Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul jika terjadi
kerusakan. Kerusakan jaringan yang terjadi dapat disebabkan karena
tusukan, terbakar, sobekan, atau tekanan (Guyton & Hall, 2007). Nyeri dapat
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya. Pengukuran nyeri sangat subjektif dan individual, dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif
yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisisologik tubuhterhadap
nyeri itu sendi (Tamsuri,2007).

Nyeri dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku serta mempengaruhi


kualitas hidup seseorang, baik dalam fungsi biologi, psikologi, social serta
kemampuan produktivitasnya (Putra, 2006). Nyeri yang terus-menerus tidak
ditangani akan menyebabkan munculnya masalah-masalah baru. Sehingga
perlu tindakan atau pelaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan untuk nyeri
dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan non farmakalogis. Pengobatan
farmakologis dapat menggunakan obat analgesic sedangkan untuk tindakan
non farmakologis terdiri dari teknik rileksasi dan distraksi (Sari, 2013).

Penerapan tindakan untuk mengatasi nyeri baik farmakologis dan non-


farmakologis merupakan satu kesatuan yang ada pada asuhan keperawatan
pasien dengan ganggua rasa nyaman nyeri. Pengkajian penentuan diagnosa
sampai evaluasi yang baik dapat menunjang keberhasilan untuk mengatasi
masalah gangguan rasa nyaman nyeri.

Menurut kondisi diatas penulis termotivasi untuk menyusun laporan kasus


yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.K dengan Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri di Ruang Betani A2 RS Mardi Rahayu Kudus”.

B. Tujuan Penulisan
A. Tujuan umum
Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien ny.K dengan
gangguan rasa nyaman nyeri di Ruang Betani A2 RS Mardi Rahayu
Kudus

B. Tujuan khusus
Adapun penulisan Laporan Klinik ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. K dengan gangguan rasa
nyaman nyeri
2. Mampu menentukan Diagnosa keperawatan KDDK yang sesuai
dengan kondisi pasien
3. Mampu membuat rencana askep sesuai dengan diagnosa yang telah
ditentukan
4. Mampu menerapkan tindakan keperawatan sesuai intervensi yang
telah dibuat
5. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan

C. Manfaat Penulisan
Pembaca dapat mengetahui lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan serta
mekanisme yang terjadi pada pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri

D. Ruang Lingkup
Dalam penulisan Laporan Kasus ini penulis membatasi pengambilan kasus
kelolaan di ruang betani A2 RS Mardi Rahayu Kudus

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan Laporan Kasus adalah
metode deskriptif dan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
2. Observasi
3. Studi Dokumentasi
4. Studi Kepustakaan

F. Sistematika Penulis
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan meliputi : Latar Belakang, Tujuan, Manfaat,
Ruang Lingkup Metode Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II : Tinjauan Pustaka, meliputi : Definisi, Etiologi, Klasifikasi,
Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pemeriksaan Fisik,
Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnosa Penunjang,
Penatalaksanaan, Komplikasi, konsep keperawatan, meliputi:
penkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
BAB III : Resume Asuhan Keperawatan
BAB IV : Pembahasan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi
BAB V : Penutup meliputi : Kesimpulan dan Saran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang
yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut (Mubarak, 2007).

Nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik
secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu
kerusakan jaringan/ faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita
yang akhirnya mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dll (Asmadi, 2008).

Sehingga dapat disimpulkan nyeri adalah perasaan tidak nyaman, baik ringan
maupun berat yang hanya dapat dirasakan orang lain, mencakup pola pikir,
aktivitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang.

B. Etoilogi
1. Etiologi yang berhubungan dengan fisik
a. Trauma
1) Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misal benturan, gesekan maupun luka
2) Thermis
Rasa nyeri timbul akibat ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas dingin, misal karena api dan air
3) Kimiawi
Nyeri timbul karena adanya kontak dengan zat kimia yang bersifat
asam/ basa kuat
4) Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor
rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar

b. Neoplasma
Menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan/ kerusakan jaringan yang
mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan / metastase
c. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya
peradangan/ terjepit oleh pembengkakan, misalnya abses
d. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah

2. Etiologi yang berhubungan dengan psikis


Penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis,
merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan
akibat adanya trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik (Asmadi,
2008).

