S DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN NYERI PADA
ABDOMINAL PAIN DI RUANG FLAMBOYAN 4 RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SALATIGA
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Menurut teori maslow rasa aman adalah kebutuhan yang
memotivasi orang untuk mencari ketenangan, kepastian, dan ketertiban
dari kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Menjadi aman adalah tidak
adanya bahaya fisik dan psikologis (Alligood, 2018). Sementara itu
menurut teori kenyamanan Katharine kolcaba kenyamanan merupakam
keadaan terpenuhinya kebutuhan esensial seseorag, yaitu transendensi
(keadaan sesuatu yang melampaui masalah dan rasa sakit), kelegaan
(kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari seseorang), dan
ketenangan. Menurut sejumlah teori keperawatan, kebutuhan dasar klien
dan alasan untuk memberikan asuhan keperawatan adalah kenyamanan
(Alligood, 2018; berman et al., 2016). Sama seperti rasa sakit,
kenyamanan adalah konsep subjektif. Setiap orang menafsirkan dan
mengalami rasa sakit secara berbeda sesuai dengan factor fisiologis, sosial,
spiritual, psikologis dan budaya. Pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang disebabkan oleh cedera jaringan actual,
prospektif atau dijelaskan dikenal sebagai rasa sakit.
Prevalensi nyeri di Indonesia di alami oleh 21% pasien penyakit
kanker, 33% pasien penyakit cardiovaskuler, 23% pasien penyakit Pulmo,
24% pasien dengan penyakit pembuluh darah, 16% pasien dengan
gangguan musculoskeletal, 18% pasien dengan penyakit saraf, 4% pasien
penyakit kulit, 15% pasien penyakit ginjal, 16% pasien dengan penyakit
abdomen, 10% pasien penyakit hepatik, 9% pasien dengan penyakit dan
gangguan pankreas, 12% pasien dengan penyakit dan gangguan lambung
dan 11% pasien dengan penyakit dan gangguan pada usus (Purwandari,
2014).
Rasa aman dan nyaman sangat penting dalam peningkatan kualitas
hidup pasien, nyeri sebagai salah satu factor yang menjadi penyebab
kondisi aman dan nyaman tersebut tidak terpenuhi. Nyeri merupakan
perasaaan yang bersifat subjektif tidak menyenangkan yang dihasilkan
karena suatu proses tertentu. Transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi
merupakan tahapan dalam terjadinya nyeri. Nyeri di bedakan menjadi
nyeri kronis dan nyeri akut, dan juga nyeri nosiseptif dan nyeri
neurogenik. Dalam melakukan pengkajian nyeri dapat melalui proses
pengamatan, wawancara dan pemeriksaan fisik. Alat ukur yang digunakan
dalam mengkaji nyeri diantaranya Visual Analogue Scale (VAS) dan
Numeric rating Scale (NRS).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Untuk memenuhi tugas stase praktik profesi keperawatan dasar
a. Mampu menyelesaikan asuhan keperawatan yang diberikan pada
pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri
2. Tujuan khusus
b. Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
pathways, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan
komplikasi pada pasien nyeri dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman nyeri
c. Mampu mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri
d. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri
C. Manfaat Penulisan
a. Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk
menegkkan diagnose keperawatan, menentukan intervensi yang tepat
untuk pasien dengan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri khususnya pada pasien dengan abdominal pain
b. Bagi institusi pelayanan
Makala ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dalam upaya pengembangan asuhan keperawatan khususnya asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri
c. Bagi pengembangan ilmu keperawatan
Makala ini diharapkan dapat menambah keluasan ilmu dan
teknologi terapa bidang keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman nyeri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Etiologi
Menurut Sutanto dan Fitriana 2017, Penyebab rasa nyeri dapat
digolongkan menjadi dua bagian, yaitu yang berhubungan dengan fisik dan
nyeri psikologis.`
a. Nyeri Fisik
Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada
lapisan kulit dan pada jaringan jaringan-jaringan tertentu yang terletak
lebih dalam.
1.) Trauma mekanik
Trauma mekanik menimbulkan rasa nyeri karena ujung-ujung saraf
bebasm mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun
luka.
