Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM)

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

Nama : Anisatul islamiyah

NIM : 21101007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN

1.1. Pengertian
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang
dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, dan bakteriologis.
Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan
interpersonal. Keamanan seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari
cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus dipenuhi. Lingkungan pelayanan pelayanan kesehatan dan komunitas
yang aman merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup klien
(Kemenkes, 2016)

1.1.1 Keamanan
Keamanan didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan
psikologis (Poetter, dan Perry 2010).

1.1.2 Kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau
nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat dkk, 2015).
Kenyamanan menurut (Keliat dkk, 2015)

Keyamanan dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara


fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa
nyaman yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa
nyaman dengan situasi sosialnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah
kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini
disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi
yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien.

1.1.3 Gangguan Rasa Nyaman Akibat Nyeri


a. Pengertian Nyeri
Nyeri sebagai keluhan yang dapat dirasakan secara sensori dan
emosional sebagai sebab adanya jaringan yang rusak yang dapat terjadi
secara aktual maupun potensial sekaligus mencerminkan pemahaman
seseorang terkait ancaman terhadap integritas tubuh (Cohen et al.,
2018). Menurut Handayani (2015) nyeri adalah kejadian yang tidak
menyenangkan, mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu.
Sedangkan Andarmoyo (2013) mendefisinikan nyeri adalah
ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh efek dari penyakit-
penyakit tertentu atau akibat cedera

b. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu:

1) Nyeri akut Keluhan yang tidak mengenakkan berkaitan dengan


kerusakan jaringan dengan durasi mendadak dengan intensitas nyeri
ringan hingga berat dan telah dialami penderita ≤ 3 bulan (PPNI, 2016)
2) Nyeri kronik Pengalaman nyeri berkaitan dengan kerusakan aktual
maupun fungsional, yang terjadi secara lambat dengan intensitas ringan
hingga berat dakonstan yang telah dirasakan selama ≥ 3 bulan (PPNI,
2016)
Klasifikasi nyeri berdasarkan jenisnya (Anitescu, Benzon, & Wallace,
2017) :

1) Nyeri nosiseptif Nyeri yang timbul akibat kerusakan jaringan


somatic ataupun visceral. Stimulasi nosiseptor akan mengakibatkan
tersekresinya mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung
saraf sensoris dan simpatik.
2) Nyeri neurogenik Nyeri akibat adanya disfungsi primer pada sistem
saraf perifer seperti lesi pada daerah sekitar saraf perifer. Umumnya
penderita akan merasakan seperti ditusuk-tusuk disertai sensasi
panas dan tidak mengenakkan pada fungsi perabaan.
3) Nyeri psikogenik Nyeri yang berkaitan dengan adanya gangguan
pada kejiwaan seseorang yang direpresentasikan dengan kasus
depresi maupun kecemasan.

1.2. Etiologi

1.2.1 Nyeri Akut

a. Agen pencedera fisiologis (misal, inflamasi, iskemia, neoplasma)

b. Agen pencedera kimiawi (misal, terbakar, bahan kimia iritan)

c. Agen pencedera fisik (misal, abses, amputasi, terbakar, terpotong,


mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

1.2.2 Nyeri Kronis

a. Kondisi muskuluskeletal kronis

b. Kerusakan sistem saraf

c. Penekanan saraf

d. Infiltrasi tumor

e. Gangguan fungsi metabolik

f. Peningkatan indeks massa tubuh

g. Kondisi pasca trauma

h. Tekanan emosional

i. Riwayat penganiayaan
j. Riwayat penyalahgunaan zat

1.3. Manifestasi Klinis

1.3.1 Tanda dan Gejala

Nyeri Akut

a. Mengeluh nyeri

b. Tampak meringis

c. Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri)

d. Gelisah

e. Frekuensi nadi meningkat

f. Tekanan darah meningkat

g. Nafsu makan terganggu

Nyeri Kronis

a. Mengeluh nyeri

b. Merasa depresi (tertekan)

c. Tampak meringis

d. Gelisah

e. Merasa takut mengalami cedera ulang

f. Bersikap protektif (posisi menghindari nyeri)

1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh


beberapa hal, di antaranya adalah:

a. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir
sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi
lingkungan dan pengalaman.

b. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif


dari seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak
mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.

c. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon


seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas

1.4. Patofisiologi

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah
zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian
zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan
rangsangan tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf
asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu
mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat
menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada
termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri
(Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).

1.5. Pathway/W.O.C
1.6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan


abdomen

b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.

c. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.

d. CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh


darah yang pecah di otak

1.7. Komplikasi

a. Oedema Pulmonal

b. Kejang

c. Masalah Mobilisasi

d. Hipertensi

e. Hipertermi

1.8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan/ Farmakologi dan Non


Farmakologi/ Konvensional dan Komplementer

1.8.1 Penatalaksanaan keperawatan :

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan


intensitas nyeri.

b. Identifikasi nyeri

c. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

d. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(Contoh terapi komplementer invasif seperti akupuntur dan
cupping (Bekam) yang menggunakan jarum dalam pengobatannya)
e. Fasilitasi istirahat dan tidur

f. Jelaskan strategi meredakan nyeri

1.8.2 Penatalaksaan Medis

a. Pemberian analgesik

Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan


nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri

b. Plasebo

Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat


analgesik seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi
ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi
kepercayaan pasien

1.9 Konsep Keperawatan

1.9.1 Pengkajian

a. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien dan

b. Observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan


pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjek. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara
PQRST:

1) P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau


ringannya nyeri.

2) Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.

3) R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.

4) S (skala) adalah keparahan atau intensits nyeri.

5) T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.


c. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis


kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.

2) Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan,


bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.

3) Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat


mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas.
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.

4) Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung,


anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator,
obat-obat adiktif, kegemukan.

5) Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi


ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)

6) Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya


untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat
mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini
dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.

7) Pola-pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Biasanya ada


riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.

8) Pola nutrisi dan metabolisme

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,


mual muntah pada fase akut.

9) Pola eliminasi

Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi


biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.

10) Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,


kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah

11) Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena


kejang otot/nyeri otot.

12) Pola hubungan dan peran

Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien


mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan
bicara.

13) Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah,


tidak kooperatif.
14) Pola tata nilai dan kepercayaan

Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku


yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh.

1.9.2 Diagnosa Keperawatan

Nyeri Akut
1.9.3 Perencanaan

Diagnosa Keperawatan
Slki Siki
(Sdki)
Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam, 08238)
agen pencedera diharapkan nyeri dapat di Aktivitas:
fisiologis (misal, atasi degan kriteria hasil O:
inflamasi,iskemia, Kontrol Nyeri (L. 08063)• Identifikasi lokasi,
neoplasma ) ditandai Indikator SA ST karakteristik, dan
oleh pasien tampak Kemampuan 5 1 intensitas nyeri
meringis pada area yang megenal • Identifikasi skala nyeri
nyeri. penyebab T:
nyeri • Berikan teknik non
Kode Diagnosa Meggunakan 5 1 farmakologis untuk
Keperawatan Indonesi: teknik non mengurangi rasa nyeri
D.0077 farmakologis (contoh pemberian
bekam)
Tingkat Nyeri L. 08066 • Kontrol lingkungan
Indikator S ST yang memperberat
A nyeri
Keluhan 5 1 E:
nyeri • Jelaskan penyebab,
meringis periode dan pemicu
Ketegangan 5 1 nyeri
Otot • Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Keterangan: K:
1. Menurun • Kolaborasi pemberian
2. Cukup Menurun analgesik, jika perlu
3. Sedang
4. Cukup Meningkat
5.
6. Meningkat

1.9.4 Implementasi dan Evaluasi

JAM,
DIAGNOSA EVALUASI
HARI, IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
TANGGAL
Nyeri Akut 4 januari
a. Mengidentifikasi lokasi S:
berhubungan 2022 nyeri, durasi, frekuensi, dan Pasien mengatakan
dengan agen kualitas nyeri nyeri berkurang
pencedera 15.35 b. mengkaji penyebab faktor setelah pemberian
fisiologis (misal, WIB yang memperingan dan terapi bekam
inflamasi,iskemia, memperberat nyeri O:
neoplasma ) c. memberikan terapi non
- pasien tidak tampak
ditandai oleh farmakologi (akupressure, meringis
pasien tampak akupntur, cupping therapy)- pasien tidak gelisah
meringis pada area d. menjelaskan kepada pasien
- dan pasien sudah
yang nyeri. penyebab dan pemicu tidak mengeluhkan
terjadinya nyeri nyeri
Kode Diagnosa e. menjelaskan kepada pasien A:
Keperawatan strategi untuk meredakan Masalah teratasi
Indonesi: D.0077 nyeri (teknik relaksasi) P:
Intervensi
dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Anitescu, M., Benzon, H. T., & Wallace, M. s. (2017). Challenging Cases and
Complication Management in Pain Medicine (1st ed.). Chicago: Springer
International Publishing.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz,


Yogyakarta

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan, Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. (2016).


Kebutuhan Dasar Manusia I. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Edisi Pertama. Jakarta

Cohen, S. P., Argoff, C. E. and Carragee, E. J. (2018). Management of low back


pain.’, BMJ (Clinical research ed.), 337(January). doi: 10.1136/bmj.a271.

Handayani, S. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Pasien


post Sectio Caesarea di RSUD Moewardi. Skripsi. STIKES Kesuma
Husada. Surakarta.

Keliat, dkk (2015). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok Edisi 2. Jakarta:
EGC

Mubarak, Wahid I. Chayatin N., Rozikin K. & Supradi. (2007). Promosi Kesehatan.
Yogyakarta : Graha Ilmu

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator


Diagnostik (1 st ed). DPP.PPNI

Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba medika.

Anda mungkin juga menyukai