C. Klasifikasi Nyeri
1. Berdasarkan tempat
a. Pheriperal pain : nyeri pada permukaan tubuh, misal kulit / mukosa
b. Deep pain : nyeri pada permukaan tubuh yang lebih dalam / pada organ
visceral
c. Refered pain : nyeri karena penyakit organ / struktur dalam tubuh yang
ditransmisikan ke bagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan dari asal
nyeri
d. Psychognic pain : nyeri tanpa sebab organik, tetapi akibat trauma
psikologis
e. Central pain : nyeri kerana perangsangan pada sistemsaraf pusat, spinal
cord, batang otak, talamus, dll
f. Phantom pain : perasaan pada bagian tubuh yang sudah tidak ada lagi,
misal pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit
yang berat dibandingkan dengan stimulasi reseptor biasanya
g. Rediating pain : nyeri pada sumber yang meluas kejaringan sekitar
2. Berdasarkan sifat
a. Incidental pain : nyeri timbul sewaktu-waktu lalu hilang
b. Sheady pain : nyeri timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
lama
c. Paroxymal pain : nyeri berintensitas tinggi dan kuat sekali, nyeri tersebut
biasanya menetap ± 10-15 menit lalu menghilang kemudian timbul lagi
3. Berdasarkan berat ringannya
a. Nyeri ringan : intensitas rendah
b. Nyeri sedang : intensitas reaksi
c. Nyeri berat : intensitas yang tinggi
4. Berdasarkan waktu
a. Nyeri akut : nyeri dirasakan dalam waktu singkat dan berakhir kurang
dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas, misal luka
operasi
b. Nyeri kronis : nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan, nyeri timbul
dengan periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu timbul,
kembali nyeri lagi dan begitu seterusnya, misal neoplasma.

D. Patofisiologi
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya :
1. The specifiaty theory (teori spesifik)
Otak menerima informasi mengenai objek eksternal dan struktur tubuh
melalui saraf sensori. Saraf sensori untuk setiap indra perasa bersifat
spesifik. Artinya saraf sensori dingin hanya dapat dirangsang oleh sensasi
dingin, bukan oleh panas. Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri
berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh
perubahan mekanik, rangsangan kimia/ temperatur yang berlebihan.
Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri diproyeksikan oleh
spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus
2. The intencity theory (teori intensitas)
Nyeri adalah hasil dari rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap
rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika
intensitasnya cukup kuat

3. The bate control theory (teori kontrol pintu)


Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung
pada aktivitas serat saraf aferen berdiameter besar/ kecil yang dapat
mempengaruhi sel saraf disubstansia gelatinosa. Aktivitas serat yang
berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”,
sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang
artinya “pintu dibuka”. Tetapi menurut penelitian terakhir, tidak ditemuakn
hambatan presinaptik. Hambatan presinaptik pada serat berdiameter besar
maupun kecil hanya terjadi bila serat tersebut dirangsang secara berturut-
turut. Oleh karena tidak semua sel saraf di substansia gelatinosa menerima
input konvergen dari sel saraf besar maupun kecil baik yang
membahayakan/ tidak, maka peranan kontrol pintu ini tidak jelas (Asmadi,
2008).

E. Pathway Rangsangan yang berlebihan / stimulus

Mekanik Termal Kimia Elektrik

Reseptor nyeri atau nosiseptor terstimulus

Pelepasan mediator biokimia (prostaglandin,


bradikinin, serotonin, histamin

Muncul persepsi nyeri


(Paice, 2002 & kozier et al., 2010)

Nyeri akut Nyeri kronis


E. Manifestasi klinis
Berikut adalah perbedaan nyeri akut dan kronis (Mubarak, 2007)

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis


Pengalaman Suatu kejadian. Jika klien Suatu situasi, status eksistensi

baru pertama kali nyeri. Jika klien telah sering

mengalami episode nyeri, mengalami episode nyeri tanpa

persepsi pertama tentang pernah sembuh/ klien mengalami

nyeri akan mengganggu nyeri yang berat, rasa cemas/

mekanisme kopingnya. bahkan takut dapat muncul.

