Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN:


NYERI

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Profesi Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing : Muhammad Nur Rahmad, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

1. Lutvi Linta Qolbi (SN232040)


2. Naimah Nur F.Y.R.T (SN232053)
3. Nisa Ekayani (SN232056)
4. Ratna Dwi Cahyani (SN232067)
5. Siti Khotijah (SN232072)
6. Ulfa Handayani (SN232077)
7. Widias Bulan Habsari (SN232078)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN:
NYERI

A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar


1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman yang tidak dapat di hindari seiring
proses penuaan, lansia lebih berisiko mengalami bermacam gangguan yang
berhubungan dengan nyeri, lansia berisiko tinggi mengalami nyeri akut dan
nyeri kronik yang dapat berdampak serius dalam aktivitas mereka sehari-hari
dan kualitas hidup mereka (Meilania Feron, 2019).
Nyeri yaitu suatu sensasi somatis, yang didefinisikan sebagai hal yang
kompleks yang terdiri dari rasa tidak nyaman dari sistem sensorik, emosional
dan kognitif yang merusak atau memiliki kemampuan untuk merusak jaringan
dan bermanifestasi pada sistem otonom, psikologis, dan perilaku. Hal ini
memberikan sinyal ke sistem saraf pusat untuk menginisiasi respon motorik
untuk meminimalisir kerusakan jaringan.
Menurut International Association for the Study of Pain, nyeri
merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau
kerusakan jaringan yang sebenarnya. Penilaian nyeri selalu subjektif, yang
dimana dipengaruhi oleh pengalaman, situasi, efek, pengaruh kognitif, jenis
kelamin, serta ekspektasi yang diharapkan (Aydede., 2017).
Gangguan rasa nyaman merupakan keadaan atau perasaan kurang
senang, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan
sosial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018). Asuhan keperawatan masalah
aktual terhadap nyeri merupakan gangguan rasa nyaman nyeri dimana The
Internasional Association for The Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri
merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan
definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari komponen objektif
(aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan
psikologis) (Wiarto,2017 dalam Meilania Feron, 2019).
Sedangkan menurut SDKI (2019) nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat atau berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Batasan karakteristik nyeri akut
meliputi mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.

2. Anatomi Nyeri
Salah satu fungsi sistem saraf yang paling penting adalah menyampaikan
informasi tentang ancaman kerusakan tubuh. Saraf yang dapat mendeteksi
nyeri tersebut dinamakan nociception. Nociception termasuk menyampaikan
informasi perifer dari reseptor khusus pada jaringan (nociseptors) kepada
struktur sentral pada otak. Sistem nyeri mempunyai beberapa komponen, yaitu
:
1) Reseptor khusus yang disebut nociceptors, pada sistem saraf perifer,
mendeteksi dan menyaring intensitas dan tipe stimulus noxious.
2) Saraf aferen primer (saraf A-delta dan C) mentransmisikan stimulus
noxious ke CNS.
3) Kornu dorsalis medulla spinalis adalah tempat dimana terjadi hubungan
antara serat aferen primer dengan neuron kedua dan tempat kompleks
hubungan antara lokal eksitasi dan inhibitor interneuron dan traktus desenden
inhibitor dari otak.
4) Traktus asending nosiseptik (antara lain traktus spinothalamikus lateralis
dan ventralis) menyampaikan signal kepada area yang lebih tinggi pada
thalamus.
5) Traktus thalamo-kortikalis yang menghubungkan thalamus sebagai pusat
relay sensibilitas ke korteks cerebralis pada girus post sentralis.
6) Keterlibatan area yang lebih tinggi pada perasaan nyeri, komponen afektif
nyeri,ingatan tentang nyeri dan nyeri yang dihubungkan dengan respon
motoris (termasuk withdrawl respon).
7) Sistem inhibitor desenden mengubah impuls nosiseptik yang datang pada
level medulla spinalis (Mardalena, 2020).
3. Tanda dan Gejala
a. Gangguan tidur
b. Posisi menghindari nyeri
c. Gerakan menghindari nyeri
d. Raut wajah kesakitan (menangis dan merintih)
e. Tanda dan Gejala
f. Nyeri perut (abdominal discomfort)
g. Rasa perih di ulu hati
h. Mual, kadang-kadang sampai muntah
i. Nafsu makan berkurang
j. Rasa lekas kenyang
k. Perut kembung
l. Rasa panas di dada dan perut
m. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
n. Depresi atau frustasi

4. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu trauma, mekanik,
thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan (inflamasi),
gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta yang terakhir
adalah trauma psikologis (Astria, 2021). Pada saat sel saraf rusak akibat
trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin
dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak
ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan dihantarkan ke
hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke
hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin
sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami
nyeri (Nur, 2022).