2.) Trauma termis
Trauma termis menimbulkan rasa nyeri karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas atau dingin.
3.) Trauma kimiawi
Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang
kuat.
4.) Trauma elektrik
Trauma elektrik dapat menimbulkan rasa nyeri karena pengaruh
aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
5.) Neoplasma
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan dan
kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga
karena tarikan, jepitan atau metastase.
6.) Nyeri pada peradangan
Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung ujung saraf
reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
b. Nyeri Psikologis
Nyeri yang disebabkan oleh faktor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organic, melainkan akibat trauma
psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai
pada kasus yang termasuk kategori psikosomatik. Nyeri karena faktor
ini disebut psychogenic pain.
4. Patofisiologi
Reseptor nyri atau (nosiseptor mencakup unjung-ujung syaraf
bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan
mekanik, deformasi, suhu yang ekstrim dan beragai bahan kimia, pada
rangsangan ynag intensif, reseptor-reseptr lain misalnya badan pacini
denmisner juga mengerim informasi yang dipresepsikan sebagai nyeri.
Memperpaah nyeri antara lain adalah histamino, bradikini sirotonin,
beberapa protageldin, ion kalun dan ion hidrogen. Masing-masing zat
tersebut tertimbun titempat cidera hipoksia atau kematian sel, nyeri cepat
(fespain). Dialurkan ke korda spin list, oleh serat adelta, nyeri lambat (slow
pain), disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat, menurut
Kowalac(2013).
Pathway
6. Komplikasi
a. Gangguan pola istirahat dan tidur
b. Hipertermi
c. Hipertensi
8. Batasan Karakteristik
a. Mayor
1.) Subjektif
Mengeluh nyeri
2.) Objektif
a.) Tampak meringis
b.) Bersikap protektif (mis. Waspada posisi menghindari nyeri)
c.) Gelisah
d.) Frekuensi nadi meningkat
e.) Sulit tidur
b. Minor
1.) Subjektif
-
2.) Objektif
a.) Tekanan darah meningkat
b.) Pola napas berubah
c.) Nafsu makan berubah
d.) Proses berfikir terganggu
e.) Menarik diri
f.) Berfokus pada diri sendiri
g.) Diaphoresis
9. Pengkajian
Menurut Wahyudi dan Wahid (2016), data perawatan yang dikaji dan mesti
didapatkan pada pasien mencangkup :
a. Alasan MRS
Yaitu keluhan utama pasien saat MRS dan saat dikaji. Pasien mengeluh
nyeri, dilanjutkan dengan Riwayat Kesehatan sekarang, dan Kesehatan
sebelum.
b. Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
Data didapatkan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Anamnesa
untuk mengkaji karakteristik nyeri yang diungkapkan oleh pasien
dengan pendekatan PQRS (profokatif/paliatif, quality, radiation,
severity). Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan perubahan
klinis yang diakibatkan oleh nyeri yang dirasakan oleh pasien.
Data yang didapatkan mencerminkan respons pasien terhadap nyeri
yang meliputi respons fisiologis, respons perilaku, dan respons
psikologis.
1.) Respons Fisiologis
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya
untuk tidak mengeluh atau mengakui ketidaknyamanannya. Sangat
penting untuk mengkaji tanda tanda vital dan pemeriksaan fisik
termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat nyeri akut,
denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi pernapasan meningkat.
2.) Respon perilaku
Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir,
gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan
Gerakan melindungi bagian tubuh sampai dengan menghindari
percakapan, menghindari kontak sosial dan hanya berfokus pada
aktivitas menghilangkannyeri.
3.) Respons psikologis
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien
terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi
setiap individu berbeda beda antara lain : bahaya atau merusak,
komplikasi seperti infeksi, penyakit yang berulang, penyakit baru,
penyakit fatal, peningkatan ketidakmampuan, dan kehilangan
mobilitas.
E:
- Jelaskan efek terapi
dan efek samping
obat
K:
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesic, jika perlu
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
fisik b.d nyeri Tindakan asuhan (I.05173)
(D.0054) keperawatan selama 3 x
24 jam diharapkan O :
Mobilitas Fisik - Identifikasi adanya
meningkat, dengan nyeri atau keluhan
kriteria hasil : fisik lainnya
- Identifikasi toleransi
Mobilitas Fisik fisik melalui
(L.05042) pergerakannya
- Pergerakan
ekstermitas T:
meningkat - Fasilitasi melakukan
- Kekuatan otot Gerakan, jika perlu
meningkat - Libatkan keluarga
- Rentan gerak (ROM) untuk membantu
meningkat pasien dalam
- Nyeri menurun meningkatkan
- Kaku sendi menurun pergerakan
- Kelemahan fisik
menurun
E;
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
12. Evaluasi
Menurut Wahyudi dan Wahid (2016), evaluasi dapat dibedakan atas
evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses di evaluasi setiap selesai
melakukan perasat dan evaluasi hasil berdasarkan rumusan tujuan terutama
kriteria hasil. Hasil evaluasi memberikan acuan tentang perencanaan
lanjutan terhadap masalah nyeri yang dialami oleh pasien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. S DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA
NYAMAN NYERI: ABDOMINAL PAIN DI RUANG FLAMBOYAN 4
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA
A. PENGKAJIAN
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Segiri
Umur : 57 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
= Perempuan = Meninggal
2. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali sehari
BB/TB : 70 Kg/ 167 cm
BB dlm 1 bulan terakhir : tetap
Masalah Pencernaan :
mual muntah kesulitan menelan
sariawan
4. Eliminasi Bowel
Frekuensi : 1 kali sehari penggunaan pencahar : tidak
Waktu : pagi/siang/sore/malam
Warna : kuning kecoklatan darah : - konsistensi : lunak
gangguan eliminasi Bowel : konstipasi diare inkontinensia
bowel
Kebutuhan pemenuhan ADL Bowel : mandiri/tergantung/dengan
bantuan
5. Eliminasi Bladder
Frekuensi : 1000 cc penggunaan pencaahar : tidak
Warna : kekuningan darah : -
Gangguan Eliminasi Bladder : nyeri saat BAK
burning sensation
bladder terasa penuh setelah BAK
Riwayat dahulu : penyakit ginjal batu ginjal injuri/trauma
Penggunaan kateter : ya/tidak
Kebutuhan pemenuhan ADL bladder : mandiri/tergantung/dengan
bantuan
6. Aktivitas dan Latihan
Pekerjaan :
Olahraga rutin : klien mengatakan tidak pernah berolahraga
Alat bantu : walker kruk kursi roda tongkat
Terapi : traksi di : -
gips di :
Kemampuan melakukan ROM : pasif/aktif
Kemampuan ambulasi : mandiri/tergantung/bantuan
Jenis Nilai
Satuan Hasil Keterangan
Pemeriksaan Normal
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.7-15.5 g/dl 14.4 flowcytometri
Lekosit 3.6-11 10^3/uL 4.77 flowcytometri
Trombosit 150-440 10^3/uL 235 flowcytometri
Hematokrit 35-47 % 43.3 flowcytometri
Eritrosit 3.8-5.2 10^6/uL 4.77 flowcytometri
MCV 80-100 fL 90.4 flowcytometri
MCH 26-34 pg 30.3 flowcytometri
MCHC 32-36 g/dl 31.1 flowcytometri
Hitung Jenis (diff)
Esinofil 0-3 % 0.2 flowcytometri
Basophil 0-1 % 0.1 flowcytometri
Neutrophil 28-78 % 80.3 flowcytometri
limfosit 25-40 % 26.3 flowcytometri
Monosit 2-8 % 4.4 flowcytometri
KOAGULASI
PPT/PT 10.6-15.2 Detik 11.3 -
APTT 27.6-39.8 Detik 32.0 -
IMUNOLOGI
HBsAg
Negatif Negatif Chromatography
Kualitatif
KIMIA KLINIK
Glukosa
75-140 mg/dL 99 GHOD-PAP
Sewaktu
B. ANALISA DATA
Nama : Tn S No. CM : 24xxxxxx
Umur : 57 Tahun Dx. Medis : Nyeri abdomen
Hari/
No. Tanggal/ Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
Jam
1. Kamis /21 DS : Nyeri Akut Agen Nyeri Akut b.d
maret Pasien mengatakan Pencedera Agen
2024 09.00 mengeluh nyeri Fisik Pencedera
pada bagian perut Fisik d.d
bagian kiri mengeluh
P : nyeri jika nyeri,tampak
bergerak meringis
Q : nyeri seperti di
tusuk- tusuk
R : nyeri di
rasakan di bagian
abdomen
S:8
T : terus menerus
DO :
- Skala nyeri 8
- Pasien tampak
meringis dan
menahan rasa
sakit
- Akral teraba
hangat
- Tampak pasien
lemas
- TTV :
TD : 180/90
mmHg
Nadi : 76x/menit
RR : 20x/menit
Suhu :36,7
derajat C
2. kamis /21 DS : Gangguan Gejala Gangguan rasa
maret - Pasien rasa nyaman penyakit nyaman b.d
2024 mengatakan gejala
16.30 mengeluh sulit penyakit d.d
tidur mengeluh sulit
- Pasien tidur,mengeluh
menngatakan nyeri
mengeluh nyeri
saat menelan dan
susah menelan
makanan
- Pasien
mengatakan
tidak nyaman
dengan rasa
nyeri nya
- P : nyeri jika
bergerak
- Q : Nyeri
seperti di tusuk-
tusuk
- R : nyeri di
rasakan di
bagian
abdomen
- S:7
- T : terus
menerus
DO :
- TD : 159/91
mmHg
- Nadi : 76x/menit
- RR : 20x/menit
- Suhu :36,8
derajat C
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera Fisik d.d mengeluh nyeri,tampak meringis.
(D.0077)
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit d.d mengeluh sulit tidur,
mengeluh nyeri (D.0077)
D. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
Nama : Tn R No. CM : 24xxxxxx
Umur : 57 Tahun Dx. Medis : Abominal Pain
Hari/Tgl/ No
Implementasi Respon TTD
Jam Dx
Kamis /21 - Mengidentifikasi lokasi, S:
maret 2024 karakteristik. Durasi, Pasien mengatakan nyeri pada
17.30 frekuensi, kualitas, abdomen kiri
intensitas nyeri P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:6
T : kurang lebih lama, terus
1
menerus
O:
Nampak pasien lemas, akral
teraba hangat , pasien tampak
meringis
TD : 143/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%
- Identifikasi factor S:
penggangu tidur Pasien mengatakan tidak bisa
(fisik/psikologis) tidur jika nyeri muncul
P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:6
T : kurang lebih lama, terus
menerus
O:
Pasien tampak lemas
jumat /22 1 - Mengidentifikasi S:
Maret skala nyeri Pasien mengatakan nyeri
2024/09.00 sudah berkurang
P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:4
T : kurang lebih lama, terus
menerus
O:
Nampak pasien lemas, akral
teraba hangat , pasien tampak
meringis
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
- Berikan teknik SPO2 : 98%
nonfaramakologis DS : Pasien mengatakan
untuk mengurangi rasa setalah melakukan teknik
nyeri (mis.relaksai relaksasi napas dalam nyeri
nafas dalam) berkurang.
2
- Lakukan prosedur S:
Pasien mengatakan nyaman
untuk meningkatkan
dengan posisi semi flower
kenyamanan (mis. Pijat, O:
pengaturan posisi, terapi Pasien tampak mengubah
posisi dengan benar
akupresure)
Sabtu/ 23 1 - Identifikasi S:
Maret 2024/ lokasi,karakteristik,durasi,fr Pasien mengatakan nyeri
10.00 ekuensi,Kualitas,intensitas sudah berkurang
nyeri. P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-
tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:2
T : kurang lebih lama, terus
menerus
O:
pasien tampak meringis jika
nyeri muncul
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%
- Anjurkan menghindari S:
makanan/minuman yang Pasien mengatakan tidak ada
makanan/ minuman yang
menggangu tidur
menggangu tidurnya
O:
Pasien tampak kooperatif
F. EVALUASI
Nama : Tn S No. CM : 24xxxxxx
Umur : 57 Tahun Dx. Medis : Abdominal pain
2 Kamis /21 S:
Maret 2024 -Pasien mengatakan tidak bisa tidur cukup
17.30 -Pasien mengatakan tidak bisa tidur jika nyeri
muncul
O : Mata pasien tampak cekungan hitam
P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:6
T : kurang lebih lama, terus menerus
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1 Jumat /22 S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
Maret P : Nyeri apabila bergerak
2024/09.00 Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:4
T : kurang lebih lama, terus menerus
O :Nampak pasien lemas, akral teraba hangat ,
pasien tampak meringis
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%
A : Masalah nyeri teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi dengan
- pemberian analgetik
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2 Jumat /22 S:
Maret -Pasien mengatakan lingkungan nyaman
2024/09.00 - Pasien mengatakan nyaman dengan posisi semi
flower
O:
-Pasien tampak istirahat dengan tenang
-Pasien tampak mengubah posisi dengan benar
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1 Sabtu/ 23 S:
Maret 2024/ Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
10.00 P : Nyeri apabila bergerak
Q : Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri bagian abdomen kiri
S:2
T : kurang lebih lama, terus menerus
O:
pasien tampak meringis jika nyeri muncul
TD : 130/90 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 98%
A: Masalah nyeri sudah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi dengan
- pemberian analgetik
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
2 Sabtu/ 23 S:
Maret 2024/ - Pasien mengatakan mengerti tentang
10.00 pentingnya tidur cukup
- Pasien mengatakan tidak ada makanan/
minuman yang menggangu tidurnya
O:
Pasien tampak kooperatif
A: Masalah sudah Teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada Riwayat kesehatan sekarang dalam tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian.
Hasil pengkajian terkait masalah gangguan kebutuhan aman dan nyaman
ditemukan bahwa keluhan utama pasien yaitu Tn. S nyeri perut di bagian
abdomen kiri sejak 2 hari yang lalu dan mual, nyeri memberat di bagian perut
saat bergerak.
Dalam riwayat penyakit dahulu, tidak ada terdapat kesenjangan dalam
tinjauan teoritis dan kasus, secara teoritis. Setelah dilakukan pengakajian Tn.
S mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini.
Dalam riwayat kesehatan keluarga, tidak ada terdapat kesenjangan
dalam tinjauan teoritis dan kasus, secara teoritis. Setelah dilakukan
pengakajian Tn. S mengatakan terdapat riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi.
Dalam pemeriksaan fisik pada teoritis dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena pemeriksaan sangat penting dilakukan untuk menggali
sejauh mana perkembangan penyakit dan kondisi klien. Menurut teoritis
pemeriksaan fisik head to toe harus dilakukan pada setiap pasien yaitu berupa
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada kasus Tn S didapatkan
kelainan yaitu Tekanan Darah : 153/92 mmHg, Nadi: 71x/ menit dan pasien
mengatakan nyeri pada seluruh tubuh pada saat beraktifitas, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri pada sbagian perut sebelah kiri, skala nyeri 8, nyeri terus
menerus.
B. Diagnose Keperawatan
Dari hasi pengkajian diatas, menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017),
ditemukan 6 diagnosa keperawatan yaitu : intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan (D.0056), nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen
pacendera fisik, gangguan mobilitas fisik (D.0054) berhubungan dengan nyeri,
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit (D.0074).
Sedangkan diagnose keperawatan yang di temukan berdasarkan data
pengkajian pada Tn. S ditemukan 2 diagnosa yaitu : Nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisik dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
gejala penyakit.
Penulis menegakan diagnose pertama pada saat dilakukan pengkajian
pasien yaitu pasien mengeluh nyeri P : nyeri jika bergerak, Q : nyeri seperti di
tusuk- tusuk, R : nyeri di rasakan di bagian abdomen, S : 8, T : terus menerus.
Penulis mengangkat diagnose nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisik dikarenakan tanda dan gejala yang ada pada pasien sesuai dengan
batasan karakteristik dalam teori.
Penulis menegakkan diagnose kedua dengan alasan pada saat dilakukan
pengkajian data yang diperoleh data subjektif pasien tampak gelisah, postur
tubuh berubah, meringis kesakitan, dan pasien tampak lemah. Penulis
mengangkat diagnose gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit, dikarenakan tanda dan gejala yang ada pada pasien sesuai dengan
batasan karakteristik dalam teori.
C. Intervensi
Pada intervensi ini akan membahas pada tujuan untuk menghilangkan
atau mengurangi rasa sakit pada pasien. Pada diagnose prioritas nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik. Maka perawat melakukan
perencanaan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat
nyeri menurun (L.08066), dengan kriteria hasil : keluhan nyeri menurun,
meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur
menurun, dan frekuensi nadi membaik . Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan yaitu identifikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan berikan
teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam),
fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan strategi meredakan nyeri, kolaborasi
pemberian analgesic. Tujuan di berikan tindakan diatas untuk mengetahui
tingkat nyeri dan mengurangi rasa nyeri.
Pada diagnose kedua yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala penyakit. Maka perawat melakukan perencanaan keperawatan
dengan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan status kenyamanan meningkat
(L.08064), dengan kriteria hasil : keluhan tidak nyaman menurun, gelisah
menurun, keluhan sulit tidur menurun. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil
tersebut penulis membuat perencanaan tindakan keperawatan yaitu identifikasi
pola aktivitas dan tidur, identifikasi factor penggangu tidur (fisik/psikologis),
identifikasi makanan dan minuman yang menggangu tidur (mis. Kopi, teh,
alcohol,makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur),
modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan
tempat tidur), fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, lakukan prosedur
untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresure), jelaskan pentingnya tidur cukup, anjurkan menghindari
makanan/minuman yang menggangu tidur, anjurkan factor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. Psikologis,gaya hidup,
sering berubah shift kerja). Tujuan di berikan tindakan diatas untuk
mengetahui meningkatkan tingkat kenyamanan pada pasien
D. Implementasi
Setelah rencana tidakan di tetapakan maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih dahulu
melakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang akan
diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh rencana
tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Implementasi dilakukan selama 3 hari untuk melakukan manajemen nyeri
yaitu mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intesitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respon nyeri
non verbal, mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri,
mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, dan
meberikan obat antasida doen sesuai dengan hasil kolaborasi, serta Evidance
Bace yaitu relaksasi napas dalam.. Teknik relaksasi napas dalam adalah salah
satu cara teknik non farmakologi yang dapat dipakai untuk menghilangkan
nyeri gastritis pada lansia (Tomy Nur Ulinnuha, 2017). Teknik relaksasi nafas
dalam adalah teknik yang dapat menurunkan tingkat nyeri pada pasien.
Relaksasi nafas dalam mampu menenangkan pikiran dan tubuh dan
melepaskan ketegangan otot-otot sehingga menghilangkan nyeri reumatoid
arthritis tanpa menggunakan obat pereda nyeri lebih banyak lagi (Sandy
Kurnijati, 2018).
Penulis melakukan rencana tindakkan keperawatan selama 3x24
jam tindakan dilakukan satu kali dalam sehari. Penulis berencana
mengatasi masalah gangguan tidur pada klien dengan tujuan yang
diharapkan yaitu terjadi peningkatan kualitas tidur. Kriteria hasil
kesulitan memulai tidur cukup menurun yang tidurnya sebelum
dilakukan teknik relaksasi otot progresif jam 01.00 WIB, dan setelah
dilakukan relakasasi otot progresif tidur klien jam 21.00 WIB dengan
istirahat tidur 6 jam, keluhan sering terjaga malam dari 5 kali terjaga
menjadi 2 kali terjaga, kembali beraktivitas dan kembali bersemangat
dan ceria, intervensi pada kasus ini sesuai dengan intervensi teoritis dan
rencana dapat dilakukan berdasarkan intervensi dari diagnosa pada
tinjauan kasus dengan SIKI dukungan tidur dilakukan yaitu identifikasi
pola aktivitas dan tidur, identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik
dan/atau psikologis), identifikasi makanan dan minuman yang
mengganggu tidur (mis. Kopi, alkohol, makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum tidur), identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi, modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan,
suhu, matras, dan tempat tidur, batasi waktu tidur siang, jika perlu,
fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur, tetapkan jadwal tidur
rutin, sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga, anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap tidur REM, melakukan prosedur
untuk meningkatkan kenyamanan ( relaksasi otot progresif ) sebelum
tidur. Adapun intervensi pilihan bersumber dari jurnal terapi
progressive muscle relaxation (PMR) untuk peningkatan kebutuhan
tidur pada lansia (Eka Della, dkk 2020), dan pengaruh terapi otot
progresif terhadap insomnia pada lansia (Devi Anis, dkk.,2018).
E. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnose pertama selama 3
hari sudah di lakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan. Hasil
evaluasi yang sudah didapatkan pada diagnose nyeri akut teratasi skarena
sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi menurut SOAP yang
sudah didapatkan pada masalah keperawatan Nyeri akut pada Tn. S, hasil yang
didapatkan oleh penulis belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapakan.
Klien mengatakan nyeri sudah berkurang, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
bagian abdomen kiri, skala nyeri 4, nyeri kurang lebih lama, terus menerus,
klien Tampak meringis, bersikap protektif, tampak gelisah, dan sulit tidur.
Sehingga masalah nyeri akut belum teratasi intervensi dilanjutkan dengan
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri dan memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
( relaksasi nafas dalam).
Pada diagnose kedua tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3 hari
sudah di lakukan sesuai dengan pengelolaan asuhan keperawatan. Hasil
evaluasi yang sudah didapatkan pada diagnose gangguan rasa nyaman teratasi
karena sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi menurut SOAP
yang sudah didapatkan pada masalah keperawatan gangguan rasa nyaman
pada Tn. S, hasil yang didapatkan oleh penulis sudah sesuai dengan kriteria
hasil yang diharapakan. Pasien mengatakan mengerti tentang pentingnya tidur
cukup. Pasien mengatakan tidak ada makanan/ minuman yang menggangu
tidurnya.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Tn. S maka
didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
a. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada Tn. S didapatkan data sebagai berikut,
Tn. S Pasien mengatakan lemas, nyeri seluruh tubuh
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tn. S ditegakkan berdasarkan data pengkajian
yang dirasakan oleh Tn. S Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan untuk Tn. S yaitu dengan melakukan observasi,
teraupetik, dan edukasi pada Tn. S, yaitu Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Berikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam
dan aromaterapi), Jelaskan strategi meredakan nyeri. Identifikasi pola
aktivitas dan tidur, identifikasi factor penggangu tidur (fisik/psikologis),
identifikasi makanan dan minuman yang menggangu tidur (mis. Kopi,
teh, alcohol,makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum
tidur), modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur), fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur,
lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. Pijat,
pengaturan posisi, terapi akupresure), jelaskan pentingnya tidur cukup,
anjurkan menghindari makanan/minuman yang menggangu tidur,
anjurkan factor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur
(mis. Psikologis,gaya hidup, sering berubah shift kerja).
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang diberikan pada Tn. S sudah sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan. Implementasi yang dilakukan
adalah menganjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, serta
mengajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga dengan
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(relaksasi nafas dalam dan pentinggnya tidur yang cukup).
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dalam bentuk SOAP. Selama melakukan tindakan
asuhan keperawatan, mengevaluasi bahwa Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri ( relaksasi nafas dalam
dan mengidentifikasi faktor pengganggu tidur).
2. Saran
1. Disarankan kepada masyarakat yang sering mangalami atau mempunyai
anggota keluarga yang memiliki gejala penyakit akibat hipotensi agar
segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat agar dapat
dilakukan penanganan secara dini.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien secara komprehensif
perlu adanya hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga
atau masyarakat serta tenaga kesehatan lainnya untuk mencapai kesehatan
optimal dengan prinsip pendekatan secara terapeutik
DAFTAR PUSTAKA