Setiap orang belajar dari Sebaliknya jika klien pernah


pengalaman nyerinya. Akan mengalami nyeri yang sama

tetapi, pengalaman nyeri berulang-ulang dan ia berhasil

sebelumnya tidak selalu mengatasinya, akan lebih mudah

membuat individu mampu bagi klien untuk

menerima nyeri dengan menginterpretasikan sensasi nyeri

mudah yang muncul. Dengan demikian,

klien akan lebih siap untuk

melakukan tindakan yang

diperlukan guna menghilangkan

nyeri
Sumber Sebab eksternal/ penyakit Sumber nyeri tidak diketahui, klien

yang berasal dari dalam sukar menentukan sumber nyeri

karena penginderaan nyeri yang

sudah lebih dalam


Serangan Mendadak Bisa mendadak/ bertahap,

tersembunyi
Durasi Transien (sampai 6 bulan) Beberapa bulan hingga tahun
Pernyataan Daerah nyeri umumnya Daerah yang nyeri dan yang tidak,

nyeri deketahui dengan pasti. intensitasnya menjadi sukar

Klien yang mengalami nyeri dievaluasi. Klien yang mengalami

ini seringkali merasa takut nyeri ini kerap merasa tidak aman

dan khawatir dan berharap karena mereka tidak tahu apa yang

nyeri dapat segera teratasi. mereka rasakan. Dari hari ke hari

Nyeri ini dapat hilang klien mengeluh mengalami

setelah area yang mengalami keletihan, insomnia, anoreksia,

gangguan kembali pulih depresi, putus asa, dan sulit

mengontrol emosi
Gejala klinis Pola respons khas, dengan Pola respons bervariasi. Terkadang
gejala yang lebih jelas klien bisa mengalami remisi

(gejala hilang sebagian/

seluruhnya) dan eksaserbasi

(gejala semakin parah)


Perjalanan Penderita biasanya Berlangsung terus/ intermiten,

melaporkan berkurangnya intensitas bervariasi/ tetap konstan

gejala setelah beberapa

waktu
Prognosis Baik dan mudah untuk Penyenbuhan yang sempurna

dihilangkan biasanya tidak mungkin

F. Penatalaksanaan Medis
1. Nonfarmakologi
a. Distraksi
Dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem
kontrol desenden, yang mengakibatkan lebuh sedikit stimuli nyeri
yang ditransmisikan ke otak. Bebrapa tehnik distraksi :
1) Napas lambat, berirama secara teratur
2) Massage (pijatan) and slow, rytmic breathing
3) Rytmic singing and tipping
4) Active listening
5) Guide imagery (mendorong unutk berkhayal) : melakukan
bimbingan yang baik kepada klien untuk mengkhayal
b. Relaksasi
Didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berrespons pada ansietas
yang merangsang pikiran karena nyeri / kondisi penyakitnya. Tehnik
relaksasi terutama efektif nyeri kronik dan memberikan beberapa
keuntungan antara lain:
1) Menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri dan stress
2) Menurunkan nyeri otot
3) Menolong individu untuk melupakan nyeri
4) Meningkatkan periode istitahat dan tidur
5) Meningkatkan kefektifan terapi nyeri lain
6) Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat
nyeri
c. Stimulasi cutoneus (kulit)
Beberapa tehnik untuk stimulasi kulit antara lain :
1) Kompres dingin dan panas
2) Analgesik ointments
3) Counteriritan, seperti plester hangat
4) Contralateral stimulation : massage kulit pada area yang
berlawanan dengan area nyari
5) Memijat dengan air mengalir

2. Farmakologi
a. Analgesik.
Ada 2 jenis alangesik :
1) Narkotik (strong analgesic)
Nama Nama Dosis Cara Serangan Puncak Lama
Generik Dagang Pemberian Khasiat

Morpin sulfat - 5-20 SC, IM 5-10 60 4-6 jam


mg/ 3-4 menit menit
jam
- 5-30 30-60 3-4 jam
Codein sulfat 15-60 SC, menit menit
mg/ 3-4 Peroral
jam

Hydromorph Dilaudid 2-4 mg/ IV, IM, 5-15 1 jam 4-6 jam
one 4-6 jam SC, menit
Hydrocloride peroral