5. Patofisiologi dan Pathways


a. Patofisiologi
Menurut Meilania Feron 2019, unculnya nyeri berkaitan erat
dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri adalah organ
tubuh yang berfungsi untuk merima rangsang nyeri. Organ tubuh berperan
sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons
hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor
nyeri disebut juga nyeri nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nosiseptor) ada yang bermialin dan ada yang tidak bermialin dari saraf
eferen.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf
perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna abu-
abu di medulla spinalis. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral,
maka otak menginterprestasikan kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman danpengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan
dalam upaya mempersepsikan nyeri. Semua kerusakan selular yang
disebabkan oleh stimulus internal, mekanik, kimiawi, atau stimulus Listrik
yang menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri.
Nosiseptor kutanius berasal dari kulit dan subcutan. Nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan
didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua
komponen, yaitu:
b. Pathway

penyakit asam
lambung

keasaman esofagus

nyeri epigastrik

pasien mudah
pasien cemas tidak bisa tidur gangguan pola
dispepsia pasien gelisah terbangun saat
dengan keadaanya kembali tidur
tidur

intake makanan
kurang

lambung kosong

erosi pada lambung


karena gesekan
dinding lambung

nyeri akut

Gambar 1.1 Pathway (Carpenito, Lynda Juall 2018)


6. Penatalaksaan (Medis)
a. Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya
ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, dan kelelahan.
b. Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan tekhnik-tekhnik
sebagai berikut:
1) Teknik latihan pengalihan :
a) Menonton televisi
b) Berbincang-bincang dengan orang lain
c) Mendengarkan musik
2) Teknik relaksasi
3) Menganjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan mengisi pari-
paru dengan udara, kemudian menghembuskan secara perlaha,
melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung. Mengulangi
hal yang sama sambil terus berkonsentrasi sampai merasakan nyaman,
tenang, dan rileks.
4) Stimulasi kulit
a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
b) Menggosok punggung
c) Mengompres dengan air hangat atau dingin
d) Memijat dengan air mengalir
c. Pemberian obat analgesik
Pemberian obat analgesik merupakan metode yang paling umum
untuk mengatasi nyeri karena obat ini memblok transimi stimulus agat
terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap
nyeri. Ada tiga jenis analgesi, yaitu:
1) Analgesik narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti
morfin dan kodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan
kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor
opiate dan mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susuanan saraf
pusat. Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat
pernapasan di medulla batang otak.
2) Analgesik non narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminifen, dan ibu
profen. Selain memiliki efek antri nyeri juga memiliki efek anti
inflamasi dan antipiretik, efek samping obat ini paling umum terjadi
pada gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan pendarahan
gaster.
3) Obat tambahan (adjuvant) atau koanalgesik.
d. Pemberian stimulator Listrik
Pemberian stimulator listrik dengan cara memblok atau mengubah
stimulus nyeri dengan stimulus yang dirasakan. Bentuk stimulator metode
stimulus listrik meliputi:
1) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator
Digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri
tertentu dengan menempatkan beberapa elektroda diluar.
2) Transcutaneus Electrical Stimulator (TENS)
Merupakan alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang
diimplan dibawah kulit dengan transistor timah penerima yang
dimasukkan kedalam kulit pada daerah epidural dan columna
vertebrae.
3) Stimulator columna vertebrae
Sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima stimulator dicangkok
melalui kantung kulit intraclavicula atau abdomen, yaitu elektroda
ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang.

7. Komplikasi
a. Masalah mobilisasi
b. Hipertensi
c. Hipertermi
d. Gangguan pola istirahat dan tidur

8. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan dan
proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Data tersebut
berasal dari pasien (data primer), keluarga (data sekunder) dan catatan yang
ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses
keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan
medis (Safitri, 2021).
a. Pengkajian Identitas Pasien
1) Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnose medis.
2) Identitas penanggung jawab berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin,
status, agama,pendidikan, pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan dahulu
4) Riwayat kesehatan keluarga
c. Pengkajian Fungsional Gordon
1) Pola nutrisi
2) Pola eliminasi
3) Pola istirahat dan tidur
4) Pola aktivitas/latihan
5) Pola kognisi-spiritual
6) Pola toleransi-koping stres
7) Pola persepsi diri/konsep koping
8) Pola hubungan dan peran
9) Pola nilai dan keyakinan
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum & kesadaran umum
2) Tanda-tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
3) Pemeriksaan head to toe
a) Kepala
b) Mata
c) Mulut
d) Telinga
e) Muka
f) Leher
g) Dada
h) Abdomen
i) Ekstremitas
4) Pemeriksaan penunjang
5) Program terapi
e. Pengkajian Status Nyeri
Pendekatan PQRS menurut (Litualy & Seleky, 2019):
Tabel: 1.1 Pengkajian PQRS
No Pengkajian Deskripsi Pertanyaan Pengkajian
1 P (Provokasi Pengkajian untuk apa yang menyebabkan
incident) menentukan rasa sakit/nyeri? Apakah
faktor atau ada hal yang menyebabkan
peristiwa yang kondisi
mencetuskan memburuk/membaik? Apa
nyeri yang dilakukan jika
sakit/nyeri timbul? Apakah
nyeri ini
2 Q (Quality of Sifat Pengkajian Bisakah anda menjelaskan
pain) keluhan, seperti rasa sakit/nyeri? Apakah
apa rasa nyeri rasanya tajam, sakit,
yang dirasakan membakar, nyeri berat,
atau digambarkan seperti ditusuk ?
pasien
3 R (Region referd) Pengkajian untuk Apakah rasa sakitnya
menentukan menyebar atau berfokus
lokasi nyeri pada satu titik?
4 S (Severity scale Pengkajian Seperti apa sakitnya, nilai
of pain) seberapa jauh rasa nyeri dalam skala 1 – 10
nyeri yang dengan 0 berarti tidak sakit
dirasakan pasien dan 10 yang paling sakit
5 T (Time) Berapa lama nyeri Kapan sakit mulai muncul;
berlangsung, apakah munculnya
apakah bertambah perlahan atau tiba-tiba?
buruk pada Apakah nyeri muncul
malam hari atau secara terus – menerus
siang hari atau kadang – kadang?
Apakah pasien pernah
mengalami nyeri seperti
ini sebelumnya. Apabila
“iya” apakah nyeri yang
muncul merupakan nyeri
yang sama atau berbeda?
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon
pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Diagnosa berdasarkan SDKI adalah:

