Disusun Oleh :
Syahida Nafisah
NIM: PO.62.20.1.22.047
REGULER XXVA
TAHUN 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : PO.62.20.1.22.047
(..............................................)
(..............................................)
Konsep Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri)
A. Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan, unsur utama yang harus
ada untuk disebut sebagai nyeri adalah rasa tidak menyenangkan. Nyeri terjadi akibat
adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain associate with actual tissue damage), nyeri
yang demikian dinamakan nyeri akut yang dapat menghilang seiring dengan penyembuhan
jaringan.
B. Etiologi Nyeri
Menurut Sutanto & Fitriana (2017), penyebab rasa nyeri dapat digolongkan menjadi dua
bagian, yaitu berhubungan dengan fisik dan nyeri psikologis.
a. Nyeri fisik
Nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf
reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada
jaringan tertentu yang terletak lebih 7 dalam. Penyebab nyeri secara fisik adalah
akibat trauma misalnya, (trauma mekanik, truama kimiawi, trauma termis, dan trauma
elektrik), neoplasma. Peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain lain:
1) Trauma mekanik.
Trauma mekanik menimbulkan rasa nyeri karna ujung-ujung saraf bebas,
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, dan luka.
2) Trauma kimiawi.
Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.
3) Trauma termis.
Trauma termis menimbulkan rasa nyeri karena ujung reseptor mendapat
rangsangan akibat panas atau hangat.
4) Trauma elektrik.
Trauma elektrik dapat menimbulkan rasa nyeri karena pengaruh aliran listik yang
kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
5) Neoplasma.
Neoplasma menyebabkan rasa nyeri karena terjadinya tekanan serta kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan atau jepitan.
6) Nyeri pada peradangan.
Nyeri ini terjadi karna kerusakan ujung-ujung syaraf reseptor akibat adanya
peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.
b. Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan
karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruh terhadap
fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada kasus yang termasuk katagori psikosmatik. Nyeri
karena faktor ini disebut psychogenic pain.
D. Patofisiologi Nyeri
Definisi nyeri berdasarkan International Association for the Study of Pain adalah
pengalaman sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan
kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan jaringan. Sebagai mana diketahui
bahwa nyeri tidaklah selalu berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang
dijumpai. Namun nyeri yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang kultural, umur dan
jenis kelamin. Kegagalan dalam menilai faktor kompleks nyeri dan hanya bergantung
pada pemeriksaan fisik sepenuhnya serta tes laboratorium mengarahkan kita pada
kesalahpahaman dan terapi yang tidak adekuat terhadap nyeri, terutama pada pasien-
pasien dengan resiko tinggi seperti orang tua, anak-anak dan pasien dengan gangguan
komunikasi.
Setiap pasien yang mengalami trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau pasca
pembedahan harus dilakukan penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak dari
nyeri
itu sendiri akan menimbulkan respon stres metabolik (MSR) yang akan mempengaruhi
semua sistem tubuh dan memperberat kondisi pasiennya. Hal ini akan merugikan pasien
akibat timbulnya perubahan fisiologi dan psikologi pasien itu sendiri, seperti
Perubahan kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa
Perubahan neurohumoral : hiperalgesia perifer, peningkatan kepekaan luka
Plastisitas neural (kornudorsalis) : transmisi nosiseptif yang difasilitasi sehingga
meningkatkan kepekaan nyeri.
Aktivasi simpatoadrenal : pelepasan renin, angiotensin, hipertensi, takikard
Perubahan neuroendokrin : peningkatan kortisol, hiperglikemi, katabolisme
Nyeri pembedahan sedikitnya mengalami dua perubahan, pertama akibat
pembedahan itu sendiri yang menyebabkan rangsangan ujung saraf bebas dan yang
kedua setelah proses pembedahan terjadi respon inflamasi pada daerah sekitar operasi,
dimana terjadi pelepasan zat-zat kimia (prostaglandin, histamin, serotonin, bradikinin,
substansi P dan lekotrein) oleh jaringan yang rusak dan selsel inflamasi. Zat-zat kimia
yang dilepaskan inilah yang berperan pada proses transduksi dari nyeri.
E. Pathway
F. Penatalaksanaan medis
Tatalaksana nyeri berguna untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri,
meningkatkan fungsi tubuh, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebelum
melakukan manajemen nyeri ada beberapa prosedur yang dapat dilakukan meliputi:
a. Tahap evaluasi
b. Tes diagnostik untuk menentukan penyebab nyeri
c. Rujukan untuk operasi (Dilakukan apabila hasil evaluasi dan tes memungkinkan)
d. Pemberian suntik atau stimulasi saraf tulang belakang
e. Adanya terapi fisik untuk meningkatkan kekuatan tubuh.
f. Terapi komplementer
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Penatalaksanaan Medis
1. Tata Laksana Nyeri Secara Non Farmakologik
Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologik, yaitu (Anggraini and Saputri,
2021):
a. Self healing
Self healing adalah metode penyembuhan penyakit bukan dengan obat,
melainkan dengan menyembuhkan dan mengeluarkan perasaan dan emosi
yangterpendam di dalam tubuh.
b. Teknik relaksasi dan distraksi
Relaksasi merupakan perasaan bebas secara mental dan fisik dari
keteganganatau stres yang membuat individu mempunyai rasa kontrol
terhadap dirinya.
c. Guided Imagery
Guided imagery merupakan teknik yang menggunakan imajinasi
seseoranguntuk mencapai efek positif tertentu. Teknik ini dimulai dengan
proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada pasien perlahanlahan
menutup matanya danfokus pada nafas mereka, pasien didorong untuk
relaksasi mengosongkan pikirandan memenuhi pikiran dengan bayangan
untuk membuat damai dan tenang.
d. Pijatan
Pijat meningkatkan jangkauan gerak pasien, mengurangi ambang nyeri,
melemaskan otot-otot, dan meningkatkan sirkulasi dan drainase limfatik.
Pijat juga memiliki efek biokimia, yaitu meningkatkan kadar dopamin dan
limfosit serta memproduksi sel pembunuh. Pijat adalah tindakan kenyamanan
yang dapat membantu relaksasi, menurunkan ketegangan otot dan dapat
meringankan ansietas karena kontak kontak fisik yang menyampaikan
perhatian. Pijat juga dapat menurunkan intensitas nyeri dengan meningkatkan
sirkulasi superfisial ke area nyeri, serta menghilangkan stress
e. Kompres dingin
Kompres dingin merupakan salah satu tindakan keperawatan dan banyak
digunakan untuk menurunkan nyeri. Sensasi dingin yang dirasakan
memberikan efekfisiologis yang dapat menurunkan respon inflamasi,
menurunkan alirah darah, mampu menurunkan edema serta mengurangi rasa
nyeri local.
f. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation)
TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) adalah sebuah
metode pemberian stimulasi elektrik bervoltase rendah secara langsung ke
area nyeri yang telah teridentifikasi, ke titik akupresur, di sepanjang kolumna
spinalis. Stimulasi kutaneus dari unit TENS diperkirakan mengkativasi
serabut saraf berdiameter besaryang mengatur impuls nosiseptif di sistem
saraf tepi dan sistem saraf pusat sehinggamenghasilkan penurunan nyeri.
g. Akupuntur dan akupresur
Akupresur adalah teknik penyembuhan bangsa Cina kuno yang
didasarkan pada prinsip pengobatan tradisonal Asia. Rangsangan pada titik
akupoindipercaya akan membuka sumbatan di meridian dan memperbaiki
aliran energi, menghilangkan nyeri, dan penyakit.
h. Biofeedback
Biofeedback adalah suatu proses dimana individu belajar untuk
memahami sertamemberi pengaruh respon fisiologis atas diri mereka
terhadap nyeri. Biofeedback adalah penatalaksanaan yang memberikan
informasi
tentang bagaimana proses fisiologis dalam tubuh dapat terpengaruh secara
negatifoleh rasa sakit kronis.
Faktor risiko utama untuk HCC termasuk infeksi virus hepatitis B (HBV) dan
hepatitis C (HCV), paparan aflatoksin dalam makanan, konsumsi alkohol berlebihan,
obesitas, merokok, dan diabetes tipe 2. Risiko terjadinya HCC dapat bervariasi
berdasarkan faktor- faktor tersebut dari satu daerah ke daerah lain.
Infeksi kronis seperti HBV dan HCV berperan besar sebagai penyebab HCC.
Replikasi aktif virus hepatitis, terutama pada pasien dengan sirosis, meningkatkan risiko
kanker hati. Integrasi DNA virus ke genom sel inang menyebabkan kerusakan genetik,
menjadi faktor penting dalam perkembangan tumor.
Pencegahan kanker hati melalui vaksinasi HBV, pengobatan antiviral terhadap
infeksi HBV, serta terapi antivirus berbasis interferon (IFN) pada infeksi HCV telah
terbukti mengurangi kejadian HCC secara signifikan.
Gejala karsinoma hepatoseluler bervariasi tergantung pada stadium penyakitnya.
Gejala umum termasuk nyeri di kuadran kanan atas, hepatomegali atau pembesaran hati,
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kelelahan, menguningnya kulit dan
mata, sakit perut atau ketidaknyamanan, pembengkakan perut, mual, muntah, kehilangan
nafsu makan, serta perdarahan tidak normal.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. DATA DEMOGRAFI
a. Biodata
1) Nama
2) Usia/Tanggal Lahir
3) Jenis Kelamin
4) Alamat
5) Suku/Bangsa
6) Status Perkawinan
7) Agama/Keyakinan
8) Pekerjaan/Sumber pendapatan
9) Diagnostik Medik
10) No. Medikal Record
11) Tanggal Masuk
12) Tanggal Pengkajian
b. Penanggung Jawab
1) Nama
2) Usia
3) Jenis Kelamin
4) Pekerjaan/Sumber Penghasilan
5) Hubungan dengan klien
2. KELUHAN UTAMA
3. PENGKAJIAN STATUS NYERI
P: Penyebab nyeri
Q: Kualitas nyeri
R: Lokasi nyeri
S: Skala nyeri
T: Waktu nyeri (waktu nyeri timbul, durasi nyeri, waktu terakhir nyeri muncul)
4. RIWAYAT KESEHATAN
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan Lalu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
7. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Harahap, 2019).
Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya.
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi atau muncul masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, N. and Saputri, S. (2021) ‘Mata Kuliah : Asuhan Keperawatan Anestesi Kasus
Umum “PENATALAKSANAAN NYERI”’.
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559177/
Terapi, T., & Chemoembolization, T. (2019). Hasil penelitian faktor - faktor yang
mempengaruhi respon tumor terhadap terapi.