Meendine Demeral 50-150 IM, SC, 10-15 30-60 2-4 jam


hydrocloride mg/ 3-4 peroral menit menit
jam

Methadone Dolophine 2,5-10 IM, SC, 10 menit 1-2 jam 4-6 jam
mg/ 3-4 peroral
jam

Pentazocine Talwin 50-100 Peroral - - -


mg/ 3-4
jam

3. Nonnarkotik (mildanalgesik)
a. Asam salsilat (aspirin), paraminophenols (phenacitin), pyrazolon
(phenylbutazone)
b. Pemberian stimulator listrik
Yaitu memblok/ mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang
kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik
meliputi : transcutaneus electrical stimulator (TENS), percutaneus
implanted spinal cord epidural stimulator, dan stimulator columna
vertebrae (Hidayat, 2006).
c. Hipnosis
Suatu tehnik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar diri yang
dicapai melalui gagasan-gagasan yang disampaikan oleh
perhipnotisan (Asmadi, 2008).
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien yang mengalami nyeri difokuskan pada 3 hal,
yaitu : pengenalan tentang nyeri, penyebab nyeri, dan respon perilaku
klien terhadap nyeri.
a. Pengenalan tentang nyeri
1) Intensitas nyeri : skala verbal 0-10
2) Karakteristik nyeri : lokasi nyeri, penyebaran nyeri, kemungkinan
penyebaran, durasi, irama, dan kualitas nyeri
3) Faktor yang meningkat dan menurunkan nyeri
4) Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
5) Kekhawatiran individu tentang nyeri
6) Faktor pretisipasi
7) Gejala yang menyertai, mis : mual muntah, pusing, dan diare
8) Sumber koping
9) Respon afektif
10) Perilaku nonverbal, mis : ekspresi wajah
b. Penyebab nyeri
Menentukan penyebab nyeri sering sulit dilakukan, namun beberapa
nyeri memang berguna untuk menentukan diagnosa medik. Sebagai
contoh nyeri punggung kronis mungkin menunjukkan penjepitan
saraf, nyeri di area Mc. Burney menunjukkan apendiksitis, dll. Lokasi
dan penyebarannya memberikan informasi yang berguna dalam
penegakkan diagnosa medik (Tamsuri, 2006).
c. Respon perilaku klien terhadap nyeri
Perubahan fisiologi involunter dianggap sebagai indikator nyeri yang
lebih akurat dibanding laporan verbal pasten. Bagaimanapun, respon
involunter ini seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernapasan,
pucat dan berkeringat-adalah indikator rangsangan sistem saraf
otonom, bukan nyeri.
Frekuensi jantung pasien dapat menurun dalam berespon terhadap
nyeri akut dan meningkat hanya setelah nyerinya hilang. Pasien yang
mengalami nyeri akut yang hebat mungkin tidak menunjukan
frekuensi pernapasan yang meningkat, tetapi akan menahan nafasnya.
Pasien dengan nyeri kronis yang sangat dalam dapat tidak
menunjukan perubahan fisiologik. Meskipun perubahan fisiologik
yang berkaitan dengan respon stress dapat terjadi pada beberapa
orang dengan nyeri akut, perubahan seperti itu tidak selalu terjadi.

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal,


perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan
orang lain atau perubahan respon terhadap lingkungan. Individu yang
mengalami nyeri akut dapat menangis, merintih, merengut, tidak
menggerakkan bagian tubuh, mengepal/ menarik diri. Orang dapat
menjadi marah/ mudah tersinggung danmeminta maaf saat nyerinya
hilang (Smeltzer, 2002).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d biologis, zat kimia, fisik, psikologis
b. Nyeri kronis b.d ketidakberdayaan fisik kronis, ketidakberdayaan
psikososial kronis

3. Intervensi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 7 jam,
pasien mengatakan nyeri berkurang/ hilang
Kriteria hasil :
a. Tidak ada atrofi kelompok otot yang terserang
b. Tidak ada perubahan pola tidur
c. Melaporkan tingkat (skala) nyeri berkurang
d. Tidak menunjukkan ekspresi kesakitan/ meringis
e. Peningkatan nafsu makan
f. Peningkatan interaksi dengan orang lain
g. Tidak ada posisi tubuh melindungi
h. Tidak ada kegelisahan
i. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
Intervensi :
1. Observasi nyeri yang komprehensif meliputi P (faktor yang
menimbulkan nyeri), Q (kualitas), R (daerah), S (skala), T (waktu)
R/ dapat mengetahui seberapa/ tingkat nyeri yang dirasakan klien,
sehingga perawat dapat mengobservasi nyeri yang dirasakan klien
2. Jelaskan penyebab nyeri
R/ klien yang mendapat penjelasan tentang sensasi nyeri akan lebih
mudah menerima kondisinya dan mengurangi stress
3. Beri informasi yang akurat untuk mengurangi rasa takut
R/ informasi yang diberikan berpotensi membuat stress akan
mengurangi ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui dan
membantu klien beradaptasi
4. Bicarakan alasan pasien mengalami peningkatan/ penurunan nyeri
(mis : keletihan akan meningkat / adanya distraksi akan menurun)
R/ jika klien harus meyakinkan tenaga kesehatan bahwa dia merasa
nyeri, kecemasannya akan semakin meningkat dan akan
meningkatkan persepsi nyerinya. Kedua hal tersebut dapat
menghabiskan tenaga klien
5. Beri pasien kesempatan untuk istirahat siang dan dengan waktu tidur
yang tidak terganggu pada malam hari (harus istirahat bila nyeri
mereda)
R/ tidur yang tidak mencukupi dapat menurunkan kemampuan
individu untuk menoleransi nyeri dan menguras energi yang mereka
butuhkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial
6. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut (mis : bernapas dengan
teratur, mendengarkan musik, relaksasi, atau stimulasi kutan
R/ penggunaan metode pereda nyeri non invasif dapat meningkatkan
efek terapeutik obat-obat pereda nyeri
7. Kolaborasi : berika pereda nyeri yang optimal dengan analgesik
R/ penatalaksanaan nyeri seharusnya dilakukan secara agresif dan
individual untuk menghilangkan nyeri yang tidak perlu. Salah satunya
dengan memberikan obat sesuai jadwal dengan memberikannya pada
saat dibutuhkan
BAB III
RESUME
BAB IV

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis melaksanakan


asuhan keperawatan. Dengan menerapkan proses keperawatan dimana
pengkajian dilaksanakan pada hari pertama pengambilan kasus. Untuk
mendapatkan data yang menunjang baik secara objektif maupun subyektif,
kami melakukan wawancara dengan klien , pemeriksaan fisik, mempelajari
catatan keperawatan, catatan medis dan hasil pemeriksaan penunjang pada
saat dilakukan pengkajian penulis menemukan adanya kesenjangan atau
perbedaan antara tinjauan teori dengan kasus yang ada. Pada pengkajian
klien dengan febris dan vomutus yang saya temukan yaitu terdapat gangguan
nutrisi dan nyeri ulu hati. Sedangkan menurut teori yang dilaksanakan tidak
jauh berbeda dengan manifestasi klinis. Kesenjangan/perbedaan ini
dikarenakan menurut manifestasi klinis pada kasus adalah klien mengalami
mual dan muntah.

B. Diagnosa Keperawatan

Secara umum diagnosa yang timbul pada kasus gangguan nutrisi yang
ditemukan adalah :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.:


 Kesulitan untuk mencerna makanan
 Kesulitan untuk menelan makanan
 Anoreksia, muntah
 Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
 Depresi, stress, isolasi social
 Peningkatan kebutuhan protein dan vitamin untuk
penyembuhan luka dan penurunan asupan sekunder akibat:
pembedahan, medikasi ( mis. kemoterapi), terapi radiasi,
rekontruksi bedah mulut, kawat rahang
 Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan mulut, akibat : terapi
radiasi, kemoterapi, tonsilektomi
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d.:
 Perubahan pola kepuasan makan
 Penurunan indera pengecapan dan penciuman
 Obat-obatan (kortikosteroid, antihistamin, estrogen)
 Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolic
 Kurang pengetahuan terhadap nutrisi dasar
 Pola makan disfungsional
 Peningkatan nafsu makan
 Pemilihan makanan yang tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari
Sedangkan diagnosa yang timbul pada Ny. T adalah :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake
inadekuat
2. Nyeri akut b/d mual muntah

C. Intervensi Keperawatan
Pada perencanaan tindakan keperawatan pada Ny. T menggunakan prioritas
masalah dengan mempertimbangkan dasar-dasar kebutuhan manusia untuk
menyelesaikan 2 diagnosa yang di tegakan. Dalam menetapkan rencana
asuhan keperawatan saya berusaha menjalankannya secara sistematis,
berkesinambungan dan efisien saya buat sesuai dengan prioritas masalah dan
dapat mengatasi diagnosa keperawatan yang ditetapkan.

D. Implementasi
Dalam tahap implementasi, penulis bekerjasama dengan keluarga klien,
perawat ruangan dan tim kesehatan sesuai prioritas masalah dan kondisi
klien.
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake inadekuat adalah pantau asupan dan
keluaran pasien, timbang dan catat BB pasien setiap hari, anjurkan
makan porsi kecil tapi sering, dan kolaborasi ahli gizi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan mual muntah adalah kaji skala nyeri,
observasi TTV, beri posisi yang nyaman, latih distraksi relaksasi, dan
kolaborasi pemberian analgetik

E. Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi proses dan evaluasi hasil pada klien
dilaksanakan pada saat sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
Keperawatan mengenai reaksi klien dan evaluasi hasil berdasarkan tujuan
yang ditetapkan pada evaluasi ini penulis melakukan penilaian asuhan yang
diberikan dari tanggal 24-26 agustus 2015.
Keberhasilan tindakan keperawatan dilakukan secara subjektif melalui
ungkapan klien dan secara objektif melalui pengamatan dan pengukuran dari
dua diagnosa seluruhnya belum teratasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis memberikan asuhan keperawatan langsung pada Tn. G di
Ruang Immanuel RS MARDI RAHAYU KUDUS dari tanggal 24-26
AGUSTUS 2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam melakanakan asuhan keperawatan penulis menggunakan
pendekatan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian sampai
evaluasi. Data-data tersebut digunakan untuk menyusun diagnosa
keperawatan.
2. Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis berfokus pada data-
data sebagai hasil pengkajian berdasarkan masalah aktual, masalah risiko
tinggi yang penulisannya berdasarkan prioritas kebutuhan dasar manusia.
3. Dengan melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif maka
seluruh permasalahan yang dihadapi klien dapat teratasi sebagian
ataupun seluruhnya.

B. Saran
1. Untuk Klien
Diharapkan setelah diberikan perawatan kesehatan, klien dapat menjaga
kesehatannya agar tidak terjadi kompilikasi.
2. Untuk Perawat
Hendaknya para perawat RS MARDI RAHAYU KUDUS dapat lebih
meningkatkan kinerja dengan mengacu kepada standar operasional
prosedur yang ditetapkan oleh rumah sakit. Serta perawat juga
hendaknya setiap klien yang baru masuk rumah sakit segera diberikan
pendidikan kesehatan tentang penyakit yang diderita agar klien dan
keluarga tidak cemas terhadap penyakitnya dan menambah pengetahuan.
3. Untuk Mahasiswa
Diharapkan setelah menjalani dinas di RS MARDI RAHAYU KUDUS
dapat memahami dan mampu untuk menjalankan ilmu praktek
keperawatan KDDK untuk klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri
atau pun dengan penyakit lain yang diterapkan dengan landasan teori
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Wulan Purnama. (2013). Efektifitas Terapi Farmakologis dan Non
Farmakologis Terhadap Nyeri Haid (Disminore) Pada Siswi XI di SMA
Negeri 1 Pemangkat. Pontianak: FIK Universitas Tanjungpura
Putra, Andi Darma. (2006). Manajemen Nyeri. Ethical Digest, 26(4): 70-
72
Guyton A.C & J.E. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC. Tamsuri, Anas. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri.
Jakarta:EGC

Asmadi . 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Carpenito, Lynda juall, 2000, Alih Bahasa Tim Program Studi Ilmu Keperawatan
UNPAD-PSIK, Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi
6, Jakarta :EGC
Mubarak, Wahit Iqbal.2007.Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori & aplikasi
dalam praktek.Jakarta:EGC
NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2.
Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Carpenito, Lynda juall. (2000). Alih Bahasa Tim Program Studi Ilmu Keperawatan
UNPAD-PSIK, Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktik Klinis, Edisi 6,
Jakarta :EGC

Hidayat, Aziz Alimul. (2006). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :


Salemba Medika

Mubarak, Wahit Iqbal. (2007). Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori & aplikasi
dalam praktek. Jakarta: EGC

Kozier et al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik Edisi , Volume 2. Jakarta: EGC

Paice, J. A. (2002). Contolling pain. Understanding nociceptive pain. Nursing,


100(8)

Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta :


EGC

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC


LAPORAN KLINIK
GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI PADA NY.T
DI RS MARDI RAHAYU KUDUS

Disusun Oleh:
Laksita Puspita F.W
N1.15.043
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2015

Anda mungkin juga menyukai