a. Nyeri akut (D.0077)


1) Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
2) Penyebab: agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi)
3) Batasan karakteristik
a) Kriteria mayor
(1) Subjektif: mengeluh nyeri
(2) Objektif: tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi
nadi meningkat, dan sulit tidur.
b) Kriteria minor:
(1) Subjektif: mengeluh nyeri
(2) Objektif: tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu
makan berubah, proses berfikir terganggu.
4) Kondisi klinis: Infeksi

b. Gangguan pola tidur (D.0055)


1) Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
2) Penyebab: hambatan lingkungan, kurang kontrol tidur, kurang privasi,
tidak familiar dengan peralatan tidur.
3) Kriteria mayor
a) Subjektif: mengeluh sulit tidur, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh
pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup
b) Objektif: tidak tersedia
4) Kriteria minor
a) Subjektif: mengeluh kemampuan beraktivitas menurun
b) Objektif: tidak tersedia
10. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan
oleh perawat berdasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai tujuan luaran yang diharapkan(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi berdasarkan SIKI adalah:
Tabel 1.2 Intervensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Observasi:
pencedera fisiologis tindakan 1. Identifikasi
(D.0077) keperawatan 3 kali lokasi,
24 jam diharapkan karakteristik,
tingkat Nyeri durasi,
menurun. Kriteria frekuensi,
hasil: kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
(menurun) 2. Identifikasi
2. Meringis skala nyeri
(menurun) 3. Identifikasi
3. Kesulitan tidur respon nyeri
(menurun) 4. Identifikasi
4. Gelisah faktor yang
(menurun) memperberat
5. Ketegangan otot dan
(menurun) memperingan
6. Mual (menurun) nyeri
7. Muntah 5. Identifikasi
(menurun) pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
7. Anjurkan
beraktivitas
secara
bertahap.
2. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan Observasi :
kurang kontrol tidur tindakan 1. Identifikasi
(D.0055) keperawatan 3 kali pola aktivitas
24 jam diharapkan tidur
gangguan pola tidur 2. Identifikasi
membaik dengan pengganggu
Kriteria hasil : tidur (fisik
menurun. Kriteria atau
hasil: psikologis)
1. Keluhan sulit 3. Jelaskan
tidur (menurun) pentingnya
2. Keluhan tidak tidur cukup
puas tidur selama sakit
(menurun) 4. Ajarkan
3. Keluhan pola faktor-faktor
tidur berubah yang
(menurun) berkontribusi
4. Keluhan istirahat terhadap
tidak cukup gangguan pola
(menurun) tidur

11. Evaluasi Keperawatan


Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan,
kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidak masalah pasien, mencapai
tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan. Evaluasi merupakan suatu
proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus terhadap respon pasien pada
tindakankeperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi proses dilakukan setelah menyelesaikan tindakan. Evaluasi dapat
dilakukan menggunakan SOAP (Subjective, Objective, Assesment, and
Planning) sebagai pola fikirnya.
a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
b. O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan
c. A : Analisa data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi, atau muncul
masalah baru.
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
pasien.
DFTAR PUSTAKA

WHO. 2018. Word Healt Organization e-journal keperawatan. Diakses 19


september 2018.

WHO. 2019. Word Healt Organization e-journal keperawatan. Diakses 8


Agustus 2019.

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. (2019). Profil Kesehatan Kota Bengkulu


2019: Dinkes Provinsi BengkuluHardywinoto, Setiabudi, T.(2016). Panduan
Gerontologi, Tinjauan dari Berbagai Aspek Jakarta: Gramedia Pustaka Umum

Purwoto, A., Tribakti, I., & Cahaya, M. R. F. (2023). Manajemen Nyeri.


Global Eksekutif Teknologi.

https://www.britishjournalofnursing.com/content/pathophysiology/the-
pathophysiology-assessment-and-management-of-acute-pain/

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/608/3/BAB%20II.pdf

https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/171/5/5.%20BAB%20I.pdf

https://ners.umku.ac.id/asuhan-keperawatan-pengertian-tujuan-dan-
komponen-2.php

https://repository.poltekkes-tjk.ac.id/id/eprint/3126/6/6%20.BAB%20II.pdf

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai