Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

PROGRAM INOVASI “BRIEF PAIN INVENTORY”


PRAKTIK PROFESI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG SERUNI RSUD Dr.M.YUNUS BENGKULU

DISUSUN OLEH:

Gina Dwi Anggraini S.Tr.Kep


P05120419002

Menyetujui Pembimbing

(Ns. Kheli Fitri Annuril S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS

T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 memaparkan, jumlah


penderita kanker di dunia pada tahun 2012 diperkirakan 14,1 juta orang, ditemukan
sekitar 1,7 juta perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara. Sebanyak 522
ribu di antaranya meninggal dunia karena penyakit tersebut.

Data Global Cancer Observatory 2018 dari World Health Organization (WHO)
menunjukkan kasus kanker yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah kanker
payudara, yakni 58.256 kasus atau 16,7% dari total 348.809 kasus kanker. Kanker
serviks (leher rahim) merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak terjadi di
Indonesia sebanyak 32.469 kasus atau 9,3% dari total kasus. Di Bengkulu prevalesi dan
estimasi jumlah penderita penyakit kanker pada penduduk semua umur tahun 2013
prevalensi 1,9% estimasi 3.419

Nyeri adalah keluhan yang umum pasca pengobatan penderita kanker payudara,
bahkan bertahun-tahun setelah pengobatan (Bennet & Purushotham, 2009). Nyeri
kanker sering ditemukan dalam praktek sehari-hari pada pasien yang pertama kali
datang berobat, sekitar 30% pasien kanker disertai dengan keluhan nyeri dan hampir
70% pasien kanker stadium lanjut yang menjalani pengobatan, ternyata pada 20%
penderita yang mendapat pengobatan, timbul keluhan nyeri bukan disebabkan penyakit
yang dideritanya, tetapi justru oleh pengobatan yang telah didapatkannya (Jensen et al.,
2010). Meskipun perbaikan pada teknik pengobatan kanker payudara telah
menyebabkan peningkatan kelangsungan hidup yang signifikan, efek samping fisik
jangka panjang yang terkait dengan operasi, radiasi, dan kemoterapi terus dilaporkan
(Ewertz & Jensen, 2011).

Berdasarkan observasi diruang Seruni RSUD Dr.M. Yunus Bengkulu belum ada
alat ukur spesifik yang digunakan untuk menilai nyeri yang dirasakan pasien kanker
yang sedang menjalani kemoterapi. Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
menilai nyeri pasien kanker yaitu Brief Pain Inventory yang berbentuk kuesioner. Brief
Pain Inventory selain dapat membantu perawat dalam menilai nyeri yang sedang
dirasakan pasien kanker, namun sudah divalidasi juga untuk assessment nyeri kronik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui program ini, diharapakn dapat menambah wawasa perawat tentang penilaian
nyeri pasien kanker melalui Brief Pain Inventory
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan program inovasi, diharapkan :
a. Tersedianya kuesioner atau form penilain nyeri Brief Pain Inventory di Ruang
Seruni RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
b. Meningkatkan kualitas pelayanan khususnya pelayanan keperawatan dalam
penilaian nyeri pasien kanker yang sedang menjalankan kemoterapi.

C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Menumbuhkan cara berfikir yang inovatif
b. Dapat memahami cara membuat dan menerapkan program inovasi dalam
manajemen keperawatan dan melakukan asuhan keperawatan yang professional
2. Bagi Perawat
Perawat lebih mudah dalam bekerja serta mencegah terjadinya kekeliruan dalam
memberikan tindakan keperawatan ke pasien.
3. Bagi Pasien
a. Memberikan perawatan secara professional dan efektif kepada pasien
b. Memenuhi kebutuhan pasien
4. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan mutu pelayanan di ruangan khusus nya di Ruang Seruni RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Inovasi
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan,
bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang berbeda dalam hal skala
ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty, 2015).
Menurut Smeltzer & Bare (2002), definisi tentang nyeri adalah apapun yang
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada
kapanpun individu mengatakkannya. Nyeri sering sekali dijelaskan dan istilah
destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, pada
perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih, setiap perasaan nyeri dengan intensitas
sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk melepaskan
diri dari atau meniadakan perasaan itu. Rasa nyeri merupakan mekanisme
pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan
individu bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri.
2. Teori Nyeri
1) Teori Intensitas (The Intensity Theory)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada receptor. Setiap rangsangan
sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat
(Saifullah, 2015).
2) Teori Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) menyatakan bahwa impuls nyeri
dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang system saraf
pusat, dimana impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan
impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup (Andarmoyo, 2013)
3) Teori Pola (Pattern theory)
Teori pola diperkenalkan oleh Goldscheider (1989), teori ini menjelaskan bahwa
nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang di rangsang oleh pola
tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari stimulasi reseptor yang
menghasilkan pola dari impuls saraf (Saifullah, 2015).
4) Endogenous Opiat Theory
Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan bahwa terdapat
subtansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam tubuh, subtansi ini
disebut endorphine yang mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan
sebagai nyeri. Endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan
sebagai nyeri. Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmitter
maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri (Hidayat,
2014).
3. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri tersebar pada kulit dan mukosa dimana reseptor nyeri memberikan
respon jika adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat
kimia seperti histamine, bradikinin, prostaglandin dan macam-macam asam yang
terlepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen.
Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik, atau mekanis (Smeltzer & Bare,
2002).
Nyeri dapat dirasakan jika reseptor nyeri tersebut menginduksi serabut saraf
perifer aferen yaitu serabut A-delta dan serabut C. Serabut Adelta memiliki myelin,
mengimpulskan nyeri dengan cepat, sensasi yang tajam, jelas melokalisasi sumber
nyeri dan mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin, berukuran
sangat kecil, menyampaikan impuls yang terlokalisasi buruk, visceral dan terus-
menerus (Potter & Perry, 2005). Ketika serabut C dan A-delta menyampaikan
rangsang dari serabut saraf perifer maka akan melepaskan mediator biokimia yang
aktif terhadap respon nyeri, seperti : kalium dan prostaglandin yang keluar jika ada
jaringan yang rusak. Transmisi stimulus nyeri berlanjut di sepanjang serabut saraf
aferen sampai berakhir di bagian kornu dorsalis medulla spinalis. Didalam kornu
dorsalis, neurotransmitter seperti subtansi P dilepaskan sehingga menyebabkan suatu
transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinolatamus. Selanjutnya
informasi di sampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter & Perry, 2005).
4. Jenis- jenis Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu,
1) Nyeri Akut
Nyeri Akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga kurang
dari 6 bulan biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera
fisik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Jika
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang
dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Salah satu nyeri akut yang
terjadi adalah nyeri pasca pembedahan (Meliala & Suryamiharja, 2007).
2) Nyeri Kronik
Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermitern yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitakan dengan penyebab atau cidera fisik.
Nyeri kronis dapat tidak memiliki awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering
sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini sering tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya (Strong, Unruh, Wright &
Baxter, 2002). Nyeri kronik ini juga sering di definisikan sebagai nyeri yang
berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu
periode yang dapat berubah untuk membedakan nyeri akut dan nyeri kronis (Potter
& Perry, 2005).
5. Brief Pain Inventory (BPI)
Brief Pain Inventory (BPI) digunakan untuk mengukur intensitas dan dampak
nyeri yang dirasakan pasien terhadap kehidupan sehari-hari. Brief Pain Inventory
yang berbentuk kuesioner. Brief Pain Inventory selain dapat membantu perawat
dalam menilai nyeri yang sedang dirasakan pasien kanker, namun sudah divalidasi
juga untuk assessment nyeri kronik.

B. Penelitian Terkait
Judul : hubungan karakteristik nyeri dengan kecemasan pada pasien kanker
payudara yang menjalani kemoterapi di rsud dr. Pirngadi medan
Penulis : Doortua Butar-Butar, Ida Yustina , Ikhsanuddin A.Harahap
Publikasi : Idea Nursing Journal ISSN : 2087-2879
Abstrak : Kanker payudara merupakan suatu penyakit neoplasma ganas yang berasal
dari sel parenchym. Kanker payudara dan penanganannya memberikan
dampak fisik dan psikis terhadap penderitanya berupa nyeri dan kecemasan.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan karakteristik nyeri
(intensitas nyeri, interfernsi nyeri, kualitas nyeri, durasi nyeri, dan lokasi
nyeri) dengan kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Konteks : Nyeri pada pasien kanker merupakan suatu fenomena subjektif yang
merupakan gabungan antara faktor fisik dan non fisik. Nyeri dapat berasal
dari berbagai bagian tubuh ataupun sebagai akibat dari terapi dan prosedur
yang dilakukan termasuk operasi, kemoterapi dan radioterapi. Nyeri yang
dialami oleh penderita kanker payudara diakibatkan pengaruh langsung
terhadap organ yang terkena dan pengaruh langsung terhadap jaringan lunak
yang terkena (Rasjidi, 2010).
Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan karakteristik nyeri
(intensitas nyeri, interfernsi nyeri, kualitas nyeri, durasi nyeri, dan lokasi
nyeri) dengan kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Metode Penelitian : Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel berjumlah 52 orang
pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi, yang diambil dengan
teknik consecutive sampling.
Hasil Penelitian : Terdapat hubungan yang signifikan antara lokasi nyeri dengan
kecemasan (r = 0,675; p.value = 0,000).
Kesimpulan : Intensitas nyeri merupakan sub variabel karakteristik nyeri yang paling
dominan berhubungan dengan kecemasan. Perlu dikembangkan format
pengkajian yang standar untuk mengkaji nyeri dan kecemasan yang dapat
mengadopsi kuesioner yang valid dari evidence base, dan mengembangkan
SOP manajemen nyeri dan kecemasan non-farmakologis yang dapat
digunakan sebagai pedoman untuk perawat dalam menangani nyeri dan
kecemasan
BAB III
DRAF INOVASI

