0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan15 halaman
Laporan pendahuluan ini membahas tentang gangguan kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri akut. Secara ringkas, laporan ini menjelaskan konsep teoritis kebutuhan dasar manusia terkait nyeri, anatomi dan fisiologi nyeri, faktor risiko dan pemicunya, gangguan terkait, serta konsep asuhan keperawatan untuk menangani gangguan kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri akut.
Laporan pendahuluan ini membahas tentang gangguan kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri akut. Secara ringkas, laporan ini menjelaskan konsep teoritis kebutuhan dasar manusia terkait nyeri, anatomi dan fisiologi nyeri, faktor risiko dan pemicunya, gangguan terkait, serta konsep asuhan keperawatan untuk menangani gangguan kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri akut.
Laporan pendahuluan ini membahas tentang gangguan kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri akut. Secara ringkas, laporan ini menjelaskan konsep teoritis kebutuhan dasar manusia terkait nyeri, anatomi dan fisiologi nyeri, faktor risiko dan pemicunya, gangguan terkait, serta konsep asuhan keperawatan untuk menangani gangguan kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri akut.
STIKES PANAKUKANG MAKASSAR PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2021/2022 LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Teoritis Kebutuhan Dasar Manusia
1. Definisi Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal sekala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri : a. Menurut Prasetyo (2010) nyeri merupakan suatu produksi mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan rusak yang menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan nyeri. b. Nyeri dapat digambarkan sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi atau dijelaskan berdasarkan kerusakan tersebut. Nyeri tidak hanya menimbulkan pengalaman subjektif dengan komponen sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, namun nyeri memperlihatkan beberapa bukti objektif. Mengamati tanda-tanda vital dapat memberi petunjuk mengenai derajat nyeri yang dialami pasien (Price dan Wilson, 2006). c. Nyeri merupakan sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan actual dan potensial (Siswanti, 2011). Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Judith M. Wilkinson 2002). Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional). Nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar. 2. Anatomi Fisiologi Nyeri Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan sebagai respon dari luka baik secara fisik maupun fisiologis. Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berubah zat kimiawi seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang di lepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis. 3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi a. Faktor predisposisi 1) Trauma 2) Peradangan 3) Trauma psikologis b. Faktor presipitasi 1) Lingkungan 2) Suhu ekstrim 3) Kegiatan 4) Emosi 4. Gangguan Terkait Nyeri a. Etilogi Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. 1) Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma (mekanik, thermal, kimiawi, maupun elektrik ) a) Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka. b) Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas atau dingin. c) Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat d) Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri. 2) Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau keerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau metaphase. 3) Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat pembengkakan. 4) Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada pasien infark miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas. b. Patofisiologi Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi. 1) Resepsi : Proses perjalanan nyeri. 2) Persepsi : Kesadaran seseorang terhadap nyeri. Adanya stimuli yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia ) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia (histamine, bradikinin, kalium). Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri maka akan timbul impuls saraf yang akan dibawa menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat dan tekanan halus. Reseptor terletak di struktur permukaan. 3) Reaksi : Respon fisiologis dan perilaku setelah mempersepsikan nyeri. Stimulus penghasil nyeri mengirim impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai kedalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dan berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri mencapai otak atau trasmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mengekspresikan nyeri. c. Manifestasi klinik 1) Gangguam tidur 2) Posisi menghindari nyeri 3) Gerakan menghindari nyeri 4) Raut wajah kesakitan (menangis, merintih) 5) Perubahan nafsu makan 6) Tekanan darah meningkat 7) Pernafasan meningkat 8) Depresi d. Komplikasi 1) Edema Pulmonal 2) Kejang 3) Masalah mobilisasi 4) Hipertensi 5) Hipertermi 6) Gangguan pola istirahat dan tidur e. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri seperti : 1) Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi 2) Menggunakan skala nyeri: a) Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi dengan baik b) Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan c) Berat = Skala nyeri 7-10 : Secara objektif pasien tidak mampu berkomunikasi, dan tidak dapat mengikuti instruksi yang diberikan. f. Penatalaksanaan Medis 1) Penatalaksanaan Terapi a) Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi Contoh : membaca buku, menonton tv , mendengarkan musik dan bermain. b) Stimulaisi kulit, beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain: Kompres dingin dan Counteriritan seperti plester hangat. 2) Penatalaksanaan Operatif a) Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. b) Plasebo Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa
Nyaman Nyeri (Nyeri Akut) 1. Pengkajian a. Data demografi pasien Diisi dengan identitas pasien dan identitas penanggung jawab b. Riwayat kesehatan saat ini 1) Keluhan utama Diisi dengan keluhan utama yang dipaparkan dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat 2) Alasan masuk rumah sakit Diisi dengan alasan utama yang dikeluhkan oleh pasien datang ke rumah sakit. 3) Riwayat penyakit sekarang Diisi dengan riwayat penyakit pasien dari sebelum dirawat di rumah sakit (keluhan awal) sampai dengan pengkajian. 4) Riwayat penyakit sebelumnya Diisi dengan pernyataan pasien apakah sebelumnya permah dirawat dirumah sakit dengan penyakit yang sama atau tidak c. Riwayat kesehatan keluarga Diisi dengan memaparkan genogram 3 generasi. d. Pengkajian Biologis (dikaji sebelum dan sesudah sakit) Rasa aman dan nyaman Diisi dengan menggunakan pengkajian nyeri secara rinci (PQRST), apakah nyeri dapat mengganggu aktifitas, hal apa yang dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan nyeri, cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif, menanyakan apakah ada Riwayat pembedahan. e. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum a) Kondisi klien secara umum b) Tanda – tanda vital c) Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh. d) Keadaan kulit:warna tekstur, kelainan kulit. 2) Pemeriksaan Cepalo Kaudal a) Kepala 1). Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambut. 2). Mata: kebersihan, penglihatan, pupil, rflek, sklera, konjungtiva 3). Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga 4). Hidung: fungsi, polip, sekret, nyeri 5). Mulut: kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna lidah, gigi (letak, kondisi gigi), oropharing (bau nafas, suara parau, dahak), b) Leher: Bentuk, Gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil, JVP, Nyeri telan c) Dada 1). Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada, pergerakan selama pernafasan, jenis pernafasan 2). Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantung, suara abnormal yang ditemuai 3). Perkusi: batas jantung dan paru? Duliness d) Abdomen 1). Inspeksi: simetris, contour, warna kulit, vena ostomy 2). Auskultasi: Frekuensi dan intensittas peristaltic 3). Perkusi: Udara, Cairan, massa/tumor 4). Palpasi: tonus otot, kekenyalan, ukuran organ, massa, hernia, hepar, lien e) Genetelia, Anus dan rectum 1). Inspeksi: warana, terpasang alat bantu, kelainan genetal, simpisis 2). Palpasi: teraba penumpukan urine f) Ekstremitas 1). Atas: kelengkapan, kelainan jari, tonu otot, kesimetrisan gerak, ada yang mengganggu gerak, kekuatan otot, gerakan otot, gerakan bahu, siku, pergelangan tangan dan jari – jari 2). Bawah: kelengkaan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk kaki, varices, gerakan otot, gerakan panggul, lutut,pergelangan kaki dan jari–jari. f. Pemeriksaan penunjang 1) Radiologi 2) Laboratorium 3) EEG, ECG, EMG, USG, CT Scan Tuliskan tanggal pemeriksaan, hasil dan rentang nilai normalnya. 2. Diagnosis Keperawatan Nyeri akut (D.0077), berdasarkan[ CITATION PPN16 \l 1033 ] a. Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. b. Penyebab 1) Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) 2) Agen pencedra kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan) 3) Agen pencidra fisik (mis. Abses, trauma, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,prosedur operasi,trauma, latihan fisik berlebihan c. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : Mengeluh Nyeri Objektif : 1) Tampak meringis 2) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri) 3) Gelisah 4) Frekuensi nadi meningkat 5) Sulit tidur d. Gejala dan Tanda Minor Subjektif : - Objektif : 1) Tekanan darah meningkat 2) Pola napas berubah 3) Nafsu makan berubah 4) Proses berpikir terganggu 5) Menarik diri 6) Berfokus pada diri sendir 7) Diaforesis e. Kondisi Klinis Terkait 1) Kondisi Pembedahan 2) Cedera traumatis 3) Infeksi 4) Sindrom Koroner akut 5) Glaukoma 3. Perencanaan Keperawatan N Diagnosis Keperawatan Intervensi Keperawatan O SLKI SIKI D.0077 (L.08066) (I.08238) Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri dengan ……. keperawatan selama …. Observasi yang ditandai dengan: diharapkan tingkat nyeri 1. Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, berkurang dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intesitas nyeri a. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri b. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal c. Gelisah menurun 4. Identifikasi factor yang memperberat dan d. Kualitas tidur menurun memperingan nyeri e. Frekuensi nadi membaik 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup f. Pola napas membaik 6. Monitor efek samping dari penggunaan analgetik g. Tekanan darah membaik Terapeutik h. Pola tidur membaik 7. Berikan teknik nonfarmakolgis untuk mengurangi i. Nafsu makan membaik rasa nyeri ( mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedband, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres air hangat/dingin, terapi bermain) 8. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 9. Fasilitasi istirahat tidur 10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemeliharaan strategi meredakan nyeri Edukasi 11. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 12. Jelaskan strategi meredakan nyeri 13. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri 14. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 15. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 16. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
[ CITATION PPN18 \l 1033 ]
[ CITATION PPN182 \l 1033 ]DAFTAR PUSTAKA https://id.scribd.com/document/425697812/Laporan-Pendahuluan-Nyeri-Akut PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.