif dikenal sebagai persepsi
nyeri.) seperti eukanfalin,serotonin dan noadrenalin yang mempunyai efek menekan
impuls medulla spinalis. Cornu posterior sebagai pintu menyalurkan nyeri. Proses
modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses tersebut.
4. Persepsi
Proses nyeri direlai menuju otak dan menghasilkan pengalaman yang tidak
menyenangkan.
Jika asam urat mengalami saturasi yang berlebihan di dalam darah dan cairan
tubuh lain, senyawa ini akan mengkristal dan membentuk endapan garam urat yang
menumpuk di dalam jaringan ikat di seluruh tubuh ; endapan ini dinamakan Tofus.
Keberadaan kristal urat akan memicu respon inflamasi akut ketika sel sel Neutrofil
mulai memakan kristal tersebut. Kerusakan jaringan mulai terjadi pada saat sel sel
Neutrofil melepaskan Lisosom nya. Disusun bukan hanya merusak jaringan, tetapi
juga memperberat inflamasi.
Definisi
Gout adalah gangguan yang disebabkan oleh penimbunan asam urat, suatu
produk akhir metabolism purin dalam jumlah berlebihan di jaringan.
Etiologi
Peningkatan kadar asam urat serum dapat terjadi karena pembentukan berlebihan
atau penurunan ekskresi asam urat atau keduanya. Asam urat adalah produk akhir
metabolism purin. Peningkatan sintesis asam urat, suatu gambaran yang sering terjadi
pada gout primer.
Pada gout sekunder, hiperurisemia dapat disebabkan oleh meningkatnya produksi urat
(misal lisis sel yang cepat selama pengobatan limfoma atau leukemia) atau
menurunnya ekskresi (insufisiensi ginjal kronis), atau kombinasi keduanya.
Tahap pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Nilai normal asam urat serum
pada laki-laki adalah 5,1 +_ 1,0 mg/dl dan pada perempuan adalah 4,0 +_ 1,0
mg/dl. Nilai-nilai ini meningkat sampai 9-10 mg/dl pada seseorang dengan gout,
dalam tahap ini pasien tidak menunjukan gejala-gejala selain dari peningkatan
asam urat serum. Hanya 20% dari pasien hiperurisemia asimtomatik yang
berlanjut menjadi gout akut.
Tahap kedua adalah artitis gout akut. Pada tahap ini terjadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsophalangeal. Artitis bersifat monoartikular (hanya menyerang satu
sendi saja) dan menunjukan tanda-tanda peradangan local (bengkak,
kemerahan, panas, peradangan, nyeri hebat). Mungkin terdapat demam dan
peningkatan jumlah leukosit. Sendi-sendi lain dapat terserang, ternasuk sendi
jari-jari tangan, lutut, mata kaki, pergelangan tangan dan siku. Serangan gout
akut biasanya pulih tanpa pengobatan, tetapi dapat memakan waktu 10 sampai
14 hari.
- Tahap interkritis
Tahap ketiga setalah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak terdapat
gejala-gejala pada masa ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai
tahun. Kebanyakan orang mengalami serngan gout berulang dalam waktu
kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
Tahap keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbunan asam urat yang terus
bertambah dalam bebrapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan
dengan kronik akibat Kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan
kaku, juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Serangan akut
artitis gout dapat terjadi dalam tahap ini. Tofi (timbunan kristal monosodium
urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau
tendon.) terbentuk pada masa gout kronik akibat insolubitas (kemampuan
kelarutan) relative asam urat.
Pada keadaan normal kadar asam urat pada laki-laki mulai meningkat setelah
pubertas dan pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause
karena estrogen meningkat ekskresi sam uarat melalui ginjal. Gout jarang ditemukan
pada perempuan 95% kasus adalah pada laki-laki. Ada prevalensi famial dalam
penyakit gout yang mengesankan suatu dasar genetic dari penyakit ini. Namun, ada
sejumlah faktor yang memengaruhi penyakit ini, termasuk diet, berat badan dan gaya
hidup.
(sumber : Buku Patofisiologi Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson Edisi 6 Hal. 1402-
1406)
Diagnosis
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
Keadaan sendi harus di evaluasi apakah terdapat tanda-tanda inflamasi, seperti eritema
(kondisi munculnya bercak kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran
pembuluh darah di bawah kulit), hangat, bengkak, dan nyeri tekan, serta tanda
deformitas sendi dan tofi (tanda khas gout).sendi yang terkena biasanya pada tungkai
bawah, umumnya pada sendi metatarsofalangeal (MTP 1).
- Pemeriksaan laboratorium
Hiperurisemia (kadar asam urat yang lebih dari 420 mikromol/ mmol kreatinin)
- Pemeriksaan radiologis
- Pemeriksaan sendi
Aspirasi cairan synovial atau dalam potongan jaringan dengan endapan tofus.
Ditemukan krystal asam urat.
Komplikasi
Penatalaksanaan
- Non-farmakologis :
5. Olahraga ringan
- Farmakologis :
5. Pengobatan hiperurisemia:
(sumber: Buku Penatalaksanaan Di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Hal. 816 & Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Universitas Airlangga, Hal. 244-245)
Prognosis
Angka kekambuhan gout akut: 60% dalam satu tahun pertama; 80% dalam 2
tahun; 90% dalam 5 tahun. Perjalanan penyakit gout akan lebih buruk bila:
onset gejala muncul pada usia muda (<30 tahun), serangan sering berulang,
kadar asam urat darah tinggi (tidak terkontrol), dan mengenai banyak sendi.
Sekitar 20% pasien gout akan timbul urolitiasis dengan batu asam urat atau
batu kalsium oksalat.
- DD Reumatoid Artritis
Etiologi:
Penyebab inflamasi kronis yang menjadi ciri khas artritis rematoid tidak
diketahui. Tapi ada beberapa teori yang mungkin data meliputi yaitu :
- Infeksi (virus atau bakteri), kerja hormone, atau faktor gaya hidup
Patofisiologi
Manivestasi Klinik;
Keluhan umum
Kelainan sendi
Diagnosis;
Radiologi
Fungsi ginjal
darah lengkap
Penatalaksanaan;
- Edukasi,
- Puasa,
Terapi farmakologik
Ibuprofen:30-800mg,3-4x/hari
Flurbiprofen:50-100mg,2-3x/hari
Fe Indometachin:20-50mg,3-4x/hari
Endotolac:200-300mg,2x/hari
Piroxicam:10-20mg,1x/hari
Oxaprozin:600-200mg,1x/hari
Sulindac:150-200mg,2x/hari
DMARD (Obat anti rematik pemodifikasi penyakit)
Klorokuin fosfat
Infliximab
Etanercept.noprofen:300-600mg,3-4x/hari
Prognosis:
Prognosis buruk pada stadium Dini AR antara lain: skor fungsional yang
rendah, status sosial ekonomi rendah tingkat pendidikan rendah, ada riwayat
keluarga dekat menderita Ar melibatkan banyak sendi
penderita dengan penyakit lebih ringan memberikan respons yang baik dengan
terapi
Komplikasi:
Anemia
Kanker
Kardiak
Gangguan mata
Pembentukan fistula
Peningkatan infeksi
Pernafasan
Nodul rheumatoid
Vaskulitis