BRIEF PAIN INVENTORY / BPI


( Data Singkat Mengenai Nyeri )

Nama :
No.Registrasi :
Diagnosa Medis :
Alamat :
Kelamin :
Tanggal Lahir :

1. Selama kita hidup, kebanyakan dari kita pernah merasakan rasa sakit yang biasa dialami
(seperti sakit kepala ringan, terkilir, dan sakit gigi). Apakah anda merasakan rasa sakit
yang bukan rasa sakit biasa seperti contoh di atas yang anda alami pada hari ini?
1) Ya 2) Tidak

2. Pada diagram di bawah ini, arsirlah area dimana anda merasakan sakit. Beri tanda X pada
area yang paling sakit.

Pada pernyataan no 3-6 (0 = tidak sakit; 10 = sakit terburuk yang anda bisa
bayangkan)
3. Beri rata-rata nilai rasa sakit yang anda rasakan dengan melingkari satu angka yang
paling menggambarkan rasa sakit yang paling buruk yang anda alami dalam kurun waktu
24 jam terakhir pada skala di bawah ini.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4. Beri rata-rata nilai rasa sakit yang anda rasakan dengan melingkari satu angka yang
paling menggambarkan rasa sakit yang paling ringan yang anda alami dalam 24 jam
terakhir pada skala di bawah ini
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

5. Beri rata-rata nilai rasa sakit yang anda rasakan dengan melingkari satu angka yang
paling menggambarkan rasa sakit yang anda alami hari ini (secara umum) pada skala di
bawah ini
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

6. Beri rata-rata nilai rasa sakit yang anda rasakan dengan melingkari satu angka yang
paling menggambarkan rasa sakit saat ini (sekarang) pada skala di bawah ini
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

7. Perawatan atau pengobatan apa yang anda terima untuk mengatasi rasa sakit anda?
…………………………………………..

8. Dalam 24 jam terakhir, seberapa besar pengaruh perawatan atau pengobatan dalam
meringankan rasa sakitnya? Lingkarilah salah satu persentase yang paling
menggambarkan seberapa besar rasa sakit itu mereda.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100%
Tidak mereda Benar-benar mereda

Pada pertanyaan no 9 poin A-G (0 = tidak mengganggu; 10 = benar-benar


mengganggu)
9. Lingkari satu angka yang menggambarkan bagaimana rasa sakit tersebut mengganggu
anda dalam kurun waktu 24 jam terakhir pada hal-hal tersebut ini:
A. Kegiatan sehari-hari
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B. Suasana hati
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
C. Kemampuan berjalan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
D. Pekerjaan normal (termasuk pekerjaan di luar rumah dan pekerjaan rumah tangga)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
E. Hubungan dengan orang lain
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F. Tidur
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
G. Kenyamanan hidup
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nyeri adalah keluhan yang umum pasca pengobatan penderita kanker
payudara, bahkan bertahun-tahun setelah pengobatan (Bennet & Purushotham,
2009). Mengatasi nyeri pada pasien kanker payudara bukan hanya akan
meningkatkan kualitas hidup tetapi juga mempengaruhi kepatuhan terhadap
pengobatan, lama waktu rawat di rumah sakit, dan kemampuan untuk perawatan
diri

Melalui pembuatan program inovasi kuesioner brief pain inventory dapat


membantu dan memudahkan perawat untuk menilai subjektif nyeri yang dirasakan
pasien kanker ataupun nyeri kronik lain.

B. Saran
a. Bagi perawat

Perawat diharapkan dapat memanfaatkan kuesioner brief pain inventory dalam


memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien kanker atau pasien nyeri
kronik lainnya.

b. Bagi Rumah Sakit

Agar pihak rumah sakit mampu mengaplikasikan kuesioner brief pain inventory
yang lebih baik lagi dalam pelaksanaan manajemen pelayanan keperawatan di
rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai