Anda di halaman 1dari 51

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI PADA
ABDOMINAL PAIN DI RUANG FLAMBOYAN 4 RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SALATIGA

Disusun Oleh :

1. Dini Rahayu (SN232021)


2. Isna Retnawati (SN232033)
3. Mar’atus Sholikhah (SN232041)
4. Maryani Oviati (SN232044)
5. Melinasari (SN232047)
6. Nita haryati (SN232057)
7. Nur Lailatul Faizah (SN232058)
8. Tri Mulyani (SN232075)
9. Yulsyani Amelia Unawekla (SN232080)
10. Yuli Artha Prihat S (SN232079)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2024/2024


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut teori maslow rasa aman adalah kebutuhan yang
memotivasi orang untuk mencari ketenangan, kepastian, dan ketertiban
dari kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Menjadi aman adalah tidak
adanya bahaya fisik dan psikologis (Alligood, 2018). Sementara itu
menurut teori kenyamanan Katharine kolcaba kenyamanan merupakam
keadaan terpenuhinya kebutuhan esensial seseorag, yaitu transendensi
(keadaan sesuatu yang melampaui masalah dan rasa sakit), kelegaan
(kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari seseorang), dan
ketenangan. Menurut sejumlah teori keperawatan, kebutuhan dasar klien
dan alasan untuk memberikan asuhan keperawatan adalah kenyamanan
(Alligood, 2018; berman et al., 2016). Sama seperti rasa sakit,
kenyamanan adalah konsep subjektif. Setiap orang menafsirkan dan
mengalami rasa sakit secara berbeda sesuai dengan factor fisiologis, sosial,
spiritual, psikologis dan budaya. Pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang disebabkan oleh cedera jaringan actual,
prospektif atau dijelaskan dikenal sebagai rasa sakit.
Prevalensi nyeri di Indonesia di alami oleh 21% pasien penyakit
kanker, 33% pasien penyakit cardiovaskuler, 23% pasien penyakit Pulmo,
24% pasien dengan penyakit pembuluh darah, 16% pasien dengan
gangguan musculoskeletal, 18% pasien dengan penyakit saraf, 4% pasien
penyakit kulit, 15% pasien penyakit ginjal, 16% pasien dengan penyakit
abdomen, 10% pasien penyakit hepatik, 9% pasien dengan penyakit dan
gangguan pankreas, 12% pasien dengan penyakit dan gangguan lambung
dan 11% pasien dengan penyakit dan gangguan pada usus (Purwandari,
2014).
Rasa aman dan nyaman sangat penting dalam peningkatan kualitas
hidup pasien, nyeri sebagai salah satu factor yang menjadi penyebab
kondisi aman dan nyaman tersebut tidak terpenuhi. Nyeri merupakan
perasaaan yang bersifat subjektif tidak menyenangkan yang dihasilkan
karena suatu proses tertentu. Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi
merupakan tahapan dalam terjadinya nyeri. Nyeri di bedakan menjadi
nyeri kronis dan nyeri akut, dan juga nyeri nosiseptif dan nyeri
neurogenik. Dalam melakukan pengkajian nyeri dapat melalui proses
pengamatan, wawancara dan pemeriksaan fisik. Alat ukur yang digunakan
dalam mengkaji nyeri diantaranya Visual Analogue Scale (VAS) dan
Numeric rating Scale (NRS).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Untuk memenuhi tugas stase praktik profesi keperawatan dasar
a. Mampu menyelesaikan asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri
2. Tujuan khusus
b. Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
pathways, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan
komplikasi pada pasien nyeri dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman nyeri
c. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri
d. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri
C. Manfaat Penulisan
a. Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk
menegkkan diagnose keperawatan, menentukan intervensi yang tepat
untuk pasien dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri khususnya pada pasien dengan abdominal pain
b. Bagi institusi pelayanan
Makala ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dalam upaya pengembangan asuhan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri
c. Bagi pengembangan ilmu keperawatan
Makala ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu dan
teknologi terapa bidang keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman


1. Pengertian Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman
Rasa nyaman dibutuhkan setiap individu. Dalam konteks
keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman.
Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui
intervensi keperawatan (Sutanto & Fitriana, 2017).
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual karena respons individu terhadap sensasi nyeri beragam dan
tidak bisa disamakan dengan orang lain (Sutanto & Fitriana.2017).
Nyeri adalah reaksi fisiologis karena reaksi protektif untuk
menghindari stimulus yang membahayakan tubuh. Tapi bila nyeri tetap
berlangsung walaupun stimulus yang membahayakan tubuh. Sebagai
contoh nyeri karena pembedahan, masih tetap dirasakan pada masa pasca
bedah Ketika pembedahan sudah selesai . nyeri semacam ini tidak saja
menimbulkan perasaan tidak nyaman, tetapi juga reaksi stress, yaitu
rangkaian reaksi fisik maupun biologis yang dapat menghambat proses
penyembuhan (wiarto, 2017).

2. Anatomi Dan Fisiologi Nyeri


Nyeri terdiri atas 4 mekanisme yaitu transduksi, transmisi, persepsi
dan modulasi. Nyeri terjadi karena adanya rangsangan nyeri yang
menstimulasi nosiseptor. Ketika terjadi kerusakan jaringan maka akan
menstimulasi pelepasan mediator kimiawi seperti bradikinin, histamin dan
prostaglandin. Mediator kimiawi ini akan merangsang nosiseptor.
Nosiseptor adalah ujung-ujung saraf bebas yang tidak bermielin yang
tersebar pada kulit dan mukosa. Selanjutnya rangsangan nyeri tersebut akan
diubah menjadi impuls atau elektrik di reseptor nyeri (nosiseptor) inilah
yang disebut proses transduksi. Impuls nyeri yang telah terbentuk
diteruskan menuju medulla spinalis untuk selanjutnya dilanjutkan ke otak
(transmisi). Pada korteks serebri, impuls nyeri dipersepsikan berdasarkan
hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan
pengalaman emosional yang menentukan berat atau ringan nyeri yang
dirasakan (persepsi). Proses selanjutnya adalah modulasi yaitu peningkatan
aktivitas nosiseptor (Guyton & Hall, 2018).

3. Etiologi
Menurut Sutanto dan Fitriana 2017, Penyebab rasa nyeri dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu yang berhubungan dengan fisik dan
nyeri psikologis.`
a. Nyeri Fisik
Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada
lapisan kulit dan pada jaringan jaringan-jaringan tertentu yang terletak
lebih dalam.
1.) Trauma mekanik
Trauma mekanik menimbulkan rasa nyeri karena ujung-ujung saraf
bebasm mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun
luka.
2.) Trauma termis
Trauma termis menimbulkan rasa nyeri karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas atau dingin.
3.) Trauma kimiawi
Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang
kuat.
4.) Trauma elektrik
Trauma elektrik dapat menimbulkan rasa nyeri karena pengaruh
aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
5.) Neoplasma
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan dan
kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga
karena tarikan, jepitan atau metastase.
6.) Nyeri pada peradangan
Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
b. Nyeri Psikologis
Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organic, melainkan akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai
pada kasus yang termasuk kategori psikosomatik. Nyeri karena faktor
ini disebut psychogenic pain.

4. Patofisiologi
Reseptor nyri atau (nosiseptor mencakup unjung-ujung syaraf
bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan
mekanik, deformasi, suhu yang ekstrim dan beragai bahan kimia, pada
rangsangan ynag intensif, reseptor-reseptr lain misalnya badan pacini
denmisner juga mengerim informasi yang dipresepsikan sebagai nyeri.
Memperpaah nyeri antara lain adalah histamino, bradikini sirotonin,
beberapa protageldin, ion kalun dan ion hidrogen. Masing-masing zat
tersebut tertimbun titempat cidera hipoksia atau kematian sel, nyeri cepat
(fespain). Dialurkan ke korda spin list, oleh serat adelta, nyeri lambat (slow
pain), disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat, menurut
Kowalac(2013).
Pathway

5. Penatalaksanaan (Medis dan Non Medis)


a. Penatalaksanaan Medis
1.) Plasebo
Placebo adalah bahan bahan tanpa sifat farmakologis misalnya gula
atau pil palsu dan biasanya digunakan secara luas sebagi control
dalam eksperimen untuk menguji efek sebuah obat. Manfaat
pemberian placebo ini terjadi karena orang percaya bahwa pil yang
mereka minum akan mendatangkan pengaruh positif, meskipun pil
tersebut tidak memiliki khasiat apapun.
2.) Pemberian Analgesik
Obat yang mempunyai efek analgesic biasanya efektif untuk
mengatasi nyeri. Hal tersebut dimungkinkan karena nyeri akan
mereda atau hilang seiring dengan laju penyembuhan jaringan yang
rusak atau sakit. Secara farmakologi melibatkan penggunaan obat
obat adjuvant ko-analgesik, oplat (narkotik), nonopiat atau ahli-
inflamasi non steroid (AINS).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1.) Kaji TTV
2.) Kaji adanya infeksi atau peradangan
3.) Distraksi
4.) Kompres hangat
5.) Mengajarkan Teknik relaksasi napas dalam

6. Komplikasi
a. Gangguan pola istirahat dan tidur
b. Hipertermi
c. Hipertensi

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Menurut Wahyudi dan wahid 2016 faktor yang dapat mempengaruhi nyeri
antara lain :
a. Usia
Usia merupakan variable penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya
anak anak dan lansia.
b. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya
menganggap bahwa seorang anak laki laki harus berani dan tidak boleh
menangis, sedangakn anak Perempuan boleh menangis dalam situasi
yang sama.namun secara umum, pria dan Wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam berespons terhadap nyeri.
c. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah
sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih
perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan
perilaku psikologis seseorang.
d. Makna nyeri
Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri.
e. Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan Upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon
nyeri yang menurun.
f. Ansietas
Apabila ansietas tidak mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu
masalah penatalaksanaan nyeri yang serius
g. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan
menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan persepsi nyeri
h. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak
selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan
lebih mudah di masa datang
i. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempersepsikan diri
mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka
dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri, dan juga sebaliknya.
j. Dukungan keluarga dan sosial
Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan
walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai
akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

8. Batasan Karakteristik
a. Mayor
1.) Subjektif
Mengeluh nyeri
2.) Objektif
a.) Tampak meringis
b.) Bersikap protektif (mis. Waspada posisi menghindari nyeri)
c.) Gelisah
d.) Frekuensi nadi meningkat
e.) Sulit tidur
b. Minor
1.) Subjektif
-
2.) Objektif
a.) Tekanan darah meningkat
b.) Pola napas berubah
c.) Nafsu makan berubah
d.) Proses berfikir terganggu
e.) Menarik diri
f.) Berfokus pada diri sendiri
g.) Diaphoresis

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

9. Pengkajian
Menurut Wahyudi dan Wahid (2016), data perawatan yang dikaji dan mesti
didapatkan pada pasien mencangkup :
a. Alasan MRS
Yaitu keluhan utama pasien saat MRS dan saat dikaji. Pasien mengeluh
nyeri, dilanjutkan dengan Riwayat Kesehatan sekarang, dan Kesehatan
sebelum.
b. Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
Data didapatkan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Anamnesa
untuk mengkaji karakteristik nyeri yang diungkapkan oleh pasien
dengan pendekatan PQRS (profokatif/paliatif, quality, radiation,
severity). Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan perubahan
klinis yang diakibatkan oleh nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Data yang didapatkan mencerminkan respons pasien terhadap nyeri
yang meliputi respons fisiologis, respons perilaku, dan respons
psikologis.
1.) Respons Fisiologis
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya
untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanannya. Sangat
penting untuk mengkaji tanda tanda vital dan pemeriksaan fisik
termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat nyeri akut,
denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan meningkat.
2.) Respon perilaku
Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,
gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan
Gerakan melindungi bagian tubuh sampai dengan menghindari
percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya berfokus pada
aktivitas menghilangkannyeri.
3.) Respons psikologis
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien
terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi
setiap individu berbeda beda antara lain : bahaya atau merusak,
komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru,
penyakit fatal, peningkatan ketidakmampuan, dan kehilangan
mobilitas.

10. Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisik
b. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri
11. Intervensi Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan Pemberian Analgesik
pencedera fisik Tindakan asuhan (I.08243)
(D.0077) keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan
Tingkat Nyeri menurun O :
dengan kriteria hasil : - Identifikasi
karakteristik nyeri
Tingkat Nyeri (L.08066) - Identifikasi Riwayat
- Kemampuan alergi obat
menuntaskan aktivitas - Identifikasi
meningkat kesesuaian jenis
- Keluhan nyeri menurun analgesic dengan
- Kesulitan tidur tingkat keparahan
menurun nyeri
- Menarik diri menurun - Monitor tanda tanda
- Frekuensi nadi vital sebelum dan
membaik sesudah pemberian
- Pola napas membaik analgesic
- Tekanan darah
menurun T:
- Pola tidur membaik - Diskusikan jenis
analgesic yang
disukai untuk
mencapai analgesic
optimal, jika perlu
- Tetapkan target
efektifitas analgesic
untuk
mengoptimalkan
respon pasien
- Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesic dan efek
yang tidak diinginkan

E:
- Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat

K:
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesic, jika perlu
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
fisik b.d nyeri Tindakan asuhan (I.05173)
(D.0054) keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan O :
Mobilitas Fisik - Identifikasi adanya
meningkat, dengan nyeri atau keluhan
kriteria hasil : fisik lainnya
- Identifikasi toleransi
Mobilitas Fisik fisik melalui
(L.05042) pergerakannya
- Pergerakan
ekstermitas T:
meningkat - Fasilitasi melakukan
- Kekuatan otot Gerakan, jika perlu
meningkat - Libatkan keluarga
- Rentan gerak (ROM) untuk membantu
meningkat pasien dalam
- Nyeri menurun meningkatkan
- Kaku sendi menurun pergerakan
- Kelemahan fisik
menurun

E;
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan

12. Evaluasi
Menurut Wahyudi dan Wahid (2016), evaluasi dapat dibedakan atas
evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses di evaluasi setiap selesai
melakukan perasat dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan tujuan terutama
kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan
lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh pasien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. S DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
NYAMAN NYERI: ABDOMINAL PAIN DI RUANG FLAMBOYAN 4
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA

Tanggal/Jam MRS : 21 Maret 2024/ 10.55 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 21 Maret 2024/ 12.30 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa
Diagnosa Medis : abdominal pain
No Registrasi : 24xxxxx

A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Segiri
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. M
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 Tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Segiri
Hubungan dengan Klien : Istri

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama
Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut sebelah
kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Salatiga pada hari kamis 21 maret. Jam
21.00 WIB. Dengan keluhan nyeri perut di bagian abdomen kiri sejak
2 hari yang lalu dan mual, nyeri memberat di bagian perut saat
bergerak pasien juga mengeluh susah untuk menelan makanan. Hasil
pemeriksaan dari IGD didapatkan hasil dengan TTV, TD : 158/92
mmHg, N : 71 x/menit, SPO2 : 98 % , RR : 22x/menit , S : 36 derajat
C. Terapi dari IGD Pasien diberikan infus RL 20 tpm, injeksi ketorolac
30 mg, injeksi ranitidine 50 mg.
P : nyeri jika bergerak
Q : nyeri seperti di tusuk –tusuk
R : nyeri di bagian perut sebelah kiri
S:8
T : terus menerus
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan memiliki riwayat darah tinggi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan terdapat riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi.
Genogram :

= Laki laki = Klien

= Perempuan = Meninggal

------- = Tinggal satu atap

III. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR HENDERSON


1. Oksigenasi
Sesak napas : Tidak 
Ya 
Frekuensi : Konstran/Intermitten
Kemungkinan faktor pencetus : -
Faktor yang memeperberat :-
Faktor yang meringankan :-
Batuk : Ya/Tidak
Sputum : Ya/Tidak, warna : -
Nyeri dada : Ya/Tidak
Hal yang dilakukan untuk meringaankan nyeri dada : -
Riwayat penyakit : Asma 
TB 
Batuk darah 
Trauma dada 
Paparan dengan penderita TB 

Riwayat merokok : Pasif/aktif

2. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali sehari
BB/TB : 70 Kg/ 167 cm
BB dlm 1 bulan terakhir : tetap 

Meningkat  : tidak ada peningkatan

Menurun  : 3 Kg, alasan : ada


penurunan diakibatkan nafsu makan
menurun dikarenakan susah untuk
menelan

Jenis makanan : Nasi, sayur, lauk

Makanan yang disukai : Semua suka

Makanan pantang :Tidak ada

Alergi : Tidak ada

Nafsu makan : Baik  Kurang 

Alasan : klien mengatakan nafsu makan


menurun setelah di rawat di rs dan makn
susah untuk menelan

Masalah Pencernaan :
mual  muntah  kesulitan menelan 
sariawan 

Riwayat operasi/ Trauma GI : -

Diit RS : habis  ½ porsi  ¾ porsi  tidak habis 

Alasan : klien mengatakan porsi makan


yang diberikan RS selalu habis.

Kebutuhan pemenuhan ADL makan : mandiri/tergantung/dengan


bantuan

3. Cairan, Elektrolit dan Asam Basa


Frekuensi minum : 8 gelas. konsumsi air/hari : 2 liter/ hari
Turgor kulit : normal, kembali dalam 2 detik
Support IV line : ya/tidak, jenis : IV catheter No 22
Dosis : 20 tpm

4. Eliminasi Bowel
Frekuensi : 1 kali sehari penggunaan pencahar : tidak
Waktu : pagi/siang/sore/malam
Warna : kuning kecoklatan darah : - konsistensi : lunak
gangguan eliminasi Bowel : konstipasi  diare  inkontinensia
bowel 
Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : mandiri/tergantung/dengan
bantuan
5. Eliminasi Bladder
Frekuensi : 1000 cc penggunaan pencaahar : tidak
Warna : kekuningan darah : -
Gangguan Eliminasi Bladder : nyeri saat BAK 
burning sensation 
bladder terasa penuh setelah BAK 
Riwayat dahulu : penyakit ginjal  batu ginjal  injuri/trauma 
Penggunaan kateter : ya/tidak
Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : mandiri/tergantung/dengan
bantuan
6. Aktivitas dan Latihan
Pekerjaan :
Olahraga rutin : klien mengatakan tidak pernah berolahraga
Alat bantu : walker  kruk kursi roda  tongkat 
Terapi : traksi  di : -
gips  di :
Kemampuan melakukan ROM : pasif/aktif
Kemampuan ambulasi : mandiri/tergantung/bantuan

7. Tidur dan Istirahat


Lama tidur : 6 jam
Tidur siang : ya/tidak
Kesulitan tidur di RS : ya/tidak
Alasan : klien mengatakan tidak bisa tidur di RS karena
merasakan nyeri
Kesulitan tidur : menjelang tidur 
mudah/sering terbangun 
merasa tidak segar saat bangun 

8. Kenyamanan dan Nyeri


Nyeri : ya/tidak, skala nyeri (1-10) : 7
Paliatif/profokatif : nyeri saat bergerak
Quality : nyeri terasa berat
Region : nyeri bagian abdomen
Severity :8
Time : kurang lebih lama, terus menerus
Ambulasi di tempat tdr : mandiri/tergantung/dengan bantuan

9. Sensori, Persepsi dan Kognitif


Gangguan penglihatan : ya/tidak
Gangguan pendengaran : ya/tidak
Gangguan penciuman : ya/tidak
Gangguan sensasi taktil : ya/tidak
Gangguan pengecapan : ya/tidak
Riwayat penyakit : eye surgey 
otitis media 
luka sulit sembuh 
Persepsi klien terhadap penyakitnya :
 Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari sakitnya dan akan
selalu menjaga kesehatannya.
Respon klien mencari solusi untuk masalah kesehatannya :
 Klien mengatakan ini selalu berobat control sampe sembuh
10. Komunikasi
Hubungan klien dengan keluarga dan sekitarnya :
 Klien mengatakan selalu berhubungan baik kepada semua
keluarga dan tetangga sekitar nya.
Cara klien menyatakan emosi, kebutuhan, dan pendapat :
 Klien mengatakan klien adalah orang yang legowo, bila ada
pendapat yang ingin disampaikan, klien selalu menyampaikan
secara langsung dengan baik dan apabila mendapatkan kritik dan
saran, klien selalu menerima dengan baik
11. Aspek spiritual dan dukungan sosial
Kepercayaan klien dan aspek ibadah
 Klien mengatakan sholat selama di RS
Dukungan keluarga terhadap klien
 Klien mengatakan keluarga klien selalu mendukung klien dalam
hal apapun
12. Kebutuhan Rekreasi
 Klien mengatakan selalu rekreasi di saat jenuh di rumah dan
tergantung dengan mood klien dan tergantung juga pada kondisi
pasien

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : baik/cukup/lemah
a. Kesadaran : composmentis
b. Tanda tanda Vital
1.) Tekanan darah : 153/92 mmHg
2.) Nadi :
- Frekuensi : 71x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
3.) Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit
- Irama : teratur
4.) Suhu : 36,0 derajat celcius

2. Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala
1.) Bentuk dan ukuran kepala : Mesochepal
2.) Pertumbuhan Rambut : Lebat
3.) Kulit kepala : Bersih
b. Muka
1.) Mata
a.) Kebersihan : bersih
b.) Fungsi penglihatan : normal
c.) Palpebra : normal
d.) Konjungtiva : non anemis
e.) Sclera : Ikterik
f.) Pupil : isokor
g.) Diameter ki/ka : normal
h.) Reflek terhadap Cahaya : normal
i.) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada
2.) Hidung
a.) Fungsi penghidung : normal
b.) Secret : tidak ada penumpukan
c.) Nyeri sinus : tidak ada nyeri tekan
d.) Polip : tidak ada
e.) Napas cuping hidung : tidak ada
3.) Mulut
a.) Kemampuan berbicara : lancar, sedikit terbata bila
sedang nyeri
b.) Keadaan bibir : kering
c.) Selaput mukosa : kering
d.) Warna lidah : merah muda
e.) Keadaan gigi : sudah ada beberpa gigi yang
lepas
f.) Bau nafas : terdapat bau mulutt
g.) Dahak : tidak ada
4.) Gigi
a.) Jumlah : 28 buah
b.) Kebersihan : sedikit kotor
c.) Masalah : karang gigi
5.) Telinga
a.) Fungsi Pendengaran : normal
b.) Bentuk : simetris
c.) Kebersihan : bersih
d.) Serumen : tidak ada
e.) Nyeri telinga : tidak ada nyeri tekan
c. Leher
1.) Bentuk : simetris
2.) Pembesaran tyroid : tidak ada
3.) Kelenjar getah bening : tidak ada
4.) Nyeri waktu menelan : tidak ada
5.) JVP : teraba jelas
d. Dada (Thorax)
1.) Paru-paru
a.) Inspeksi :
 dada simetris
b.) Palpasi :
 pengembangan paru paru kanan dan kiri sama
c.) Perkusi :
 suara paru sonor
d.) Auskultasi :
 Suara paru vesikuler
2.) Jantung
a.) Inspeksi :
 Ictus cordis tidak Nampak
b.) Palpasi :
 ictus cordis terlihat, normal
c.) Perkusi :
 Redup pada jantung, batas jantun tidak membesar
d.) Auskultasi :
 Bunyi jantungI II Reguler, murmur (-), bising jantung
(-)
e. Abdomen
1.) Inspeksi
 Tidak ada asites dan terjadi distensi abdomen
2.) Auskultasi
 Bising usus 41 permenit
3.) Perkusi
 Bunyi abdomen pekak
4.) Palpasi
 Tidak ada pembesaran hepar

f. Genitalia : Terpasang cateter


g. Anus dan rectum : Tidak memiliki riwayat penyakit
ambeien
h. Ekstremitas
1.) Atas
a.) Kekuatan otot kanan dan kiri
 Kekuatan otot pada bahu kanan sangat lemah
b.) ROM kanan dan kiri
 Lengan kanan tidak bisa di gerakkan karena mengalami
fraktur pada bahu kanan
c.) Perubahan bentuk tulang
 Terdapat perubahan bentuk tulang pada bahu kanan
d.) Pergerakan sendi bahu
 Sendi bahu sebelah kanan tidak bisa digerkkan karena
mengalami fraktur
e.) Perabaan akral
 Tidak ada
f.) Pitting edema
 Tidak ada
g.) Terpasang infus
 Terpasang infus RL 20 tpm, IV Catheter 22
2.) Bawah
a.) Kekuatan otot kanan dan kiri
 Normal
b.) ROM kanan dan kiri
 Normal
c.) Perubahan bentuk tulang
 Tidak ada
d.) Varises
 Tidak ditemukan adanya varises
e.) Perabaan akral
 Tidak ada
f.) Pitting edema
 Tidak ada
i. Integument :
Capillary revil <3 detik
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan :

Jenis Nilai
Satuan Hasil Keterangan
Pemeriksaan Normal
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.7-15.5 g/dl 14.4 flowcytometri
Lekosit 3.6-11 10^3/uL 4.77 flowcytometri
Trombosit 150-440 10^3/uL 235 flowcytometri
Hematokrit 35-47 % 43.3 flowcytometri
Eritrosit 3.8-5.2 10^6/uL 4.77 flowcytometri
MCV 80-100 fL 90.4 flowcytometri
MCH 26-34 pg 30.3 flowcytometri
MCHC 32-36 g/dl 31.1 flowcytometri
Hitung Jenis (diff)
Esinofil 0-3 % 0.2 flowcytometri
Basophil 0-1 % 0.1 flowcytometri
Neutrophil 28-78 % 80.3 flowcytometri
limfosit 25-40 % 26.3 flowcytometri
Monosit 2-8 % 4.4 flowcytometri
KOAGULASI
PPT/PT 10.6-15.2 Detik 11.3 -
APTT 27.6-39.8 Detik 32.0 -
IMUNOLOGI
HBsAg
Negatif Negatif Chromatography
Kualitatif
KIMIA KLINIK
Glukosa
75-140 mg/dL 99 GHOD-PAP
Sewaktu

VI. TERAPI MEDIS

Jenis Golongan &


Hari/Tanggal Dosis Fungsi
Terapi Kandungan
11/ Infus 16 tpm Golongan obat Mempertahank
November NaCl keras. Kandungan an hidrasi pada
2023 0.9% terdiri dari air, pasien rawat
natrium klorida inap yang tidak
(garam), natrium dapat menahan
laktat, kalium cairan
klorida, kalsium
klorida
Omepraz 2 x1 Omeprazole digunakan
ole merupakan obat untuk
golongan proton pengelolaan
pump inhibitor penyakit yang
(PPI) berhubungan
dengan
peningkatan
asam lambung,
seperti ulkus
peptikum,
gastritis akibat
infeksi
Helicobacter
pylori, dan
gastroesophage
al reflux
disease

Bisoprol 1x2.5m obat yang mengobati


ol g digunakan untuk hipertensi dan
mengelola dan gagal jantung
mengobati kongestif. Obat
hipertensi dan ini termasuk
gagal jantung dalam
kongestif. Obat golongan
ini termasuk obat beta-
dalam golongan blocker
obat beta-blocker selektif dan
selektif dan bertindak
bertindak secara secara eksplisit
eksplisit sebagai sebagai beta1-
beta1-blocker blocker
kardioselektif kardioselektif
Valsarta 1 gr/12 Golongan obat Untuk
n jam antihipertensi menurunkan
golongan tekanan darah
penghambat
reseptor
angiotensin
Alprazol 2x2.5 golongan Obat ini
am mg obat benzodiazepi bekerja pada
ne. Obat ini otak dan
bekerja pada otak sistem saraf
dan sistem saraf pusat, untuk
pusat, untuk menghasilkan
menghasilkan efek
efek menenangkan.
menenangkan. Itulah
Itulah sebabnya, sebabnya, obat
obat ini sering ini sering
dokter resepkan dokter
untuk mengatasi resepkan untuk
gejala gangguan mengatasi
kecemasan. gejala
gangguan
kecemasan.
Ketorola 2 x 1 gr termasuk dalam obat yang
c kelas obat digunakan
antiinflamasi dalam
nonsteroid pengelolaan
dan
pengobatan
nyeri akut
sedang hingga
berat

B. ANALISA DATA
Nama : Tn S No. CM : 24xxxxxx
Umur : 57 Tahun Dx. Medis : Nyeri abdomen

Hari/
No. Tanggal/ Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
Jam
1. Kamis /21 DS : Nyeri Akut Agen Nyeri Akut b.d
maret Pasien mengatakan Pencedera Agen
2024 09.00 mengeluh nyeri Fisik Pencedera
pada bagian perut Fisik d.d
bagian kiri mengeluh
P : nyeri jika nyeri,tampak
bergerak meringis
Q : nyeri seperti di
tusuk- tusuk
R : nyeri di
rasakan di bagian
abdomen
S:8
T : terus menerus
DO :
- Skala nyeri 8
- Pasien tampak
meringis dan
menahan rasa
sakit
- Akral teraba
hangat
- Tampak pasien
lemas
- TTV :
TD : 180/90
mmHg
Nadi : 76x/menit
RR : 20x/menit
Suhu :36,7
derajat C
2. kamis /21 DS : Gangguan Gejala Gangguan rasa
maret - Pasien rasa nyaman penyakit nyaman b.d
2024 mengatakan gejala
16.30 mengeluh sulit penyakit d.d
tidur mengeluh sulit
- Pasien tidur,mengeluh
menngatakan nyeri
mengeluh nyeri
saat menelan dan
susah menelan
makanan
- Pasien
mengatakan
tidak nyaman
dengan rasa
nyeri nya
- P : nyeri jika
bergerak
- Q : Nyeri
seperti di tusuk-
tusuk
- R : nyeri di
rasakan di
bagian
abdomen
- S:7
- T : terus
menerus
DO :
- TD : 159/91
mmHg
- Nadi : 76x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu :36,8
derajat C

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera Fisik d.d mengeluh nyeri,tampak meringis.
(D.0077)
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh sulit tidur,
mengeluh nyeri (D.0077)

D. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Tn R No. CM : 24xxxxxx
Umur : 57 Tahun Dx. Medis : Abominal Pain

Tujuan & Kriteria


No Tgl/Jam Dx.Kep Intervensi
Hasil
1. Kamis/ Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
21 maret b.d Agen intervensi O:
2024 pencedera keperawatan -Identifikasi
17..00 Fisik d.d selama 3 x 24 jam lokasi,karakteristik,durasi,freku
mengeluh maka tingkat nyeri ensi,Kualitas,intensitas nyeri.
nyeri,tampa menurun dengan -Identifikasi skala nyeri.
k meringis. kriteria hasil : T:
(D.0077) - Keluhan nyeri -Berikan teknik
menurun nonfaramakologis untuk
- Meringis dari mengurangi rasa nyeri
menurun (mis.relaksai nafas dalam)
- sikap protektif -fasilitasi istirahat dan tidur.
menurun E:
- gelisah menurun - Jelaskan strategi meredakan
- Kesulitan tidur nyeri
menurun - Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
K:
- Kolab
orasi
pembe
rian
analget
ik.
2. Kamis Gangguan Setelah dilakukan Intervensi utama : Dukungan
/21 rasa intervensi Tidur (I.05174)
Maret nyaman b.d keperawatan O:
2024/17. gejala selama 3 x 24 jam - Identifikasi pola aktivitas
00 penyakit d.d maka status dan tidur
mengeluh kenyamanan - Identifikasi factor
sulit membaik dengan penggangu tidur
tidur,menge kriteria hasil : (fisik/psikologis)
luh nyeri - Keluhan tidak - Identifikasi makanan dan
nyaman menurun minuman yang menggangu
- gelisah tidur (mis. Kopi, teh,
menurun alcohol,makan mendekati
- Merintih waktu tidur, minum banyak
menurun air sebelum tidur)
-Pola tidur T:
membaik -Modifikasi lingkungan
(mis. Pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur)
- Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresure)
E:
- Jelaskan pentingnya tidur
cukup
-Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur
- Anjurkan factor-faktor
yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
Psikologis,gaya hidup,
sering berubah shift kerja)
E. TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
Nama : Tn S No. CM : 234xxxxxx
Umur : 57 Tahun Dx. Medis : Abdominal pain

Hari/Tgl/ No
Implementasi Respon TTD
Jam Dx
Kamis /21 - Mengidentifikasi lokasi, S:
maret 2024 karakteristik. Durasi, Pasien mengatakan nyeri pada
17.30 frekuensi, kualitas, abdomen kiri
intensitas nyeri P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:6
T : kurang lebih lama, terus
1
menerus
O:
Nampak pasien lemas, akral
teraba hangat , pasien tampak
meringis
TD : 143/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%

17.30 2 - Identifikasi pola aktivitas S:


dan tidur Pasien mengatakan tidak bisa
tidur cukup
O:
Mata pasien tampak cekungan
hitam

- Identifikasi factor S:
penggangu tidur Pasien mengatakan tidak bisa
(fisik/psikologis) tidur jika nyeri muncul
P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:6
T : kurang lebih lama, terus
menerus
O:
Pasien tampak lemas
jumat /22 1 - Mengidentifikasi S:
Maret skala nyeri Pasien mengatakan nyeri
2024/09.00 sudah berkurang
P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:4
T : kurang lebih lama, terus
menerus
O:
Nampak pasien lemas, akral
teraba hangat , pasien tampak
meringis
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
- Berikan teknik SPO2 : 98%
nonfaramakologis DS : Pasien mengatakan
untuk mengurangi rasa setalah melakukan teknik
nyeri (mis.relaksai relaksasi napas dalam nyeri
nafas dalam) berkurang.

DO : Pasien tampak saat


mengikuti perintah dalam
melakukan terapi relaksasi
nafas dalam.

jumat /22 - Modifikasi lingkungan S:


Maret (mis. Pencahayaan, Pasien mengatakan lingkungan
nyaman
2024/09.00 kebisingan, suhu, matras,
dan tempat tidur) O:
Pasien tampak istirahat dengan
tenang

2
- Lakukan prosedur S:
Pasien mengatakan nyaman
untuk meningkatkan
dengan posisi semi flower
kenyamanan (mis. Pijat, O:
pengaturan posisi, terapi Pasien tampak mengubah
posisi dengan benar
akupresure)

Sabtu/ 23 1 - Identifikasi S:
Maret 2024/ lokasi,karakteristik,durasi,fr Pasien mengatakan nyeri
10.00 ekuensi,Kualitas,intensitas sudah berkurang
nyeri. P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:2
T : kurang lebih lama, terus
menerus
O:
pasien tampak meringis jika
nyeri muncul
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%

- Ajarkan teknik DS : Pasien mengatakan


nonfarmakologis untuk setalah melakukan teknik
mengurangi rasa nyeri relaksasi napas dalam nyeri
berkurang.

DO : Pasien tampak saat


mengikuti perintah dalam
melakukan terapi relaksasi
nafas dalam.
2 - Jelaskan pentingnya tidur S:
cukup Pasien mengatakan mengerti
tentang pentingnya tidur cukup
O:
Pasien tampak kooperatif

- Anjurkan menghindari S:
makanan/minuman yang Pasien mengatakan tidak ada
makanan/ minuman yang
menggangu tidur
menggangu tidurnya

O:
Pasien tampak kooperatif
F. EVALUASI
Nama : Tn S No. CM : 24xxxxxx
Umur : 57 Tahun Dx. Medis : Abdominal pain

No.Dx Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd


1 Kamis /21 S : Pasien mengatakan nyeri pada abdomen kiri
Maret 2024 P : Nyeri apabila bergerak
17.30 Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:6
T : kurang lebih lama, terus menerus
O : Nampak pasien lemas, akral teraba hangat ,
pasien tampak meringis
TD : 143/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%
A : Masalah nyeri belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi deng
- pemberian analgetik
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

2 Kamis /21 S:
Maret 2024 -Pasien mengatakan tidak bisa tidur cukup
17.30 -Pasien mengatakan tidak bisa tidur jika nyeri
muncul
O : Mata pasien tampak cekungan hitam
P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:6
T : kurang lebih lama, terus menerus
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1 Jumat /22 S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
Maret P : Nyeri apabila bergerak
2024/09.00 Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:4
T : kurang lebih lama, terus menerus
O :Nampak pasien lemas, akral teraba hangat ,
pasien tampak meringis
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi dengan
- pemberian analgetik
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2 Jumat /22 S:
Maret -Pasien mengatakan lingkungan nyaman
2024/09.00 - Pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi
flower

O:
-Pasien tampak istirahat dengan tenang
-Pasien tampak mengubah posisi dengan benar
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 Sabtu/ 23 S:
Maret 2024/ Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
10.00 P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:2
T : kurang lebih lama, terus menerus
O:
pasien tampak meringis jika nyeri muncul
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%
A: Masalah nyeri sudah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi dengan
- pemberian analgetik
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

2 Sabtu/ 23 S:
Maret 2024/ - Pasien mengatakan mengerti tentang
10.00 pentingnya tidur cukup
- Pasien mengatakan tidak ada makanan/
minuman yang menggangu tidurnya
O:
Pasien tampak kooperatif
A: Masalah sudah Teratasi
P: Hentikan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan mengenai masalah yang ditemukan selama melakukan


asuhan keperawatan pada Tn. S dengan diagnosa medis abdominal pain di ruang
Flamboyan 4 RSUD Salatiga pada tanggal 21 Maret 2024 berupa kesenjangan
antara konsep teori dengan penerapan asuhan keperawatan secara langsung di
ruan Flamboyan 4. Selama melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. S
menggunakan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian,
merumuskan diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Prinsip pada
pembahasan ini memfokuskan pada kebutuhan dasar manusia didalam asuhan
keperawatan utama, alasanya karena yang paling aktual dan harus terlebih dahulu
ditangani.

A. Pengkajian
Pada Riwayat kesehatan sekarang dalam tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian.
Hasil pengkajian terkait masalah gangguan kebutuhan aman dan nyaman
ditemukan bahwa keluhan utama pasien yaitu Tn. S nyeri perut di bagian
abdomen kiri sejak 2 hari yang lalu dan mual, nyeri memberat di bagian perut
saat bergerak.
Dalam riwayat penyakit dahulu, tidak ada terdapat kesenjangan dalam
tinjauan teoritis dan kasus, secara teoritis. Setelah dilakukan pengakajian Tn.
S mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini.
Dalam riwayat kesehatan keluarga, tidak ada terdapat kesenjangan
dalam tinjauan teoritis dan kasus, secara teoritis. Setelah dilakukan
pengakajian Tn. S mengatakan terdapat riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi.
Dalam pemeriksaan fisik pada teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk menggali
sejauh mana perkembangan penyakit dan kondisi klien. Menurut teoritis
pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan pada setiap pasien yaitu berupa
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada kasus Tn S didapatkan
kelainan yaitu Tekanan Darah : 153/92 mmHg, Nadi: 71x/ menit dan pasien
mengatakan nyeri pada seluruh tubuh pada saat beraktifitas, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri pada sbagian perut sebelah kiri, skala nyeri 8, nyeri terus
menerus.

B. Diagnose Keperawatan
Dari hasi pengkajian diatas, menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017),
ditemukan 6 diagnosa keperawatan yaitu : intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan (D.0056), nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen
pacendera fisik, gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri,
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074).
Sedangkan diagnose keperawatan yang di temukan berdasarkan data
pengkajian pada Tn. S ditemukan 2 diagnosa yaitu : Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
gejala penyakit.
Penulis menegakan diagnose pertama pada saat dilakukan pengkajian
pasien yaitu pasien mengeluh nyeri P : nyeri jika bergerak, Q : nyeri seperti di
tusuk- tusuk, R : nyeri di rasakan di bagian abdomen, S : 8, T : terus menerus.
Penulis mengangkat diagnose nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik dikarenakan tanda dan gejala yang ada pada pasien sesuai dengan
batasan karakteristik dalam teori.
Penulis menegakkan diagnose kedua dengan alasan pada saat dilakukan
pengkajian data yang diperoleh data subjektif pasien tampak gelisah, postur
tubuh berubah, meringis kesakitan, dan pasien tampak lemah. Penulis
mengangkat diagnose gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit, dikarenakan tanda dan gejala yang ada pada pasien sesuai dengan
batasan karakteristik dalam teori.

C. Intervensi
Pada intervensi ini akan membahas pada tujuan untuk menghilangkan
atau mengurangi rasa sakit pada pasien. Pada diagnose prioritas nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik. Maka perawat melakukan
perencanaan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat
nyeri menurun (L.08066), dengan kriteria hasil : keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur
menurun, dan frekuensi nadi membaik . Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan yaitu identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan berikan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam),
fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan strategi meredakan nyeri, kolaborasi
pemberian analgesic. Tujuan di berikan tindakan diatas untuk mengetahui
tingkat nyeri dan mengurangi rasa nyeri.
Pada diagnose kedua yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala penyakit. Maka perawat melakukan perencanaan keperawatan
dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status kenyamanan meningkat
(L.08064), dengan kriteria hasil : keluhan tidak nyaman menurun, gelisah
menurun, keluhan sulit tidur menurun. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan yaitu identifikasi
pola aktivitas dan tidur, identifikasi factor penggangu tidur (fisik/psikologis),
identifikasi makanan dan minuman yang menggangu tidur (mis. Kopi, teh,
alcohol,makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur),
modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur), fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, lakukan prosedur
untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresure), jelaskan pentingnya tidur cukup, anjurkan menghindari
makanan/minuman yang menggangu tidur, anjurkan factor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. Psikologis,gaya hidup,
sering berubah shift kerja). Tujuan di berikan tindakan diatas untuk
mengetahui meningkatkan tingkat kenyamanan pada pasien

D. Implementasi
Setelah rencana tidakan di tetapakan maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih dahulu
melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang akan
diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh rencana
tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Implementasi dilakukan selama 3 hari untuk melakukan manajemen nyeri
yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intesitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri
non verbal, mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri,
mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, dan
meberikan obat antasida doen sesuai dengan hasil kolaborasi, serta Evidance
Bace yaitu relaksasi napas dalam.. Teknik relaksasi napas dalam adalah salah
satu cara teknik non farmakologi yang dapat dipakai untuk menghilangkan
nyeri gastritis pada lansia (Tomy Nur Ulinnuha, 2017). Teknik relaksasi nafas
dalam adalah teknik yang dapat menurunkan tingkat nyeri pada pasien.
Relaksasi nafas dalam mampu menenangkan pikiran dan tubuh dan
melepaskan ketegangan otot-otot sehingga menghilangkan nyeri reumatoid
arthritis tanpa menggunakan obat pereda nyeri lebih banyak lagi (Sandy
Kurnijati, 2018).
Penulis melakukan rencana tindakkan keperawatan selama 3x24
jam tindakan dilakukan satu kali dalam sehari. Penulis berencana
mengatasi masalah gangguan tidur pada klien dengan tujuan yang
diharapkan yaitu terjadi peningkatan kualitas tidur. Kriteria hasil
kesulitan memulai tidur cukup menurun yang tidurnya sebelum
dilakukan teknik relaksasi otot progresif jam 01.00 WIB, dan setelah
dilakukan relakasasi otot progresif tidur klien jam 21.00 WIB dengan
istirahat tidur 6 jam, keluhan sering terjaga malam dari 5 kali terjaga
menjadi 2 kali terjaga, kembali beraktivitas dan kembali bersemangat
dan ceria, intervensi pada kasus ini sesuai dengan intervensi teoritis dan
rencana dapat dilakukan berdasarkan intervensi dari diagnosa pada
tinjauan kasus dengan SIKI dukungan tidur dilakukan yaitu identifikasi
pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis), identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur (mis. Kopi, alkohol, makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum tidur), identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi, modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur, batasi waktu tidur siang, jika perlu,
fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, tetapkan jadwal tidur
rutin, sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga, anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap tidur REM, melakukan prosedur
untuk meningkatkan kenyamanan ( relaksasi otot progresif ) sebelum
tidur. Adapun intervensi pilihan bersumber dari jurnal terapi
progressive muscle relaxation (PMR) untuk peningkatan kebutuhan
tidur pada lansia (Eka Della, dkk 2020), dan pengaruh terapi otot
progresif terhadap insomnia pada lansia (Devi Anis, dkk.,2018).
E. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnose pertama selama 3
hari sudah di lakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan. Hasil
evaluasi yang sudah didapatkan pada diagnose nyeri akut teratasi skarena
sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi menurut SOAP yang
sudah didapatkan pada masalah keperawatan Nyeri akut pada Tn. S, hasil yang
didapatkan oleh penulis belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapakan.
Klien mengatakan nyeri sudah berkurang, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
bagian abdomen kiri, skala nyeri 4, nyeri kurang lebih lama, terus menerus,
klien Tampak meringis, bersikap protektif, tampak gelisah, dan sulit tidur.
Sehingga masalah nyeri akut belum teratasi intervensi dilanjutkan dengan
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
( relaksasi nafas dalam).
Pada diagnose kedua tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari
sudah di lakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan. Hasil
evaluasi yang sudah didapatkan pada diagnose gangguan rasa nyaman teratasi
karena sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi menurut SOAP
yang sudah didapatkan pada masalah keperawatan gangguan rasa nyaman
pada Tn. S, hasil yang didapatkan oleh penulis sudah sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapakan. Pasien mengatakan mengerti tentang pentingnya tidur
cukup. Pasien mengatakan tidak ada makanan/ minuman yang menggangu
tidurnya.
BAB V
PENUTUP

Berdasarkan tujuan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis pada


pasien Abdominal Pain ,maka kesimpulan serta saran untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan.

1. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Tn. S maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
a. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. S didapatkan data sebagai berikut,
Tn. S Pasien mengatakan lemas, nyeri seluruh tubuh
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tn. S ditegakkan berdasarkan data pengkajian
yang dirasakan oleh Tn. S Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan untuk Tn. S yaitu dengan melakukan observasi,
teraupetik, dan edukasi pada Tn. S, yaitu Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam
dan aromaterapi), Jelaskan strategi meredakan nyeri. Identifikasi pola
aktivitas dan tidur, identifikasi factor penggangu tidur (fisik/psikologis),
identifikasi makanan dan minuman yang menggangu tidur (mis. Kopi,
teh, alcohol,makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
tidur), modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur), fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur,
lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresure), jelaskan pentingnya tidur cukup,
anjurkan menghindari makanan/minuman yang menggangu tidur,
anjurkan factor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis. Psikologis,gaya hidup, sering berubah shift kerja).
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang diberikan pada Tn. S sudah sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan. Implementasi yang dilakukan
adalah menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, serta
mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga dengan
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(relaksasi nafas dalam dan pentinggnya tidur yang cukup).
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dalam bentuk SOAP. Selama melakukan tindakan
asuhan keperawatan, mengevaluasi bahwa Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam
dan mengidentifikasi faktor pengganggu tidur).

2. Saran
1. Disarankan kepada masyarakat yang sering mangalami atau mempunyai
anggota keluarga yang memiliki gejala penyakit akibat hipotensi agar
segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat agar dapat
dilakukan penanganan secara dini.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien secara komprehensif
perlu adanya hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga
atau masyarakat serta tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai kesehatan
optimal dengan prinsip pendekatan secara terapeutik

DAFTAR PUSTAKA

Sutanto, Fitria. 2017. Keburuhan Dasar Manusia. Yogyakarta : Pustaka


Baru Press
Wiarto Giri. 2017. Nyeri Tulang dan Sensi. Yogyakarta : Gosyen
Publishing
Wahyudi, Wahid. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta :
Mitra Wacana Medika
SDKI.2017. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
SLKI. 2019. Luaran Keperawatan : Definisi dan Kroteria Hasil
Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
SIKI. 2018. Intervensi Keperawatan : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia
Guyton, A. C., & Hall, J. E (2018). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (M.
Widjajakusumah, A. Tanzil, & E. Ilyas (eds.); 13th ed.). Elsevier

Anda mungkin juga menyukai